2. Pengertian Pemuda:
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani macam-macam harapan,
terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan
sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara
terus-menerus.
3. Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan
kemempuan diri pemuda untuk menyelaraskan diri di tengah-tengah kehidupan
masyarakatnya. Oleh karena itu pada tahapan pengembangannya dan pembinaannya,
melalui proses kematangan dirinya dan belajar dari berbagai media sosialisasi yang
ada di masyarakat, seorang pemuda harus dapat menyeleksi berbagai kemungkinan
yang ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah
masyarakat, dan tetep mempunyai motivasi sosial yang tinggi.
4. Sosialisasi adalah proses yang membantu individu belajar dan penyesuaian diri,
bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal
dari keluarga.
Melalui proses sosialisasi individu (pemuda) akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan kehidupan
budayanya.
5. 1) Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi
kehidupan kelak dimasyarakat.
2) Individu haris mampu berkomunikasi secara efektif dan megembangkan
kemampuannya
3) Pengendalian fungs-fungs organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri
yang tepat
4) Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang
ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakata umumnya.
6. Ketiga kata atau istilah tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir
sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. istilah
internasilasasi lebih ditekankan pada norma-nroma individu yang
menginternasilasikan norma-norma tersebut. Istilah belajar ditekankan pada
perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh
seorang individu. istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yagn telah dimiliki
oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan
lama.
7. Ada 2 teori proses sosialisasi yang paling umum digunakan, yaitu teori Charles H. Cooley dan teori George Herbert Mead. Teori
Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses
pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
” Seorang anak membayangkan bagaimana dia di mata orang lain.”
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi dan sering
menang diberbagai.
“Seorang anak membayangkan bagaimana orang lain menilainya.”
Dengan perasaan bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa orang lain selalu
memujinya, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, orang tua
selalu memamerkan kepandaiannya.
“Apa yang dirasakan anak akibat penilaian tersebut”
Penilaian yang positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.Semua tahap di atas berkaitan
dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika
seorang anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian
orang terhadapnya, meskipun penilaian itu belum tentu benar.
8. Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya
di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang
menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan
menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan
perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas
bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja
jadi lemah.
Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena
hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara
percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar,
membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai
“penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang
dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
9. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda ditetapkan oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
nomor: 0323/U/1978 tanggal 228 Oktober 1978. Maksud dari pola pembinaan dan
pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan
berkepentingan dalam kepentingannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman
sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
10. Dalam hal ini pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua
pengertian pokok, yaitu:
Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang
telah memiliki bekal-bekal kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam
keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan
bernegara serta pembangunan nasional.
Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap
mandiri yang melibatkan secara fungsional.
11. a) Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk
generasi muda
b) Kekurangpastian yang dialami generasi muda terhadap masa depannya.
c) Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang
formal maupun non formal.
d) Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dikalangan generasi
muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju
perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e) Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan
badan dikalangan generasi muda, hal tersebut karena rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian
tentang gizi dan menu makanan seimbang dikalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f) Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama dikalangan masyarakat pedesaan
g) Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h) Belum adnaya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
12. a) Idealisme dan daya kritis
b) Dinamika dan kreativitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis dan kegairahan semangat
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i) Sikap kesatria
j) Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
13. Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar
menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara
penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu
itu ternyata lebih banyak dari perkiraan semula.
Setiap peserta lomba karya ilmiah remaja itu semakin bertambah jumlahnya. Yang sangat
menaggembirakan, dalam usia yang belia itu mereka telah mempu menghasilkan karya-karya ilmiah
yang cukup membuat kagum para cendekiawan tua.
Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih
banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka
dibina di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktek lapangan.
Kaum muda, memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan
pengembangan potensi mereka.
14. Pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat
utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self
propeling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah
dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.
Sebagai suatu bangsa yang menetapkan pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan tujuan
menurut pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjad pendidikan
pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik,
ideologis, dan mental.
Pembicaraan tentang generasi muda khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan
tinggi menjadi penting karena berbagai alasan, diantaranya adalah:
15. Pembicaraan tentang generasi muda khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting
karena berbagai alasan, diantaranya adalah:
1. Sebagai kelompok yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena ada kesempatan untuk terlibat dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang
berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini telah dimiliki generasi muda pada umumnya.
2. Sebagai kelompok yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa mendapat masa sosialisasi
terpanjang secara berencana dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya.
3. Mahasiswa yang berasal dari berbagai etis dan suku bangsa dan dapat menyatu dalam bentuk akulturasi sosial
da budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya, sehingga mampu melihat Indonesia secara
keseluruhan.
4. Mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari struktur kekuasaan, struktur
perekonomian, dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi
muda, umumnya memiliki latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang lebih baik dari keseluruhan
generasi muda lainnya. Dan jelas bahwa mahasiswa pada umumnya memiliki pandangan yang lebih luas dan
jauh kedepan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan dengan generasi muda lainnya.