Dokumen tersebut membahas perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem reproduksi wanita pasca melahirkan, termasuk involusi uterus, lokea, vagina, dan laktasi. Perubahan-perubahan tersebut merupakan proses alami untuk membantu tubuh ibu kembali ke kondisi semula.
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Uraian Materi
Apa yang terjadi pada
ibu nifas? Perubahan fisik apa
saja yang terjadi secara alamiah
pada seorang ibu nifas? Berb-agai
pertanyaan tentunya tel-ah
berkecamuk dalam pikiran
Anda. Sebagai seorang bidan,
untuk dapat memberikan asu-han
yang sesuai dengan kebu-tuhan
klien, tentunya kita harus
dapat memahami perubahan –
perubahan fisik yang terjadi, se-hingga
asuhan yang diberikan
tepat sasaran. Baiklah, selamat
membaca.
Selama hamil, terja-di
perubahan pada sistem tu-buh
wanita, diantaranya ter-jadi
perubahan pada sistem
reproduksi, sistem pencernaan,
sistem perkemihan, sistem mu-skuloskeletal,
sistem endokrin,
sistem kardiovaskuler, sistem
hematologi dan perubahan
tanda – tanda vital. Pada masa
postpartum perubahan – pe-rubahan
tersebut akan kembali
menjadi seperti saat sebelum
hamil. Sebagai seorang bidan,
sebelum memberikan asuhan
kita harus fahami, perubahan
apa yang sedang berlangsung
pada diri seorang ibu yang baru
melahirkan, sehingga kita bisa
mengetahui kebutuhan ibu dan
menyesuaikan dengan asuhan
yang akan kita berikan. Baiklah,
pertama – tama kita akan mem-bahas
tentang sistem reproduk-si.
A. SISTEM REPRODUKSI
Perubahan fisiologi yang dialami
oleh seorang ibu nifas berfokus
pada perubahan yang terjadi
pada sistem reproduksinya. In-volusi
yang terjadi dikaitkan den-gan
perubahan semua organ dan
struktur dari sistem reproduksi
wanita. Bagaimana perubahan
yang terjadi pada sistem repro-duksi
?, Silakan Anda baca uraian
berikut ini.
1. Involusi Uterus
Defi
nisi
Involusi uterus atau pengerutan
uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan bobot hanya
60 -70 gram
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 3
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Proses involusi uter-us
dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kon-traksi
otot-otot polos uterus.
Pada akhir kala III persalinan,
uterus berada di garis tengah,
kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus ber-sandar
pada promontorium
sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan
berat uterus sewaktu usia ke-hamilan
16 minggu dengan
berat 1000 gram.
Proses involusi uterus
yang terjadi dalam tubuh seo-rang
ibu nifas dimulai dengan
proses Autolysis yang mer-upakan
proses penghancuran
diri sendiri yang terjadi dida-lam
otot uterus. Selain itu, en-zim
proteolitik yang ada akan
memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang
terjadi selama kehamilan. Di
dalam sistem peredaran dar-ah
dan kelenjar limfe terdapat
polymorph phagolitik dan
macrophages yang akan me-makan
sel sel yang telah ru-sak.
Kemudian pada jaringan
yang telah berpoliferasi aki-bat
jumlah hormon estrogen
yang tinggi selama kehamilan
akan mengalami atrofi jarin-gan,
sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estro-gen
yang menyertai pelepas-an
plasenta.
Selain itu hormon Oksi-tosin
yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi ute-rus,
mengkompresi pembuluh
darah dan membantu proses
hemostatis. Kontraksi dan ret-raksi
otot uterus akan mengu-rangi
suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu
mengurangi bekas luka tem-pat
implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan pada
ibu postpartum.
