Buku ini membahas tanggung jawab agama-agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam) untuk mewujudkan perdamaian dunia melalui dialog antar agama. Dialog diperlukan karena sejarah konflik masa lalu dan klaim kebenaran masing-masing agama. Buku ini mengandung pandangan tiga cendekiawan Indonesia tentang pentingnya penghormatan antar agama, meninggalkan klaim monopoli, dan mencontoh sikap toleransi Nabi Muhammad.
1. Nama : Winda Oktora Tampubolon
Kelas : 2AC
Tugas : RESENSI BUKU
Judu Buku : Menggugat Tanggungjawab Agama-agama Abrahamik bagi Perdamaian
Dunia
Pengarang : Robert B.Baowollo (editor)
Penerbit : Kanisius Yogyakarta
Tanggal terbit : 02-03-2010
Ukuran : 125x200
Halaman : 176
Sampai saat ini perdamaian dunia masih tetap menjadi hal yang didamba-dambakan banyak
orang,mengingat masih ada peperangan bahkan kejahatan terorisme yang terjadi di muka
bumi ini. Hal ini sangat bertentangan dengan kenyataan bahwa manusia-manusia di
peradaban sekarang ini adalah manusia yang intelek dan mengenal agama. Pada hakikatnya
setiap agama datang membawa misi perdamaian tetapi yang menjadi tanda tanya adalah
kenapa perdamaian dunia itu belum terwujud secara utuh?? Perdamaian tidak dapat terjadi
tanpa keadilan,hormat kepada martabat,dan hak orang lain.Tetapi yang paling miris adalah
ketika peperangan yang terjadi mengatasnamakan agama,agama menjadi alasan mereka
untuk menumpahkan darah dan meniadakan kelompok agama lain.
Kebanyakan argumentasi yang dibangun adalah berbagai konflik dan peperangan di muka
bumi ini lebih merupakan cermin dari realitas dunia yang tidak adil,dimana hak-hak dan
kebutuhan dasar sebagian besar umat manusia diabaikan.
Untuk menanggapi konflik agama-agama tersebut pemikiran dari 3 orang cendekiawan
Indonesia dibukukan dalam buku MENGGUGAT TANGGUNGJAWAB AGAMA-AGAMA
ABRAHAMIK bagi PERDAMAIAN DUNIA yang merupakan dialog antara Franz Magnis-
Suseno.SJ, M.Amin Abdullah,dan K.H.Said Aqiel Siradj. Garis besar dari buku ini adalah
bahwa tidak akan ada perdamaian diantara agama-agama ini tanpa dialog.Dialog yang
dimaksud adalah dialog yang matang yang butuh kesiapan dan keberanian.Adapun syarat
mutlak menuju sebuah dialog yang terbuka dan saling menghargai adalah Personal
trust,agar kelompok fundamentalis dan garis keras tidak memaksakan konsep mereka
masing-masing.
Menurut Frans Magnis-Suseno sejarah masalampau yang suram di antara ketiga agama
abrahamik yang senantiasa menampilkan konflik bahkan pertumpahan darah merupakan
tindakan-tindakan yang mempermalukan Tuhan.Sejarah buruk hubungan tiga agama
Abrahamik di masa lampau,juga terlarut-larutnya masalah Palestina hingga hari
ini,semuanya membentuk collective memory yang bisa melumpuhkan dan meracuni
hubungan antara ketiga agama tersebut.Orang harus bisa dengan lapang dada mau
mengakui sejarah dan kesalahan sejarah di masa lampau.Hanya dengan demikian orang bisa
merasa bebas dari beban masalampau dan siap merintis sebuah permulaan yang baru.Di
satu sisi ada banyak keyakinan-keyakinan bersama juga optimisme yang amat kuat,bahwa
kita mampu menciptakan perdamaian dan hubungan baik antara sesama umat manusia
dengan modal dasar keyakinan-keyakinan bersama itu.Tetapi ada juga iklim prasangkara
yang tumbuh dan menjadi ajang saling membenci.Meskipun demikian hubungan antara
Islamdan Kristianitas sudah mencapai kemajuan yang berarti selama 20 tahun terakhir
2. tetapi masih mendatangkan ancaman dari kelompok garis keras dan pembina umat internal
yang tetap bersikap negatif terhadap mereka yang berbeda keyakinan.
