1. 45
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERSEPSI NYERI PADA
PASIEN APENDISITIS DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT
EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM
Mutia Amalia Lubis
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam
ABSTRAK
Kejadian apendisitis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendesitis akut
merupakan salah satu penyebab dari abdomen akut dan beberapa indikasi untuk
dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen, insidens appendisitis di Indonesia
merupakan menempati urutan tertinggi di antara kasus abdomen lainnya. Nyeri
menjadi alasan yang paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk
mencari perawatan kesehatan dibandingkan dengan keluhan lainnya. Meskipun umum
yang diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri, namun tidak
seluruhnya benar dalam semua keadaan. Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan
tingkat kecemasan dangan persepsi nyeri pada pasien appendisitis di Ruang Bedah
Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan
rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien apendisitis di ruang bedah RS Embung Fatimah.
Sampel adalah pasien Appendisitis di Ruang Bedah. Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan pada penelitian adalah purposive sampling, dengan kriteria inklusisemua
pasien pre op apendiks dan pasien yang bersedia diteliti. Penelitian dilaksanakan pada
bulan JanuariFebruari 2014. Pengumpulan data dengan lembar kuisioner dan lembar
observasi. Penelitian ini menggunakan analisa chi square dan didapatkan hasil
perhitungan bahwa nilai P value sebesar 0.001. Karena hasil dari P value < 0.05
berarti Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan
dengan persepsi nyeri pada pasien appendisitis diruang bedah rumah sakit kota batam
tahun 2014. Diharapkan agar perawat Rumah Sakit Embung Fatimah, agar semakin
meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan pada setiap pelaksanaan tindakan
keperawatan dan pendekatan lainnya dalam penatalaksanaan management nyeri dan
cemas.
Kata Kunci : Kecemasan dan persepsi nyeri
PENDAHULUAN
Latar Belakang Apendiks disebut juga
umbai cacing, istilah usus buntu yang
dikenal dalam masyarakat awam adalah
kurang tepat karena usus buntu adalah
sekum. Organ yang tidak diketahui
fungsinya ini sering menimbulkan
masalah kesehatan. Peradangan akut
apendiks memerlukan tindakan
pembedahan yaitu pengangkatan
apendiks (Apendiktomi) segera untuk
mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya
(Sjamsuhidajat, 2004). Apendiks
adalah ujung seperti jari yang kecil
kira-kira 10cm (4 inci), melekat
pada sekum tepat dibawah katup
ileosekal.
Apendiks berisi makanan yang
mengosongkan diri secara teratur
kedalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap
infeksi dan mengakibatkan apendisitis.
Kira-kira 7% dari populasi mengalami
apendisitis pada waktu bersamaan pada
2. 46
waktu bersamaan dalam hidup mereka, pria
lebih sering dipengaruhi dari pada
perempuan, dan remaja lebih sering dari
pada dewasa (Brunner & Suddarth,
2001).
Insidens appendisitis akut lebih tinggi di
negara maju dari negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa
terakhir menurun secara bermakna, yaitu
100 kasus dari 100.000 populasi menjadi 52
tiap 100.000 populasi, kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan. Negara
yang berkembang berubah menjadi
makanan kurang serat. Menurut data
epidemiologi appendisitis akut jarang terjadi
pada balita, meningkat pada pubertas, dan
mencapai puncak pada saat remaja dan awal
20-an, sedangkan angka ini menurun pada
menjelang dewasa. Apendisitis sama
banyaknya antara perempuan dan lakilaki
pada masa prapuber, sedangkan pada masa
remaja dan dewasa muda rationya menjadi
3:2, kemudian angka yang tertinggi ini
menurun pada pria
(http://iloveunair.blogspot.com/2013/12/
appendicitis-tugas-makalah. html).
Pada tahun 2008 angka kejadian apendisitis
di sebagian besar wilayah Indonesia hingga
saat ini masih tinggi. Di indonesia jumlah
pasien yang menjalani apendisitis berjumlah
sekitar 7% dari jumlah penduduk di
Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dan
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, appendesitis akut
merupakan salah satu penyebab dari
abdomen akut dan beberapa indikasi untuk
dilakukan operasi kegawatdaruratan
abdomen, insidens appendisitis di Indonesia
merupakan menempati urutan tertinggi di
antara kasus abdomen lainnya
(http;//www.Depkes RI.ac.id).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering, penyakit
ini dapat mengenai semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun
(Mansjor, 2000).
