SlideShare a Scribd company logo
1 of 239
Download to read offline
RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
D E P O K
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT)
Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, dkk.
		 Komunikasi Kesehatan/Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, 				
Neneng Siti Silfi Ambarwati dan Andy Hadiyanto.
—Ed. 1—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2021.
x, 228 hlm. 23 cm
Bibliografi: hlm. 223
ISBN 978-623-231-997-4
		 1. Supervisi (Pendidikan). I Judul. II. Yanita Nur Indah Sari.		
  371.203
Hak cipta 2021, pada penulis
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit
2021.3106 RAJ
Dr. Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, S.Sos., M.Si.
Dr. Neneng Siti Silfi Ambarwati, M.Si., Apt.
Dr. Andy Hadiyanto, M.A.
KOMUNIKASI KESEHATAN
Cetakan ke-1, Agustus 2021
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Editor : Risty Mirsawati
Setter		 : Jaenudin
Desain Cover : Tim Kreatif RGP
Dicetak di Rajawali Printing
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Telepon : (021) 84311162
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id   http: //www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-16956Jl.RayaLeuwinanggungNo.112,Kel.Leuwinanggung,Kec.Tapos,Depok,Telp.(021)84311162.Bandung-40243,
Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819.
Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294,
Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka
Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-
3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya
Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
v
Segala puji syukur dipanjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Masa
Esa karena berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penyusunan buku dengan
judul Komunikasi Kesehatan ini dapat terselesaikan. Buku ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan perkembangan komunikasi kesehatan.
Di mana target sasaran dalam penulisan buku ini adalah dari kalangan
akademisi, dosen, mahasiswa, dan tenaga kesehatan. Buku ini tidak
hanya ditargetkan kepada yang mengkaji di bidang dari sisi ilmu
komunikasi saja, tetapi juga dari bidang ilmu kesehatan masyarakat.
Pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu di
sini, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam bentuk apa
pun sehingga buku Komunikasi Kesehatan ini dapat diselesaikan, penulis
sampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal
baik yang kita lakukan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan
buku ajar ini, sehingga saran dan masukan pembaca kami harapkan demi
perbaikan buku Komunikasi Kesehatan ini di masa mendatang. Semoga
buku ini bermanfaat.
Jakarta, Juni 2021
Penulis
PRAKATA
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
vii
PRAKATA		 v
DAFTAR ISI		 vii
BAB 1 KOMUNIKASI 1
A. Komunikasi dan Pertumbuhannya 1
B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi 1
C. Definisi Komunikasi 5
D. Tingkatan Proses Komunikasi 10
E. Fungsi Komunikasi 11
F. Prinsip-prinsip Komunikasi 13
G. Hakikat Komunikasi 15
H. Perbedaan Komunikasi Verbal dan 		
		Nonverbal 17
BAB 2 MODEL KOMUNIKASI 37
A. Pendahuluan 37
B. Pengertian Model Komunikasi 37
C. Fungsi dan Manfaat Model 40
D. Penilaian Model Komunikasi 46
E. Model-model Komunikasi Sebagai Perkenalan 46
DAFTAR ISI
Komunikasi Kesehatan
viii
BAB 3 MEDIA KOMUNIKASI 61
A. Pengertian Media Komunikasi 61
B. Jenis-jenis Media Komunikasi 68
C. Fungsi Media Komunikasi 71
BAB 4 KOMUNIKASI KESEHATAN 75
A. Definisi Komunikasi Kesehatan 75
B. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan 76
C. Tingkatan Komunikasi Kesehatan 81
D. Komunikasi Kesehatan Bagi Tenaga Kesehatan 82
E. Dampak Komunikasi Kesehatan dalam 		
		 Pembangunan Kesehatan 84
F. Masalah yang Sering Terjadi dalam Hubungan 		
		Perawat–Klien 85
G. Hubungan Perawat–Keluarga Klien 87
H. Hubungan Perawat–Perawat 87
I. Komunikasi dalam Perubahan Perilaku 88
BAB 5 KOMUNIKASI TERAPEUTIK 101
A. Definisi Komunikasi Terapeutik 103
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik 105
C. Mengembangkan Helping Relationship 107
D. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik 110
E. Sikap Perawat dalam Berkomunikasi 111
F. Teknik Komunikasi Terapeutik 117
G. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dan 		
		 Komunikasi Sosial 122
H. Penggunaan Diri Secara Terapeutik dan Analisis 		
		 Diri Perawat 123
I. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja 127
J. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa 		
		 dan Lansia 131
Daftar Isi ix
BAB 6 MASALAH KOMUNIKASI KESEHATAN 		
DAN SOLUSINYA 137
A. Tinjauan Mengenai Komunikasi Kesehatan 137
B. Konsep Komunikasi dalam Komunikasi Kesehatan 151
C. Masalah dalam Komunikasi Kesehatan 158
D. Solusi dari Masalah Komunikasi Kesehatan 188
DAFTAR PUSTAKA 223
BIODATA PENULIS 227
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
1
A. Komunikasi dan Pertumbuhannya
Ilmu komunikasi, seperti juga antropologi atau sosiologi, adalah disiplin
ilmu deskriptif. Dalam sejarah pertumbuhannya, ilmu komunikasi
berawal sejak retorika terlahir sebagai pengetahuan dan seni berbicara
secara lisan, tatap muka dalam konteks publik (lihat Effendy, 2000).
Ilmu dan seni dalam menyampaikan pesan ini kemudian berkembang
bukan saja dalam tataran tatap muka dengan publik, tetapi juga melalui
media massa. Di Eropa, ia berkembang menjadi publizistikwissenschaft
atau publisistik, sedangkan di Amerika ia lebih dikenal sebagai
communication science atau ilmu komunikasi.
B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi
Baru belakangan ini, utamanya setelah paruh berakhirnya Perang Dunia
II, bidang studi komunikasi relatif menemukan identitasnya sendiri.
Perkembangan sebelumnya masih terkait erat pada disiplin ilmu-ilmu
murninya, seperti sosiologi, psikologi, atau politik. Sebelum itu, dapat
dikatakan ilmu komunikasi masih mencari bentuknya. Karena itu,
perintis dan bapak ilmu komunikasi umumnya berasal atau terkait
dengan disiplin ilmu-ilmu murni itu. Berikut ini uraian ringkas para
KOMUNIKASI
BAB 1
Komunikasi Kesehatan
2
tokoh peletak batu pertama ilmu komunikasi di Amerika yang disarikan
dari berbagai sumber:
1. John Dewey (Psikologi dan Filsafat): ia adalah ahli psikologi dan
filsafat. Sebagai pengajar dan peneliti di University of Michigan
(1884 -1894), Dewey menginginkan adanya surat kabar sebagai alat
perubahan sosial. Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey
tidak pernah terwujud dalam hidupnya, ia tidak sangsi akan potensi
surat kabar untuk membawa reformasi sosial.
2. Charles H. Cooley (Sosiologi): lahir pada 1864, Cooley melihat
bahwa proses komunikasi antarpribadi merupakan basis sosialisasi
dari studi sosiologi. Ia meninggal pada 1920, dan sepanjang
kariernya melakukan observasi atas hal ini.
3. Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi): sarjana pada 1887, menjadi
wartawan selama 11 tahun. Selama karier kewartawanannya, ia
menganalisis perilaku menyimpang pada masyarakat miskin kota.
Ia melihat bagaimana tipe jurnalistik memiliki kekuatan untuk
menciptakan perubahan sosial. Perhatiannya sangat besar terhadap
peranan berita dalam membentuk pendapat umum, mendorongnya
mengambil program master di bidang filsafat pada Harvard
University dan melanjutkan program doktornya di University of
Berlin. Kembali ke Amerika, ia menjadi petugas public relations
untuk Congo Reform Association. Pada 1914, ia menjadi staf pengajar
di University of Chicago dan memberi perhatian mendalam pada
riset terhadap isu-isu yang menjadi prioritas penerbitan surat kabar,
yang kemudian dikenal sebagai studi Agenda Setting.
4. George H. Mead (Filsafat dan Psikologi): ia banyak terpengaruh
Dewey dan Cooley dengan menempatkan komunikasi sebagai basis
sosialisasi. Melalui pendekatan ilmu jiwa sosial, Mead mengakui
komunikasi sebagai hal yang paling mendasar bagi hubungan
antarmanusia.
5. Kurt Lewin (Psikologi): Lewin adalah ilmuwan Jerman keturunan
Yahudi, mengajar di Universitas Berlin. Ketika Nazi berkuasa
tahun 1933, ia melarikan diri dan masuk ke University of
Iowa. Wilbur Schramm adalah salah seorang muridnya. Lewin,
yang juga terpengaruh pemikiran Freud, dengan menggunakan
studi eksperimen banyak mengkaji dinamika kelompok dalam
Bab 1 | Komunikasi 3
hubungannya dengan komunikasi. Ia juga menaruh perhatian
terhadap studi gatekeeping tentang pengendalian arus informasi
melalui saluran komunikasi hingga akhir hayatnya 1947.
6. Nobert Weiner (Matematika): lahir pada 1894, meraih doktor pada
usia 19 tahun. Pada 1919, menjadi profesor matematika di MIT.
Ia juga tertarik mempelajari fisika, jaringan saraf, dan kedokteran
jiwa. Ketika PD II pecah, Weiner mengembangkan teori cybernetics.
Dalam proyek itu ia bekerja sama dengan Warren Weaver serta
John Neuman dari Princeton University, yang kelak mencetuskan
komputer pertama ENIAC. Weiner meninggal pada 1964, mewarisi
teori cybernetics yang membahas tentang kelanjutan arus informasi
dilihat dari segi recording,encoding,storage, transmisi, dan diseminasi
antara satu sistem dengan sistem lainnya.
7. Harold D. Laswell (Ilmu Politik): lahir pada 1902, di usia 16 tahun
menjadi mahasiswa University of Chicago. Ia banyak dipengaruhi
John Dewey, George Mead, dan Robert Park. Ia adalah ahli ilmu
sosial Amerika pertama yang tertarik pada bidang psikoanalisis dari
Sigmund Freud. Kontribusi Lasswell pada ilmu komunikasi banyak
ditemukan dalam bukunya Propaganda and Communication in World
History, yang memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam
riset komunikasi massa: who, says what, in with channel, to whom, with
what effect.
8. Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi): lahir 1901, meraih
gelar doktor ilmu matematika dari University of Viena, Austria,
pada 1920. Ketika Nazi Jerman datang tahun 1933, ia keluar dari
Austria. Pada 1939, Lazarsfeld masuk ke Columbia University,
New York, sebagai profesor sosiologi. Seperti halnya Lewin,
Lazarsfeld terpengaruh pemikiran Freud yang menyebabkannya
tertarik melakukan studi terhadap sumber-sumber perilaku. Ketika
itu, radio menjadi kehidupan utama masyarakat Amerika dan ia
aktif melakukan riset di bidang khalayak dan efek dengan metode
survei dan interview. Kegiatan ini memberi kontribusi terhadap
ilmu komunikasi dan menjadikan riset di bidang komunikasi
sebagai usaha yang melembaga. Ia memformulasi teori komunikasi
dua langkah (two-step-flow), bahwa pengaruh media sangat kecil
terhadap perilaku pemilihan dibanding dengan saluran antarpribadi
yang mengandalkan peran pemuka pendapat (opinion leader).
Komunikasi Kesehatan
4
9. Carl I. Hovland (Psikologi Eksperimen): apabila pelopor komunikasi
sebelumnya banyak dipengaruhi pemikiran Eropa, Hovland dapat
dikatakan murni Amerika. Ketika PD II meletus, ia dipanggil kantor
penerangan AS untuk mempelajari pengaruh film terhadap moral
tentara. Hovland mengkaji pengaruh film dari segi kredibilitas
sumber, penyajian pesan dalam satu sisi (one-side) atau dua sisi
(two-side), aspek kekuatan, dan efeknya terhadap tentara. Kelak,
eksperimen Hovland banyak memberi manfaat dalam studi
komunikasi persuasif.
10. Claude E. Shannon (Elektronika): lahir 1916, meraih gelar sarjana
muda di Michigan dan meraih doktor dari MIT. Di sini, ia menjadi
murid Norbert Weiner, walau tidak terlalu banyak berhubungan
dengan dosennya itu. Sebagai sarjana elektronika, Shannon lebih
banyak menghabiskan waktu di laboratorium Bell. Kontribusi
Shannon terhadap ilmu komunikasi adalah tulisannya yang
membicarakan teori informasi. Bersama Weaver, ia mengembangkan
The Mathematical Theory of Communication, memperkenalkan model
komunikasi yang kelak banyak dikutip sarjana komunikasi dan
dipandang sebagai model komunikasi pertama yang dilukiskan
secara visual.
11. Wilbur Schramm (Kesusastraan): lahir pada 1908, memperoleh gelar
master dari Harvard University dan doktor bidang kesusastraan
Amerika dari University of Iowa. Ia mengajar mata kuliah creative
writing. Ketika PD II pecah, ia bekerja di kantor penerangan
angkatan perang AS, di mana ia bertemu Lasswell. Empat tahun
kemudian, ia pindah ke University of Ilionis, mendirikan lembaga
pendidikan dan riset komunikasi. Di sini, Schramm pertama kali
menerima mahasiswa program doktor dalam bidang komunikasi
pada 1950. Ia mengabdi pada bidang komunikasi hingga akhir
hayatnya, 1987. Schramm adalah orang pertama yang menjalin
bidang-bidang ilmu sosial, seperti psikologi sosial, antropologi,
ilmu politik, dan ekonomi untuk pengembangan ilmu komunikasi.
12. Everett M. Rogers (Sosiologi Pedesaan): meraih gelar master di
Iowa University dan melanjutkan studinya di bidang sosiologi.
Meraih doktor pada 1957, saat Scramm meluluskan doktor
angkatan pertama di bidang ilmu komunikasi. Disertasi Rogers
membicarakan difusi inovasi pada masyarakat pedesaan Iowa. Pada
Bab 1 | Komunikasi 5
1964, ketika pindah ke Michigan University, Rogers bersama David
K. Berlo –doktor komunikasi angkatan pertama yang diluluskan
Schramm pada 1957– membina Jurusan Ilmu Komunikasi.
C. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata communication dalam bahasa Inggris,
yang berasal dari bahasa Latin communis, yang secara harfiah membawa
maksud yang sama. Aktivitas komunikasi sebenarnya adalah mencari
satu kesamaan antara seorang dengan seorang yang lainnya. Seseorang
mencoba menimbulkan apa yang ada di dalam diri dan mencari kesamaan
dengan diri orang lain, yang terlibat dalam proses komunikasi. Gagasan,
kepercayaan, nilai-nilai sosial, dan lainnya, dilafalkan kepada orang lain
dengan tujuan mencari kesamaan (Ensiklopedia Malaysiana, 1996: 202).
Menurut Gordon dalam EncyclopediaBritannica (2007), komunikasi adalah
theexchangeofmeaningsbetweenindividualsthroughacommonsystemofsymbols,
artinya adalah pertukaran makna-makna antara individu melalui sebuah
sistem umum yang berbentuk simbol-simbol (Takari, 2019).
Komunikasi, sebagai kata yang abstrak, pada dasarnya sulit
didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah
membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Namun,
menetapkan satu definisi tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak
berguna, utamanya melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah
itu. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya, dalam hal
apa definisi itu kita perlukan. Dalam tahap awal pembahasan ini, cobalah
Anda kaji, manakah di antara peristiwa di bawah ini yang merupakan
objek kajian ilmu komunikasi?
1. Suatu petang Anda berdiri takjub di tepi padang ilalang dan berkata,
“Wahai rumput yang bergoyang, sungguh indah pemandangan yang
kauberikan padaku di petang ini ....”
2. Suatu hari Anda berkunjung ke makam kakek Anda. Sambil
menabur bunga, lirih Anda berkata, “Kakek, jika selama hidup
cucumu ini selalu membuatmu kesal, maafkanlah ....”
3. Suatu malam Anda berdoa, “Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan
Ibu dan Bapakku ....”
4. Anda berkata pada kucing kesayangan, “Pus, mari sini, biar aku
elus.” Kucing itu, sambil mengibas ekor, datang menghampiri.
Komunikasi Kesehatan
6
5. Anda berkata kepada seorang teman, “Wah, maaf, kemarin saya
lupa menelepon.”
6. Teman Anda tertawa-tawa. Kepada teman Anda yang menjadi pasien
RS jiwa itu, Anda bertanya, “Apa kabar, bagaimana kesehatanmu?”
Manakah di antara peristiwa di atas yang menjadi objek kajian ilmu
komunikasi? Untuk dapat mengidentifikasi hal ini, kita perlu memiliki
satu definisi komunikasi yang dapat kita pegang bersama. Definisi
ini kita perlukan guna memberi pengertian dan pembatasan tentang
komunikasi dan ilmu komunikasi yang kita maksud.
Komunikasi: Definisi dan Objek Kajian
Untuk menyatukan pemahaman, mari kita definisikan komunikasi sebagai
usaha penyampaian pesan antarmanusia, dan karenanya, kita nyatakan
ilmu komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian
pesan antarmanusia. Syarat suatu ilmu, sebagaimana disimpulkan
pada bagian terdahulu, harus memiliki objek kajian; di mana objek
kajian itu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifatnya
(Poedjawijatna, 1983; Hatta, 1987). Objek ilmu komunikasi adalah
komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia.
Kembali pada enam peristiwa di atas, berdasarkan definisi yang kita
gunakan, dapat kita nyatakan bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji
peristiwa nomor lima. Karena, hanya peristiwa nomor lima yang
mengkaji perilaku manusia (objek materia), yakni dalam hal penyampaian
pesan antarmanusia (objek forma). Ilmu komunikasi tidak mengkaji
penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia, walau tidak
dipungkiri bahwa manusia juga menyampaikan “pesan” kepada makhluk
yang bukan manusia –seperti kepada hewan atau tumbuhan dan bahkan
Tuhan– biarlah hal itu menjadi objek kajian ilmu yang lain.
Jika halnya demikian, bagaimanakah dengan peristiwa nomor 6?
Bukankah penerima pesan, kawan yang sedang dirawat di rumah sakit
jiwa itu adalah manusia juga?
Tiga Kategori Definisi Komunikasi
Tahun 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 definisi komunikasi
yang berlainan. Saat ini, jumlah itu telah meningkat lebih banyak lagi.
Bab 1 | Komunikasi 7
Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi tiga dimensi konseptual
penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu:
a. Tingkat observasi atau keabstrakannya yang bersifat umum,
misalnya yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam
kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan
pesan militer, perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf,
radio, kurir, dan sebagainya.
b. Tingkat kesengajaan: yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya
definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi
yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan
kepada seorang penerima dengan disadari untuk memengaruhi
perilaku penerima. Sedangkan definisi yang mengabaikan
kesengajaan, misalnya dari Code (1959), yang menyatakan
komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki
dua orang atau lebih.
c. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan: yang menekankan
keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi
untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak
menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi (lihat
Littlejohn, 2002). Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa Inggris
“communication”) berasal dari bahasa Latin “communicatus” yang
berawal dari kata “communico” yang berarti “berbagi” atau “menjadi
milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut
kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan (Stuart, 1983).
Menurut Webster New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa
komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu
melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang ilmu komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Komunikasi Kesehatan
8
1. Hovland, Janis, dan Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak).
2. Berelson dan Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol,
seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3. Harold Laswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa” “mengatakan apa” “dengan saluran apa”,
“kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (Who
says what in which channel to whom and with what effect).
4. Barnlund
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego.
5. Weaver
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya.
6. Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula
yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki
oleh dua orang atau lebih.
Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas,
terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut
pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan
penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial
adalah suatu ilmu yang bersifat multidisipliner. Definisi Hovland Cs,
memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah
atau membentuk perilaku. Definisi Berelson dan Steiner, menekankan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Definisi Laswell,
Bab 1 | Komunikasi 9
secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen
yang terlibat dalam komunikasi, yaitu:
1. Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau
sumber.
2. Mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan).
3. Kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran
penerima).
4. Melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi).
5. Dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima).
Definisi Laswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu
adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi
Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu
dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang
kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau
lebih. Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu
untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan
untuk mempertahankan atau memperkuat ego.
Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas,
dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses
artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi)
serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih)
sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang
sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi pada dasarnya
merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
Komunikasi Kesehatan
10
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-
kata, kalimat, angka-angka, atau tanda-tanda lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi
dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan
secara seimbang atau porsional.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat
dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang
sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi,
seperti telepon, internet, faksimili, dan lain-lain, faktor ruang dan
waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.
D. Tingkatan Proses Komunikasi
Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi
dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut:
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa
pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem saraf. Contoh:
berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dan lain-lain.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara
seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka,
korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya.
3. Komunikasi dalam Kelompok (Group Communication)
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu
kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-
masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya
dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga
menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat
pribadi. Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam
keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan,
dan sebagainya.
Bab 1 | Komunikasi 11
4. Komunikasi Antarkelompok/Asosiasi
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok
dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi
hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa
peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya
masing-masing.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam
suatu organisasi dan komunikasi antarorganisasi. Bedanya dengan
komunikasi kelompok (Budi, 2017) adalah bahwa sifat organisasi-
organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip
efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya.
6. Komunikasi dengan Masyarakat Secara Luas
Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada
masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan
melalui dua cara: a) komunikasi massa, yaitu komunikasi melalui
media massa, seperti radio, surat kabar, TV, dan sebagainya; dan
b) langsung atau tanpa melalui media massa, misalnya ceramah,
atau pidato di lapangan terbuka (Rehalat, 2016).
E. Fungsi Komunikasi
Secara umum fungsi komunikasi adalah:
1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan.
2. Tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan.
3. Dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu.
4. Dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan.
5. Dapat mengenal diri sendiri.
6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.
7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang.
8. Dapat mengisi waktu luang.
9. Dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku
kebiasaan.
10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat,
bersikap, atau berperilaku sebagaimana diharapkan.
Komunikasi Kesehatan
12
Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
mengutip kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi
komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu
peristiwa komunikasi (communicationevent) tampaknya tidak sama sekali
independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya,
meskipun terdapat suatu fungsi dominan.
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan.
Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya
bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Pernyataan Eksistensi Diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang
disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara,
kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
2. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi
kita) melalui pesan-pesan nonverbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam
acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku
yang bersifat simbolik.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan
dan juga untuk menghibur (persuasif). Suatu peristiwa komunikasi
Bab 1 | Komunikasi 13
sesungguhnya sering kali mempunyai fungsi-fungsi tumpang-tindih,
meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
F. Prinsip-prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi
komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep
yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh
William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.
Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi.
Deddy Mulyana, Ph.D., membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip
komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai
penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakikat komunikasi, yaitu:
Prinsip 1: komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi
adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular, dan tidak berakhir pada
suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2: setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap
orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh,
ekspresi wajah (komunikasi nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3: komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap
pesan komunikasi mempunyai dimensi isi, di mana dari dimensi isi
tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada di antara
pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan di antara
dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda
memiliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4: komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang
bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan
komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan
atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada
tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan
mengharapkan respons dan berharap tujuannya tercapai).
Prinsip 5: komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan, baik secara
Komunikasi Kesehatan
14
verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, di mana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan, dan
kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6: komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi
di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan
senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7: komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap
orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman, dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut.
Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan di mana
dia bersosialisasi memengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan
komunikasi.
Prinsip 8: semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin
efektiflah komunikasi. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal
dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan
dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling
dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9: komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi
bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respons atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan
itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10: komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan
transaksional. Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah
sebuah proses, komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses
saling memberi dan menerima informasi di antara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
Prinsip 11: komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang
melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian
rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata
Bab 1 | Komunikasi 15
menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12: komunikasi bukan penasihat untuk menyelesaikan
berbagai masalah. Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya
obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
(Effendy, 2018).
G. Hakikat Komunikasi
Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama
komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang
dirasakan, akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari
aktivitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami
hal-hal yang dapat memengaruhi, dan memaksimalkan hasil-hasil dari
kejadian tersebut.
Menurut Anwar Arifin (1988: 17), komunikasi merupakan
suatu konsep yang multimakna. Makna komunikasi dapat dibedakan
berdasarkan:
1. Komunikasi Sebagai Proses Sosial
Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial. Di mana para
ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
komunikasi yang secara umum memfokuskan pada kegiatan manusia
dan kaitan pesan dengan perilaku.  
Harold D. Lasswell meneliti masalah identifikasi simbol dan
image yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini publik.
Berkaitan dengan efek-efek teknik propaganda pada Perang Dunia I
(1927). Beliau seorang ahli politik, meneliti dengan cara menyebarkan
leaflet mengenai perang.
Kurt Lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok
sosial informal. Lewin meneliti tipe-tipe gatekeeper yang dilakukan oleh
pemimpin-pemimpin autokratik, demokratik. Lewin juga meneliti
individu-individu yang ada pada kelompok-kelompok penekan dan
individu-individu yang berada pada kelompok (members group).
Seorang ahli psikologi, Carl Hovland meneliti kredibilitas sumber
(komunikator) hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap).
Komunikasi Kesehatan
16
Hovland adalah peneliti yang memperkenalkan penelitian-penelitian
eksperimental dalam komunikasi massa. Seorang ahli sosiologi, meneliti
melalui pemutaran film berbeda kepada dua kelompok berbeda, dan
melihat efek dari film tersebut terhadap individu. Kredibilitas terdiri dari:
a. Expert (ahli dalam bidang tersebut).
b. Competency (memiliki kompetensi).
c. Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidangnya).
d. Trust (harus bisa dipercaya).
Paul F. Lazarsfeld mengungkapkan hubungan antara status sosial,
ekonomi, mass media exposure, dan pengaruh interpersonal atau efek
pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku. Teknik-teknik analisis yang
digunakan oleh para peneliti tersebut memberikan contoh bagaimana
menjelaskan sistem komunikasi dalam konteks proses sosial.
2. Komunikasi Sebagai Peristiwa
Dalam hal ini komunikasi mempunyai pengertian, bahwa komunikasi
merupakan gejala yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat
terjadinya. Peristiwa komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
kriteria tertentu. Ada yang membedakan komunikasi massa dengan
komunikasi tatap muka, komunikasi verbal dan nonverbal, dan
komunikasi yang menggunakan media dan tanpa media.
3. Komunikasi Sebagai Ilmu
Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek aksiologi, epistemologi,
dan ontologi. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas (faedah,
peranan, dan kegunaan). Epistemologi menjelaskan norma-norma yang
dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya sendiri.
Sedangkan ontologi mengenai struktur material dari ilmu pengetahuan.
4. Komunikasi Sebagai Kiat atau Keterampilan
Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu, dipergunakan
untuk melakukan profesi komunikasi. Perkembangan dunia komunikasi
di Indonesia pada masa yang akan datang menunjukkan prospek yang
semakin cerah. Dengan demikian, masalah-masalah yang berhubungan
dengan profesi komunikasi tetap menjadi agenda penting.
Bab 1 | Komunikasi 17
Antara komunikasi dan bidang profesional terdapat kaitan yang
signifikan. Dalam menunjang suatu profesi atau karier yang menuntut
kemampuan pemahaman pada sifat dasar komunikasi, berkomunikasi
secara kompeten dan efektif diperlukan dalam bidang kemampuan
berkomunikasi (speech communication), komunikasi massa, komunikasi
organisasi, komunikasi politik, public relations, periklanan, penyiaran
(broadcasting), dan pemasaran.
Pengetahuan dan kemampuan komunikasi adalah dasar untuk
kualitas kepemimpinan. Merupakan hal pokok untuk hubungan
interpersonal, memengaruhi, dan perkembangan informasi dalam
organisasi. Komunikasi juga memainkan peran penting dalam
perencanaan, pengambilan keputusan, pemikiran strategis, memperoleh
pengetahuan teknis, dan menilai hasil.
H. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah
perbedaan persepsi orang terhadap maksud atau tujuan dari suatu
pesan komunikasi yang akan dikirimkan. Suatu pesan verbal memiliki
maksud atau tujuan yang jelas. Maksud atau tujuan suatu pesan verbal,
baik dalam bentuk kata-kata maupun tulisan, dikomunikasikan kepada
orang lain, yaitu pada saat:
1. Maksud atau tujuan pesan dirimkan oleh sumbernya.
2. Maksud atau tujuan pesan diterima oleh penerimanya.
Suatu interpretasi tertentu terhadap maksud atau tujuan yang
ada akan mengurangi makna isi yang terkandung di dalam pesan itu.
Sebagai contoh, Amir berkata pada teman-temannya: “Aku ingin menjadi
juara kelas!” Ketika kata-kata itu diucapkan dan di saat diterima orang
lain, mengandung maksud atau tujuan yang jelas, yaitu Amir ingin
menjadi juara kelas. Akan tetapi, ketika teman-temannya menilai dan
menginterpretasikan “kata-kata” Amir maka mungkin akan muncul
interpretasi sebagai berikut: Amir kok sombong ya, Amir tidak seperti
biasanya, Amir telah berubah, atau Amir semakin optimis. Keseluruhan
maksud atau tujuan yang terkandung di dalam kata-kata tersebut akan
berlainan, artinya bisa bertambah atau berkurang, dan menjadi positif
atau negatif.
Komunikasi Kesehatan
18
Berbeda dengan pesan verbal, pembentukan makna dari perilaku
nonverbal tidak ditentukan oleh maksud atau tujuan dari gerakan-
gerakan nonverbalnya. Persepsi seseorang terhadap tindakan-tindakan
nonverbal dari orang lain sudah dibenarkan dalam memberikan makna
pesan nonverbal itu.
Tentunya suatu makna dari pesan-pesan nonverbal bersifat relatif
dan berbeda-beda. Hal ini bisa dimengerti karena persepsi dan kepekaan
interpretasi setiap orang tidak akan sama.
Dari penjelasan tentang komunikasi nonverbal di atas, diberikan
suatu ilustrasi tentang norma fisik yang berlaku bagi manusia, yaitu
kewajiban mengenakan pakaian. Setiap hari kita mengenakan pakaian
yang berbeda-beda, tetapi berapa kalikah kita menyadari bahwa kita
berpakaian untuk seseorang atau untuk sesuatu tertentu? Kita tidak
tahu. Demikian pula kita sering tidak sadar akan penampilan diri,
sedangkan teman-teman lain sering berkomentar tentang warna dan
gaya berpakaian kita.
Dari contoh itu membuktikan bahwa suatu persepsi dan interpretasi
orang terhadap pesan-pesan nonverbal yang dilihatnya sudah cukup
memuaskan pendefinisian kualitatif terhadap pesan-pesan nonverbal
tersebut. Setidaknya ada dua alasan mengapa pemberian makna dalam
komunikasi nonverbal terjadi seperti di atas. Pertama, suatu tindakan
nonverbal cenderung tidak disadari dan bersifat tidak murni seperti
pesan-pesan verbal. Kedua, perilaku nonverbal didasarkan pada norma-
norma, sedangkan setiap orang akan berbeda perilaku nonverbalnya,
meskipun norma mereka sama.
Kadang kala untuk memberikan makna terhadap tindakan-tindakan
atau pesan-pesan nonverbal dipengaruhi oleh simbol-simbol yang
muncul di dalam proses komunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari adalah wajar apabila kita memilih
warna-warna tertentu di dalam berpakaian, selalu menyisir rambut ke
sebelah kanan, memakai kacamata “ray-ban”, memakai kaos sportif,
membawa tas “echolac”, dan lain-lainnya. Tentunya, tindakan-tindakan
tersebut didasarkan oleh motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan
tertentu. Misalnya, dengan memakai kacamata “ray-ban” akan
mengamankan mata dari terik matahari atau dengan membawa tas
“echolac” bisa menampung banyak buku. Namun,segala hal yang kita
lakukan itu dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain yang melihat.
Bab 1 | Komunikasi 19
Bisa jadi kita dianggap “sok, bergaya, atau sok rajin”. Pada contoh yang
lain, Rosa telah selesai memotong rambutnya di sebuah salon, tetapi ia
tampak kecewa karena rambutnya dipotong terlalu pendek.
Akan tetapi, ketika dia pergi ke kampus dengan penampilannya
itu, teman-temannya memberikan komentar positif: “Kamu cocok
dan cantik dengan penampilan rambutmu.” Dengan demikian, apa
yang kita tampilkan secara nonverbal merupakan simbol-simbol yang
akan memengaruhi pemberian makna terhadap tindakan-tindakan
nonverbal tersebut. Sedangkan komunikasi verbal, baik kata-kata yang
diucapkan maupun dituliskan “memberikan arti yang jelas”. Di samping
itu, setiap kata memberikan “alternatif makna”. Kata-kata bahasa ini
terdefinisikan di dalam kamus dan terstruktur di dalam aturan-aturan
tata bahasa atau struktur hubungan di dalam kalimat. Kata-kata yang
diucapkan sehari-hari merupakan abstraksi dari makna-makna yang
terkandung di dalam kata-kata tersebut. Contohnya makna dari kata
“bola” merupakan abstraksi dari suatu benda yang berbentuk bulat.
Jadi, kata “bola” memang memberikan arti eksplisit yang jelas. Contoh
lainnya adalah kata “sayang kepada orangtua”. Meskipun sebaris kata-
kata itu mempunyai arti yang banyak, tetapi kata-kata tersebut bisa
memberikan alternatif makna. Misalkan, yang dimaksudkan “sayang
orangtua” adalah seseorang yang selalu menuruti perintah orangtuanya.
Dari penjelasan dan contoh yang telah diberikan, dapat disimpulkan
perbedaan-perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, sebagai
berikut: 1) arti dari pesan verbal bersifat eksplisit; sedangkan arti dari
pesan nonverbal bersifat implisit; 2) arti dari pesan verbal berkaitan
dengan keadaan yang spesifik, sedangkan arti dari pesan nonverbal
berkenaan dengan rasa atau emosi; dan 3) arti dari pesan verbal
bersifat menengahi (mediated) atau alternatif, sedangkan arti dari pesan
nonverbal bersifat normatif.
Perbedaan lainnya antara komunikasi verbal dan nonverbal
berkaitan dengan bagaimana proses informasi terjadi di dalam tubuh
manusia. Seluruh informasi termasuk komunikasi diproses oleh otak.
Otak menginterpretasikan informasi ini melalui pikiran. Di dalam
pikiran terjadi pengontrolan terhadap segala perilaku manusia, baik
perilaku psikologis, dan/atau gerak refleksi maupun perilaku sosiologis
seperti belajar dan lain-lain. Cara-cara otak memproses informasi
berbeda antara komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan utama
Komunikasi Kesehatan
20
dari proses informasi di dalam otak adalah: pada belahan otak kiri
memproses informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari (berubah-
ubah), sedangkan bagian otak kanan memproses segala informasi yang
bersifat kontinu dan ilmiah. Informasi yang bersifat diskontinu dan
arbitrari dikenal sebagai informasi digital (angka-angka). Sedangkan,
informasi yang bersifat kontinu dan alamiah disebut sebagai analogikal.
Informasi digital ini mencerminkan simbol-simbol yang ada dalam
bahasa. Sedangkan, proses analogi berkaitan dengan unit-unit alamiah
yang menggambarkan emosi atau rasa.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu, pesan-pesan verbal dan
nonverbal akan berbeda pada struktur pesannya. Artinya, aturan-
aturan di dalam komunikasi nonverbal adalah kurang terstruktur,
lebih sederhana, dan diekspresikan di dalam gambaran. Komunikasi
nonverbal juga akan tampak jelas pengertiannya apabila dihubungkan
dengan konteks di mana interaksi terjadi. Lain halnya dengan
komunikasi verbal, teratur di dalam tata bahasa dan hubungan-
hubungan kalimatnya. Komunikasi verbal juga dapat menciptakan
konteks di mana hubungan itu terjadi.
Perbedaan terakhir antara komunikasi verbal dan nonverbal dapat
dijelaskan adanya hubungan antara informasi, perilaku, dan komunikasi
(verbal dan nonverbal). Di sini, terlihat bahwa seluruh wilayah
kehidupan dipenuhi oleh informasi, sedangkan beberapa bagiannya
adalah perilaku. Bagian yang lebih kecil lagi adalah komunikasi. Di
dalam wilayah komunikasi, komunikasi verbal merupakan subbagian
dari komunikasi nonverbal. Dengan demikian, komunikasi verbal
merupakan saringan dari komunikasi nonverbal.
Yang paling penting dari model di atas, bahwa komunikasi
nonverbal di dalam proses komunikasi merupakan suatu bentuk dari
perilaku manusia. Komunikasi nonverbal bukanlah sebagai jumlah yang
dapat dihitung. Sebagai perilaku, komunikasi nonverbal terjadi oleh
adanya informasi yang tersebar dalam kehidupan manusia. Keberadaan
informasi bisa disadari ataupun tidak disadari. Kita dapat menyadari
warna suatu halaman buku, tetapi tidak akan menyadari bau yang halus.
Informasi ini akan menuntun perilaku kita berdasarkan bentuk fisik kita
sendiri (secara alamiah atau yang dibentuk) dan mental (yang diterima
dan dipengaruhi oleh masa lalu atau masa datang). Informasi menuntun
perilaku seseorang, baik aksi maupun reaksi terhadap sesuatu.
Bab 1 | Komunikasi 21
Satu hal yang perlu ditambahkan di sini bahwa di samping
penjelasan teoretis dari perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal di
atas, kita dapat membedakan keduanya secara praktis dengan percobaan
langsung sebagai berikut:
1. Cobalah cari pasangan yang sekiranya cocok.
2. Kemudian, masing-masing dari kalian duduk dalam satu tempat
dengan berpunggungan. Pastikan bahwa satu sama lain saling
merasakan kulit punggung yang berhimpitan. Kemudian buatlah
suatu kesepakatan tentang tema tertentu untuk dibicarakan
bersama dengan tidak menolehkan muka masing-masing.
Berbicaralah selama dua menit.
3. Setelah selesai berbicara, ubahlah posisi masing-masing saling
berhadapan dengan jarak yang nyaman bagi kalian berdua.
Sekarang, kalian bisa saling mendengar dan menatap. Mulailah
berbicara dengan topik tertentu selama dua menit.
4. Selanjutnya, masih dalam posisi yang sama (bisa saling mendengar
dan bertatap mata), kalian berdua saling berpegangan tangan.
Jangan berbicara, tetapi komunikasikan seluruh pikiran dan
keinginan masing-masing melalui pandangan mata dan sentuhan
tangan. Kerjakan selama dua menit.
5. Jangan lupa, setiap tahap percobaan ini agar dihayati, dirasakan,
dan dievaluasi.
Setelah selesai semua tahap percobaan itu, sekarang jawablah
beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah ada percobaan perasaan
dari tahap satu menuju tahap yang lain? Apakah kalian merasakan
kenyamanan, grogi, perhatian, atau malu? Dapatkah pasangan
kalian mengungkapkan dengan argumen-argumennya tanpa melihat
ekspresi masing-masing? Kalau bisa, bagaimana? Di sini, kalian bisa
menambahkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.
Dari hasil percobaan tersebut, secara umum kita dapat membedakan
antara komunikasi verbal dan nonverbal. Di samping itu, secara khusus
kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri khas
dari komunikasi nonverbal, antara lain:
1. Komunikasi Nonverbal Selalu Ada
Pada saat kita dan pasangan berbicara dengan berpunggungan
dapat mengetahui pendapat dan sikap masing-masing, namun
Komunikasi Kesehatan
22
tidak mampu memahami hal-hal lain dari pasangan masing-masing.
Kemudian, di saat kita dan pasangan berbicara sambil mendengar
dan bertatap wajah, kita dapat merasakan perasaan masing-masing
melalui ekspresi wajah, gaya berbicara, gerakan tangan dan kaki,
serta gerakan-gerakan yang khas. Di sana kita dapat temukan
bentuk-bentuk bahasan yang lain, di samping ucapan-ucapan dari
pasangan masing-masing. Di dalam kehidupan nyata sehari-hari,
di sekeliling diri kita sangat banyak pesan-pesan yang bersifat
nonverbal. Dengan kemampuan yang baik untuk menyadari dan
menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal itu, membuat diri kita
lebih baik untuk menyadari diri sendiri dan orang-orang lain.
2. Kita Tidak Mungkin Tidak Berkomunikasi
Dengan mengambil contoh yang ada, pada tahap tertentu kita dan
pasangan berdiam diri dan tidak berbicara satu sama lain. Apakah
yang terjadi? Ketika saling bertatapan wajah, masing-masing
dapat menangkap ekspresi atau mimik wajah. Sikap duduk di saat
berpunggungan atau berhadapan dapat dirasakan apakah tubuhnya
tegang atau rileks, gerakan-gerakan terbuka dan tertutup dari mata
pasangan, dan tindakan-tindakan nonverbal lainnya. Sekarang dapat
dipahami, bahwa setiap manusia merupakan “transmiter” atau
saluran informasi yang tidak dimatikan atau dipisahkan. Ketika
tidak melakukan apa-apa, kita memberikan informasi tentang diri
sendiri. Tentunya, kita tidak selalu bermaksud atau mempunyai
tujuan untuk mengirimkan pesan-pesan nonverbal itu. Di saat
berbicara dengan gagap, berkeringat, merah muka, atau berkerut
dahi, semuanya dilakukan dengan tanpa sadar. Akan tetapi, orang
lain menyadari dan menginterpretasikan sesuai apa yang dilihatnya.
Dengan demikian, semua orang adalah sumber informasi bagi diri
sendiri dan orang lain.
3. Komunikasi Nonverbal Terikat oleh Budaya
Pengertian budaya di sini adalah luas, bisa berarti kebiasaan
keluarga atau kelompok kecil, kebudayaan daerah (suku atau
etnis) tertentu, atau kebudayaan bangsa. Dari percobaan di atas,
apabila kita dan pasangan adalah orang Jawa dan Batak, tentunya
dalam mengekspresikan pesan-pesan yang sama akan menampilkan
tindakan-tindakan nonverbal yang berlainan. Contohnya, dalam
mengambil sikap duduk orang Jawa yang masih memegang
Bab 1 | Komunikasi 23
teguh tata perilakunya akan bersikap teratur dan rapi. Mungkin
pasangannya yang bersuku Batak akan bersikap bebas dan terbuka.
Yang lainnya, dalam mengekspresikan kegembiraan pada orang Jawa
akan menampilkan sikap gembira yang terkendali, tetapi orang
Batak akan bersikap gembira dan lepas.
4. Komunikasi Nonverbal Mengungkapkan Perasaan dan Sikap
Sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan, pada saat kita dan
pasangan saling berpunggungan atau berpegangan tangan, masing-
masing dapat merasakan sentuhan dan ekspresi pasangannya
dengan jelas. Mungkin masing-masing mengekspresikan: grogi,
malu, bermain-main, bersahabat, dan lain-lain. Kesemuanya
merupakan ungkapan sikap dan perasaan.
5. Komunikasi Nonverbal Memodifikasi Pesan Verbal
Membentuk makna suatu pesan komunikasi dari percobaan yang
telah dilakukan, ketika pasangan berbicara dengan bertatap muka,
sering kali apa-apa yang diucapkan oleh masing-masing pasangan
dilengkapi dengan gerak tangan dan tubuh atau mimik wajah.
Misalnya, salah seorang berkata: “Saya serius dengan pendapat
ini.” Hal itu diucapkan dengan mata menatap tajam. Juga disertai
dengan gerakan-gerakan tangan yang lain.
Di dalam bukunya Communicating (1983), Anita Taylor dan kawan-
kawan memberikan gambaran tentang aneka ragam bentuk komunikasi
nonverbal. Dari hasil penelitian para psikolog diperkirakan gerak dan
mimik wajah manusia mampu menghasilkan lebih dari 20.000 ekspresi
yang berlainan. Di samping itu, ada 7.777 isyarat/gesture yang berbeda,
dan sejumlah 1.000 sikap yang berbeda pula.
Dari jenis dan jumlah yang digambarkan, pembagian tentang
