1. Surat Terbuka Presiden SBY Terkait Gaza "Yang Menggetarkan" Para
Pemimpin Dunia
Written By PKS Bangilan on Kamis, 31 Juli 2014 |
7/31/2014 05:12:00 PM
SURAT TERBUKA PRESIDEN SBY KEPADA PARA PEMIMPIN DUNIA
TENTANG KRISIS KEMANUSIAAN DI GAZA
Nama saya Susilo Bambang Yudhoyono. Saya seorang muslim yang mencintai keadilan, dan
yang sekaligus mencintai kedamaian, kemanusiaan dan demokrasi. Hampir sepuluh tahun ini
saya memimpin Indonesia, dan beberapa bulan mendatang saya akan mengakhiri tugas saya
sebagai Presiden Republik Indonesia.
Kemarin, setelah pagi harinya bersama rakyat Indonesia merayakan ldul Fitri dengan tenang
2. dan damai, sebuah hari keagamaan yang agung bagi umat Islam, sepanjang malam saya tidak
bisa memejamkan mata saya.
Melalui tayangan televisi nasional dan internasional, hampir setiap menit, saya menyaksikan
jatuhnya korban jiwa di Gaza akibat kekerasan dan aksi-aksi militer yang tengah
berkecamuk. Hampir semua yang tewas dan yang luka-luka adalah mereka yang tidak
berdosa, tidak berdaya dan tidak bisa menyelamatkan diri dari desingan peluru dan bom-bom
maut pencabut nyawa.
Isak tangis ibu-ibu yang kehilangan putra-putrinya, serta jeritan anak-anak yang tiba-tiba
kehilangan orang tuanya, sungguh menusuk relung hati saya yang paling dalam. Saya yakin,
siapapun dan bangsa mana pun hampir pasti akan mengalami kesedihan dan kepiluan yang
sama menyaksikan tragedi kemanusiaan yang tak terperikan itu.
Sebagai seorang Presiden yang saat ini tengah memimpin sebuah negara dengan penduduk
Islam terbesar di dunia, tentu saya tidak hanya bersedih dan marah. Hingga saat ini saya juga
aktif melaksanakan diplomasi beserta para menteri dan diplomat Indonesia, termasuk dengan
Sekjen PBB Ban Ki-moon, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, tetapi situasi yang ada
di Gaza kenyataannya bertambah buruk.
Oleh karena itu, dari Jakarta, saya harus meneriakkan seruan moral kepada seluruh bangsa di
dunia, utamanya para pemimpin dunia, dan utamanya lagi kepada pemimpin Israel dan
Hamas, untuk segera menghentikan kekerasan dan tragedi di kawasan itu. Dengan seruan ini
saya berharap para pemimpin dunia segera mengambil tanggung jawab bersama dan benar-
benar bisa melakukan atau “memaksakan” gencatan senjata dan mengakhiri operasi-operasi
militer yang nampaknya makin tidak pandang bulu.
Gencatan senjata itu mesti dilaksanakan sekarang. Bukan besok, apalagi lusa. Dengan
gencatan senjata, berarti serangan Israel melalui udara, laut dan darat harus segera dihentikan.
Demikian pula tembakan-tembakan roket dari pihak Hamas mesti diakhiri, agar aksi balas
membalas atau siklus kekerasan tidak terus berlanjut. Tindakan para pemimpin politik dan
militer untuk melanjutkan operasi-operasi militer saat ini hanya akan makin menambah
jatuhnya korban jiwa, termasuk anak-anak, kaum perempuan dan golongan lanjut usia.
lni semua sudah menabrak hukum, moral dan etika perang, yang harus dijunjung tinggi di
sebuah dunia yang beradab.
Meskipun saya seorang muslim, saya tidak melihat masalah ini dari segi agama. Saya tidak
mengaitkan pikiran dan seruan saya ini dengan Islam,Yahudi, Kristen, Katolik dan agama
atau keyakinan apa pun. Isu yang kita hadapi ini adalah isu tentang kemanusiaan, moralitas,
hukum dan etika perang, serta tindakan dari pihak mana pun yang telah melebihi
kepatutannya.
Tragedi kemanusiaan dan penderitaan manusia yang tak terperikan ini juga berkaitan dengan
rasa tanggung jawab dari para pemimpin, yang baik langsung maupun tidak langsung telah
membuat tragedi kemanusiaan ini terus berlangsung.
Terus terang, Indonesia secara konsisten dan tegas mendukung kemerdekaan bangsa
Palestina. Dunia harus benar-benar memberikan kepastian bagi terbentuknya negara Palestina
yang merdeka dan berdaulat, serta diakui oleh masyarakat dunia. Juga Palestina merdeka
3. yang hidup berdampingan secara damai dengan Israel, dan juga dengan negara-negara
tetangganya. Konsep “dua negara dalam kawasan yang damai” adalah konsep yang saya
pandang dan yakini sebagai konsep yang realistis dan bisa diwujudkan.
Dengan tontonan dan contoh buruk tentang konflik, perang dan kekerasan sebagaimana yang
kita saksikan saat ini, atau juga di tahun-tahun sebelumnya, maka anak-anak bangsa mana
pun, termasuk anak-anak muda kita, bagai diajarkan ya begitulah kehidupan di dunia yang
mesti dijalankan. Padahal, selama hampir sepuluh tahun ini saya mengajak bangsa Indonesia,
termasuk umat Islam Indonesia, untuk senantiasa mencintai perdamaian, persaudaraan,
toleransi dan kerukunan.