Berikut ini adalah tabel
yang menggambarkan peru-bahan
– perubahan normal
didalam uterus selama masa
postpartum :
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 4
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Tabel 1. Perubahan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi Fundus
Bobot
Uterus
Pada akhir
persalinan
2 jr di bawah
pusat
9 0 0
-1000 gr
Akhir ming-gu
ke-1
Pertengahan
simpisis dan
pusat
450 - 500
gr
Akhir ming-gu
ke-2
Tidak teraba
(dalam 10 hari
PP)
200-350
gr
Akhir ming-gu
ke-6
60-70 gr 2,5 cm Menyempit
Sumber: Pusdiknakes (2003) dan Varney (2004)
Rata-rata involusi bisa dini-lai
dengan penurunan rata-rata
fundus uteri. Pada hari pertama
tinggi diatas simphysis pubis se-kitar
lebih dari 12 cm. Terdapat
penurunan yang stabil pada ting-gi
fundus yaitu sekitar 1 cm/hari,
sehingga pada hari ketujuh tinggi
fundus sekitar 5 cm dan pada hari
ke sepuluh fundus hampir dapat
dipalpasi pada tingkat simphysis
pubis.
Perubahan uterus ini ber-hubungan
erat dengan peru-bahan-
perubahan pada mio-metrium.
Pada miometrium
terjadi perubahan-perubahan
yang bersifat proteolisis. Hasil
dari proses ini dialirkan melalui
pembuluh getah bening. De-sidua
Diameter
Uterus
Palpasi Servik
12,5 cm Lembut/ lunak
7,5 cm 2 cm
5,0 cm 1 cm
tertinggal dalam uterus
setelah separasi dan ekpulsi
plasenta dan membran yang
terdiri dari lapisan zona spongio-sa
pada decidua basalis (tempat
implantasi) dan desidua parieta-lis
(lapisan sisa uterus). Desidua
yang tersisa menyusun kembali
menjadi dua lapisan sebagai ha-sil
invasi leukosit yaitu :
1) Suatu degenerasi nekrosis
lapisan superficial yang ter-pakai
lagi sebagai bagian
dari pembuangan lokea
dan lapisan dalam dekat
miometrium.
2) Lapisan yang terdiri dari si-sa-
sisa endometrium di lapisan
basalis.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 5
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Gambar 1. Perubahan tinggi Fundus Uterus
Sumber : Varney’s (2004)
Endometrium akan diperba-harui
oleh proliferasi epitheli-um
endometrium. Regenera-si
endometrium diselesaikan
selama pertengahan atau
akhir dari postpartum ming-gu
ketiga kecuali di tempat
implantasi plasenta.
2. Lokea
Dengan adanya involusi
uterus, maka lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi
nekrotik (layu/mati). Desidua
yang mati akan keluar bersa-ma
dengan sisa cairan.
Pengeluaran lokea ini bi-asanya
berakhir dalam wak-tu
3 sampai 6 minggu. Lokea
adalah sekresi cairan rahim se-lama
masa nifas dan mempu-nyai
reaksi basa / álkalis yang
dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dar-ipada
kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokea
mempunyai bau yang amis
(anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya
berbeda – beda pada setiap
wanita. Lokea mengalami pe-rubahan
karena proses involu-si.
Pengeluaran lokea dapat
dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya yaitu lokea rubra,
serosa dan alba. Lokea rubra
berwarna merah. Lokea ini ter-jadi
segera setelah persalinan
sampai dengan hari ke -3 post
partum. Lokea rubra men-
Campuran antara darah dan
desidua tersebut dinamakan
Lokea, yang mengalami
perubahan warna dari merah
segar, merah kehitaman, merah
muda, merah kekuningan
sampai dengan putih.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 6
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
gandung darah dan jaringan
desidua. Lokea serosa men-galami
perubahan warna yang
diawali dengan warna mer-ah
muda pucat, pink, kuning
sampai dengan putih. Lokea
serosa terjadi selama 7-8 hari.