Kecemasan merupakan hal yang akrab
dalam diri manusia, cemas bukanlah hal
yang aneh karena setiap orang pasti
mangalami cemas dengan berbagai
variannya, cemas sangat berhubungan
dengan perasaan yang tidak pasti
sebagai hasil penilaian terhadap suatu
objek yang tidak jelas cemas bisa
bersumber dari mana saja, bahkan bisa
bersumber dari manusia itu sendiri
(Asmadi, 2008).
Nyeri mungkin suatu hal yang tidak
asing bagi kita.Nyeri menjadi alasan
yang paling banyak dan paling umum
dikeluhkan seorang pasien untuk
mencari perawatan kesehatan
dibandingkan dengan keluhan lainnya
dan nyeri juga sebagai pengalaman
sensori dibawa oleh stimulus sebagai
akibat adanya ancaman dan kerusakan
aktual dan potensial (Prasetyo, 2010).
Meskipun umum yang diyakini bahwa
kecemasan akan meningkatkan persepsi
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar
dalam semua keadaan. Namun
kecemasan yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat
meningkatkan persepsi pasien terhadap
nyeri (Brunner & Suddarth, 2001).
Berdasarkan hasil presurvei tanggal 21
bulan desember 2013 dengan
wawancara dari 7 pasien yang
mengalami appendicitis memiliki
karakteristik persepsi terhadap nyeri
yang berbeda-beda, yang mana
diantaranya 4 pasien merasakan nyeri
berat dan 3 pasien merasakan nyeri
sedang. Namun dari pasien yang
merasakan nyeri berat, 3 pasien
diantaranya tidak begitu cemas akan
penyakitnya, sedangkan 2 pasien yang
merasakan nyeri sedang menghadapi
cemas akan kondisi penyakit yang
dialaminya. Adanya fenomena yang
ditemukan dilapangan dengan teori yang
berkaitan tentang cemas dan nyeri,
maka penulis bermaksud untuk
3. 47
Penelitian ini menggunakan rancangan
peneliti survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien Penelitian ini
menggunakan rancangan peneliti survei
analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien apendisitis diruang bedah RS
Embung Fatimah Batam tahun 2014.
Sampel yang diambil peneliti adalah pasien
Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit
Embung Fatimah Kota Batam. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan pada
penelitian adalah purposive sampling,
dimana purposive sampling yaitu teknik
penentu sampel dengan pertimbangan
peneliti. Menurut Setiadi (2007), ada
kriteria yang prlu dicantumkan yaitu:
a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak
diteliti) adalah karakteristik umum
Subjek penelitian yang akan diteliti
(Nursalam dan Parani, 2001). Dengan
kriteria inklusi pada sampel sebagai
berikut:
1. Semua pasien pre op apendiks
2. Pasien yang bersedia diteliti
b. Kriteria eksklusi
pada sampel ini adalah Responden yang
harus segera dilakukan tindakan
operasi, maka responden ini dianggap
tidak layak untuk dijadikan responden.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini
dilakukan di Ruang Bedah Rumah Sakit
Embung Fatimah Kota Batam dan
waktu saat melaksanakan penelitian
pada tanggal 15 Januari - 4 Februari
2014.Jenis alat pengumpulan data
yaitu lembar kuisioner dan lembar
observasi serta Teknik
pengumpulan data yang
dipergunakan adalah dengan teknik
observasidan wawancara
Analisa Data
1.Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan untuk
menganalisa satu variabel. Untuk
melihat distribusi frekuensi variabel
tingkat kecemasan dangan persepsi
nyeri pada pasien apendisitis. 2.Analisa
Bivariat Analisa yang digunakan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berpengaruh pada
tingkat kecemasan dengan persepsi
nyeri pada pasien appendisitis. Dalam
analisa ini dapat dilakukan dengan
pengujian statistik menggunakan chi
square dari program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) dengan
nilai ketepatan yang dinyatakan
bermakna apabila P value < 0,05.
mengadakan penelitian mengenai
hubungan tingkat kecemasan dangan
persepsi nyeri pada pasien appendisitis
di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam.
Tujuan Umum penelitian adalah
diketahuinya hubungan tingkat
Kecemasan dengan persepsi nyeri
pasien
pasien apendisitis di ruang Bedah
Rumah Sakit Embung Fatimah Kota
Batam tahun 2014 dan Tujuan Khusus
diketahuinya tingkat kecemasan pasien
apendisitis, tingkat nyeri pasien
apendisitis dan hubungan antara tingkat
kecemasan dengan persepsi nyeri pada
pasien apendisitis.