Menurut M.Amin Abdullah di antara semua agama yang ada di muka bumi ini adalah
agama-agama abrahamik yang sangat menyolok dalam hal kontestasi dan klaim atas apa
yang dinamakan sejarah keselamatan.Dalamkontestasi tersebut masing-masing agama lalu
mengklaim diri sebagai agen tunggal keselamatan.Klaimmonopoli kebenaran dalam sejarah
keselamatan berdasarkan tafsir atau interpretasi manusia telah melampaui makna
keseluruhan dari sejarah keselamatan menurut Allah sendiri.Padahal manusia selalu pada
posisi yang terus-menerus bertanya tentang apa yang sesungguhnyarencana Allah atas
kehidupan makhluk ini.Klaim kebenaran absolut telah memberhentikan proses pencarian itu
sendiri,dan dengan demikian menandai berhentinya dialog dengan Sumber Kebenaran
itu.Untuk itu dibutuhkan sebuah kerjasama dan dialog yang bermakna memprasyaratkan
adanya kesediaan untuk menurunkan kadar klaim monopoli dari masing-masing pihak,agar
tidak terjebak dalam argumentum ad hominem(pemaksaan pembenaran pihak sendiri).
Kemudian menurut K.H.Said Aqiel Siradj sebenarnay di dalamIslamsendiri telah dikatakan
bahwa kemajemukan itu sendiri bersifat sunnatullah-dikehendaki Allah sendiri,untuk itu
diperlukan penghormatan terhadap agama lain. Perlu adanya cinta yang menjadi agen
perdamaian,tanpa harus membedakan etnis,agama dan suku.
Ada teladan Nabi Muhammad yang dilupakan umat masa kini,mereka tidak mencontoh
bagaimana Nabi Muhammad bersikap terbuka dengan komunitas agama lain yaitu Nasrani
dan Yahudi.Nabi Muhammad berhasil membangun masyarakat Madinah yang ideal karena
pendekatannya menggunakan pendekatan yang dilandasi akhlak dan moralitas serta contoh
tauladan yang nyata dan baik.
Di Indonesia sendiri konflik agama masih terjadi dan untuk itu sudah menjadi
tanggungjawab bagi pembesar-pembesar agama untuk menunjukkan teladan yang baik
dalam hal menjalin kebersamaan dan penghormatan di tengah-tengah masyarakat,tanpa
harus merancang gerakan besar tetapi hal sederhana contonya minum kopi bersama.
Mesti disambut gembira
Tentu saja kehadiran buku ini menjadi angin segar bagi mereka-mereka yang mendambakan
perdamain dunia yang dikarenakan konflik agama,karena setidaknya buku ini akan
membuka pandangan penganut agama Abrahamik mengenai pentingnya sikap
penghormatan dan keterbukaan.Sehingga budaya saling membenci itu hapus oleh waktu
dan tergantikan dengan cinta.
Namun dibalik misi buku ini ada kelemahan yang potensial menurunkan nilai buku
ini,contohnya di bagian ketiga banyak digunakan istilah teologis Islamyang harusnya bisa
dituliskan dalam footnote agar tidak mengaburkan makna yang sesungguhnya apabila yang
membaca bukanlah pembaca beragama Muslim.Selain itu kosakata yang sedikit tinggi
menyulitkan beberapa kelompok yang ingin membaca buku ini,perlu bantuan kamus
ataupun orang yang memiliki keahlian teologia.Buku ini akan sulit masuk ke semua lapisan
masyarakat,karena tujuan pasarnya yang lumayan tinggi seperti kaum intelek dan orang-
orang yang bergerak di bidang teologia.Padahal seharusnya buku ini harus mampu
menjangkau segenap lapisan masyarakat karena persoalan perdamaian antar agama ini
perlu diketahui sejak dini.