Lokea ini mengandung se-rum,
jaringan desidua, lekosit,
dan eritrosit. . Bau lokea sero-sa
paling kuat diantara lokea
lainnya. Lokea serosa akan
berubah menjadi lokea alba
pada hari ke 10 postpartum,
yang berwarna putih. Lokea
alba akan berlangsung selama
2 sampai 4 minggu post par-tum.
Lokea alba mengandung
lekosit dan sel desidua. (Var-ney,
2004)
1. Vagina
Setelah persalinan, vagi-na
kembali seperti sebelum
hamil tapi tidak sampai sep-erti
nullipara. Biasanya ter-bentuk
rugae yang berbentuk
seperti lipatan lipatan kulit di
dinding vagina. Sisa dari jar-ingan
hymen yang rusak dise-but
karunkula hymenalis. Pada
waktu segera setelah plasenta
lahir, serviks berbentuk corong
dan seolah olah antara serviks
dan uterus terbentuk cincin,
hal disebabkan karena uterus
berkontraksi sedangkan ser-viks
tidak berkontraksi. Serviks
akan teraba tipis, lemas dan
kalaupun berkontraksi hanya
ringan saja. Laserasi lateral bi-asa
terjadi pada serviks bagian
luar. Setelah persalinan 2 – 3
jam, hanya dapat dimasukkan
2 – 3 jari sedangkan setelah 1
minggu, hanya dapat dima-sukkan
1 jari. Pengecilan ser-viks
juga berkaitan dengan
proses involusi uterus. Laser-asi
yang terjadi pada serviks,
vagina bahkan sampai dengan
perineum membutuhkan per-awatan
yang baik. Penggu-naan
kompres betadine tidak
lagi dianjurkan, tetapi menja-ga
agar luka tetap bersih dan
kering merupakan hal penting
untuk diinformasikan pada
ibu nifas.
2. Laktasi
Laktasi dapat diartikan
dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan
makanan pokok yang terbaik
bagi bayi yang bersifat alami-ah.
Bagi setiap ibu yang mela-hirkan
akan tersedia makanan
bagi bayinya, dan bagi si anak
akan merasa puas dalam pe-lukan
ibunya, merasa aman,
tenteram, hangat akan kasih
sayang ibunya. Hal ini mer-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 7
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
upakan faktor penting bagi
perkembangan anak selanjut-nya.
Kolostrum adalah cairan berwar-na
kuning tua seperti jeruk nipis
yang disekresi oleh payudara
pada awal masa nifas
Cairan kolostrum biasanya
keluar dari puting susu pada
hari kedua post partum.
Dibanding dengan ASI matur,
kolostrum mengandung lebih
banyak mineral dan protein-yang
sebagian besar terdiri
dari globulin- tetapi lebih se-dikit
gula dan lemak. Sekresi
kolostrum berlangsung sela-ma
5 hari, dan mengalami pe-rubahan
bertahap menjadi ASI
matur 4 minggu setelahnya.
Antibodi terdapat pada kolos-trum,
dan kandungan imuno-globulin
A-nbya dapat mem-berikan
perlindungan kepada
neonatus untuk melawan pa-togen
enterik. (Cunningham,
2004)
Produksi ASI masih sangat
dipengaruhi oleh faktor keji-waan,
ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, ku-rang
percaya diri dan berb-agai
ketegangan emosional
akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak terjadi produksi
ASI. Ibu yang sedang menyu-sui
juga jangan terlalu banyak
dibebani urusan pekerjaan
rumah tangga, urusan kantor
dan lainnya karena hal inipun
dapat mempengaruhi ASI.
Untuk memproduksi ASI yang
baik harus dalam keadaan
tenang.