METODE
Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Kecemasan
Persepsi nyeri pada pasien
apendisitis
4. 48
Berdasarkan tabel 2. dapat dijelaskan
dari 18 responden ada 2 (11.1%)
responden yang mengalami tingkat
nyeri ringan, 10 (55.6%) responden
yang mengalami tingkat nyeri sedang, 6
(33.3%) responden yang mengalami
tingkat nyeri berat dan tidak ada yang
mengalami tingkat nyeri berat sekali.
Analisa Bivariat
Menurut Notoatmomodjo (2010).
Analisa yang digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan,
melihat hasil dalam analisa ini dapat
dilakukan dengan pengujian statistik
menggunakan uji chi square dari
program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) dengan nilai ketepatan
yang dinyatakan bermakna apabila P
value < 0,05.
Analisa bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan tingkat
kecemasan dengan persepsi nyeri pada
pasien appendisitis di Ruang Bedah
Rumah Sakit Embung Fatimah Kota
Batam.
HASIL
Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan untuk
menganalisa satu variabel.
Untuk melihat distribusi frekuensivariabel.
Dibawah ini merupakan hasil gambaran
dari tingkat kecemasan dan persepsi
nyeri pada pasien appendicitis di ruang
bedah RS Embung Fatimah.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan pada Pasien
Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam
No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
1 Kecemasan Ringan 2 11.1
2 Kecemasan sedang 9 50.0
3 Kecemasan Berat 7 38.9
4 Panik 0 0
Total 18 100.0
Berdasarkan tabel 1. dapat dijelaskan
bahwa dari 18 responden, ada 2 (11.1%)
responden yang mempunyai kecemasan
ringan, 9 (50.0%) responden mengalami
mengalami kecemasan berat dan tidak
ada responden yang mengalami panik,
di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam.
kecemasan sedang, 7 (38.9%) responden
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Nyeri pada Pasien Appendisitis di
Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam
No Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Nyeri 0 0
2 Nyeri Ringan 2 11.1
3 Nyeri Sedang 10 55.6
4 Nyeri Berat 6 33.3
5 Nyeri Berat Sekali 0 0
Total 18 100.0
5. 49
Dari tabel 3. menunjukkan bahwa dari hasil
penelitian, yang mengalami yang
mengalami kecemasan ringan ada nyeri
ringan sebayak 2 responden, tidak ada yang
mengalami kecemasan sedang dengan nyeri
ringan, tidak ada yang mengalami
kecemasan berat dengan nyeri ringan, tidak
ada yang mengalami panik dengan nyeri
ringan, tidak ada yang mengalami
kecemasan ringan dengan nyeri sedang,
yang mengalami kecemasan sedang ada
nyeri sedang sebanyak 6 responden, yang
mengalami kecemasan berat ada nyeri
sedang sebanyak 4 responden, tidak ada
yang mengalami panik dengan nyeri sedang,
tidak ada yang mengalami kecemasan
ringan dengan nyeri berat, yang mengalami
kecemasan ringan ada nyeri berat sebanyak
3 responden, yang mengalami kecemasan
berat ada nyeri berat sebanyak 3 responden,
dan tidak ada yang mengalami panik dengan
nyeri berat.
Dari hasil perhitungan chi-square di dapat
nilai P value sebesar 0.001 karena hasil dari
P value < 0.05 berarti Ha diterima, maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
tingkat kecemasan dengan persepsi nyeri
pada pasien appendisitis diruang bedah
Rumah Sakit Embung Fatimah.
PEMBAHASAN
Tingkat Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan seperti di lihat pada tabel 1.
distribusi frekuensi dapat dijelaskan bahwa
dari 18 responden, ada 2 (11.1%) responden
yang mempunyai kecemasan ringan, 9
(50.0%) responden mengalami
kecemasan sedang, 7 (38.9%) responden
mengalami kecemasan berat dan tidak
ada responden yang mengalami
kecemasan berat sekali. Dari hasil
penelitian ini didapat banyak responden
yang memiliki kecemasan ringan
terhadap tindakan pre operasi apendiks
di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam.
Menurut Asmadi 2008, kecemasan
menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan individu hidupnya
tersebut terbayang-bayang cemas
berkepanjangan, cemas berkaitan
dengan stres, oleh karena itu cemas
timbul sebagai respons fisiologis
maupun psikologis, artinya kecemasan
terjadi ketika seseorang merasa
terancam baik secara fisik maupun
psikologi, dan dapat pula Kecemasan
(ansietas/anxiety) merupakan hal yang
akrab dalam diri manusia, cemas
bukanlah hal yang aneh kerena setiap
orang pasti mengalami cemas dengan
berbagi variannya tingkat kecemasan
ringan sampai kecemasan berat sekali.