Saya juga berjuang dengan gigih untuk memerangi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme di
bumi Indonesia. Saya juga aktif menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam forum dialog
antar agama dan peradabannya baik di Indonesia maupun di berbagai forum internasional.
Saya juga memelopori dan memimpin penyelesaian berbagai konflik di Indonesia secara
damai dan demokratis, termasuk konflik di Aceh dan Papua, konflik komunal antar dan intra
agama, serta konflik kepentingan dengan negara lain termasuk sengketa perbatasan dengan
negara-negara tetangga.
Saya juga berupaya sekuat tenaga untuk menjaga dan mempertahankan garis Islam Indonesia
yang moderat, rukun dan toleran, di tengah pengaruh global yang sering menyebarluaskan
radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Saya menyadari bahwa semua itu tidak bisa “to be
taken for granted”, melainkan harus terus kita jaga dan upayakan perwujudannya.
Pendek kata saya berupaya sekuat tenaga untuk mengajak bangsa Indonesia agar mencintai
perdamaian, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan, serta toleransi dan
bisa membangun persahabatan dan kemitraan dengan bangsa lain. ltulah konon katanya nilai-
nilai universal yang diajarkan oleh orang-orang bijak di dunia.
Apa yang terjadi di Gaza dan tempat lain di Timur Tengah atau Afrika Utara dewasa ini,
dikaitkan dengan misi dan tantangan yang saya hadapi di Indonesia, bisa dibayangkan betapa
beratnya saya mengemban tugas-tugas yang mulia itu. Apa yang harus saya katakan kepada
ratusan juta rakyat Indonesia?
Bagaimana tidak makin muncul kelompok-kelompok yang radikal di negara kami dan bahkan
juga di banyak negara, karena mereka merasa kalah dan dipermalukan, sehingga harus
memilih dan menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam memperjuangkan keadilan yang
diyakininya.
Saya yakin tantangan berat yang saya hadapi ini juga dihadapi oleh banyak pemimpin lain di
dunia, termasuk para pemimpin politik, pemimpin pemerintahan, pemimpin organisasi
kemanusiaan dan para pemimpin agama. Saya khawatir, karena keacuhan dan kurangnya
tanggung jawab kita semua, maka generasi-generasi yang terlahir saat ini kelak akan menjadi
generasi yang keras, penuh dendam dan kebencian. Bisa-bisa pula menjadi generasi yang
haus darah dan peperangan.
Kalau ini yang terlahir dan terjadi di abad ke-21 ini, maka terciptanya perdamaian dan
keamanan internasional yang menjadi semangat dan jiwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya
akan menjadi sesuatu yang sangat ilusif.
4. Dengan itu semua, pandangan dan usulan konkrit saya sebagai pemimpin Indonesia adalah
agar dalam hitungan hari, kalau perlu hitungan jam, para penentu perdamaian dan keamanan
dunia, yaitu Dewan Keamanan PBB, utamanya para pemegang Hak Veto, dan negara-negara
kunci di kawasan Timur Tengah, segera duduk bersama dan benar-benar bisa memaksakan
dilakukannya gencatan senjata. Semangatnya adalah “peace making”.
Setelah gencatan senjata dapat diwujudkan, segera diintensifkan bantuan kemanusiaan dan
proses politik yang lebih inklusif dan konklusif. Jangan sampai setelah peperangan yang
dengan susah payah bisa diakhiri, proses politik itu dilupakan kembali. Jangan mengulangi
kesalahan masa lalu. Dengarkan jeritan rakyat Palestina, utamanya yang tinggal di jalur Gaza
yang sudah cukup menderita akibat blokade yang diberlakukan selama ini, serta pandangan
Fatah dan Hamas yang semoga makin menyatu, realistis dan konstruktif.
Dengarkan pula harapan rakyat Israel agar tidak dihantui oleh rasa takut sepanjang masa
setelah tetangganya insya Allah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Konflik kedua
bangsa itu akan berakhir, menurut hemat saya, jika kemerdekaan Palestina telah benar-benar
dicapai dan kemudian Israel tidak merasa terancam olehnya.
Tentunya Israel yang semakin memiliki hati dan semangat persahabatan, dan bukan yang
selalu bersikap superior karena merasa negaranya jauh lebih kuat. Negara lain juga harus
peduli, tergerak dan ikut berkontribusi bagi terwujudnya cita-cita mulia ini. Indonesia
menawarkan diri dan selalu siap untuk dilibatkan dalam proses pengakhiran tragedi
kemanusiaan yang penting ini.
Inilah saudara-saudaraku bangsa sedunia, peluang sejarah yang terbuka. Jangan kita sia-
siakan, agar kita tidak dikutuk dan disalahkan oleh generasi mendatang oleh anak cucu kita.
Selamat ldul Fitri 1435 Hijriyah kepada kaum Muslimin di Palestina semoga Allah SWT
senantiasa memberikan perlindungan dan pertolongan-Nya. Juga salam damai dan
persahabatan untuk semua umat beragama dan bangsa-bangsa sedunia.
Jakarta, 29 Juli 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
"Surat Terbuka" ini diposting di Fans Page resmi Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan
diterbitkan versi bahasa Inggris di Harian The Strait Times (koran berbahasa Inggris yang
berbasis di Singapura) edisi 31 Juli 2014.