Gb. 2 Skema Reflek pada Lakta-si
Sumber : http://jurnalbidan-diah.
blogspot.com/2012/04/
anatomi-payudara-dan-fisiologis.
html
Ada 2 refleks yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan
jiwa ibu, yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 8
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pada waktu bayi menghis-ap
payudara ibu, ibu me-nerima
rangsangan neu-rohormonal
pada puting
dan areola, rangsangan
ini melalui nervus vagus
diteruskan ke hipofisis lalu
ke lobus anterior, lobus an-terior
akan mengeluarkan
hormon prolaktin yang
masuk melalui peredaran
darah sampai pada kelen-jar
– kelenjar pembuat ASI
dan merangsang untuk
memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan
memancarnya ASI kelu-ar,
isapan bayi akan mer-angsang
puting susu dan
areola yang dikirim lobus
posterior melalui nervus
vagus, dari glandula pitu-itary
posterior dikeluarkan
hormon oksitosin ke da-lam
peredaran darah yang
menyebabkan adanya
kontraksi otot – otot myo-epitel
dari saluran air susu,
karena adanya menimbul-kan
kontraksi ini maka ASI
akan terperas ke arah am-pula.
B. SISTEM PENCERNAAN
Apakah Anda tahu, selain
sistem reproduksi, perubahan
juga terjadi pada sistem per-cernaan.
Sebagai bidan, kita
tentunya sudah tahu bahwa
proses persalinan membutuh-kan
energi yang banyak untuk
kontraksi uterus. Oleh karena
itu, ibu mungkin merasa lapar
dan mulai makan satu atau
dua jam setelah persalinan.
Kecuali ada komplikasi per-salinan,
tidak ada alasan bagi
bidan untuk menunda pem-berian
makan pada ibu nifas.
Biasanya ibu mengalami ob-stipasi
setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencer-naan
mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada wak-tu
persalinan ( dehidrasi ),
kurang makan, haemoroid,
laserasi jalan lahir. Ibu mun-gkin
menahan defekasi karena
perineumnya mengalami per-lukaan
atau karena ia kurang
pengetahuan dan takut akan
merobek atau merusak jahitan
jika melakukan defekasi. Oleh
karena itu, perlu diberikan
pendidikan kesehatan tentang
cara merawat luka perine-um,
agar ibu tidak menahan
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 9
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
defekasi. Supaya buang air
besar kembali teratur, ibu nifas
dapat diberikan diet/makanan
yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cuk-up.
Bila usaha ini tidak berha-sil
dalam waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pem-berian
obat yang lain dengan
dikonsultasikan ke dokter ter-lebih
dahulu. Sudah menja-di
tugas bidan, untuk dapat
memberikan pendidikan kese-hatan
pada ibu terkait dengan
pola makan dan pola defekasi
setelah persalinan, sehingga
ibu mendapatkan nutrisi yang
cukup dan terhindar dari ob-stipasi.
C. SISTEM PERKEMIHAN
Pada saat hamil, kita
tahu bahwa proses kehamilan
normal biasanya disertai pen-ingkatan
cairan ekstraseluler
yang cukup bermakna (ter-jadinya
hemodilusi), dan di-uresis
masa nifas merupakan
pembalikan fisiologis dari
proses ini. Diuresis biasanya
terjadi antara hari kedua dan
kelima, bahkan bila wanita
tersebut tidak mendapat infus
cairan intravena yang berlebi-han
selama persalinan. Hal ini
disebabkan karena kelebihan
cairan sebagai akibat retensi
air dalam kehamilan dan se-karang
dikeluarkan. Kadang
– kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Ase-tonuria
terutama setelah par-tus
yang sulit dan lama yang
disebabkan pemecahan kar-bohidrat
yang banyak, karena
kegiatan otot – otot rahim dan
karena kelaparan. Proteinurine
terjadi akibat dari autolisis sel
– sel otot.
Dinding kandung kenc-ing
pada ibu nifas memperli-hatkan
oedem dan hyperemia.