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa
kecemasan merupakan suatu perasaan
seseorang terhadap suatu masalah yang
dihadapinya, yang menyebabkan
terganggu baik secara perasaan maupun
pikiran hingga merasa terancam, dan
kecemasan itu bersifat individu, Tingkat
kecemasan ini terdapat berbagai
variannya, dari tingkat kecemasan
ringan sampai kecemasan berat sekali
dan tingkat kecemasan sedang ini lebih
banyak yang dirasakan oleh responden
Tabel 3
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Persepsi Nyeri Pada Pasien
Appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
No Tingkat Nyeri Total Pv kecemasan Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri berat
1 Kecemasan 2 0 0 2 0.001 ringan
2 Kecemasan
sedang
0 6 3 9
3 Kecemasan
berat
0 4 3 7
4 Kecemasan
berat sekali
0 0 0 0
Total 2 10 8 18
6. 50
tergantung dari koping individu. Karena
setiap individu memiliki cara untuk
mengatasi kecemasan, memusatkan
pengalihan dari perhatiannya dan
mengkesampingkan yang lain.
Tingkat Nyeri
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan seperti yang terlihat pada tabel 2.
dapat dijelaskan dari 18 responden, tidak
ada yang mengalami tidak nyeri, 2 (11.1%)
responden yang mengalami tingkat nyeri
ringan, 10 (55.6%) responden yang
mengalami tingkat nyeri sedang, 6 (33.3%)
responden yang mengalami tingkat nyeri
berat dan tidak ada yang mengalami tingkat
nyeri berat sekali, Dari hasil penelitian ini
didapat banyak responden yang memiliki
tingkat nyeri sedang terkait penyakit
appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit
Embung Fatimah Kota Batam.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,
universal dan bersifat individual. Dikatakan
individual terhadap sensasi nyeri beragam
dan tidak bisa disamakan satu dengan
lainnya dan nyeri juga berbeda-beda antar
individu, tergantung pada persepsi nyeri
(Asmadi, 2008). Rasa nyeri yang dirasakan
pasien appendisitis berbeda-beda dari
tingkat nyeri sampai dengan nyeri berat
sekali, tergantung bagaimana pasien
menanggapinya (Potter Patricia A, 2005).
Dapat dijelaskan bahwa tingkat nyeri
bersifat individu, dan tidak bisa disamakan
dengan yang lainnya, pada pasien
appendisitis terdapat tingkat nyeri sedang
yang paling banyak yang dirasakan oleh
responden. Tingkat nyeri dapat kita terima
dengan akal logika yang sama sekali tidak
bisa secara nalar, hal tersebut jelas
menggambarkan bahwa nyeri itu dapat
diselesaikan tanpa medikasi misalnya
dengan masase kulit, kompres, distraksi dan
relaksasi.
Hubungan Tingkat kecemasan pada
pasien appendicitis
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yang terlihat pada tabel 3.
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat
kecemasan dengan persepsi nyeri pada
pasien appendisitis di Rumah Sakit
Embung Fatimah Kota Batam. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai probalitas
adalah P value sebesar 0.001, dimana
sig (2-tailed) 0.001 < 0.05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan tingkat kecemasan dengan
persepsinyeri pada pasien appendisitis.
Menurut Brunner & Suddarth 2001,
meskipun umum diyakini bahwa
kecemasan akan meningkatkan persepsi
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar
dalam semua keadaan. Namun
kecemasan yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat
meningkatkan persepsi pasien terhadap
nyeri.
Menurut Potter Patricia A, 2005.
Hubungan antara nyeri dengan
kecemasan bersifat konfleks, kecemasan
seringkali meningkatkan persepsi nyeri,
tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan cemas.Bahwa stimulus
nyeri mengaktifkan bagian system
limbik yang mengendalikan emosi
seseorang, khususnya kecemasan.
Individu yang sehat secara emosional,
lebih mampu mentoleransikan nyeri
sedang hingga beratdaripada seseorang
yang memiliki status emosional yang
kurang stabil. Klien yang yang
mengalami cedera atau menderita
penyakit kritis, seringkali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan
perawatan diri dapat menimbulkan
tingkat nyeri yang tinggi, maka rasa
cemas tersebut dapat menimbulkan
suatu masalah penetalaksanaan nyeri.
Nyeri yang tak kunjung hilang
seringkali menyebabkan psikosis dan
gangguan kepribadian.