komunikasi nonverbal yang diberikan oleh para ahli cukup bervariasi.
Namun, dalam bab ini akan diuraikan secara rinci jenis-jenis komunikasi
nonverbal ke dalam lima kelompok: komunikasi tubuh, komunikasi
ruang, diam, paralanguage, dan komunikasi temporal (waktu).
1. Komunikasi Tubuh
Tampaknya dari semua jenis komunikasi nonverbal komunikasi tubuh
adalah yang paling penting. Hal ini bisa dimengerti karena dalam
kehidupan manusia, komunikasi tubuh paling sering digunakan.
Komunikasi Kesehatan
24
Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu gestur
isyarat, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan. Berikut
disampaikan penyelesaian mengenai empat jenis komunikasi tubuh.
Pertama, komunikasi gestur: yaitu isyarat atau tanda yang
berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya komunikasi
gestur terdiri dari:
a. Emblem
Emblem adalah tanda-tanda yang akan menggantikan kata-kata
atau frasa-frasa secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan
lingkaran ibu jari, tanda perdamaian dengan membentuk huruf
“V” dengan jari, dan ajakan dengan melambaikan tangan.
b. Ilustrator
Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan
suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola
dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang membentuk
lingkaran, menggambarkan panjangnya Kereta Api Mutiara dengan
merentangkan kedua tangan. Bentuk-bentuk nonverbal yang
bersifat menggambarkan ini, biasanya lebih universal bagi semua
orang. Komunikasi nonverbal ini lebih umum dibandingkan tanda-
tanda (emblem). Akan tetapi, penggunaan bentuk komunikasi ini
berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang. Orang
Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama bahwa di
saat berbicara selalu menjaga diri dari perilaku yang atraktif.
c. Penampilan Afeksi
Penampilan afeksi adalah gerakan-gerakan wajah yang
mengekspresikan makna-makna emosi, marah, ketakutan, bahagia,
kaget, hasrat, atau kelelahan. Dibandingkan dengan emblem dan
bentuk ilustrator, penampilan afeksi sering disadari seperti aktor
di dalam memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula
dilakukan dengan tanpa disadari.
d. Regulator
Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersifat mengatur
(monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan
dengan orang lain. Seperti, di dalam percakapan kita tidak pasif,
menatap mata, menggelengkan kepala dan menganggukan
kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan tubuh, dan membuat
Bab 1 | Komunikasi 25
berbagai paralanguage seperti suara “mm ..., cck ... cck ...”. Jenis-
jenis nonverbal ini lebih terikat pada budaya dan tidak bersifat
umum. Jadi, dalam suatu percakapan, sikap-sikap regulator akan
memengaruhi ucapan-ucapan dari orang yang berbicara. Misalnya,
orang akan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan
diperhatikan dengan baik.
e. Adaptor
Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk menciptakan
rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan
merokok, pada saat menghadapi ujian, menggaruk kulit yang
gatal, dan membetulkan letak kacamata. Perilaku ini bisa disadari
atau tidak disadari. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu kita sulit
menebak perilaku ini. Misalnya seseorang yang menggaruk kulit
kepalanya. Apakah karena gatal atau sedang memikirkan sesuatu
atau yang lainnya, sulit dipastikan.
Kedua, komunikasi wajah, yaitu gerakan-gerakan wajah yang akan
dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi, terutama dalam hal
mengekspresikan emosi. Secara umum ada 8 kategori komunikasi
wajah, yaitu: bahagia, terkejut, ketakutan, marah, sedih, muak, jijik
dan rasa tertarik.
Dalam hal ini, Albert Mehrabian, memberikan tiga kategori besar
sebagai berikut: 1) rasa senang dan tidak senang; 2) arousal atau aktivitas
fisik dan psikis/mental; dan 3) rasa dominan dan sikap menurut.
Dari tiga kategori komunikasi wajah ini masing-masing akan
diberikan contoh. Di saat merasakan senang atau nyaman, lazimnya
seseorang mengekspresikan dengan tertawa, tersenyum, sikap
menikmati hidup, serta berbesar hati dalam berbicara dan bersikap.
Sikap dominan dapat ditunjukkan dengan postur tubuh yang santai,
suara yang keras/besar, sikap atau gaya mengatur, menjaga jarak, dan
menggunakan ruang besar di ruang kerjanya. Sedangkan sikap aurosal
dikomunikasikan dengan kecepatan rata-rata berbicara dan tinggi-
rendah suara.
Tiga kategori tersebut dapat juga berkombinasi dalam satu “paket”
perilaku nonverbal tertentu. Seperti rasa takjub atau kagum, rasa cinta,
dan terkesan oleh sesuatu. Misalnya, ketika seseorang merayakan
kelulusan meraih gelar sarjana dia mengekspresikan rasa senang dengan
Komunikasi Kesehatan
26
selalu tertawa, sikap positif dengan menceritakan perjuangannya dalam
ujian, dan sikap dominan dengan mentraktir teman-temannya.
Oleh karena komunikasi wajah dapat berkombinasi ketika
ditampilkan dalam gerakan-gerakan nonverbalnya, hal ini akan
menimbulkan persoalan-persoalan sebagai berikut:
a. Keakuratan
Ketepatan ekspresi emosi wajah yang akan ditampilkan dan hasil
dari ekspresi yang diterima sering menimbulkan ketidaksesuaian.
Persoalan ini, dalam studi komunikasi nonverbal sering
menimbulkan kesulitan. Akan tetapi, meskipun muncul persoalan
tersebut, keakuratan komunikasi wajah dapat dilihat dalam
semacam skala, dari bentuk yang mudah sampai yang sulit. Salah
satu studi yang cukup memberikan gambaran tentang emosi wajah
digambarkan sebagai berikut: kebahagiaan memiliki keakuratan 55-
100%, terkejut 38- 86%, dan kesedihan 19-88%. Dengan demikian,
kebahagiaan memiliki keakuratan yang tinggi, artinya ekspresi
bahagia mudah ditangkap maknanya apabila terjadi pada seseorang.
b. Pengaruh dari Konteks
Ekspresi wajah akan diterima artinya secara berbeda oleh orang-
orang apabila dikaitkan pada konteks yang berlainan. Suatu studi
menunjukkan bahwa ketika seseorang sedang tersenyum dengan
memperlihatkan muka masam, senyumannya akan dinilai sebagai
sikap jahat atau mengejek. Akan tetapi, ketika senyuman itu
memperlihatkan garis kerutan dahi yang tegas, hal ini mencerminkan
sikap senang dan bersahabat. Studi ini juga membuktikan bahwa
gerakan-gerakan wajah akan mencerminkan emosi diri.
c. Universal atau Relatif
Ekspresi emosi wajah lebih bersifat universal. Orang Indonesia
ketika berkomunikasi dengan orang Eropa, mampu merasakan dan
membaca emosi-emosi diri orang Eropa melalui ekspresi wajahnya.
Seperti takut, senang, dan marah. Sifat relatif dari ekspresi wajah
lebih pada apakah ekspresi tertentu diterima atau tidak, bukan pada
cara-cara mengekspresikannya. Contohnya, pada suku tertentu rasa
muak atau jijik, tabu untuk diekspresikan secara terbuka. Akan
tetapi, pada suku yang lain hal itu boleh diekspresikan dengan
terbuka.
Bab 1 | Komunikasi 27
d. Ekspresi Sesaat
Apakah ekspresi wajah tersembunyi atau terbuka tergantung pada
tingkat kesadaran seseorang terhadap tindakannya. Misalnya,
kita merasa tidak senang dengan yang lain. Ketika, orang lain
menangkap rasa tidak senang itu, kita berusaha menutupinya
dengan tersenyum. Senyuman itu akan terekspresikan sesaat, dan
selanjutnya kita sulit menghindari sikap yang semula, yakni rasa
tidak senang.
Ketiga, komunikasi mata, dalam hal ini ada tiga hal yang penting:
a. Fungsi Kontak Mata
Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi. Pertama,
memonitor umpan balik (feedback) dalam percakapan. Dengan
menatap dan kontak mata, kita membuat seorang teman merasa
diperhatikan dan dia akan senang berbicara dengan kita. Suasana
dialogis akan tercapai dalam percakapan itu. Kedua, tanda untuk
kembali pada percakapan. Kontak mata juga sebagai tanda untuk
kembali pada percakapan atau diskusi. Seorang dosen setelah
menjelaskan sesuatu akan bertanya: “Apakah ada pendapat dari
kalian?” Lalu dosen tersebut memejamkan mata sesaat. Hal
itu menjadi tanda terbukanya percakapan atau diskusi. Ketiga,
sebagai tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan mata atau
memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan.
Seseorang yang tertarik dengan orang lain atau sesuatu akan
meningkatkan kontak matanya. Di lain pihak, seorang mungkin
akan memelototkan mata karena tidak senang dengan orang lain.
Keempat, sebagai tanda kedekatan fisik. Ketika seorang wanita
ingin menyanyi dalam suatu acara pesta atau melakukan sesuatu,
ia meminta persetujuan pasangannya. Sang pria akan memejamkan
mata sekejap yang berarti setuju dan juga mendukung secara penuh.
b. Fungsi Menghindari
Seseorang menghindari tatapan mata dapat berarti dia tidak
tertarik atau bisa juga untuk menjaga jarak personalitasnya. Dalam
percakapan, orang dapat saja menghindari tatapan matanya karena
ia tidak tertarik. Sementara dalam bus, orang menghindari tatapan
mata untuk menjaga personalitasnya.
Komunikasi Kesehatan
28
c. Melebarkan Mata
Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecantikan. Akan tetapi,
bisa juga orang memelototkan mata karena dia kagum atau takjub
terhadap sesuatu. Bisa juga karena seseorang sedang marah.
Keempat, komunikasi sentuhan; yaitu bahwa sentuhan manusia
merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primitif. Ketika
seorang bayi masih di dalam kandungan, sang ayah sering menyentuh
perut sang ibu untuk menunjukkan rasa bahagia dan kasih sayang.
Setelah sang bayi lahir, kasih sayang, rasa aman, dan rasa memiliki
diberikan oleh orangtuanya melalui sentuhan-sentuhan. Sentuhan
bagi sang bayi adalah sebagai awal untuk belajar dan akan menjadi
pengalaman hidupnya. Sang bayi sendiri mulai belajar menyentuh apa
saja yang ada di sekitarnya. Dia juga belajar menyentuh dirinya sendiri,
menyentuh kuping, jari tangan, hidung, atau alat genitalnya. Setelah
bayi itu dewasa, dia mulai belajar untuk melakukan sentuhan terhadap
orang lain yang bukan anggota keluarganya, juga segala sesuatu yang
ada. Dengan demikian, sentuhan memang menjadi bahasa komunikasi
yang penting. Bahasa sentuhan memiliki sejumlah fungsi dalam proses
komunikasi, yaitu:
a. Ungkapan Seksual
Fungsi seksual ini mudah dipahami dan sangat jelas. Seperti,
seorang anak menyentuh alat vital, mencium, sentuhan yang
berkaitan dengan “intercourse” atau hubungan badan, atau bentuk
sentuhan yang lain. Seorang pria yang memelihara kumis dan
cambang atau seorang wanita yang menghaluskan kulit tubuhnya,
keduanya disadari atau tidak akan meningkatkan peran sentuhan
dalam berkomunikasi.
b. Menghibur
Melalui sentuhan orang dapat menghibur dan memberi dukungan
kepada orang lain. Contohnya, memegang tangan, membelai
rambut, atau memeluk. Di samping itu, sentuhan merupakan
bentuk pernyataan diri. Di mana dan bagaimana kita menyentuh
menunjukkan seberapa luas dan dalam pernyataan diri itu.
Misalkan, mengucapkan selamat dengan bersalaman adalah
mencerminkan hubungan sosial. Sedangkan, mencium pipi
menunjukkan hubungan antarpribadi yang intim.
Bab 1 | Komunikasi 29
c. Kekuasaan dan Dominasi
Perilaku menyentuh bisa berarti perhatian sekaligus sikap
menguasai dan dominasi. Sebagai contoh, seseorang berbicara
sambil merangkul dan memegang punggung. Di lain pihak,
sentuhan juga menunjukkan status dan kekuasaan.
Contohnya, seorang pria di tempat umum, pesta, restoran, atau
sekolah selalu menyentuh pasangannya. Hal ini menunjukkan dominasi
pria atas wanita. Akan tetapi, kalau sentuhan yang sama dilakukan oleh
wanita kepada pasangannya, hal itu lazimnya tidak dipandang sebagai
dominasi, tetapi sebagai rasa kasih sayang.
2. Komunikasi Ruang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara dengan
jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan berpegangan
tangan. Ada lagi orang yang tidak senang didekati, tidak senang orang
lain masuk ke kamarnya, atau duduk di mejanya. Orang ada juga yang
sering mengganti dekorasi rumahnya atau menyenangi warna-warna
tertentu. Semua itu adalah aspek-aspek dari komunikasi ruang. Dari
contoh-contoh tersebut, komunikasi ruang dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis, yaitu:
a. Proxemics atau Komunikasi Jarak
Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang fisik yang membatasi
jarak orang-orang di dalam hubungan antarpribadi. Menurut
Edward T. Hall (1963), manusia memiliki empat jarak yang dapat
menggambarkan empat hubungan manusia. Pertama, jarak intim,
yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm. Pada jarak ini orang
yang berkomunikasi mampu menyentuh, merasakan suara, dan bau
atau napas dari pasangannya. Jarak intim dalam komunikasi juga
terbentuk dari meningkatnya hubungan psikologis. Kedua, jarak
personal. Jarak ini merupakan batas pribadi seseorang yang tidak
bisa disentuh orang lain. Berjarak antara 75-120 cm. Ketiga, jarak
sosial, yakni jarak di dalam hubungan sosial kita dengan orang-
orang lain. Jarak 120-210 cm merupakan jarak yang berhubungan
dengan urusan pekerjaan yang bersifat impersonal. Dan jarak
210-360 cm adalah jarak untuk urusan pekerjaan yang bersifat
lebih formal. Keempat, jarak publik. Pada jarak 360-450 cm orang
Komunikasi Kesehatan
30
lain bisa mengambil sikap mempertahankan diri dari ketakutan
terhadap orang lain. Misalkan, di tempat-tempat umum atau di
kendaraan umum. Sedangkan, jarak 450-750 cm merupakan jarak
yang membatasi kita dengan suatu kelompok besar orang-orang.
Seperti, jarak antara panggung opera dengan penontonnya.
b. Teritorial
Hampirmiripdenganperilakubinatangjantandalammempertahankan
wilayah kehidupannya, manusia pun di dalam proses komunikasi
memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas ini bisa berarti
menunjukkan kepemilikan. Contohnya, ruang kamar, ruang belajar,
atau tempat duduk di sekolah, tidak boleh ditempati atau disentuh
orang lain. Komunikasi teritorial ini juga menunjukkan status
seseorang. Seorang manajer bisa dengan bebas masuk ruang kerja
karyawannya,tetapiparakaryawantidakbisasembaranganmemasuki
ruang kerja manajernya. Demikian pula, pada keluarga-keluarga
tertentu, seorang ayah bebas memasuki kamar anaknya, tetapi anak-
anak tidak boleh secara bebas memasuki kamar orangtuanya.
c. Estetika dan Warna
Estetika adalah komunikasi ruang yang berkaitan dengan dekorasi
ruang atau tempat tertentu. Biasanya orang menciptakan ruang atau
tempat tertentu agar mempunyai arti dan keindahan. Keindahan
akan berhubungan dengan cita rasa pemilik ruangan. Misalkan,
ruang tamu yang cantik akan mempunyai jendela yang besar, warna
dinding abu-abu kecokelatan, sinar lampu yang redup, kursi dan
meja yang atraktif menyenangkan. Sedangkan, komunikasi warna
berkaitan dengan arti-arti tertentu dan hubungan warna dengan
personalitas. Warna merah bisa berarti berani, warna biru berarti
kesedihan, atau merah “pink” berarti bahagia dan sehat. Seseorang
yang menyukai warna merah biasanya impulsif, aktif, agresif, penuh
semangat, simpatik, cepat menilai orang, tidak sabar, dan kuat
dorongan seksualnya. Mereka yang menyukai warna biru lazimnya
konservatif, introspeksi, dan selalu berhati-hati.
3. Komunikasi Diam
Ada pepatah “diam itu emas”. Pepatah ini memberikan makna yang
sangat banyak, dapat berarti bersikap tidak memihak, tidak suka
Bab 1 | Komunikasi 31
membicarakan orang lain, setuju dengan hal-hal yang baik, dan mudah
memahami kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
“diam” memberikan banyak informasi di dalam proses komunikasi
manusia. Dalam proses komunikasi sehari-hari, “diam” berkaitan
dengan beberapa fungsi berikut:
a. Memberi Kesempatan Berpikir
Sering kali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir
bagi seorang pembicara. Seorang pembicara diam sesaat untuk
melanjutkan apa-apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Kadang-
kadang bukan hanya pesan-pesan yang bersifat verbal, tetapi
tindakan-tindakan apa yang sekiranya mendukung apa yang telah
dibicarakan.
b. Menyakiti
Hampir semua orang pernah berpikir, “saya akan mendiamkan
orang yang menjengkelkan itu”. Umumnya hal ini, dilakukan
setelah dua orang selesai bertengkar, masing-masing saling berdiam
diri. Fungsi lain dari diam adalah menolak keberadaan dan peran
seseorang di dalam suatu kelompok.
c. Mengisolasi Diri Sendiri
Kadang kala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang
terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalkan, seseorang merasa
cemas dan malu berada di dalam suatu kelompok orang-orang.
d. Mencegah Komunikasi
Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak
membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak
membicarakan pribadi orang lain. Di samping itu, diam juga berarti
mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.
e. Mengomunikasikan Perasaan
Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-tanggapan
emosional. Misalkan seseorang diam untuk menolak dominasi satu
terhadap yang lain di dalam hubungan antarpribadi.
f. Tidak Menyampaikan Sesuatu Pun
Sering kali diam terjadi karena di sana tidak ada yang saling
berbicara, atau seseorang memang sedang tidak ingin melakukan
atau mengatakan apa-apa.
Komunikasi Kesehatan
32
4. Paralanguage
Paralanguage dapat diidentifikasikan sebagai suara-suara atau vokal
nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan. Paralanguage
mencakup ketepatan berbicara; volume; ritme; resonansi; bentuk-
bentuk vokal, seperti tertawa, pekikan, rintihan, semburan, rengekan,
suara-suara “uh-uh, shh”; dan tinggi rendah suara. Dalam hal ini, ada
tiga hal yang berkaitan dengan paralanguage, yaitu:
a. Paralanguage dan Persepsi
Orang sering cepat menilai orang lain berdasarkan suara-suara
paralanguage. Ketika mendengar pidato yang bersuara rendah, dinilai
bahwa orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah diri
dengan apa-apa yang disampaikan. Di pihak lain, pada orang yang
berbicara keras, dinilai sebagai orang yang mempunyai “ego” tinggi.
Hubungan persepsi dan paralanguage ada dua. Pertama, paralanguage
dan formasi kesan. Suara-suara tertentu seseorang merupakan
gejala dari tipe personalitasnya. Contohnya, di saat kita kuliah akan
muncul kesan-kesan terhadap dosen. Formasi kesan ini meliputi:
kesan-kesan fisik (postur tubuh, jenis kelamin, atau usia), kesan-
kesan personal (sikap terbuka, malu, atau agresif), kesan-kesan
evaluatif (berbicara lepas, suara keras dan mengancam, atau sikap
bersahabat). Kedua, mengidentifikasi sikap emosional. Paralanguage
menunjukkan sikap-sikap emosional diri. Misalnya, seseorang yang
putus asa akan mengeluh, mungkin bersuara “ckk atau uh”.
b. Paralanguage dan Percakapan
Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peran-peran
pembicara dan pendengar di dalam percakapan. Contohnya, apabila
seseorang ingin berbicara terus-menerus, diselang dengan suara
“mm ..., nn ...”. Sedangkan, apabila memberi kesempatan berbicara
pada yang lain akan bersuara “yah” atau yang lainnya.
5. Komunikasi Temporal (Waktu)
Penggunaan waktu pada setiap masyarakat akan berbeda-beda. Pada
masyarakat tertentu ketepatan waktu dalam segala aktivitas sangat
dianggap krusial. Akan tetapi, oleh masyarakat yang lain ketepatan waktu
di dalam setiap kegiatan tidak dianggap penting, dan keterlambatan
waktu tertentu masih ditolerir. Pentingnya ketepatan dan keterlambatan
Bab 1 | Komunikasi 33
waktu bisa juga berbeda bagi setiap individu. Penggunaan waktu yang
efisien dan efektif dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi orang-
orang “penting”, kaum profesional, atau para eksekutif. Akan tetapi,
hal itu mungkin tidak dianggap penting bagi masyarakat golongan yang
lain. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan penggunaan waktu di
dalam proses komunikasi, yaitu:
a. Menunjukkan Status
Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam
beberapa segi kehidupan. Misalkan, seorang mahasiswa akan
berusaha “on time” atau tepat waktu apabila dia mempunyai janji
dengan dosennya. Sebaliknya, tidak demikian dengan dosennya,
apabila dia membuat janji dengan mahasiswanya.
b. Waktu dan Kesesuaian
Artinya penggunaan waktu dalam proses komunikasi berkaitan
dengan kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya,
seorang dosen yang sibuk akan menyempatkan hari-hari tertentu
untuk dapat memberikan konsultasi kepada mahasiswanya karena
waktu-waktu yang lain harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
lain yang penting. Seorang dokter mempunyai jam-jam praktik
tertentu karena waktu-waktu yang lain dia harus menengok pasien-
pasiennya di rumah sakit. Akan tetapi, seorang dosen akan memberi
toleransi waktu lain untuk konsultasi bagi mahasiswa tertentu yang
sudah saatnya mengikuti ujian sidang kelulusan kesarjanaannya.
Juga, para dokter akan menerima telepon di luar jam kerjanya
apabila harus menghadapi keadaan darurat yang menyangkut nyawa
orang lain.
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya dalam
beberapa hal komunikasi verbal berbeda dengan komunikasi nonverbal,
tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi
yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna
suatu pesan komunikasi akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran
ini merupakan fungsi umum dari komunikasi nonverbal.
Sebenarnya, ada beberapa fungsi umum dari komunikasi nonverbal,
tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi nonverbal
bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan
komunikasi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal memodifikasi
Komunikasi Kesehatan
34
komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman
(1965) sebagai berikut:
a. Repetisi atau Pengulangan
Perilaku-perilakunonverbalmungkinmerupakanpengulanganuntuk
memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika
seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak kampus UI Salemba;
kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata, “Setelah Bapak
menemukan perempatan jalan di depan, Bapak belok ke arah utara.”
Sesaat kemudian, kita masih perlu menegaskan atau memperkuat
penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari ke mana arah
utara tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan
memberikan gambaran dengan peragaan nonverbal yang lain. Untuk
hal yang sama, fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian
isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan
dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti
“ya”, menggelengkan kepala berarti “tidak”, melambaikan tangan
berarti “halo” atau “selamat tinggal”, dan meletakkan tangan di
kuping bisa berarti “saya tidak mendengar”. Namun, seperti yang
dijelaskan di atas, penggunaan tanda-tanda gestur itu bisa berarti
lain pada kebudayaan lain yang berbeda. Contohnya, di Amerika
Serikat sikap setuju atau OK bisa diungkapkan orang dengan
membuat bentuk lingkaran dari penggabungan ibu jari dan keempat
jari yang lain. Akan tetapi, tanda ini bisa berarti berbeda di negara
lain, di Prancis berarti orang bodoh (nol).
b. Kontradiksi atau Perlawanan
Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang
sifatnya berlawanan. Tindakan-tindakan ini biasanya terekspresikan
secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang
terucapkan. Sikap-sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang
bermakna rangkap. Contohnya, ketika wajah seseorang merah
padam dan sikap yang menahan emosi, seorang teman bertanya,
“Marah ya?” Namun, dia akan bilang, “Tidak, saya tidak marah.”
Jelas bahwa sikap dan ucapan orang tersebut bertentangan.
Sungguhpun demikian, biasanya, kontradiksi antara kata-kata yang
terucapkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan tidak tampak
dengan jelas, halus, dan disamarkan. Ada banyak alasan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri
Bab 1 | Komunikasi 35
melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap. Misalnya,
orang menutupi rasa grogi di saat bicara di depan orang banyak
dengan duduk terpaku, atau ketika seseorang menunjukkan sikap
atraktif karena ingin akrab dengan orang lain, padahal biasanya
dia tidak bersikap seperti itu. Namun, perlu diingat pesan-pesan
ganda yang kita tampilkan dengan halus mempunyai akibat yang
besar apabila orang lain melihat ketidakkonsistenan antara tindakan
dan ucapan. Orang akan lebih percaya pada perilaku nonverbal
dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi.
c. Substitusi atau Pengganti
Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang
dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan
sesuatu, kita hanya “angkat bahu” untuk mengatakan tidak tahu.
Dalam hal ini sering tidak disadari tindakan-tindakan nonverbal
ini. Seperti tersenyum, menarik napas panjang, atau mengerutkan
kening yang bermakna ganda. Sering kali proses yang demikian itu
akan memengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada.
d. Komplemen atau Pelengkap
Tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi untuk melengkapi
pesan verbal. Biasanya tindakan nonverbal mengadaptasi pesan-
pesan verbal. Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung
dan merasa bangga telah mencapai puncak serta kembali dengan
selamat. Perasaan bangga tersebut kita ungkapkan kepada seorang
teman dengan cara menceritakan tentang bagaimana sulitnya medan
yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan-gerakan tangan, luas
dan indahnya puncak gunung dengan merentangkan tangan, atau
curamnya kemiringan bukit-bukit dengan gerakan tangan dan tubuh
yang dimiringkan. Dari contoh tersebut, banyak tindakan-tindakan
nonverbal dari seluruh bagian tubuh digunakan untuk melengkapi
pembentukan makna pada pesan-pesan verbal. Contoh itu juga
menjelaskan, bahwa tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi
melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang
ilustratif, proses komunikasi akan lebih bermakna.
e. Regulasi atau Pengatur
Perilaku nonverbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur
pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa
Komunikasi Kesehatan
36
sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju.
Contohnya, ketika dua orang berbicara, yang lain mengangguk
atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat membuat percakapan
berlangsung dengan baik. Sedangkan, apabila orang yang
mendengar selalu menggelengkan kepala, percakapan tidak akan
berlangsung dengan baik.
f. Aksentuasi atau Penekanan
Tanda-tanda nonverbal juga berfungsi menekankan atau
menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan
dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi.
Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik
(kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal (Budi, 2017).
37
A. Pendahuluan
Modernisasi, membuat komunikasi menjadi kebutuhan primer dengan
berbagai bentuk dan caranya dalam kehidupan manusia. Mulanya,
komunikasi hanya terdapat pada masyarakat atau kelompok orang yang
hidup berdekatan. Namun, dengan adanya kecepatan media informasi
dan kompleksnya berbagai macam hubungan, maka komunikasi menjadi
masalah semua orang. Komunikasi memiliki beberapa model, dan setiap
modelnya memiliki definisi yang berbeda pula. Model komunikasi dibuat
agar mempermudah proses komunikasi dan melihat komponen dasar
yang perlu dalam suatu komunikasi. Komunikasi merupakan suatu
proses yang terlihat dari setiap gejala atau peristiwa yang tidak luput
dari adanya suatu komunikasi yang terjalin antarmanusia.
B. Pengertian Model Komunikasi
Apa yang dimaksud dengan model? Apakah model sama atau berbeda
dengan teori? Dalam buku-buku dan jurnal-jurnal komunikasi, masih
banyak ditemui kerancuan tentang penggunaan konsep teori dan
model. Akibatnya pembaca menjadi sulit untuk membedakan yang
mana disebut teori dan yang mana disebut sebagai model. Bahkan
tidak jarang ditemui teori X disebut sebagai model x atau sebaliknya.
MODEL KOMUNIKASI
BAB 2
Komunikasi Kesehatan
38
Meskipun penjelasan dan batasan tentang kedua konsep tersebut masih
merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan, untuk keperluan buku ini
uraian tentang teori dan model yang diberikan oleh Littlejohn (1983)
dan Hawes (1975) akan dijadikan sebagai patokan.
Menurut Littlejohn (1983: 12), “In a broad sense the term model can
apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea.” (Dalam
pengertian luas pengertian model menunjukkan setiap representasi
simbolis dari suatu benda, proses, atau gagasan/ide). Pada level
konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan
demikian, model bisa berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau
matematika. Biasanya model dipandang sebagai analogi dari beberapa
fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn
dan Hawes (1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation),
sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan
demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari
suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat
faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Akan tetapi,
model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan interaksi
antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model.
Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat kaitan antara
teori dan model. Menurut Deutsh (1966), model dalam konteks ilmu
pengetahuan sosial, mempunyai 4 (empat) fungsi. Pertama, fungsi
mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan
sesuatu hal dengan cara mengurut-urutkan serta mengaitkan satu
bagian/sistem dengan bagian sistem lainnya, sehingga kita memperoleh
gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Aspek lainnya
dari fungsi pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran
umum tentang suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model
membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan
penjelasan, namun model membantu kita dalam menjelaskan tentang
suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana. Tanpa model,
informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas. Ketiga,
fungsi “heuristik”. Artinya melalui model, kita akan dapat mengetahui
sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan
memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari
sebuah proses atau sistem. Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita
dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai.
Bab 2 | Model Komunikasi 39
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun
abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur penting fenomena tersebut.
model jelas bukan fenomena, tetapi peminat komunikasi, termasuk
mahasiswa sering mengaitkan model komunikasi dengan fenomena
komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi,
model mempermudah penjelasan tersebut.
Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting,
karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam
merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang berisikan
penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat
antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya.
Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan
banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan
unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan
demikian, model-model komunikasi juga memberikan gambaran kepada
kita tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur-unsur/
faktor-faktor yang ada dalam sistem. Pengertian struktur menunjuk
pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor
dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya yang ada dalam sebuah
sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan
garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-
faktor lainnya dalam sebuah sistem. Pengertian fungsional menunjuk
pada tugas dan peran dari setiap unsur/faktor dalam sebuah sistem.
Oleh karena itu, melalui model, kita akan dapat memahami secara
mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur-
unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam
konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi,
ataupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.
Sebagai pengantar, contoh-contoh model komunikasi yang akan
dibahas dalam bab ini hanyalah terbatas pada beberapa model yang
tergolong kelompok model-model dasar dan kelompok model pengaruh
personal, penyebaran, dan dampak komunikasi massa. Model-model
dasar yang akan diuraikan adalah: (1) model komunikasi intrapribadi
dan komunikasi antarpribadi dari Barnlund, (2) model komunikasi
klasik dari Lasswell, (3) model komunikasi sirkuler dari Osgood dan
Schramm, (4) model komunikasi dari Webner, (5) model komunikasi
dari Riley and Riley, (6) model ABX Newcomb, (7) model komunikasi
Komunikasi Kesehatan
40
dari Shannon dan Weaver, dan (8) model komunikasi DeFleur. Model-
model pengaruh personal, penyebaran, dan dampak komunikasi yang
akan dibahas adalah: (1) model S-R dari DeFleur, (2) model pengaruh
psikologis TV dari Comstock, (3) model komunikasi massa dua tahap
dari Katz dan Lazarfeld, serta (4) model “spiral keheningan” dari Noelle-
Neumann (Budi, 2017).
Definisi model komunikasi menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Sereno dan Mortensen
Suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai
apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu
model mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan
menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia
nyata.
2. B. Aubrey Fisher
Model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian
dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari
fenomena yang dijadikan model.
3. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr.
Model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan
hubungan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu
teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori, dan
menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep.
Para ahli umumnya merancang model-model komunikasi dengan
menggunakan serangkaian bilik, lingkaran, panah, garis, dan sebagainya
untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan variabel-variabel
yang membentuk komunikasi dan menyarankan atau melukiskan
hubungan di antara komponen-komponen tersebut. Kata-kata, huruf,
dan angka sering digunakan untuk melengkapi model-model komunikasi
tersebut.
C. Fungsi dan Manfaat Model
Komunikasi sehubungan dengan model komunikasi, Gordon Wiseman
dan Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai
tiga fungsi, yaitu:
Bab 2 | Model Komunikasi 41
1. Melukiskan proses komunikasi.
2. Menunjukkan hubungan visual.
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan
komunikasi.
Model tidak hanya memberi manfaat kepada para ilmuwan,
namun model juga menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan
masalah, jika model awal tidak berhasil memprediksi. Oleh karena
itu, pembuat model juga harus memutuskan ciri-ciri apa dari dunia
nyata, misalnya dari fenomena komunikasi, yang akan dimasukkan
ke dalam sebuah model. Model juga berfungsi sebagai basis bagi teori
yang telah kompleks, alat untuk menjelaskan teori dan menyarankan
cara-cara untuk memperbaiki konsep. Sebagai alat dapat dipakai kata-
kata, angka, simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek,
teori, atau proses.
Dalam ilmu komunikasi, biasanya model-model komunikasi
dirancang dengan menggunakan serangkaian blok, segi empat,
lingkaran, panah, garis, spiral, dan lain-lain. Model menguji suatu
temuan dalam dunia nyata, walaupun tidak pernah final karena selalu
diuji dengan penemuan model terbaru. Pendapat para ahli mengenai
fungsi dan manfaat model-model komunikasi, yaitu:
1. Gordon Wiseman dan Larry Barker
Mengemukakan bahwa model komunikasi mempunya tiga fungsi:
pertama, melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan
hubungan visual; dan ketiga, membantu dalam menemukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi.
2. Deutsch
Menyebutkan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu:
a. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang
tadinya tidak teramati).
b. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang
tidak diketahui).
c. Prediktif memungkinkan peramalan dari sekadar tipe ya atau
tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan dengan kapan
dan berapa banyak.
d. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi.
Komunikasi Kesehatan
42
e. Fungsi-fungsi tersebut pada gilirannya merupakan basis untuk
menilai suatu model.
f. Seberapa umum model tersebut? Seberapa banyak bahan yang
diorganisasikan dan seberapa efektif?
g. Seberapa heuristik model tersebut? Apakah dapat membantu
menemukan hubungan baru, fakta, atau metode?
h. Seberapa penting prediksi yang dibuat dari model tersebut
bagi bidang penelitian?
i. Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan
model tersebut? Seberapa orisinal model tersebut? Seberapa
banyak pandangan yang ditawarkan?
3. Irwin D.J. Boss
Menyebutkan beberapa manfaat model. Model dapat menyediakan
kerangka rujukan untuk memikirkan masalah, bila model awal
tidak bisa memprediksi. Ketika suatu model diuji, karakter
kegagalan kadang-kadang dapat memberikan petunjuk mengenai
kekurangan model tersebut. Sebagian kemajuan ilmu pengetahuan
justru dihasilkan dari kegagalan sebuah model. Manfaat lain dari
pembuatan model adalah terbukanya problem abstraksi. Dunia
nyata adalah lingkungan yang sangat rumit. Sebuah apel, misalnya,
mempunyai banyak sifat, ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya.
Dalam memutuskan apakah apel itu akan dimakan atau tidak,
hanya sebagian sifat apel ini yang dipertimbangkan. Suatu tingkat
abstraksi dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Oleh karena
itu, pembuat model juga harus memutuskan ciri-ciri apa dari dunia
nyata, misalnya dari fenomena komunikasi yang akan dimasukkan
ke dalam sebuah model. Dengan membuat proses abstraksi ini
penggunaan model dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Lebih jauh, hal itu dapat menyarankan eksperimen awal untuk
memastikan karakter mana yang relevan untuk pengambilan
keputusan.
4. Raymond S. Ross
Model memberi penglihatan yang lain, berbeda, dan lebih dekat,
model menyediakan kerangka rujukan, menyarankan kesenjangan
informasional, menyoroti problem abstraksi, dan menyarankan
suatu masalah dalam bahasa simbolik bila terdapat peluang
Bab 2 | Model Komunikasi 43
untuk menggunakan gambar atau simbol. Model komunikasi
juga banyak memberikan manfaat, terutama kepada ilmuwan,
untuk memperjelas teori yang mereka kemukakan. Model juga
memberikan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah yang
mungkin timbul, memberi peluang akan terbukanya problem
abstraksi, dan memberikan penglihatan berbeda atau lebih dekat.
Model-model komunikasi memberikan gambaran tentang struktur
dan hubungan fungsional dari unsur atau faktor yang ada dalam
suatu sistem. Melalui model kita akan dapat memahami dengan
lebih mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari
unsur/faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam
konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok atau
organisasi, maupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat
secara luas.
Tipologi Model
Gerhard J. Hanneman dan William J. McEwen, menggambarkan suatu
taksonomi model yang mudah dipahami dalam suatu grafik yang
melukiskan derajat abstraksi berlainan. Model yang mungkin lebih
penting adalah model simbolik yang terdiri dari model matematik
(misalnya E = mc2) dan model verbal, lalu model fisik yang terdiri dari
model ikonik dan model analog.
Model verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan
kata-kata, meskipun bentuknya sangat sederhana. Definisi-definisi
komunikasi yang dirumuskan dalam kalimat-kalimat, seperti definisi
para tokoh, termasuk dalam model verbal ini. Model verbal sangat
berguna, terutama untuk menyatakan hipotesis atau menyajikan hasil
suatu penelitian.
S. Ross menyebut model demikian sebagai model verbal-piktorial.
Model grafik atau model diagramatik secara skemaris menampilkan
apa yang dapat disajikan dengan sekadar kata-kata. Contoh model ini
adalah model struktur organisasi yang sering kita lihat, yang dilihat
dari perspektif organisasi, tingkat-tingkat jabatan, dan hubungan kerja.
Model fisik secara garis besar terbagi dua, yakni model ikonik yang
penampilan umumnya (rupa, bentuk, tanda-tanda) menyerupai objek
yang dimodelkan, seperti model pesawat terbang, boneka, mannequin,
maket sebuah gedung, dan sebagainya. Serta model analog yang
Komunikasi Kesehatan
44
mempunyai fungsi serupa dengan objek yang dimodelkan, meskipun
bentuk fisiknya tidak serupa, seperti komputer yang fungsinya
menyerupai otak manusia.
Sebagian model ikonik, selain menyerupai objek aslinya, juga
menunjukkan sebagian fungsi penting objek yang dimodelkan tersebut.
Contoh terbaik model ikonik ini adalah replika pesawat terbang, mobil,
kereta api, dan sebagainya. Meskipun tampak rumit, sebenarnya
merupakan versi sederhana dari kendaraan-kendaraan tersebut yang
cara beroperasinya jauh lebih rumit. Kita dapat mempelajari masalah
pesawat terbang melalui operasi model fisik tersebut, sebagaimana
seorang ilmuwan dapat mempelajari fenomena alam lewat suatu model
yang merepresentasikannya.
Model pesawat terbang jauh lebih mudah dipahami daripada
pesawat terbang yang sebenarnya karena berbagai alasan, model lebih
menyenangkan ditangani dan dimanipulasi. Model juga lebih sederhana
daripada pesawat yang sebenarnya dan prinsip-prinsip bekerjanya juga
lebih jelas. Namun, tentu saja ada kekurangannya. Sebagian ciri pesawat
terbang sebenarnya mungkin terabaikan bila kita terlalu memperhatikan
modelnya. Inilah risiko mempelajari fenomena lewat model.
Sebenarnya para ilmuwan menggunakan replika pesawat terbang
untuk mempelajari kinerja pesawat terbang yang asli. Model sebenarnya
bukan dimaksudkan sebagai alat pemberi informasi yang lengkap
dan berguna mengenai objek yang dimodelkan. Apakah suatu model
itu bermanfaat atau tidak, akan dikaji lewat pengalaman dengan
membandingkan kinerja pesawat asli dengan modelnya.
Dalam dunia pendidikan, model fisik kadang-kadang digunakan
untuk tujuan pengajaran. Dalam ilmu kedokteran misalnya, digunakan
model manusia yang dilengkapi organ-organ tubuh bagian dalam,
seperti otak, jantung, paru-paru, dan lain-lain. Model bumi juga
digunakan dalam pelajaran geografi untuk menunjukkan permukaan
bumi. Model tata surya yang dapat kita lihat di planetarium berguna
juga bagi para peminat astronomi. Model tata surya sebenarnya dapat
dijelaskan dengan model fisik ataupun model verbal. Bola-bola yang
disebut planet-planet itu dapat digantikan dengan simbol-simbol yang
mempresentasikan planet tersebut. Model verbal punya peran penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam tahap awal
penjelajahan suatu topik atau presentasi hasil.
Bab 2 | Model Komunikasi 45
Model verbal menghadapi banyak kesulitan karena keterbatasan
bahasa, dan karena itu model verbal ini sering diganti atau dilengkapi
dengan model matematik yang menjelaskan fenomena secara lebih
sederhana.
Pembuatan model adalah upaya penting dalam memajukan
ilmu pengetahuan dan kuantitas model yang dihasilkan menandai
kematangan ilmiah disiplin tersebut. Dibutuhhkan pandangan yang luar
biasa untuk menciptakan model baru. Namun, hal itu tidak otomatis
memadai.
Seperti juga teori, model dapat diterima sepanjang belum
dinyatakan keliru berdasarkan data terbaru yang ditemukan di lapangan.
Perbaikan model sekecil apa pun, memang berdasarkan interaksi antara
model dan data. Kadang-kadang data begitu banyak, namun model
yang dihasilkan kurang memuaskan, sehingga kemajuan yang dialami
disiplin ilmu yang bersangkutan begitu lamban. Berbagai upaya ilmiah
harus terus dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung model
yang dirancang. Para ilmuwan dapat bekerja sama untuk menghasilkan
model, seperti Brahe yang mengumpulkan data yang baik dan Kepler
yang menyediakan model.
Pada umumnya, tidak ada suatu model yang berhasil muncul secara
tiba-tiba. Suatu model yang baik biasanya telah melewati banyak tahap
ujian, yang mungkin memakan waktu puluhan tahun. Tidak ada model
yang sempurna atau final. Bahkan ketika model sudah diterima luas,
ada saja nuansa baru yang muncul dari fenomena yang dimodelkan,
sehingga dikembangkan lagi model baru untuk mengakomodasi
nuansa baru tersebut. Hal ini juga berlaku untuk pembuatan model
dalam ilmu-ilmu sosial termasuk ilmu komunikasi. Suatu model
sering menunjukkan kekurangan-kekurangan mengenai karakteristik
fenomena yang dimodelkan. Karena itu model suatu fenomena bisa
diperbaiki berdasarkan model pertama tadi yang dari waktu ke waktu
dihadapkan dengan data yang lebih baru yang ditemukan di lapangan.
Pada dasarnya model komunikasi yang juga punya sifat dan fungsi
yang mirip dengan model-model lain yang telah dibahas sebelumnya.
Hanya saja, oleh karena dalam ilmu sosial, termasuk komunikasi,
terdapat berbagai perspektif, maka lazimnya terdapat berbagai model
untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Oleh karena sifat
fenomena yang cair dan dinamis serta berubah-ubah, yang membedakan
Komunikasi Kesehatan
46
perilaku manusia dengan perilaku objek alam yang diangggap statis,
pembuatan model fenomena sosial menjadi lebih sulit.
Berdasarkan paradigma yang bertentangan itu, ilmuwan sosial
yang berpandangan objektif, menganggap bahwa manusia cenderung
makhluk yang pasif, tidak jarang menggunakan model matematik.
Sedangkan ilmuwan sosial berpandangan subjektif, yang menganggap
bahwa manusia aktif, biasanya lebih banyak menggunakan model verbal.
D. Penilaian Model Komunikasi
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu
model komunikasi:
1. Seberapa umum (general) model tersebut?
2. Seberapa banyak bahan yang diorganisasikan dan seberapa efektif?
3. Seberapa heuristik model tersebut? (Apakah membantu me­
nemukan hubungan-hubungan baru, fakta, atau metode).
4. Seberapa penting prediksi yang dibuat model tersebut bagi
penelitian?
5. Seberapa strategis prediksi itu pada tahap perkembangan bidang
tersebut?
6. Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan
model tersebut?
Dalam menilai model, Deutsch menambahkan beberapa hal berikut:
1. Orisinalitas model. Seberapa banyak pandangan baru yang
ditawarkan?
2. Bagaimana kesederhanaan dan kehematan model tersebut?
3. Seberapa nyata model tersebut?
4. Seberapa jauh kita bergantung pada model tersebut sebagai
representasi realitas fisik?
E. Model-model Komunikasi Sebagai Perkenalan
Model komunikasi kurang lebih adalah suatu replika kebanyakan model
diagramatik dari dunia nyata. Komunikasi bersifat dinamis sebenarnya
komunikasi sulit dimodelkan. Penggunaan model berguna untuk
Bab 2 | Model Komunikasi 47
mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur
tersebut berhubungan:
1. Model S–R
Model stimulus respons (S–R) adalah model komunikasi paling
dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang
beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan
stimulus–respons. Model S–R mengabaikan komunikasi sebagai
suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia.
Secara implisit ada asumsi dalam model S–R ini bahwa perilaku
(respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi
dianggap statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan
dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau
kemampuan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada
sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.
Bila seseorang lelaki berkedip kepada seorang wanita lalu wanita itu
tersipu malu. Atau bila tersenyum dan kemudian Anda membalas
senyuman saya itu pula S–R. Model S–R terbagi menjadi dua bagian:
a. Model S–R Positif–Positif
Sebagai contoh, ketika seseorang yang Anda kagumi atau
menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika
berpapasan di jalan, maka Anda akan membalas senyuman itu
karena Anda merasa senang. Dari contoh di atas maka terjadi
korelasi model S–R Positif–Positif.
b. Model S–R Negatif–Negatif
Sebagai contoh, orang pertama menatap orang kedua dengan
tajam dan orang kedua balik menatap dengan menatap dan
berkata kasar. Model S–R mengabaikan komunikasi sebagai
suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor
manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S–R
ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan.
Komunikasi dianggap sebagai statis, yang menganggap
manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar
(stimulus) bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau
kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan
pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku
manusia.
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf
Komunikasi_Kesehatan.pdf