Kadang – kadang oedem
trigonum, menimbulkan ab-straksi
dari uterus sehingga
terjadi retensio urine. Kand-ung
kencing dalam puerperi-um
kurang sensitif dan kapa-sitasnya
bertambah, sehingga
kandung kencing penuh atau
sesudah kencing masih tert-inggal
urine residual ( normal
± 15 cc). Sisa urine dan trauma
pada kandung kencing wak-tu
persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Ureter dan
pelvis renalis yang mengala-mi
dilatasi akan kembali ke
keadaan sebelum hamil mulai
dari minggu ke 2 -8 setelah
kelahiran.
Untuk mencegah over-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 10
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
distensi diperlukan pen-gamatan
yang ketat oleh
bidan setelah kelahiran untuk
menjamin kandung kemih ti-dak
terisi secara berlebihan
dan setiap kandung kemih
dapat teraba sebagai suatu
masa kistik suprapubik. Bila
seorang ibu belum berkemih
dalam 4 jam setelah kelahi-ran,
ada kemungkinan ia tidak
dapat melakukannya. Ibu yang
pada awalnya sudah mengala-mi
gangguan berkemih kemu-ngkinan
akan mengalami ma-salah
yang lebih lanjut.
Beberapa faktor ibu dan
janin mempengaruhi sistem
perkemihan, faktor-faktor ob-stetris
seperti kala dua me-manjang,
lingkar kepala bayi,
berat lahir dan episiotomi
mempengaruhi terjadinya
inkontinensia akibat stress
setelah melahirkan. Gang-guan
fungsi otot uretra dan
sekitarnya selama persalinan
pervaginam dianggap sebagai
patofisiologi yang mendasa-ri
inkontinensia masa nifas.
Hampir semua wanita akan
kembali ke pola miksi normal
3 bulan setelah melahirkan.
D. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Pernahkah Anda band-ingkan
perut ibu sebelum
hamil dan setelah melahirkan?
Apa yang terjadi pada otot pe-rut
ibu dan bagaimana men-gatasinya?
Baiklah, silakan
Anda baca uraian berikut ini.
Pada saat hamil, otot perut ibu
mengalami peregangan kare-na
terdorong oleh pembesa-ran
uterus. Ligamen, fasia, dan
diafragma pelvis yang mere-gang
pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara be-rangsur
– angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga ti-dak
jarang uterus jatuh ke be-lakang
dan menjadi retroflek-si,
karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi se-cara
sempurna terjadi pada 6
– 8 minggu setelah persalinan.
Gambar 3. Diastasis Rekti
Sumber : Healthy Moms® Fitness
dalam http://www.flexhk.com/flexlikes/
post-natal-diastasis-recti-specific-ex-ercises-
for-women-and-its-benefits/
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 11
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Sebagai akibat putusnya
serat – serat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uter-us
pada saat hamil, dinding
abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara wak-tu.
Pemulihan dapat dibantu
dengan latihan. Selain tim-bulnya
striae yang berwar-na
keperakan, dinding ab-domen
biasanya kembali ke
keadaan sebelum hamil. Na-mun,
jika otot-ototnya tetap
atonik, dinding abdomen
akan tetap kendur. Mungkin
terdapat pemisahan atau di-astasis
muskulus rektus yang
jelas. Pada keadaan ini, dind-ing
abdomen di sekitar garis
tengah hanya dibentuk oleh
peritoneum, fasia tipis, le-mak
subkutan dan kulit.
Semua wanita yang per-nah
hamil akan mengalami be-berapa
derajat diastasis rekti
(pemisahan otot rektus abdo-men).
Seberapa berat diastasi
bergantung pada sejumlah
faktor termasuk kondisi umum
dan tonus otot. Pengembalian
tonus otot dari diastasis yang
lebarnya lima jari membutuh-kan
waktu lebih lama diband-ingkan
diastasis yang lebarnya
dua jari (penutupan diastasis
dua jari bisa terjadi pada akhir
puerperium). Jika tonus otot
dinding abdomen tidak kem-bali,
ruang antara otot rektus
akan diisi dengan peritone-um,
fasia dan lemak sehingga
wanita tidak memiliki dukun-gan
otot untuk kehamilan
berikutnya. Hal ini menimbul-kan
abdomen pendulus yang
sering ditemui pada wanita
multipara. Kondisi ini dapat
menyebabkan nyeri pung-gung
ekstrem dan kesulitan
masuknya bagian presentasi
janin ke panggul persalinan
pada kehamilan berikutnya.
