Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) merupakan sistem pengamatan yang mendukung tanggapan cepat terhadap perubahan kesehatan masyarakat seperti peningkatan penyakit atau kematian. SKD-KLB melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko kejadian luar biasa untuk mencegah dan mengurangi korban dengan menggunakan pendekatan hukum, epidemiologi, dan sistem informasi.
3. Salah satu upaya dalam mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan
oleh letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit atau keracunan
adalah melakukan pengamatan yang intensif yang dikenal dengan
Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyakit potensial KLB
4. Kegiatan SKD diarahkan terhadap deteksi dini KLB dan pemantauan faktor-
faktor yang memungkinkan timbulnya KLB serta cara-cara pencegahan
dan penanggulangannya, sehingga dapat mengurangi kerugian.
5. SKD-KLB itu sendiri merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4
tahun 1984, PP Nomor 40 tahun 1991, Permenkes Nomor 560 tahun
1989 dan Permenkes Nomor 949 tahun 2004, sehingga perumusan SKD-
KLB menggunakan pendekatan legalitas, epidemiologi dan kesisteman.
9. Berkaitan dengan kecenderungan terjadinya kesakitan/ kematian
atau pencemaran makanan/lingkungan sehingga dapat segera
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat untuk mencegah/
mengurangi terjadinya korban.
10. Dalam menerapkan SKD-KLB digunakan pendekatan
deteksi dini KLB dan pendekatan faktor risiko KLB.
11. Pendekatan deteksi dini menekankan pada identifikasi adanya KLB
sedini mungkin, sehingga upaya penyelidikan dan penanggulangan
dapat segera dilakukan dan korban sakit atau kematian dapat
dicegah atau dikurangi.
13. Menekankan pada identifikasi faktor risiko KLB, agar upaya-upaya
pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
terjadinya KLB dapat dilakukan. Misalnya, identifikasi perubahan
sanitasi terhadap kemungkinan terjadinya KLB kolera.
14. indikator ditujukan pada proses terlaksananya PWS
dan sikap tanggap pencegahan atau tindakan dini
2
15. Adalah tanda-tanda terjadinya peningkatan kesakitan, kematian,
atau perubahan faktor risiko yang dipantau secara terus menerus
dan sistematis untuk mengetahui terjadinya perubahan atau
penyimpangan terhadap kemungkinan terjadinya KLB
17. Pada pendekatan deteksi dini KLB menggunakan pemantauan
terhadap jumlah kesakitan dan kematian (pemantauan kasus -
PWS kasus/surveilans),
18. sementara pendekatan faktor risiko KLB menggunakan
pemantauan terhadap perubahan lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan (pemantauan prakasus – PWS sanitasi,
PWS imunisasi, dsb).
19. Variabel PWS kasus maupun PWS prakasus harus sederhana,
tidak komplek, baik pada saat pengumpulan, pengolahan data,
analisis-interpretasi maupun distribusi informasi epidemiologinya.
20. PWS merupakan aplikasi lapangan, frekuensi kegiatan sangat
tinggi (harian atau mingguan) dan membutuhkan tindak lanjut
segera.
PENYAKIT
VARIABEL INDIKATOR
PRA KASUS KASUS
1. Penyakit yang
dapat dicegah
dengan imunisasi
(PD3I)
Cakupan imunisasi
desa < 80 %
Peningkatan atau
adanya kasus campak,
polio, pertusis, difteri,
tetanus
1. Diare Perilaku hidup sehat
Penyediaan air bersih
% Jamban keluarga
Peningkatan kasus
diare
Ada kematian atau
kasus diare dengan
dehidrasi berat
1. DHF Angka bebas jentik Peningkatan atau
adanya kasus demam
berdarah dengue