More Related Content

Similar to Komunikasi_Kesehatan.pdf

Stigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDSStigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDS
stapa center
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
Firdika Arini
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermik
mankoma2013
 
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docxKONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
novalindalinda2
 

Similar to Komunikasi_Kesehatan.pdf (20)

Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
 
Stigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDSStigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDS
 
reza nopalia
reza nopaliareza nopalia
reza nopalia
 
Tugas Besar 1_Sosiologi Komunikasi_Sarah Muhtar_44219110131-1.pdf
Tugas Besar 1_Sosiologi Komunikasi_Sarah Muhtar_44219110131-1.pdfTugas Besar 1_Sosiologi Komunikasi_Sarah Muhtar_44219110131-1.pdf
Tugas Besar 1_Sosiologi Komunikasi_Sarah Muhtar_44219110131-1.pdf
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
PERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptxPERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptx
 
Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatanKomunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan
 
Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatanKomunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan
 
3. Komunikasi Kesehatan
3. Komunikasi Kesehatan3. Komunikasi Kesehatan
3. Komunikasi Kesehatan
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
 
Kelompok 6 - Komunikasi Manusia (1).pdf
Kelompok 6 - Komunikasi Manusia (1).pdfKelompok 6 - Komunikasi Manusia (1).pdf
Kelompok 6 - Komunikasi Manusia (1).pdf
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermik
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
 
Humas Rumah Sakit
Humas Rumah SakitHumas Rumah Sakit
Humas Rumah Sakit
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 
Presentation Komunikasi Massa
Presentation Komunikasi MassaPresentation Komunikasi Massa
Presentation Komunikasi Massa
 
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docxKONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
KONFLIK YANG DI TIMBULKAN AKIBAT PERBEDAAN CARA BELAJAR MENGAJARKAN (2)-1.docx
 

Recently uploaded

PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptxPPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
SalwaAplikasi
 
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
Jual obat penggugur 08561234742 Cara menggugurkan kandungan 08561234742
 

Recently uploaded (11)

PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptxPPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
 
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxpelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
 
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
 
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptxPPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
 
Pertussis (Whooping Cough) Health Education
Pertussis  (Whooping Cough) Health EducationPertussis  (Whooping Cough) Health Education
Pertussis (Whooping Cough) Health Education
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
 
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptjenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
 
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptxppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
 
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docxBukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
 
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxPPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
 