(Cunningham, 2004)
Untuk itu, sebagai bidan
perlu memberikan pendidikan
kesehatan pada ibu nifas ber-kaitan
dengan perubahan
yang terjadi pada otot perut-nya.
Pada beberapa tempat,
terdapat budaya untuk mem-bebat
perut setelah melahir-kan
yang berguna untuk men-gurangi
atau memperbaiki
diastasis rekti yang ada. Selain
itu, senam nifas atau latihan
fisik yang dilakukan oleh ibu
juga dapat membantu pemu-lihan
otot perut, sehingga
pada kehamilan berikutnya
ibu tidak mengalami masalah
perut gantung.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 12
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
E. SISTEM ENDOKRIN
Sebagaimana yang tel-ah
kita ketahui bersama, hor-mon
dalam tubuh ibu bekerja
dengan sistem feed back, seh-ingga
jika salah satu hormon
meningkat, maka yang lainn-ya
akan menurun. Perubahan
hormon yang terjadi selama
kehamilan akan kembali ke
keadaan sebelum hamil se-cara
berangsur–angsur dan
membutuhkan waktu. Setelah
persalinan, terjadi penurunan
kadar progesteron dan estro-gen
dalam jumlah besar dan
mendadak, yang menggan-tikan
pengaruh inhibisi pro-gesteron
terhadap produksi
α-laktalbumin oleh retikulum
endoplasma kasar. Peningka-tan
α-laktalbumin berfung-si
untuk merangsang sintase
laktosa yang pada akhirnya
meningkatkan jumlah laktosa
ASI. Penurunan progesteron
juga menyebabkan prolak-tin
bekerja tanpa hambatan
dalam merangsang produksi
α-laktalbumin. Intensitas dan
durasi laktasi berikutnya seba-gian
besar dikendalikan oleh
perangsangan berulang pros-es
menyusui. Meskipun kadar
prolaktin plasma turun setelah
persalinan hingga mencapai
kadar yang jauh lebih rendah
dibanding waktu hamil, seti-ap
tindakan mengisap puting
mencetuskan peningkatan
kadar prolaktin. Rangsangan
dari payudara mengurangi
pelepasan faktor penghambat
prolaktin dari hipotalamus,
yang pada akhirnya mengin-duksi
peningkatan sekresi
prolaktin sementara oleh
hipofisis.
Beberapa hormon lain
yang mengalami perubah-an
adalah Hormon plasen-ta
menurun dengan cepat
setelah persalinan. Human
Chorionic Gonadothropin
(HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 100 %
dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai om-set
pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum. Hor-mon
Pituitary; Prolaktin dar-ah
meningkat dengan cepat,
pada wanita yang tidak meny-usui
menurun dalam waktu 2
minggu. Folikel Stimulating
Hormon (FSH) dan Luteiniz-ing
Hormon (LH) meningkat
pada fase konsentrasi foli-kuler
pada minggu ke-3 dan
tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.Hipothalamik Pituitary
Ovarium; Untuk wanita yang
menyusui dan tidak menyusui
akan mempengaruhi lamanya
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 13
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
ia mendapatkan menstruasi.
Seringkali menstruasi perta-ma
itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar
estrogen dan progesteron. Di-antara
wanita laktasi sekitar
15 % memperoleh menstrua-si
setelah 6 minggu dan 45 %
setelah 12 minggu. Diantara
wanita yang tidak laktasi 40 %
menstruasi setelah 6 minggu,
65 % setelah 12 minggu dan
90 % setelah 24 minggu. Un-tuk
wanita laktasi 80 % men-struasi
pertama ovulasi dan
untuk wanita yang tidak lakta-si
50 % siklus pertama anovu-lasi.