Sesuai teori diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat kecemasan dapat
mempengaruhi persepsi nyeri, apabila
7. 51
seseorang merasa cemas akan berfokus pada
penyakitnya. Pada saat terjadinya nyeri yang
di alami banyak perilaku yang dapat
diungkapkan oleh seseorang yang
mengalaminya seperti menangis, meringis
dan masih banyak yang lain, dan akan dapat
menambah rasa nyeri, pada penatalaksanaan
nyeri ada beberapa teknik untuk mengurangi
nyeri meliputi masase kulit, imobilisasi,
kompres, distraksi dan relaksasi. Kehadiran
keluarga yang dicintai atau teman untuk
mengalihkanperhatian sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri meraka terhadap
penyakitnya. Dan apabila pengalihan
perhatian ini dilakukan maka kemungkinan
besar tingkat kecemasan dengan persepsi
nyeri yang dirasakan akan berkurang.
Dari hasil analisa chi-scuare didapat nilai P
value 0.001<0.05 dengan taraf kesalahan
5% maka dapat disimpulkan adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat
kecemasan dengan persepsi nyeri pada
pasien Appendisitis di Ruang Bedah Rumah
Sakit Embung Fatimah Kota Batam.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan
mengenai hubungan tingkat kecemasan
dengan persepsi nyeri pada pasien
appendisitis di Ruang Bedah Rumah Sakit
Umum Embung Fatimah Kota Batam,
dengan jumlah 18 responden dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Setengah responden yang di rawat di
ruangan bedah Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam, sebagian besar
mengalami tingkat kecemasan sedang
yaitu (50%) sebanyak 9 orang.
2. Setengah responden yang di rawat di
ruangan bedah Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam, sebagian besar
mengalami tingkat nyeri sedang yaitu
(55,6%) sebanyak 10 orang.
3. Adanya hubungan yang signifikan
antara hubungan tingkat kecemasan
dengan persepsi nyeri pada pasien
appendisitis di Ruang Bedah Rumah
Sakit Embung Fatimah Kota Batam,
terlihat dari hasil penelitian
responden diperoleh P value sebesar
0.001 < 0.05.
REKOMENDASI
Dari hasil penelitian ini maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
Bagi Perawat Rumah Sakit Embung
Fatimah Kota Batam
Sebagai masukan bagi perawat rumah
sakit, bahwa agar semakin
meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan pada setiap pelaksanaan
tindakan keperawatan dan pendekatan
lainnya dalam penatalaksanaan
management nyeri dan cemas.
Bagi Instansi Pendidikan Dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi
yang bisa dijadikan bahan informasi
untuk acuan penelitian selanjutnya agar
bisa lebih baik lagi.
Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai
masukan dan bahan informasi
perbandingan untuk penelitian
selanjutnya dengan melakukan
penelitian tentang persepsi nyeri dengan
karakteristik individu atau beberapa
faktor yang mempengaruhi nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001 Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Buku Kedokteran EGC
Jakarta.
DepKes.RI, 2011. Artikel Kecemasan
(Online)
(http://www.DepKes.RI.ac.id/w
eb-site/artikel/kecemasan)
Diakses pada tanggal 20
Desember 2013 jam 15.00 wib
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen
Stres, Cemas dan Depresi.
Jakarta : FakultasKedokteran
Universitas Indonesia.
Medlinux, 2008. Apendisitis-akut
(online)
8. 52
(http://medlinux.blogspot.com/2
008/12/
appendisitisakut.html).Diakses pada
tanggal 15 Januari 2014 jam 15.00
wib
Nair, 2010.
Apendisitis(Online)(http://ilove
unair.blogspot. com/2010/12/
appendicitis). Diakses pada tanggal
27 Desember 2013, jam
13.00 wib
Notoadmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nurmalasari, 2012. Apendisitis (Online)
(http;//nindanurmalasari.blogspo
t.com/2012 /02/apendisitis.html).
Diakses pada tanggal 11 Januari
2014 jam 17.00 wib
Potter Patricia A. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Edisi 4.Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta
: Graha Ilmu
Sigit Nian Prasetyo, 2010. Konsep dan
Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sosanto Priyo dan Luknis Sabri,
2010.Statistik Kesehatan.
Jakarta : Rajawali Pers
Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatn
Jiwa. Jakarta : EGC
Tamsuri Anas, Ns. S.Kep. 2007. Konsep
dan Penatalaksanaan
Nyeri.
Jakarta : Buku Kedokteran,
EGC