Komunikasi_Kesehatan.pdf

  • 1.
  • 2.
  • 3.
  • 4. RAJAWALI PERS Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada D E P O K
  • 5. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT) Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, dkk. Komunikasi Kesehatan/Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, Neneng Siti Silfi Ambarwati dan Andy Hadiyanto. —Ed. 1—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2021. x, 228 hlm. 23 cm Bibliografi: hlm. 223 ISBN 978-623-231-997-4 1. Supervisi (Pendidikan). I Judul. II. Yanita Nur Indah Sari. 371.203 Hak cipta 2021, pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2021.3106 RAJ Dr. Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, S.Sos., M.Si. Dr. Neneng Siti Silfi Ambarwati, M.Si., Apt. Dr. Andy Hadiyanto, M.A. KOMUNIKASI KESEHATAN Cetakan ke-1, Agustus 2021 Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok Editor : Risty Mirsawati Setter : Jaenudin Desain Cover : Tim Kreatif RGP Dicetak di Rajawali Printing PT RAJAGRAFINDO PERSADA Anggota IKAPI Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Telepon : (021) 84311162 E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id Perwakilan: Jakarta-16956Jl.RayaLeuwinanggungNo.112,Kel.Leuwinanggung,Kec.Tapos,Depok,Telp.(021)84311162.Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511- 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
  • 6. v Segala puji syukur dipanjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Masa Esa karena berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penyusunan buku dengan judul Komunikasi Kesehatan ini dapat terselesaikan. Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan perkembangan komunikasi kesehatan. Di mana target sasaran dalam penulisan buku ini adalah dari kalangan akademisi, dosen, mahasiswa, dan tenaga kesehatan. Buku ini tidak hanya ditargetkan kepada yang mengkaji di bidang dari sisi ilmu komunikasi saja, tetapi juga dari bidang ilmu kesehatan masyarakat. Pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam bentuk apa pun sehingga buku Komunikasi Kesehatan ini dapat diselesaikan, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang kita lakukan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ajar ini, sehingga saran dan masukan pembaca kami harapkan demi perbaikan buku Komunikasi Kesehatan ini di masa mendatang. Semoga buku ini bermanfaat. Jakarta, Juni 2021 Penulis PRAKATA
  • 7. [Halaman ini sengaja dikosongkan]
  • 8. vii PRAKATA v DAFTAR ISI vii BAB 1 KOMUNIKASI 1 A. Komunikasi dan Pertumbuhannya 1 B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi 1 C. Definisi Komunikasi 5 D. Tingkatan Proses Komunikasi 10 E. Fungsi Komunikasi 11 F. Prinsip-prinsip Komunikasi 13 G. Hakikat Komunikasi 15 H. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal 17 BAB 2 MODEL KOMUNIKASI 37 A. Pendahuluan 37 B. Pengertian Model Komunikasi 37 C. Fungsi dan Manfaat Model 40 D. Penilaian Model Komunikasi 46 E. Model-model Komunikasi Sebagai Perkenalan 46 DAFTAR ISI
  • 9. Komunikasi Kesehatan viii BAB 3 MEDIA KOMUNIKASI 61 A. Pengertian Media Komunikasi 61 B. Jenis-jenis Media Komunikasi 68 C. Fungsi Media Komunikasi 71 BAB 4 KOMUNIKASI KESEHATAN 75 A. Definisi Komunikasi Kesehatan 75 B. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan 76 C. Tingkatan Komunikasi Kesehatan 81 D. Komunikasi Kesehatan Bagi Tenaga Kesehatan 82 E. Dampak Komunikasi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan 84 F. Masalah yang Sering Terjadi dalam Hubungan Perawat–Klien 85 G. Hubungan Perawat–Keluarga Klien 87 H. Hubungan Perawat–Perawat 87 I. Komunikasi dalam Perubahan Perilaku 88 BAB 5 KOMUNIKASI TERAPEUTIK 101 A. Definisi Komunikasi Terapeutik 103 B. Tujuan Komunikasi Terapeutik 105 C. Mengembangkan Helping Relationship 107 D. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik 110 E. Sikap Perawat dalam Berkomunikasi 111 F. Teknik Komunikasi Terapeutik 117 G. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dan Komunikasi Sosial 122 H. Penggunaan Diri Secara Terapeutik dan Analisis Diri Perawat 123 I. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja 127 J. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lansia 131
  • 10. Daftar Isi ix BAB 6 MASALAH KOMUNIKASI KESEHATAN DAN SOLUSINYA 137 A. Tinjauan Mengenai Komunikasi Kesehatan 137 B. Konsep Komunikasi dalam Komunikasi Kesehatan 151 C. Masalah dalam Komunikasi Kesehatan 158 D. Solusi dari Masalah Komunikasi Kesehatan 188 DAFTAR PUSTAKA 223 BIODATA PENULIS 227
  • 11. [Halaman ini sengaja dikosongkan]
  • 12. 1 A. Komunikasi dan Pertumbuhannya Ilmu komunikasi, seperti juga antropologi atau sosiologi, adalah disiplin ilmu deskriptif. Dalam sejarah pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir sebagai pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka dalam konteks publik (lihat Effendy, 2000). Ilmu dan seni dalam menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam tataran tatap muka dengan publik, tetapi juga melalui media massa. Di Eropa, ia berkembang menjadi publizistikwissenschaft atau publisistik, sedangkan di Amerika ia lebih dikenal sebagai communication science atau ilmu komunikasi. B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi Baru belakangan ini, utamanya setelah paruh berakhirnya Perang Dunia II, bidang studi komunikasi relatif menemukan identitasnya sendiri. Perkembangan sebelumnya masih terkait erat pada disiplin ilmu-ilmu murninya, seperti sosiologi, psikologi, atau politik. Sebelum itu, dapat dikatakan ilmu komunikasi masih mencari bentuknya. Karena itu, perintis dan bapak ilmu komunikasi umumnya berasal atau terkait dengan disiplin ilmu-ilmu murni itu. Berikut ini uraian ringkas para KOMUNIKASI BAB 1
  • 13. Komunikasi Kesehatan 2 tokoh peletak batu pertama ilmu komunikasi di Amerika yang disarikan dari berbagai sumber: 1. John Dewey (Psikologi dan Filsafat): ia adalah ahli psikologi dan filsafat. Sebagai pengajar dan peneliti di University of Michigan (1884 -1894), Dewey menginginkan adanya surat kabar sebagai alat perubahan sosial. Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey tidak pernah terwujud dalam hidupnya, ia tidak sangsi akan potensi surat kabar untuk membawa reformasi sosial. 2. Charles H. Cooley (Sosiologi): lahir pada 1864, Cooley melihat bahwa proses komunikasi antarpribadi merupakan basis sosialisasi dari studi sosiologi. Ia meninggal pada 1920, dan sepanjang kariernya melakukan observasi atas hal ini. 3. Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi): sarjana pada 1887, menjadi wartawan selama 11 tahun. Selama karier kewartawanannya, ia menganalisis perilaku menyimpang pada masyarakat miskin kota. Ia melihat bagaimana tipe jurnalistik memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial. Perhatiannya sangat besar terhadap peranan berita dalam membentuk pendapat umum, mendorongnya mengambil program master di bidang filsafat pada Harvard University dan melanjutkan program doktornya di University of Berlin. Kembali ke Amerika, ia menjadi petugas public relations untuk Congo Reform Association. Pada 1914, ia menjadi staf pengajar di University of Chicago dan memberi perhatian mendalam pada riset terhadap isu-isu yang menjadi prioritas penerbitan surat kabar, yang kemudian dikenal sebagai studi Agenda Setting. 4. George H. Mead (Filsafat dan Psikologi): ia banyak terpengaruh Dewey dan Cooley dengan menempatkan komunikasi sebagai basis sosialisasi. Melalui pendekatan ilmu jiwa sosial, Mead mengakui komunikasi sebagai hal yang paling mendasar bagi hubungan antarmanusia. 5. Kurt Lewin (Psikologi): Lewin adalah ilmuwan Jerman keturunan Yahudi, mengajar di Universitas Berlin. Ketika Nazi berkuasa tahun 1933, ia melarikan diri dan masuk ke University of Iowa. Wilbur Schramm adalah salah seorang muridnya. Lewin, yang juga terpengaruh pemikiran Freud, dengan menggunakan studi eksperimen banyak mengkaji dinamika kelompok dalam
  • 14. Bab 1 | Komunikasi 3 hubungannya dengan komunikasi. Ia juga menaruh perhatian terhadap studi gatekeeping tentang pengendalian arus informasi melalui saluran komunikasi hingga akhir hayatnya 1947. 6. Nobert Weiner (Matematika): lahir pada 1894, meraih doktor pada usia 19 tahun. Pada 1919, menjadi profesor matematika di MIT. Ia juga tertarik mempelajari fisika, jaringan saraf, dan kedokteran jiwa. Ketika PD II pecah, Weiner mengembangkan teori cybernetics. Dalam proyek itu ia bekerja sama dengan Warren Weaver serta John Neuman dari Princeton University, yang kelak mencetuskan komputer pertama ENIAC. Weiner meninggal pada 1964, mewarisi teori cybernetics yang membahas tentang kelanjutan arus informasi dilihat dari segi recording,encoding,storage, transmisi, dan diseminasi antara satu sistem dengan sistem lainnya. 7. Harold D. Laswell (Ilmu Politik): lahir pada 1902, di usia 16 tahun menjadi mahasiswa University of Chicago. Ia banyak dipengaruhi John Dewey, George Mead, dan Robert Park. Ia adalah ahli ilmu sosial Amerika pertama yang tertarik pada bidang psikoanalisis dari Sigmund Freud. Kontribusi Lasswell pada ilmu komunikasi banyak ditemukan dalam bukunya Propaganda and Communication in World History, yang memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam riset komunikasi massa: who, says what, in with channel, to whom, with what effect. 8. Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi): lahir 1901, meraih gelar doktor ilmu matematika dari University of Viena, Austria, pada 1920. Ketika Nazi Jerman datang tahun 1933, ia keluar dari Austria. Pada 1939, Lazarsfeld masuk ke Columbia University, New York, sebagai profesor sosiologi. Seperti halnya Lewin, Lazarsfeld terpengaruh pemikiran Freud yang menyebabkannya tertarik melakukan studi terhadap sumber-sumber perilaku. Ketika itu, radio menjadi kehidupan utama masyarakat Amerika dan ia aktif melakukan riset di bidang khalayak dan efek dengan metode survei dan interview. Kegiatan ini memberi kontribusi terhadap ilmu komunikasi dan menjadikan riset di bidang komunikasi sebagai usaha yang melembaga. Ia memformulasi teori komunikasi dua langkah (two-step-flow), bahwa pengaruh media sangat kecil terhadap perilaku pemilihan dibanding dengan saluran antarpribadi yang mengandalkan peran pemuka pendapat (opinion leader).
  • 15. Komunikasi Kesehatan 4 9. Carl I. Hovland (Psikologi Eksperimen): apabila pelopor komunikasi sebelumnya banyak dipengaruhi pemikiran Eropa, Hovland dapat dikatakan murni Amerika. Ketika PD II meletus, ia dipanggil kantor penerangan AS untuk mempelajari pengaruh film terhadap moral tentara. Hovland mengkaji pengaruh film dari segi kredibilitas sumber, penyajian pesan dalam satu sisi (one-side) atau dua sisi (two-side), aspek kekuatan, dan efeknya terhadap tentara. Kelak, eksperimen Hovland banyak memberi manfaat dalam studi komunikasi persuasif. 10. Claude E. Shannon (Elektronika): lahir 1916, meraih gelar sarjana muda di Michigan dan meraih doktor dari MIT. Di sini, ia menjadi murid Norbert Weiner, walau tidak terlalu banyak berhubungan dengan dosennya itu. Sebagai sarjana elektronika, Shannon lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium Bell. Kontribusi Shannon terhadap ilmu komunikasi adalah tulisannya yang membicarakan teori informasi. Bersama Weaver, ia mengembangkan The Mathematical Theory of Communication, memperkenalkan model komunikasi yang kelak banyak dikutip sarjana komunikasi dan dipandang sebagai model komunikasi pertama yang dilukiskan secara visual. 11. Wilbur Schramm (Kesusastraan): lahir pada 1908, memperoleh gelar master dari Harvard University dan doktor bidang kesusastraan Amerika dari University of Iowa. Ia mengajar mata kuliah creative writing. Ketika PD II pecah, ia bekerja di kantor penerangan angkatan perang AS, di mana ia bertemu Lasswell. Empat tahun kemudian, ia pindah ke University of Ilionis, mendirikan lembaga pendidikan dan riset komunikasi. Di sini, Schramm pertama kali menerima mahasiswa program doktor dalam bidang komunikasi pada 1950. Ia mengabdi pada bidang komunikasi hingga akhir hayatnya, 1987. Schramm adalah orang pertama yang menjalin bidang-bidang ilmu sosial, seperti psikologi sosial, antropologi, ilmu politik, dan ekonomi untuk pengembangan ilmu komunikasi. 12. Everett M. Rogers (Sosiologi Pedesaan): meraih gelar master di Iowa University dan melanjutkan studinya di bidang sosiologi. Meraih doktor pada 1957, saat Scramm meluluskan doktor angkatan pertama di bidang ilmu komunikasi. Disertasi Rogers membicarakan difusi inovasi pada masyarakat pedesaan Iowa. Pada
  • 16. Bab 1 | Komunikasi 5 1964, ketika pindah ke Michigan University, Rogers bersama David K. Berlo –doktor komunikasi angkatan pertama yang diluluskan Schramm pada 1957– membina Jurusan Ilmu Komunikasi. C. Definisi Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata communication dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Latin communis, yang secara harfiah membawa maksud yang sama. Aktivitas komunikasi sebenarnya adalah mencari satu kesamaan antara seorang dengan seorang yang lainnya. Seseorang mencoba menimbulkan apa yang ada di dalam diri dan mencari kesamaan dengan diri orang lain, yang terlibat dalam proses komunikasi. Gagasan, kepercayaan, nilai-nilai sosial, dan lainnya, dilafalkan kepada orang lain dengan tujuan mencari kesamaan (Ensiklopedia Malaysiana, 1996: 202). Menurut Gordon dalam EncyclopediaBritannica (2007), komunikasi adalah theexchangeofmeaningsbetweenindividualsthroughacommonsystemofsymbols, artinya adalah pertukaran makna-makna antara individu melalui sebuah sistem umum yang berbentuk simbol-simbol (Takari, 2019). Komunikasi, sebagai kata yang abstrak, pada dasarnya sulit didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Namun, menetapkan satu definisi tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna, utamanya melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya, dalam hal apa definisi itu kita perlukan. Dalam tahap awal pembahasan ini, cobalah Anda kaji, manakah di antara peristiwa di bawah ini yang merupakan objek kajian ilmu komunikasi? 1. Suatu petang Anda berdiri takjub di tepi padang ilalang dan berkata, “Wahai rumput yang bergoyang, sungguh indah pemandangan yang kauberikan padaku di petang ini ....” 2. Suatu hari Anda berkunjung ke makam kakek Anda. Sambil menabur bunga, lirih Anda berkata, “Kakek, jika selama hidup cucumu ini selalu membuatmu kesal, maafkanlah ....” 3. Suatu malam Anda berdoa, “Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan Ibu dan Bapakku ....” 4. Anda berkata pada kucing kesayangan, “Pus, mari sini, biar aku elus.” Kucing itu, sambil mengibas ekor, datang menghampiri.
  • 17. Komunikasi Kesehatan 6 5. Anda berkata kepada seorang teman, “Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon.” 6. Teman Anda tertawa-tawa. Kepada teman Anda yang menjadi pasien RS jiwa itu, Anda bertanya, “Apa kabar, bagaimana kesehatanmu?” Manakah di antara peristiwa di atas yang menjadi objek kajian ilmu komunikasi? Untuk dapat mengidentifikasi hal ini, kita perlu memiliki satu definisi komunikasi yang dapat kita pegang bersama. Definisi ini kita perlukan guna memberi pengertian dan pembatasan tentang komunikasi dan ilmu komunikasi yang kita maksud. Komunikasi: Definisi dan Objek Kajian Untuk menyatukan pemahaman, mari kita definisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia, dan karenanya, kita nyatakan ilmu komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antarmanusia. Syarat suatu ilmu, sebagaimana disimpulkan pada bagian terdahulu, harus memiliki objek kajian; di mana objek kajian itu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifatnya (Poedjawijatna, 1983; Hatta, 1987). Objek ilmu komunikasi adalah komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia. Kembali pada enam peristiwa di atas, berdasarkan definisi yang kita gunakan, dapat kita nyatakan bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji peristiwa nomor lima. Karena, hanya peristiwa nomor lima yang mengkaji perilaku manusia (objek materia), yakni dalam hal penyampaian pesan antarmanusia (objek forma). Ilmu komunikasi tidak mengkaji penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia, walau tidak dipungkiri bahwa manusia juga menyampaikan “pesan” kepada makhluk yang bukan manusia –seperti kepada hewan atau tumbuhan dan bahkan Tuhan– biarlah hal itu menjadi objek kajian ilmu yang lain. Jika halnya demikian, bagaimanakah dengan peristiwa nomor 6? Bukankah penerima pesan, kawan yang sedang dirawat di rumah sakit jiwa itu adalah manusia juga? Tiga Kategori Definisi Komunikasi Tahun 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Saat ini, jumlah itu telah meningkat lebih banyak lagi.
  • 18. Bab 1 | Komunikasi 7 Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu: a. Tingkat observasi atau keabstrakannya yang bersifat umum, misalnya yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya. b. Tingkat kesengajaan: yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk memengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Code (1959), yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. c. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan: yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi (lihat Littlejohn, 2002). Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa Inggris “communication”) berasal dari bahasa Latin “communicatus” yang berawal dari kata “communico” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Stuart, 1983). Menurut Webster New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”. Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
  • 19. Komunikasi Kesehatan 8 1. Hovland, Janis, dan Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 2. Berelson dan Steiner Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain. 3. Harold Laswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (Who says what in which channel to whom and with what effect). 4. Barnlund Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. 5. Weaver Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya. 6. Gode Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multidisipliner. Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku. Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Definisi Laswell,
  • 20. Bab 1 | Komunikasi 9 secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu: 1. Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber. 2. Mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan). 3. Kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima). 4. Melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi). 5. Dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi Laswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
  • 21. Komunikasi Kesehatan 10 lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata- kata, kalimat, angka-angka, atau tanda-tanda lainnya. 5. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi, seperti telepon, internet, faksimili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. D. Tingkatan Proses Komunikasi Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut: 1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem saraf. Contoh: berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dan lain-lain. 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya. 3. Komunikasi dalam Kelompok (Group Communication) Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing- masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dan sebagainya.
  • 22. Bab 1 | Komunikasi 11 4. Komunikasi Antarkelompok/Asosiasi Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing. 5. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antarorganisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok (Budi, 2017) adalah bahwa sifat organisasi- organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya. 6. Komunikasi dengan Masyarakat Secara Luas Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara: a) komunikasi massa, yaitu komunikasi melalui media massa, seperti radio, surat kabar, TV, dan sebagainya; dan b) langsung atau tanpa melalui media massa, misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka (Rehalat, 2016). E. Fungsi Komunikasi Secara umum fungsi komunikasi adalah: 1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan. 2. Tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan. 3. Dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu. 4. Dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan. 5. Dapat mengenal diri sendiri. 6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain. 7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang. 8. Dapat mengisi waktu luang. 9. Dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaan. 10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat, bersikap, atau berperilaku sebagaimana diharapkan.
  • 23. Komunikasi Kesehatan 12 Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengutip kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communicationevent) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan. 1. Fungsi Komunikasi Sosial Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan Konsep Diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan Eksistensi Diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada. 2. Fungsi Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan nonverbal. 3. Fungsi Komunikasi Ritual Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik. 4. Fungsi Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif). Suatu peristiwa komunikasi
  • 24. Bab 1 | Komunikasi 13 sesungguhnya sering kali mempunyai fungsi-fungsi tumpang-tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. F. Prinsip-prinsip Komunikasi Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D., membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakikat komunikasi, yaitu: Prinsip 1: komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular, dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Prinsip 2: setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Prinsip 3: komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi, di mana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada di antara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan di antara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Prinsip 4: komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respons dan berharap tujuannya tercapai). Prinsip 5: komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan, baik secara
  • 25. Komunikasi Kesehatan 14 verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, di mana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan, dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6: komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. Prinsip 7: komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman, dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan di mana dia bersosialisasi memengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Prinsip 8: semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Prinsip 9: komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respons atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. Prinsip 10: komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses, komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi di antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Prinsip 11: komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata
  • 26. Bab 1 | Komunikasi 15 menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. Prinsip 12: komunikasi bukan penasihat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. (Effendy, 2018). G. Hakikat Komunikasi Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan, akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktivitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami hal-hal yang dapat memengaruhi, dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Menurut Anwar Arifin (1988: 17), komunikasi merupakan suatu konsep yang multimakna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan: 1. Komunikasi Sebagai Proses Sosial Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial. Di mana para ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang secara umum memfokuskan pada kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku.   Harold D. Lasswell meneliti masalah identifikasi simbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini publik. Berkaitan dengan efek-efek teknik propaganda pada Perang Dunia I (1927). Beliau seorang ahli politik, meneliti dengan cara menyebarkan leaflet mengenai perang. Kurt Lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal. Lewin meneliti tipe-tipe gatekeeper yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin autokratik, demokratik. Lewin juga meneliti individu-individu yang ada pada kelompok-kelompok penekan dan individu-individu yang berada pada kelompok (members group). Seorang ahli psikologi, Carl Hovland meneliti kredibilitas sumber (komunikator) hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap).
  • 27. Komunikasi Kesehatan 16 Hovland adalah peneliti yang memperkenalkan penelitian-penelitian eksperimental dalam komunikasi massa. Seorang ahli sosiologi, meneliti melalui pemutaran film berbeda kepada dua kelompok berbeda, dan melihat efek dari film tersebut terhadap individu. Kredibilitas terdiri dari: a. Expert (ahli dalam bidang tersebut). b. Competency (memiliki kompetensi). c. Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidangnya). d. Trust (harus bisa dipercaya). Paul F. Lazarsfeld mengungkapkan hubungan antara status sosial, ekonomi, mass media exposure, dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku. Teknik-teknik analisis yang digunakan oleh para peneliti tersebut memberikan contoh bagaimana menjelaskan sistem komunikasi dalam konteks proses sosial. 2. Komunikasi Sebagai Peristiwa Dalam hal ini komunikasi mempunyai pengertian, bahwa komunikasi merupakan gejala yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya. Peristiwa komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Ada yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi tatap muka, komunikasi verbal dan nonverbal, dan komunikasi yang menggunakan media dan tanpa media. 3. Komunikasi Sebagai Ilmu Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek aksiologi, epistemologi, dan ontologi. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas (faedah, peranan, dan kegunaan). Epistemologi menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontologi mengenai struktur material dari ilmu pengetahuan. 4. Komunikasi Sebagai Kiat atau Keterampilan Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu, dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi. Perkembangan dunia komunikasi di Indonesia pada masa yang akan datang menunjukkan prospek yang semakin cerah. Dengan demikian, masalah-masalah yang berhubungan dengan profesi komunikasi tetap menjadi agenda penting.
  • 28. Bab 1 | Komunikasi 17 Antara komunikasi dan bidang profesional terdapat kaitan yang signifikan. Dalam menunjang suatu profesi atau karier yang menuntut kemampuan pemahaman pada sifat dasar komunikasi, berkomunikasi secara kompeten dan efektif diperlukan dalam bidang kemampuan berkomunikasi (speech communication), komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi politik, public relations, periklanan, penyiaran (broadcasting), dan pemasaran. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi adalah dasar untuk kualitas kepemimpinan. Merupakan hal pokok untuk hubungan interpersonal, memengaruhi, dan perkembangan informasi dalam organisasi. Komunikasi juga memainkan peran penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pemikiran strategis, memperoleh pengetahuan teknis, dan menilai hasil. H. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah perbedaan persepsi orang terhadap maksud atau tujuan dari suatu pesan komunikasi yang akan dikirimkan. Suatu pesan verbal memiliki maksud atau tujuan yang jelas. Maksud atau tujuan suatu pesan verbal, baik dalam bentuk kata-kata maupun tulisan, dikomunikasikan kepada orang lain, yaitu pada saat: 1. Maksud atau tujuan pesan dirimkan oleh sumbernya. 2. Maksud atau tujuan pesan diterima oleh penerimanya. Suatu interpretasi tertentu terhadap maksud atau tujuan yang ada akan mengurangi makna isi yang terkandung di dalam pesan itu. Sebagai contoh, Amir berkata pada teman-temannya: “Aku ingin menjadi juara kelas!” Ketika kata-kata itu diucapkan dan di saat diterima orang lain, mengandung maksud atau tujuan yang jelas, yaitu Amir ingin menjadi juara kelas. Akan tetapi, ketika teman-temannya menilai dan menginterpretasikan “kata-kata” Amir maka mungkin akan muncul interpretasi sebagai berikut: Amir kok sombong ya, Amir tidak seperti biasanya, Amir telah berubah, atau Amir semakin optimis. Keseluruhan maksud atau tujuan yang terkandung di dalam kata-kata tersebut akan berlainan, artinya bisa bertambah atau berkurang, dan menjadi positif atau negatif.
