1. KENAKALAN REMAJA ! SIAPA YANG SALAH ?
Oleh Patta Palinggi Danun
Bukan rahasia lagi, ketika mendengar kata remaja asumsi sebagian besar masyarakat
adalah mengenai perilaku negatif yang dilakukan sekelompok orang yang disebut sebagai
kenakalan, sehingga kata remaja seolah harus diikuti dengan kata kenakalan, atau lebih akrab
ditelinga masyarakat dengan “Kenakalan Remaja”. Memang benar, remaja sangat sering
dikaitkan dengan hal-hal yang dipandang buruk. Sebagai bukti, ketika melakukan pencarian di
mesin canggih via internet dengan kata kunci “Remaja”, ribuan artikel yang membahas
tindakan asusila yang akan anda temukan.
Pornografi, penyalahgunaan Narkotika, pembunuhan, pemerkosaan dan tindakan-
tindakan kriminal lainnya, seolah menjadi tanda tanya besar bagi semua masyarakat, apakah
usia mereka belum bisa membedakan mana yang salah dan yang benar.
Tindakan-tindakan kriminal yang meraka lakukan didasari oleh alasan yang berbeda-
beda. Tapi adakah alasan yang bisa diterima untuk perilaku-perilaku melenceng seperti
memukuli guru di sekolah, membunuh ayah kandung sendiri, mencuri kotak amal Masjid dan
bunuh diri karena terperdaya oleh komik. Perilaku-perilaku menyimpang yang mereka lakukan
seolah membungkam batin dan menimbulkan pertanyaan, “Siapa yang harus disalahkan ?”
Siapa yang harus disalahkan bukan pertanyaan yang jawabannya belum ditemukan,
tetapi pertanyaan yang sudah memiliki jawaban dan harus dilakukan. Mengenai siapa yang
harus disalahkan bukan satu orang, dua atau tiga orang, dan bukan remaja itu sendiri, tetapi
lebih dari itu, yaitu setiap pihak bertanggung jawab atasnya, pihak-pihak tersebut adalah,
1. ORANG TUA ! dengan prinsip yang mereka anggap benar.
Setiap orang tua tahu apa yang benar dan apa yang salah, setiap orang tua tahu. Setiap
orang tua tahu, apa yang menjadi hal prioritas dan setiap orang tua tahu apa hak yang
harunya setiap anak mereka dapatkan. Kemudian dimana letak kesalahan orang tua dalam
masalah kenakalan remaja ? kesalahan mereka adalah karena mereka tidak melakukan apa
yang mereka tahu. Walau mereka tahu bahwa berbohong itu salah, tapi seorang Ibu dengan
tenang berkata kepada anaknya “Beritahu tamu itu bahwa ibu sedang tidak ada dirumah”.
Walau mereka tahu apa yang menjadi prioritas tapi seorang ayah menyuruh anaknya
membeli rokok ke suatu tempat sebelum beribadah yang sudah tiba saatnya. Setiap orang
tua juga tahu bahwa apa yang menjadi hak anak mereka, tapi untuk menjalin silahturahmi
dengan keluarga kedua orangtua menjodohkan anaknya.
2. PEMERINTAH ! dengan kebijakan yang keliru namun dianggap benar.
Salah satu kebijakan pemerintah yang paling berhubungan erat dengan kehidupan
remaja adalah kebijakan di dalam dunia pendidikan. Kebijakan pemerintahan untuk
melaksanakan ujian menjadi polemik yang tak berujung. Banyak siswa yang merasa
tertekan dan tidak sanggup melaksanakan ujian hingga akhirnya mengesampingkan moral
mereka. Contoh paling kongkrit adalah kegiatan jual-beli bocoran soal, hal ini sangat tidak
bermoral hingga menyeret kehormatan setiap manusia, bahkan orang tua.
2. 3. MASYARAKAT ! yang hanya pandai mengkritik namun tak bisa berbuat banyak.
Masyarakat dalam problema ini dapat dianggap sebagai seorang hakim, dimana hakim
tersebut akan menjatuhkan vonis kepada seorang remaja tanpa mempertimbangkan
pembelaan dari kuasa hukum terdakwa dan terdakwa itu sendiri. Artinya, setiap masyarakat
menjadi penilai dari perilaku yang dilakukan oleh remaja, ketika masyarakat telah
menganggap perilaku seorang remaja itu buruk maka penilaian itu tidak akan pernah hilang
dari pandangan mereka, dan tidak ada tindakan untuk menolong remaja tersebut. Hal itu
akan membunuh karakter setiap remaja, dan menimbulkan pola pikir di antara mereka yang
telah melakukan kesalahan bahwa tidak ada harapan lagi untuk mereka.
Kenakalan remaja tidak akan ada hentinya, ini menjadi sebuah proses yang setiap
manusia akan alami dalam kehidupan. Melenyapkannya tidak akan pernah bisa namun
meminimalisir dampak yang ditimbulkan akan menjadi mudah ketika setiap pihak merasa
bertanggung jawab atasnya.