F. PERUBAHAN TANDA – TAN-DA
VITAL
Perubahan yang terjadi
pada semua sistem tubuh ibu
akan berdampak pada peru-bahan
tanda tanda vital. Hal
ini penting untuk diketahui
agar bidan dapat mengiden-tifikasi
kelainan yang terja-di
dan mencegah terjadinya
komplikasi masa nifas. Seh-ingga
dalam 2 jam perawatan
post partum, seorang bidan
harus memeriksa tanda tanda
vital ibu setiap 15 menit dalam
1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua.
Perubahan tanda – tanda vital
tersebut meliputi :
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) pospar-tum
suhu badan akan naik
sedikit (37,5°C-38°C) se-bagai
akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehil-angan
cairan dan kelelah-an.
Apabila keadaan nor-mal
suhu badan menjadi
biasa, biasanya pada hari
ketiga suhu badan akan
naik lagi karena adanya
pembentukkan ASI, buah
dada menjadi bengkak,
berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endo-metrium,
mastitis, traktus
genitalis atau sistem yang
lain
b. Nadi
Denyut nadi normal pada
orang dewasa 60 – 80 kali/
menit, sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu
akan lebih cepat. Perdara-han,
demam selama proses
persalinan dan rasa nyeri
dapat meningkatkan de-nyut
nadi. Nadi diatas 100
setelah persalinan adalah
tidak normal dan merupa-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 14
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
kan indikasi adanya infeksi
atau perdarahan post par-tum
sekunder.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya
tidak berubah, kemungk-inan
tekanan darah akan
rendah setelah ibu mela-hirkan
karena ada perdar-ahan.
Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat
menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan sela-lu
berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila denyut nadi tidak
normal, pernafasan juga
akan mengikutinya kecua-li
apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas.
G. SISTEM CARDIOVASKULER
Selama masa kehamilan
volume darah normal ibu di-gunakan
untuk menampung
aliran darah yang meningkat
yang diperlukan oleh plasenta
dan pembuluh darah uterus.
Penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis terja-di,
yang secara cepat mengu-rangi
volume plasma kembali
pada proporsi normal. Aliran
ini terjadi dalam 2 – 4 jam per-tama
setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini ibu menge-luarkan
banyak sekali jumlah
urin. Hilangnya progester-on
membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya vaskul-er
pada jaringan tersebut sela-ma
kehamilan bersama- sama
dengan trauma setelah persa-linan.
Pada persalinan pervagi-nam
kehilangan darah sekitar
300 – 400 cc. Bila kelahiran
melalui seksio sesaria, maka
kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri
dari volume darah ( blood vol-ume)
dan hematokrit (haemo-concentration).
Bila persalinan
pervaginam, hematokrit akan
naik dan pada seksio sesaria,
hematokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4
– 6 minggu.
Setelah persalinan vo-lume
darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada
jantung, dapat menimbulkan
decompensatio cordia pada
penderita vitum cordia. Kea-daan
ini dapat diatasi dengan
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 15
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
mekanisme kompensasi den-gan
timbulnya haemokon-sentrasi
sehingga volume da-rah
kembali seperti sediakala,
umumnya ini terjadi pada hari
ke 3-5 postpartum.