  • 29. Komunikasi Kesehatan 18 Berbeda dengan pesan verbal, pembentukan makna dari perilaku nonverbal tidak ditentukan oleh maksud atau tujuan dari gerakan- gerakan nonverbalnya. Persepsi seseorang terhadap tindakan-tindakan nonverbal dari orang lain sudah dibenarkan dalam memberikan makna pesan nonverbal itu. Tentunya suatu makna dari pesan-pesan nonverbal bersifat relatif dan berbeda-beda. Hal ini bisa dimengerti karena persepsi dan kepekaan interpretasi setiap orang tidak akan sama. Dari penjelasan tentang komunikasi nonverbal di atas, diberikan suatu ilustrasi tentang norma fisik yang berlaku bagi manusia, yaitu kewajiban mengenakan pakaian. Setiap hari kita mengenakan pakaian yang berbeda-beda, tetapi berapa kalikah kita menyadari bahwa kita berpakaian untuk seseorang atau untuk sesuatu tertentu? Kita tidak tahu. Demikian pula kita sering tidak sadar akan penampilan diri, sedangkan teman-teman lain sering berkomentar tentang warna dan gaya berpakaian kita. Dari contoh itu membuktikan bahwa suatu persepsi dan interpretasi orang terhadap pesan-pesan nonverbal yang dilihatnya sudah cukup memuaskan pendefinisian kualitatif terhadap pesan-pesan nonverbal tersebut. Setidaknya ada dua alasan mengapa pemberian makna dalam komunikasi nonverbal terjadi seperti di atas. Pertama, suatu tindakan nonverbal cenderung tidak disadari dan bersifat tidak murni seperti pesan-pesan verbal. Kedua, perilaku nonverbal didasarkan pada norma- norma, sedangkan setiap orang akan berbeda perilaku nonverbalnya, meskipun norma mereka sama. Kadang kala untuk memberikan makna terhadap tindakan-tindakan atau pesan-pesan nonverbal dipengaruhi oleh simbol-simbol yang muncul di dalam proses komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari adalah wajar apabila kita memilih warna-warna tertentu di dalam berpakaian, selalu menyisir rambut ke sebelah kanan, memakai kacamata “ray-ban”, memakai kaos sportif, membawa tas “echolac”, dan lain-lainnya. Tentunya, tindakan-tindakan tersebut didasarkan oleh motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalnya, dengan memakai kacamata “ray-ban” akan mengamankan mata dari terik matahari atau dengan membawa tas “echolac” bisa menampung banyak buku. Namun,segala hal yang kita lakukan itu dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain yang melihat.
  • 30. Bab 1 | Komunikasi 19 Bisa jadi kita dianggap “sok, bergaya, atau sok rajin”. Pada contoh yang lain, Rosa telah selesai memotong rambutnya di sebuah salon, tetapi ia tampak kecewa karena rambutnya dipotong terlalu pendek. Akan tetapi, ketika dia pergi ke kampus dengan penampilannya itu, teman-temannya memberikan komentar positif: “Kamu cocok dan cantik dengan penampilan rambutmu.” Dengan demikian, apa yang kita tampilkan secara nonverbal merupakan simbol-simbol yang akan memengaruhi pemberian makna terhadap tindakan-tindakan nonverbal tersebut. Sedangkan komunikasi verbal, baik kata-kata yang diucapkan maupun dituliskan “memberikan arti yang jelas”. Di samping itu, setiap kata memberikan “alternatif makna”. Kata-kata bahasa ini terdefinisikan di dalam kamus dan terstruktur di dalam aturan-aturan tata bahasa atau struktur hubungan di dalam kalimat. Kata-kata yang diucapkan sehari-hari merupakan abstraksi dari makna-makna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Contohnya makna dari kata “bola” merupakan abstraksi dari suatu benda yang berbentuk bulat. Jadi, kata “bola” memang memberikan arti eksplisit yang jelas. Contoh lainnya adalah kata “sayang kepada orangtua”. Meskipun sebaris kata- kata itu mempunyai arti yang banyak, tetapi kata-kata tersebut bisa memberikan alternatif makna. Misalkan, yang dimaksudkan “sayang orangtua” adalah seseorang yang selalu menuruti perintah orangtuanya. Dari penjelasan dan contoh yang telah diberikan, dapat disimpulkan perbedaan-perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, sebagai berikut: 1) arti dari pesan verbal bersifat eksplisit; sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat implisit; 2) arti dari pesan verbal berkaitan dengan keadaan yang spesifik, sedangkan arti dari pesan nonverbal berkenaan dengan rasa atau emosi; dan 3) arti dari pesan verbal bersifat menengahi (mediated) atau alternatif, sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat normatif. Perbedaan lainnya antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana proses informasi terjadi di dalam tubuh manusia. Seluruh informasi termasuk komunikasi diproses oleh otak. Otak menginterpretasikan informasi ini melalui pikiran. Di dalam pikiran terjadi pengontrolan terhadap segala perilaku manusia, baik perilaku psikologis, dan/atau gerak refleksi maupun perilaku sosiologis seperti belajar dan lain-lain. Cara-cara otak memproses informasi berbeda antara komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan utama
  • 31. Komunikasi Kesehatan 20 dari proses informasi di dalam otak adalah: pada belahan otak kiri memproses informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari (berubah- ubah), sedangkan bagian otak kanan memproses segala informasi yang bersifat kontinu dan ilmiah. Informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari dikenal sebagai informasi digital (angka-angka). Sedangkan, informasi yang bersifat kontinu dan alamiah disebut sebagai analogikal. Informasi digital ini mencerminkan simbol-simbol yang ada dalam bahasa. Sedangkan, proses analogi berkaitan dengan unit-unit alamiah yang menggambarkan emosi atau rasa. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu, pesan-pesan verbal dan nonverbal akan berbeda pada struktur pesannya. Artinya, aturan- aturan di dalam komunikasi nonverbal adalah kurang terstruktur, lebih sederhana, dan diekspresikan di dalam gambaran. Komunikasi nonverbal juga akan tampak jelas pengertiannya apabila dihubungkan dengan konteks di mana interaksi terjadi. Lain halnya dengan komunikasi verbal, teratur di dalam tata bahasa dan hubungan- hubungan kalimatnya. Komunikasi verbal juga dapat menciptakan konteks di mana hubungan itu terjadi. Perbedaan terakhir antara komunikasi verbal dan nonverbal dapat dijelaskan adanya hubungan antara informasi, perilaku, dan komunikasi (verbal dan nonverbal). Di sini, terlihat bahwa seluruh wilayah kehidupan dipenuhi oleh informasi, sedangkan beberapa bagiannya adalah perilaku. Bagian yang lebih kecil lagi adalah komunikasi. Di dalam wilayah komunikasi, komunikasi verbal merupakan subbagian dari komunikasi nonverbal. Dengan demikian, komunikasi verbal merupakan saringan dari komunikasi nonverbal. Yang paling penting dari model di atas, bahwa komunikasi nonverbal di dalam proses komunikasi merupakan suatu bentuk dari perilaku manusia. Komunikasi nonverbal bukanlah sebagai jumlah yang dapat dihitung. Sebagai perilaku, komunikasi nonverbal terjadi oleh adanya informasi yang tersebar dalam kehidupan manusia. Keberadaan informasi bisa disadari ataupun tidak disadari. Kita dapat menyadari warna suatu halaman buku, tetapi tidak akan menyadari bau yang halus. Informasi ini akan menuntun perilaku kita berdasarkan bentuk fisik kita sendiri (secara alamiah atau yang dibentuk) dan mental (yang diterima dan dipengaruhi oleh masa lalu atau masa datang). Informasi menuntun perilaku seseorang, baik aksi maupun reaksi terhadap sesuatu.
  • 32. Bab 1 | Komunikasi 21 Satu hal yang perlu ditambahkan di sini bahwa di samping penjelasan teoretis dari perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal di atas, kita dapat membedakan keduanya secara praktis dengan percobaan langsung sebagai berikut: 1. Cobalah cari pasangan yang sekiranya cocok. 2. Kemudian, masing-masing dari kalian duduk dalam satu tempat dengan berpunggungan. Pastikan bahwa satu sama lain saling merasakan kulit punggung yang berhimpitan. Kemudian buatlah suatu kesepakatan tentang tema tertentu untuk dibicarakan bersama dengan tidak menolehkan muka masing-masing. Berbicaralah selama dua menit. 3. Setelah selesai berbicara, ubahlah posisi masing-masing saling berhadapan dengan jarak yang nyaman bagi kalian berdua. Sekarang, kalian bisa saling mendengar dan menatap. Mulailah berbicara dengan topik tertentu selama dua menit. 4. Selanjutnya, masih dalam posisi yang sama (bisa saling mendengar dan bertatap mata), kalian berdua saling berpegangan tangan. Jangan berbicara, tetapi komunikasikan seluruh pikiran dan keinginan masing-masing melalui pandangan mata dan sentuhan tangan. Kerjakan selama dua menit. 5. Jangan lupa, setiap tahap percobaan ini agar dihayati, dirasakan, dan dievaluasi. Setelah selesai semua tahap percobaan itu, sekarang jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah ada percobaan perasaan dari tahap satu menuju tahap yang lain? Apakah kalian merasakan kenyamanan, grogi, perhatian, atau malu? Dapatkah pasangan kalian mengungkapkan dengan argumen-argumennya tanpa melihat ekspresi masing-masing? Kalau bisa, bagaimana? Di sini, kalian bisa menambahkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Dari hasil percobaan tersebut, secara umum kita dapat membedakan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Di samping itu, secara khusus kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri khas dari komunikasi nonverbal, antara lain: 1. Komunikasi Nonverbal Selalu Ada Pada saat kita dan pasangan berbicara dengan berpunggungan dapat mengetahui pendapat dan sikap masing-masing, namun
  • 33. Komunikasi Kesehatan 22 tidak mampu memahami hal-hal lain dari pasangan masing-masing. Kemudian, di saat kita dan pasangan berbicara sambil mendengar dan bertatap wajah, kita dapat merasakan perasaan masing-masing melalui ekspresi wajah, gaya berbicara, gerakan tangan dan kaki, serta gerakan-gerakan yang khas. Di sana kita dapat temukan bentuk-bentuk bahasan yang lain, di samping ucapan-ucapan dari pasangan masing-masing. Di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di sekeliling diri kita sangat banyak pesan-pesan yang bersifat nonverbal. Dengan kemampuan yang baik untuk menyadari dan menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal itu, membuat diri kita lebih baik untuk menyadari diri sendiri dan orang-orang lain. 2. Kita Tidak Mungkin Tidak Berkomunikasi Dengan mengambil contoh yang ada, pada tahap tertentu kita dan pasangan berdiam diri dan tidak berbicara satu sama lain. Apakah yang terjadi? Ketika saling bertatapan wajah, masing-masing dapat menangkap ekspresi atau mimik wajah. Sikap duduk di saat berpunggungan atau berhadapan dapat dirasakan apakah tubuhnya tegang atau rileks, gerakan-gerakan terbuka dan tertutup dari mata pasangan, dan tindakan-tindakan nonverbal lainnya. Sekarang dapat dipahami, bahwa setiap manusia merupakan “transmiter” atau saluran informasi yang tidak dimatikan atau dipisahkan. Ketika tidak melakukan apa-apa, kita memberikan informasi tentang diri sendiri. Tentunya, kita tidak selalu bermaksud atau mempunyai tujuan untuk mengirimkan pesan-pesan nonverbal itu. Di saat berbicara dengan gagap, berkeringat, merah muka, atau berkerut dahi, semuanya dilakukan dengan tanpa sadar. Akan tetapi, orang lain menyadari dan menginterpretasikan sesuai apa yang dilihatnya. Dengan demikian, semua orang adalah sumber informasi bagi diri sendiri dan orang lain. 3. Komunikasi Nonverbal Terikat oleh Budaya Pengertian budaya di sini adalah luas, bisa berarti kebiasaan keluarga atau kelompok kecil, kebudayaan daerah (suku atau etnis) tertentu, atau kebudayaan bangsa. Dari percobaan di atas, apabila kita dan pasangan adalah orang Jawa dan Batak, tentunya dalam mengekspresikan pesan-pesan yang sama akan menampilkan tindakan-tindakan nonverbal yang berlainan. Contohnya, dalam mengambil sikap duduk orang Jawa yang masih memegang
  • 34. Bab 1 | Komunikasi 23 teguh tata perilakunya akan bersikap teratur dan rapi. Mungkin pasangannya yang bersuku Batak akan bersikap bebas dan terbuka. Yang lainnya, dalam mengekspresikan kegembiraan pada orang Jawa akan menampilkan sikap gembira yang terkendali, tetapi orang Batak akan bersikap gembira dan lepas. 4. Komunikasi Nonverbal Mengungkapkan Perasaan dan Sikap Sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan, pada saat kita dan pasangan saling berpunggungan atau berpegangan tangan, masing- masing dapat merasakan sentuhan dan ekspresi pasangannya dengan jelas. Mungkin masing-masing mengekspresikan: grogi, malu, bermain-main, bersahabat, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan ungkapan sikap dan perasaan. 5. Komunikasi Nonverbal Memodifikasi Pesan Verbal Membentuk makna suatu pesan komunikasi dari percobaan yang telah dilakukan, ketika pasangan berbicara dengan bertatap muka, sering kali apa-apa yang diucapkan oleh masing-masing pasangan dilengkapi dengan gerak tangan dan tubuh atau mimik wajah. Misalnya, salah seorang berkata: “Saya serius dengan pendapat ini.” Hal itu diucapkan dengan mata menatap tajam. Juga disertai dengan gerakan-gerakan tangan yang lain. Di dalam bukunya Communicating (1983), Anita Taylor dan kawan- kawan memberikan gambaran tentang aneka ragam bentuk komunikasi nonverbal. Dari hasil penelitian para psikolog diperkirakan gerak dan mimik wajah manusia mampu menghasilkan lebih dari 20.000 ekspresi yang berlainan. Di samping itu, ada 7.777 isyarat/gesture yang berbeda, dan sejumlah 1.000 sikap yang berbeda pula. Dari jenis dan jumlah yang digambarkan, pembagian tentang komunikasi nonverbal yang diberikan oleh para ahli cukup bervariasi. Namun, dalam bab ini akan diuraikan secara rinci jenis-jenis komunikasi nonverbal ke dalam lima kelompok: komunikasi tubuh, komunikasi ruang, diam, paralanguage, dan komunikasi temporal (waktu). 1. Komunikasi Tubuh Tampaknya dari semua jenis komunikasi nonverbal komunikasi tubuh adalah yang paling penting. Hal ini bisa dimengerti karena dalam kehidupan manusia, komunikasi tubuh paling sering digunakan.
  • 35. Komunikasi Kesehatan 24 Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu gestur isyarat, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan. Berikut disampaikan penyelesaian mengenai empat jenis komunikasi tubuh. Pertama, komunikasi gestur: yaitu isyarat atau tanda yang berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya komunikasi gestur terdiri dari: a. Emblem Emblem adalah tanda-tanda yang akan menggantikan kata-kata atau frasa-frasa secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran ibu jari, tanda perdamaian dengan membentuk huruf “V” dengan jari, dan ajakan dengan melambaikan tangan. b. Ilustrator Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang membentuk lingkaran, menggambarkan panjangnya Kereta Api Mutiara dengan merentangkan kedua tangan. Bentuk-bentuk nonverbal yang bersifat menggambarkan ini, biasanya lebih universal bagi semua orang. Komunikasi nonverbal ini lebih umum dibandingkan tanda- tanda (emblem). Akan tetapi, penggunaan bentuk komunikasi ini berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang. Orang Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama bahwa di saat berbicara selalu menjaga diri dari perilaku yang atraktif. c. Penampilan Afeksi Penampilan afeksi adalah gerakan-gerakan wajah yang mengekspresikan makna-makna emosi, marah, ketakutan, bahagia, kaget, hasrat, atau kelelahan. Dibandingkan dengan emblem dan bentuk ilustrator, penampilan afeksi sering disadari seperti aktor di dalam memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula dilakukan dengan tanpa disadari. d. Regulator Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersifat mengatur (monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperti, di dalam percakapan kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan kepala dan menganggukan kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan tubuh, dan membuat
  • 36. Bab 1 | Komunikasi 25 berbagai paralanguage seperti suara “mm ..., cck ... cck ...”. Jenis- jenis nonverbal ini lebih terikat pada budaya dan tidak bersifat umum. Jadi, dalam suatu percakapan, sikap-sikap regulator akan memengaruhi ucapan-ucapan dari orang yang berbicara. Misalnya, orang akan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan diperhatikan dengan baik. e. Adaptor Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan merokok, pada saat menghadapi ujian, menggaruk kulit yang gatal, dan membetulkan letak kacamata. Perilaku ini bisa disadari atau tidak disadari. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya seseorang yang menggaruk kulit kepalanya. Apakah karena gatal atau sedang memikirkan sesuatu atau yang lainnya, sulit dipastikan. Kedua, komunikasi wajah, yaitu gerakan-gerakan wajah yang akan dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi, terutama dalam hal mengekspresikan emosi. Secara umum ada 8 kategori komunikasi wajah, yaitu: bahagia, terkejut, ketakutan, marah, sedih, muak, jijik dan rasa tertarik. Dalam hal ini, Albert Mehrabian, memberikan tiga kategori besar sebagai berikut: 1) rasa senang dan tidak senang; 2) arousal atau aktivitas fisik dan psikis/mental; dan 3) rasa dominan dan sikap menurut. Dari tiga kategori komunikasi wajah ini masing-masing akan diberikan contoh. Di saat merasakan senang atau nyaman, lazimnya seseorang mengekspresikan dengan tertawa, tersenyum, sikap menikmati hidup, serta berbesar hati dalam berbicara dan bersikap. Sikap dominan dapat ditunjukkan dengan postur tubuh yang santai, suara yang keras/besar, sikap atau gaya mengatur, menjaga jarak, dan menggunakan ruang besar di ruang kerjanya. Sedangkan sikap aurosal dikomunikasikan dengan kecepatan rata-rata berbicara dan tinggi- rendah suara. Tiga kategori tersebut dapat juga berkombinasi dalam satu “paket” perilaku nonverbal tertentu. Seperti rasa takjub atau kagum, rasa cinta, dan terkesan oleh sesuatu. Misalnya, ketika seseorang merayakan kelulusan meraih gelar sarjana dia mengekspresikan rasa senang dengan
  • 37. Komunikasi Kesehatan 26 selalu tertawa, sikap positif dengan menceritakan perjuangannya dalam ujian, dan sikap dominan dengan mentraktir teman-temannya. Oleh karena komunikasi wajah dapat berkombinasi ketika ditampilkan dalam gerakan-gerakan nonverbalnya, hal ini akan menimbulkan persoalan-persoalan sebagai berikut: a. Keakuratan Ketepatan ekspresi emosi wajah yang akan ditampilkan dan hasil dari ekspresi yang diterima sering menimbulkan ketidaksesuaian. Persoalan ini, dalam studi komunikasi nonverbal sering menimbulkan kesulitan. Akan tetapi, meskipun muncul persoalan tersebut, keakuratan komunikasi wajah dapat dilihat dalam semacam skala, dari bentuk yang mudah sampai yang sulit. Salah satu studi yang cukup memberikan gambaran tentang emosi wajah digambarkan sebagai berikut: kebahagiaan memiliki keakuratan 55- 100%, terkejut 38- 86%, dan kesedihan 19-88%. Dengan demikian, kebahagiaan memiliki keakuratan yang tinggi, artinya ekspresi bahagia mudah ditangkap maknanya apabila terjadi pada seseorang. b. Pengaruh dari Konteks Ekspresi wajah akan diterima artinya secara berbeda oleh orang- orang apabila dikaitkan pada konteks yang berlainan. Suatu studi menunjukkan bahwa ketika seseorang sedang tersenyum dengan memperlihatkan muka masam, senyumannya akan dinilai sebagai sikap jahat atau mengejek. Akan tetapi, ketika senyuman itu memperlihatkan garis kerutan dahi yang tegas, hal ini mencerminkan sikap senang dan bersahabat. Studi ini juga membuktikan bahwa gerakan-gerakan wajah akan mencerminkan emosi diri. c. Universal atau Relatif Ekspresi emosi wajah lebih bersifat universal. Orang Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang Eropa, mampu merasakan dan membaca emosi-emosi diri orang Eropa melalui ekspresi wajahnya. Seperti takut, senang, dan marah. Sifat relatif dari ekspresi wajah lebih pada apakah ekspresi tertentu diterima atau tidak, bukan pada cara-cara mengekspresikannya. Contohnya, pada suku tertentu rasa muak atau jijik, tabu untuk diekspresikan secara terbuka. Akan tetapi, pada suku yang lain hal itu boleh diekspresikan dengan terbuka.
  • 38. Bab 1 | Komunikasi 27 d. Ekspresi Sesaat Apakah ekspresi wajah tersembunyi atau terbuka tergantung pada tingkat kesadaran seseorang terhadap tindakannya. Misalnya, kita merasa tidak senang dengan yang lain. Ketika, orang lain menangkap rasa tidak senang itu, kita berusaha menutupinya dengan tersenyum. Senyuman itu akan terekspresikan sesaat, dan selanjutnya kita sulit menghindari sikap yang semula, yakni rasa tidak senang. Ketiga, komunikasi mata, dalam hal ini ada tiga hal yang penting: a. Fungsi Kontak Mata Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi. Pertama, memonitor umpan balik (feedback) dalam percakapan. Dengan menatap dan kontak mata, kita membuat seorang teman merasa diperhatikan dan dia akan senang berbicara dengan kita. Suasana dialogis akan tercapai dalam percakapan itu. Kedua, tanda untuk kembali pada percakapan. Kontak mata juga sebagai tanda untuk kembali pada percakapan atau diskusi. Seorang dosen setelah menjelaskan sesuatu akan bertanya: “Apakah ada pendapat dari kalian?” Lalu dosen tersebut memejamkan mata sesaat. Hal itu menjadi tanda terbukanya percakapan atau diskusi. Ketiga, sebagai tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan mata atau memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan. Seseorang yang tertarik dengan orang lain atau sesuatu akan meningkatkan kontak matanya. Di lain pihak, seorang mungkin akan memelototkan mata karena tidak senang dengan orang lain. Keempat, sebagai tanda kedekatan fisik. Ketika seorang wanita ingin menyanyi dalam suatu acara pesta atau melakukan sesuatu, ia meminta persetujuan pasangannya. Sang pria akan memejamkan mata sekejap yang berarti setuju dan juga mendukung secara penuh. b. Fungsi Menghindari Seseorang menghindari tatapan mata dapat berarti dia tidak tertarik atau bisa juga untuk menjaga jarak personalitasnya. Dalam percakapan, orang dapat saja menghindari tatapan matanya karena ia tidak tertarik. Sementara dalam bus, orang menghindari tatapan mata untuk menjaga personalitasnya.
  • 39. Komunikasi Kesehatan 28 c. Melebarkan Mata Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecantikan. Akan tetapi, bisa juga orang memelototkan mata karena dia kagum atau takjub terhadap sesuatu. Bisa juga karena seseorang sedang marah. Keempat, komunikasi sentuhan; yaitu bahwa sentuhan manusia merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primitif. Ketika seorang bayi masih di dalam kandungan, sang ayah sering menyentuh perut sang ibu untuk menunjukkan rasa bahagia dan kasih sayang. Setelah sang bayi lahir, kasih sayang, rasa aman, dan rasa memiliki diberikan oleh orangtuanya melalui sentuhan-sentuhan. Sentuhan bagi sang bayi adalah sebagai awal untuk belajar dan akan menjadi pengalaman hidupnya. Sang bayi sendiri mulai belajar menyentuh apa saja yang ada di sekitarnya. Dia juga belajar menyentuh dirinya sendiri, menyentuh kuping, jari tangan, hidung, atau alat genitalnya. Setelah bayi itu dewasa, dia mulai belajar untuk melakukan sentuhan terhadap orang lain yang bukan anggota keluarganya, juga segala sesuatu yang ada. Dengan demikian, sentuhan memang menjadi bahasa komunikasi yang penting. Bahasa sentuhan memiliki sejumlah fungsi dalam proses komunikasi, yaitu: a. Ungkapan Seksual Fungsi seksual ini mudah dipahami dan sangat jelas. Seperti, seorang anak menyentuh alat vital, mencium, sentuhan yang berkaitan dengan “intercourse” atau hubungan badan, atau bentuk sentuhan yang lain. Seorang pria yang memelihara kumis dan cambang atau seorang wanita yang menghaluskan kulit tubuhnya, keduanya disadari atau tidak akan meningkatkan peran sentuhan dalam berkomunikasi. b. Menghibur Melalui sentuhan orang dapat menghibur dan memberi dukungan kepada orang lain. Contohnya, memegang tangan, membelai rambut, atau memeluk. Di samping itu, sentuhan merupakan bentuk pernyataan diri. Di mana dan bagaimana kita menyentuh menunjukkan seberapa luas dan dalam pernyataan diri itu. Misalkan, mengucapkan selamat dengan bersalaman adalah mencerminkan hubungan sosial. Sedangkan, mencium pipi menunjukkan hubungan antarpribadi yang intim.
  • 40. Bab 1 | Komunikasi 29 c. Kekuasaan dan Dominasi Perilaku menyentuh bisa berarti perhatian sekaligus sikap menguasai dan dominasi. Sebagai contoh, seseorang berbicara sambil merangkul dan memegang punggung. Di lain pihak, sentuhan juga menunjukkan status dan kekuasaan. Contohnya, seorang pria di tempat umum, pesta, restoran, atau sekolah selalu menyentuh pasangannya. Hal ini menunjukkan dominasi pria atas wanita. Akan tetapi, kalau sentuhan yang sama dilakukan oleh wanita kepada pasangannya, hal itu lazimnya tidak dipandang sebagai dominasi, tetapi sebagai rasa kasih sayang. 2. Komunikasi Ruang Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara dengan jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan berpegangan tangan. Ada lagi orang yang tidak senang didekati, tidak senang orang lain masuk ke kamarnya, atau duduk di mejanya. Orang ada juga yang sering mengganti dekorasi rumahnya atau menyenangi warna-warna tertentu. Semua itu adalah aspek-aspek dari komunikasi ruang. Dari contoh-contoh tersebut, komunikasi ruang dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Proxemics atau Komunikasi Jarak Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang fisik yang membatasi jarak orang-orang di dalam hubungan antarpribadi. Menurut Edward T. Hall (1963), manusia memiliki empat jarak yang dapat menggambarkan empat hubungan manusia. Pertama, jarak intim, yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm. Pada jarak ini orang yang berkomunikasi mampu menyentuh, merasakan suara, dan bau atau napas dari pasangannya. Jarak intim dalam komunikasi juga terbentuk dari meningkatnya hubungan psikologis. Kedua, jarak personal. Jarak ini merupakan batas pribadi seseorang yang tidak bisa disentuh orang lain. Berjarak antara 75-120 cm. Ketiga, jarak sosial, yakni jarak di dalam hubungan sosial kita dengan orang- orang lain. Jarak 120-210 cm merupakan jarak yang berhubungan dengan urusan pekerjaan yang bersifat impersonal. Dan jarak 210-360 cm adalah jarak untuk urusan pekerjaan yang bersifat lebih formal. Keempat, jarak publik. Pada jarak 360-450 cm orang
  • 41. Komunikasi Kesehatan 30 lain bisa mengambil sikap mempertahankan diri dari ketakutan terhadap orang lain. Misalkan, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum. Sedangkan, jarak 450-750 cm merupakan jarak yang membatasi kita dengan suatu kelompok besar orang-orang. Seperti, jarak antara panggung opera dengan penontonnya. b. Teritorial Hampirmiripdenganperilakubinatangjantandalammempertahankan wilayah kehidupannya, manusia pun di dalam proses komunikasi memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas ini bisa berarti menunjukkan kepemilikan. Contohnya, ruang kamar, ruang belajar, atau tempat duduk di sekolah, tidak boleh ditempati atau disentuh orang lain. Komunikasi teritorial ini juga menunjukkan status seseorang. Seorang manajer bisa dengan bebas masuk ruang kerja karyawannya,tetapiparakaryawantidakbisasembaranganmemasuki ruang kerja manajernya. Demikian pula, pada keluarga-keluarga tertentu, seorang ayah bebas memasuki kamar anaknya, tetapi anak- anak tidak boleh secara bebas memasuki kamar orangtuanya. c. Estetika dan Warna Estetika adalah komunikasi ruang yang berkaitan dengan dekorasi ruang atau tempat tertentu. Biasanya orang menciptakan ruang atau tempat tertentu agar mempunyai arti dan keindahan. Keindahan akan berhubungan dengan cita rasa pemilik ruangan. Misalkan, ruang tamu yang cantik akan mempunyai jendela yang besar, warna dinding abu-abu kecokelatan, sinar lampu yang redup, kursi dan meja yang atraktif menyenangkan. Sedangkan, komunikasi warna berkaitan dengan arti-arti tertentu dan hubungan warna dengan personalitas. Warna merah bisa berarti berani, warna biru berarti kesedihan, atau merah “pink” berarti bahagia dan sehat. Seseorang yang menyukai warna merah biasanya impulsif, aktif, agresif, penuh semangat, simpatik, cepat menilai orang, tidak sabar, dan kuat dorongan seksualnya. Mereka yang menyukai warna biru lazimnya konservatif, introspeksi, dan selalu berhati-hati. 3. Komunikasi Diam Ada pepatah “diam itu emas”. Pepatah ini memberikan makna yang sangat banyak, dapat berarti bersikap tidak memihak, tidak suka