H. SISTEM HEMATOLOGI
Apakah Anda tahu, peru-bahan
juga pada sistem pere-daran
darah ibu nifas? Proses
persalinan akan menyebabkan
banyaknya pembuluh darah
yang terbuka sehingga mem-butuhkan
konsentrasi Hb yang
tinggi dan faktor pembekuan
darah yang berjalan baik. Sela-ma
berminggu – minggu tera-khir
kehamilan, kadar fibrino-gen
dan plasma serta faktor
– faktor pembekuan darah
meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen
dan plasma sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskos-itas
sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah. Leu-kositosis
yang meningkat di-mana
jumlah sel darah putih
dapat mencapai 15000 selama
persalinan akan tetap tinggi
dalam beberapa hari pertama
dari masa postpartum. Jumlah
sel darah putih tersebut masih
bisa naik lagi sampai 25.000
atau 30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persali-nan
lama. Jumlah hemoglobin,
hematokrit, dan eritrosit akan
sangat bervariasi pada awal –
awal masa pospartum sebagai
akibat dari volume darah yang
berubah – ubah. Semua ting-katan
ini akan dipengaruhi
oleh status gizi dan hidra-si
wanita tersebut. Kira – kira
selama kelahiran dan masa
pospartum terjadi kehilangan
darah sekitar 200 – 500 ml.
Penurunan volume dan pen-ingkatan
sel darah pada ke-hamilan
diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7
pospartum dan akan kembali
normal dalam 4 – 5 minggu
postpartum
Satu minggu setelah
persalinan, volume darah tel-ah
hampir kembali ke nilainya
ketika tidak hamil. Curah jan-tung
tetap meningkat sela-ma
kurang lebih 48 jam post
partum. Hal ini disebabkan
karena peningkatan isi sekun-cup
dari aliran balik vana,kare-na
frekuensi denyut jantung
menurun pada saat yang
sama. Setelah 2 minggu pe-rubahan
– perubahan ini kem-bali
ke kadarnya ketika tidak
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 16
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
hamil.
Perubahan pada faktor
– faktor pembekuan darah
yang diinduksi oleh kehamilan
menetap untuk waktu yang
bervariasi selama masa nifas.
Peningkatan fibrinogen plas-ma
yang juga mengakibatkan
peningkatan laju endap dar-ah
menetap selama 1 minggu
pertama.
Baiklah kita sudah sele-sai
pada kegiatan belajar 1.
Setelah mempelajari KB 1 ini,
apakah Anda sudah paham
tentang perubahan yang ter-jadi
pada ibu nifas? Bila masih
ada keraguan, silahkan Anda
ulangi lagi untuk mempela-jarinya
kembali.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 17
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Rangkuman
Perubahan yang terjadi selama ke-hamilan
akan kembali normal seperti
sebelum hamil dalam waktu 6 ming-gu,
namun secara keseluruhan akan
pulih dalam 3 bulan.Involusi uterus
atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kemba-li
ke kondisi sebelum hamil dengan
bobot hanya 60 - 70 gram. Proses in-volusi
uterus yang terjadi dimulai den-gan
Autolysis, peningkatan hormon
Oksitosin yang mengatur kontraksi
uterus yang pada akhirnya menciut-kan
rahim.
Lokea adalah sekresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa / álkalis yang dapat mem-buat
organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang
ada pada vagina normal. Pengeluaran
lokea dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warnanya yaitu lokea rubra, sero-sa
dan alba.
Ada 2 refleks pada proses meny-usui
yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan jiwa ibu, yaitu :Refleks Pro-laktin
dan Refleks Let Down. Perubah-an
yang berhubungan dengan proses
eliminasi ibu adalah sering terjadi ob-stipasi
dan retensi urin. Ligamen, fasia,
dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir secara berangsur – angsur men-jadi
ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang
dan menjadi retrofleksi, karena liga-men
rotundum menjadi kendor
Setelah persalinan volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan
ini dapat diatasi dengan mekanis-me
kompensasi dengan timbulnya
haemokonsentrasi sehingga volu-me
darah kembali seperti sediakala,
umumnya ini terjadi pada hari ke 3-5
postpartum. Peningkatan suhu tubuh,
nadi, pernafasan dan tekanan darah
mengindikasikan terjadinya infeksi
atau perdarahan pada masa nifas
Seorang bidan harus memahami
perubahan fisiologis yang terjadi pada
masa nifas agar dapat memberikan
asuhan yang tepat pada ibu nifas
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 18