  • 42. Bab 1 | Komunikasi 31 membicarakan orang lain, setuju dengan hal-hal yang baik, dan mudah memahami kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa “diam” memberikan banyak informasi di dalam proses komunikasi manusia. Dalam proses komunikasi sehari-hari, “diam” berkaitan dengan beberapa fungsi berikut: a. Memberi Kesempatan Berpikir Sering kali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Seorang pembicara diam sesaat untuk melanjutkan apa-apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Kadang- kadang bukan hanya pesan-pesan yang bersifat verbal, tetapi tindakan-tindakan apa yang sekiranya mendukung apa yang telah dibicarakan. b. Menyakiti Hampir semua orang pernah berpikir, “saya akan mendiamkan orang yang menjengkelkan itu”. Umumnya hal ini, dilakukan setelah dua orang selesai bertengkar, masing-masing saling berdiam diri. Fungsi lain dari diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok. c. Mengisolasi Diri Sendiri Kadang kala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalkan, seseorang merasa cemas dan malu berada di dalam suatu kelompok orang-orang. d. Mencegah Komunikasi Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Di samping itu, diam juga berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah. e. Mengomunikasikan Perasaan Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-tanggapan emosional. Misalkan seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan antarpribadi. f. Tidak Menyampaikan Sesuatu Pun Sering kali diam terjadi karena di sana tidak ada yang saling berbicara, atau seseorang memang sedang tidak ingin melakukan atau mengatakan apa-apa.
  • 43. Komunikasi Kesehatan 32 4. Paralanguage Paralanguage dapat diidentifikasikan sebagai suara-suara atau vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan. Paralanguage mencakup ketepatan berbicara; volume; ritme; resonansi; bentuk- bentuk vokal, seperti tertawa, pekikan, rintihan, semburan, rengekan, suara-suara “uh-uh, shh”; dan tinggi rendah suara. Dalam hal ini, ada tiga hal yang berkaitan dengan paralanguage, yaitu: a. Paralanguage dan Persepsi Orang sering cepat menilai orang lain berdasarkan suara-suara paralanguage. Ketika mendengar pidato yang bersuara rendah, dinilai bahwa orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah diri dengan apa-apa yang disampaikan. Di pihak lain, pada orang yang berbicara keras, dinilai sebagai orang yang mempunyai “ego” tinggi. Hubungan persepsi dan paralanguage ada dua. Pertama, paralanguage dan formasi kesan. Suara-suara tertentu seseorang merupakan gejala dari tipe personalitasnya. Contohnya, di saat kita kuliah akan muncul kesan-kesan terhadap dosen. Formasi kesan ini meliputi: kesan-kesan fisik (postur tubuh, jenis kelamin, atau usia), kesan- kesan personal (sikap terbuka, malu, atau agresif), kesan-kesan evaluatif (berbicara lepas, suara keras dan mengancam, atau sikap bersahabat). Kedua, mengidentifikasi sikap emosional. Paralanguage menunjukkan sikap-sikap emosional diri. Misalnya, seseorang yang putus asa akan mengeluh, mungkin bersuara “ckk atau uh”. b. Paralanguage dan Percakapan Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peran-peran pembicara dan pendengar di dalam percakapan. Contohnya, apabila seseorang ingin berbicara terus-menerus, diselang dengan suara “mm ..., nn ...”. Sedangkan, apabila memberi kesempatan berbicara pada yang lain akan bersuara “yah” atau yang lainnya. 5. Komunikasi Temporal (Waktu) Penggunaan waktu pada setiap masyarakat akan berbeda-beda. Pada masyarakat tertentu ketepatan waktu dalam segala aktivitas sangat dianggap krusial. Akan tetapi, oleh masyarakat yang lain ketepatan waktu di dalam setiap kegiatan tidak dianggap penting, dan keterlambatan waktu tertentu masih ditolerir. Pentingnya ketepatan dan keterlambatan
  • 44. Bab 1 | Komunikasi 33 waktu bisa juga berbeda bagi setiap individu. Penggunaan waktu yang efisien dan efektif dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi orang- orang “penting”, kaum profesional, atau para eksekutif. Akan tetapi, hal itu mungkin tidak dianggap penting bagi masyarakat golongan yang lain. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan penggunaan waktu di dalam proses komunikasi, yaitu: a. Menunjukkan Status Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam beberapa segi kehidupan. Misalkan, seorang mahasiswa akan berusaha “on time” atau tepat waktu apabila dia mempunyai janji dengan dosennya. Sebaliknya, tidak demikian dengan dosennya, apabila dia membuat janji dengan mahasiswanya. b. Waktu dan Kesesuaian Artinya penggunaan waktu dalam proses komunikasi berkaitan dengan kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya, seorang dosen yang sibuk akan menyempatkan hari-hari tertentu untuk dapat memberikan konsultasi kepada mahasiswanya karena waktu-waktu yang lain harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang penting. Seorang dokter mempunyai jam-jam praktik tertentu karena waktu-waktu yang lain dia harus menengok pasien- pasiennya di rumah sakit. Akan tetapi, seorang dosen akan memberi toleransi waktu lain untuk konsultasi bagi mahasiswa tertentu yang sudah saatnya mengikuti ujian sidang kelulusan kesarjanaannya. Juga, para dokter akan menerima telepon di luar jam kerjanya apabila harus menghadapi keadaan darurat yang menyangkut nyawa orang lain. Pada uraian terdahulu telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya dalam beberapa hal komunikasi verbal berbeda dengan komunikasi nonverbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna suatu pesan komunikasi akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi nonverbal. Sebenarnya, ada beberapa fungsi umum dari komunikasi nonverbal, tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi nonverbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal memodifikasi
  • 45. Komunikasi Kesehatan 34 komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman (1965) sebagai berikut: a. Repetisi atau Pengulangan Perilaku-perilakunonverbalmungkinmerupakanpengulanganuntuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak kampus UI Salemba; kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata, “Setelah Bapak menemukan perempatan jalan di depan, Bapak belok ke arah utara.” Sesaat kemudian, kita masih perlu menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari ke mana arah utara tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan memberikan gambaran dengan peragaan nonverbal yang lain. Untuk hal yang sama, fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti “ya”, menggelengkan kepala berarti “tidak”, melambaikan tangan berarti “halo” atau “selamat tinggal”, dan meletakkan tangan di kuping bisa berarti “saya tidak mendengar”. Namun, seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda-tanda gestur itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda. Contohnya, di Amerika Serikat sikap setuju atau OK bisa diungkapkan orang dengan membuat bentuk lingkaran dari penggabungan ibu jari dan keempat jari yang lain. Akan tetapi, tanda ini bisa berarti berbeda di negara lain, di Prancis berarti orang bodoh (nol). b. Kontradiksi atau Perlawanan Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan-tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap-sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Contohnya, ketika wajah seseorang merah padam dan sikap yang menahan emosi, seorang teman bertanya, “Marah ya?” Namun, dia akan bilang, “Tidak, saya tidak marah.” Jelas bahwa sikap dan ucapan orang tersebut bertentangan. Sungguhpun demikian, biasanya, kontradiksi antara kata-kata yang terucapkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan tidak tampak dengan jelas, halus, dan disamarkan. Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri
  • 46. Bab 1 | Komunikasi 35 melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap. Misalnya, orang menutupi rasa grogi di saat bicara di depan orang banyak dengan duduk terpaku, atau ketika seseorang menunjukkan sikap atraktif karena ingin akrab dengan orang lain, padahal biasanya dia tidak bersikap seperti itu. Namun, perlu diingat pesan-pesan ganda yang kita tampilkan dengan halus mempunyai akibat yang besar apabila orang lain melihat ketidakkonsistenan antara tindakan dan ucapan. Orang akan lebih percaya pada perilaku nonverbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi. c. Substitusi atau Pengganti Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan sesuatu, kita hanya “angkat bahu” untuk mengatakan tidak tahu. Dalam hal ini sering tidak disadari tindakan-tindakan nonverbal ini. Seperti tersenyum, menarik napas panjang, atau mengerutkan kening yang bermakna ganda. Sering kali proses yang demikian itu akan memengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada. d. Komplemen atau Pelengkap Tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya tindakan nonverbal mengadaptasi pesan- pesan verbal. Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung dan merasa bangga telah mencapai puncak serta kembali dengan selamat. Perasaan bangga tersebut kita ungkapkan kepada seorang teman dengan cara menceritakan tentang bagaimana sulitnya medan yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan-gerakan tangan, luas dan indahnya puncak gunung dengan merentangkan tangan, atau curamnya kemiringan bukit-bukit dengan gerakan tangan dan tubuh yang dimiringkan. Dari contoh tersebut, banyak tindakan-tindakan nonverbal dari seluruh bagian tubuh digunakan untuk melengkapi pembentukan makna pada pesan-pesan verbal. Contoh itu juga menjelaskan, bahwa tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang ilustratif, proses komunikasi akan lebih bermakna. e. Regulasi atau Pengatur Perilaku nonverbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa
  • 47. Komunikasi Kesehatan 36 sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju. Contohnya, ketika dua orang berbicara, yang lain mengangguk atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat membuat percakapan berlangsung dengan baik. Sedangkan, apabila orang yang mendengar selalu menggelengkan kepala, percakapan tidak akan berlangsung dengan baik. f. Aksentuasi atau Penekanan Tanda-tanda nonverbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal (Budi, 2017).
  • 48. 37 A. Pendahuluan Modernisasi, membuat komunikasi menjadi kebutuhan primer dengan berbagai bentuk dan caranya dalam kehidupan manusia. Mulanya, komunikasi hanya terdapat pada masyarakat atau kelompok orang yang hidup berdekatan. Namun, dengan adanya kecepatan media informasi dan kompleksnya berbagai macam hubungan, maka komunikasi menjadi masalah semua orang. Komunikasi memiliki beberapa model, dan setiap modelnya memiliki definisi yang berbeda pula. Model komunikasi dibuat agar mempermudah proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu dalam suatu komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses yang terlihat dari setiap gejala atau peristiwa yang tidak luput dari adanya suatu komunikasi yang terjalin antarmanusia. B. Pengertian Model Komunikasi Apa yang dimaksud dengan model? Apakah model sama atau berbeda dengan teori? Dalam buku-buku dan jurnal-jurnal komunikasi, masih banyak ditemui kerancuan tentang penggunaan konsep teori dan model. Akibatnya pembaca menjadi sulit untuk membedakan yang mana disebut teori dan yang mana disebut sebagai model. Bahkan tidak jarang ditemui teori X disebut sebagai model x atau sebaliknya. MODEL KOMUNIKASI BAB 2
  • 49. Komunikasi Kesehatan 38 Meskipun penjelasan dan batasan tentang kedua konsep tersebut masih merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan, untuk keperluan buku ini uraian tentang teori dan model yang diberikan oleh Littlejohn (1983) dan Hawes (1975) akan dijadikan sebagai patokan. Menurut Littlejohn (1983: 12), “In a broad sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea.” (Dalam pengertian luas pengertian model menunjukkan setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses, atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan demikian, model bisa berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematika. Biasanya model dipandang sebagai analogi dari beberapa fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat kaitan antara teori dan model. Menurut Deutsh (1966), model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial, mempunyai 4 (empat) fungsi. Pertama, fungsi mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurut-urutkan serta mengaitkan satu bagian/sistem dengan bagian sistem lainnya, sehingga kita memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Aspek lainnya dari fungsi pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran umum tentang suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas. Ketiga, fungsi “heuristik”. Artinya melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses atau sistem. Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai.
  • 50. Bab 2 | Model Komunikasi 39 Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur penting fenomena tersebut. model jelas bukan fenomena, tetapi peminat komunikasi, termasuk mahasiswa sering mengaitkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya. Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model komunikasi juga memberikan gambaran kepada kita tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur-unsur/ faktor-faktor yang ada dalam sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya yang ada dalam sebuah sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor- faktor lainnya dalam sebuah sistem. Pengertian fungsional menunjuk pada tugas dan peran dari setiap unsur/faktor dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, melalui model, kita akan dapat memahami secara mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur- unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi, ataupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas. Sebagai pengantar, contoh-contoh model komunikasi yang akan dibahas dalam bab ini hanyalah terbatas pada beberapa model yang tergolong kelompok model-model dasar dan kelompok model pengaruh personal, penyebaran, dan dampak komunikasi massa. Model-model dasar yang akan diuraikan adalah: (1) model komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi dari Barnlund, (2) model komunikasi klasik dari Lasswell, (3) model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm, (4) model komunikasi dari Webner, (5) model komunikasi dari Riley and Riley, (6) model ABX Newcomb, (7) model komunikasi
  • 51. Komunikasi Kesehatan 40 dari Shannon dan Weaver, dan (8) model komunikasi DeFleur. Model- model pengaruh personal, penyebaran, dan dampak komunikasi yang akan dibahas adalah: (1) model S-R dari DeFleur, (2) model pengaruh psikologis TV dari Comstock, (3) model komunikasi massa dua tahap dari Katz dan Lazarfeld, serta (4) model “spiral keheningan” dari Noelle- Neumann (Budi, 2017). Definisi model komunikasi menurut beberapa ahli, yaitu: 1. Sereno dan Mortensen Suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. 2. B. Aubrey Fisher Model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. 3. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. Model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori, dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep. Para ahli umumnya merancang model-model komunikasi dengan menggunakan serangkaian bilik, lingkaran, panah, garis, dan sebagainya untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan variabel-variabel yang membentuk komunikasi dan menyarankan atau melukiskan hubungan di antara komponen-komponen tersebut. Kata-kata, huruf, dan angka sering digunakan untuk melengkapi model-model komunikasi tersebut. C. Fungsi dan Manfaat Model Komunikasi sehubungan dengan model komunikasi, Gordon Wiseman dan Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi, yaitu:
  • 52. Bab 2 | Model Komunikasi 41 1. Melukiskan proses komunikasi. 2. Menunjukkan hubungan visual. 3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Model tidak hanya memberi manfaat kepada para ilmuwan, namun model juga menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah, jika model awal tidak berhasil memprediksi. Oleh karena itu, pembuat model juga harus memutuskan ciri-ciri apa dari dunia nyata, misalnya dari fenomena komunikasi, yang akan dimasukkan ke dalam sebuah model. Model juga berfungsi sebagai basis bagi teori yang telah kompleks, alat untuk menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep. Sebagai alat dapat dipakai kata- kata, angka, simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek, teori, atau proses. Dalam ilmu komunikasi, biasanya model-model komunikasi dirancang dengan menggunakan serangkaian blok, segi empat, lingkaran, panah, garis, spiral, dan lain-lain. Model menguji suatu temuan dalam dunia nyata, walaupun tidak pernah final karena selalu diuji dengan penemuan model terbaru. Pendapat para ahli mengenai fungsi dan manfaat model-model komunikasi, yaitu: 1. Gordon Wiseman dan Larry Barker Mengemukakan bahwa model komunikasi mempunya tiga fungsi: pertama, melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan hubungan visual; dan ketiga, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. 2. Deutsch Menyebutkan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu: a. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati). b. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui). c. Prediktif memungkinkan peramalan dari sekadar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak. d. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi.
  • 53. Komunikasi Kesehatan 42 e. Fungsi-fungsi tersebut pada gilirannya merupakan basis untuk menilai suatu model. f. Seberapa umum model tersebut? Seberapa banyak bahan yang diorganisasikan dan seberapa efektif? g. Seberapa heuristik model tersebut? Apakah dapat membantu menemukan hubungan baru, fakta, atau metode? h. Seberapa penting prediksi yang dibuat dari model tersebut bagi bidang penelitian? i. Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan model tersebut? Seberapa orisinal model tersebut? Seberapa banyak pandangan yang ditawarkan? 3. Irwin D.J. Boss Menyebutkan beberapa manfaat model. Model dapat menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah, bila model awal tidak bisa memprediksi. Ketika suatu model diuji, karakter kegagalan kadang-kadang dapat memberikan petunjuk mengenai kekurangan model tersebut. Sebagian kemajuan ilmu pengetahuan justru dihasilkan dari kegagalan sebuah model. Manfaat lain dari pembuatan model adalah terbukanya problem abstraksi. Dunia nyata adalah lingkungan yang sangat rumit. Sebuah apel, misalnya, mempunyai banyak sifat, ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya. Dalam memutuskan apakah apel itu akan dimakan atau tidak, hanya sebagian sifat apel ini yang dipertimbangkan. Suatu tingkat abstraksi dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, pembuat model juga harus memutuskan ciri-ciri apa dari dunia nyata, misalnya dari fenomena komunikasi yang akan dimasukkan ke dalam sebuah model. Dengan membuat proses abstraksi ini penggunaan model dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Lebih jauh, hal itu dapat menyarankan eksperimen awal untuk memastikan karakter mana yang relevan untuk pengambilan keputusan. 4. Raymond S. Ross Model memberi penglihatan yang lain, berbeda, dan lebih dekat, model menyediakan kerangka rujukan, menyarankan kesenjangan informasional, menyoroti problem abstraksi, dan menyarankan suatu masalah dalam bahasa simbolik bila terdapat peluang
  • 54. Bab 2 | Model Komunikasi 43 untuk menggunakan gambar atau simbol. Model komunikasi juga banyak memberikan manfaat, terutama kepada ilmuwan, untuk memperjelas teori yang mereka kemukakan. Model juga memberikan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah yang mungkin timbul, memberi peluang akan terbukanya problem abstraksi, dan memberikan penglihatan berbeda atau lebih dekat. Model-model komunikasi memberikan gambaran tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur atau faktor yang ada dalam suatu sistem. Melalui model kita akan dapat memahami dengan lebih mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur/faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok atau organisasi, maupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas. Tipologi Model Gerhard J. Hanneman dan William J. McEwen, menggambarkan suatu taksonomi model yang mudah dipahami dalam suatu grafik yang melukiskan derajat abstraksi berlainan. Model yang mungkin lebih penting adalah model simbolik yang terdiri dari model matematik (misalnya E = mc2) dan model verbal, lalu model fisik yang terdiri dari model ikonik dan model analog. Model verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan kata-kata, meskipun bentuknya sangat sederhana. Definisi-definisi komunikasi yang dirumuskan dalam kalimat-kalimat, seperti definisi para tokoh, termasuk dalam model verbal ini. Model verbal sangat berguna, terutama untuk menyatakan hipotesis atau menyajikan hasil suatu penelitian. S. Ross menyebut model demikian sebagai model verbal-piktorial. Model grafik atau model diagramatik secara skemaris menampilkan apa yang dapat disajikan dengan sekadar kata-kata. Contoh model ini adalah model struktur organisasi yang sering kita lihat, yang dilihat dari perspektif organisasi, tingkat-tingkat jabatan, dan hubungan kerja. Model fisik secara garis besar terbagi dua, yakni model ikonik yang penampilan umumnya (rupa, bentuk, tanda-tanda) menyerupai objek yang dimodelkan, seperti model pesawat terbang, boneka, mannequin, maket sebuah gedung, dan sebagainya. Serta model analog yang
  • 55. Komunikasi Kesehatan 44 mempunyai fungsi serupa dengan objek yang dimodelkan, meskipun bentuk fisiknya tidak serupa, seperti komputer yang fungsinya menyerupai otak manusia. Sebagian model ikonik, selain menyerupai objek aslinya, juga menunjukkan sebagian fungsi penting objek yang dimodelkan tersebut. Contoh terbaik model ikonik ini adalah replika pesawat terbang, mobil, kereta api, dan sebagainya. Meskipun tampak rumit, sebenarnya merupakan versi sederhana dari kendaraan-kendaraan tersebut yang cara beroperasinya jauh lebih rumit. Kita dapat mempelajari masalah pesawat terbang melalui operasi model fisik tersebut, sebagaimana seorang ilmuwan dapat mempelajari fenomena alam lewat suatu model yang merepresentasikannya. Model pesawat terbang jauh lebih mudah dipahami daripada pesawat terbang yang sebenarnya karena berbagai alasan, model lebih menyenangkan ditangani dan dimanipulasi. Model juga lebih sederhana daripada pesawat yang sebenarnya dan prinsip-prinsip bekerjanya juga lebih jelas. Namun, tentu saja ada kekurangannya. Sebagian ciri pesawat terbang sebenarnya mungkin terabaikan bila kita terlalu memperhatikan modelnya. Inilah risiko mempelajari fenomena lewat model. Sebenarnya para ilmuwan menggunakan replika pesawat terbang untuk mempelajari kinerja pesawat terbang yang asli. Model sebenarnya bukan dimaksudkan sebagai alat pemberi informasi yang lengkap dan berguna mengenai objek yang dimodelkan. Apakah suatu model itu bermanfaat atau tidak, akan dikaji lewat pengalaman dengan membandingkan kinerja pesawat asli dengan modelnya. Dalam dunia pendidikan, model fisik kadang-kadang digunakan untuk tujuan pengajaran. Dalam ilmu kedokteran misalnya, digunakan model manusia yang dilengkapi organ-organ tubuh bagian dalam, seperti otak, jantung, paru-paru, dan lain-lain. Model bumi juga digunakan dalam pelajaran geografi untuk menunjukkan permukaan bumi. Model tata surya yang dapat kita lihat di planetarium berguna juga bagi para peminat astronomi. Model tata surya sebenarnya dapat dijelaskan dengan model fisik ataupun model verbal. Bola-bola yang disebut planet-planet itu dapat digantikan dengan simbol-simbol yang mempresentasikan planet tersebut. Model verbal punya peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam tahap awal penjelajahan suatu topik atau presentasi hasil.
  • 56. Bab 2 | Model Komunikasi 45 Model verbal menghadapi banyak kesulitan karena keterbatasan bahasa, dan karena itu model verbal ini sering diganti atau dilengkapi dengan model matematik yang menjelaskan fenomena secara lebih sederhana. Pembuatan model adalah upaya penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan kuantitas model yang dihasilkan menandai kematangan ilmiah disiplin tersebut. Dibutuhhkan pandangan yang luar biasa untuk menciptakan model baru. Namun, hal itu tidak otomatis memadai. Seperti juga teori, model dapat diterima sepanjang belum dinyatakan keliru berdasarkan data terbaru yang ditemukan di lapangan. Perbaikan model sekecil apa pun, memang berdasarkan interaksi antara model dan data. Kadang-kadang data begitu banyak, namun model yang dihasilkan kurang memuaskan, sehingga kemajuan yang dialami disiplin ilmu yang bersangkutan begitu lamban. Berbagai upaya ilmiah harus terus dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung model yang dirancang. Para ilmuwan dapat bekerja sama untuk menghasilkan model, seperti Brahe yang mengumpulkan data yang baik dan Kepler yang menyediakan model. Pada umumnya, tidak ada suatu model yang berhasil muncul secara tiba-tiba. Suatu model yang baik biasanya telah melewati banyak tahap ujian, yang mungkin memakan waktu puluhan tahun. Tidak ada model yang sempurna atau final. Bahkan ketika model sudah diterima luas, ada saja nuansa baru yang muncul dari fenomena yang dimodelkan, sehingga dikembangkan lagi model baru untuk mengakomodasi nuansa baru tersebut. Hal ini juga berlaku untuk pembuatan model dalam ilmu-ilmu sosial termasuk ilmu komunikasi. Suatu model sering menunjukkan kekurangan-kekurangan mengenai karakteristik fenomena yang dimodelkan. Karena itu model suatu fenomena bisa diperbaiki berdasarkan model pertama tadi yang dari waktu ke waktu dihadapkan dengan data yang lebih baru yang ditemukan di lapangan. Pada dasarnya model komunikasi yang juga punya sifat dan fungsi yang mirip dengan model-model lain yang telah dibahas sebelumnya. Hanya saja, oleh karena dalam ilmu sosial, termasuk komunikasi, terdapat berbagai perspektif, maka lazimnya terdapat berbagai model untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Oleh karena sifat fenomena yang cair dan dinamis serta berubah-ubah, yang membedakan
  • 57. Komunikasi Kesehatan 46 perilaku manusia dengan perilaku objek alam yang diangggap statis, pembuatan model fenomena sosial menjadi lebih sulit. Berdasarkan paradigma yang bertentangan itu, ilmuwan sosial yang berpandangan objektif, menganggap bahwa manusia cenderung makhluk yang pasif, tidak jarang menggunakan model matematik. Sedangkan ilmuwan sosial berpandangan subjektif, yang menganggap bahwa manusia aktif, biasanya lebih banyak menggunakan model verbal. D. Penilaian Model Komunikasi Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu model komunikasi: 1. Seberapa umum (general) model tersebut? 2. Seberapa banyak bahan yang diorganisasikan dan seberapa efektif? 3. Seberapa heuristik model tersebut? (Apakah membantu me­ nemukan hubungan-hubungan baru, fakta, atau metode). 4. Seberapa penting prediksi yang dibuat model tersebut bagi penelitian? 5. Seberapa strategis prediksi itu pada tahap perkembangan bidang tersebut? 6. Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan model tersebut? Dalam menilai model, Deutsch menambahkan beberapa hal berikut: 1. Orisinalitas model. Seberapa banyak pandangan baru yang ditawarkan? 2. Bagaimana kesederhanaan dan kehematan model tersebut? 3. Seberapa nyata model tersebut? 4. Seberapa jauh kita bergantung pada model tersebut sebagai representasi realitas fisik? E. Model-model Komunikasi Sebagai Perkenalan Model komunikasi kurang lebih adalah suatu replika kebanyakan model diagramatik dari dunia nyata. Komunikasi bersifat dinamis sebenarnya komunikasi sulit dimodelkan. Penggunaan model berguna untuk
  • 58. Bab 2 | Model Komunikasi 47 mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut berhubungan: 1. Model S–R Model stimulus respons (S–R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus–respons. Model S–R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S–R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemampuan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia. Bila seseorang lelaki berkedip kepada seorang wanita lalu wanita itu tersipu malu. Atau bila tersenyum dan kemudian Anda membalas senyuman saya itu pula S–R. Model S–R terbagi menjadi dua bagian: a. Model S–R Positif–Positif Sebagai contoh, ketika seseorang yang Anda kagumi atau menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika berpapasan di jalan, maka Anda akan membalas senyuman itu karena Anda merasa senang. Dari contoh di atas maka terjadi korelasi model S–R Positif–Positif. b. Model S–R Negatif–Negatif Sebagai contoh, orang pertama menatap orang kedua dengan tajam dan orang kedua balik menatap dengan menatap dan berkata kasar. Model S–R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S–R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Komunikasi dianggap sebagai statis, yang menganggap manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus) bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.