Teks tersebut merupakan abstrak dari penelitian tentang pengaruh dana program kemitraan dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas perusahaan perbankan di Indonesia antara tahun 2014-2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menganalisis data dari 7 perusahaan perbankan. Hasilnya menunjukkan bahwa dana program kemitraan berpengaruh terhadap likuiditas secara parsial, namun tidak berpengaruh secara simultan bers
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
1. 1
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
PENGARUH DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN TINGKAT SUKU BUNGA
TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018
KHUSTINI
NPM : 12150158
JURUSAN : AKUNTANSI
KONSENTRASI : AKUNTANSI MANAJEMEN
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
e-mail : khustinieebolt@gmail.com
ABSTRAK
Intermediasi perbankan atau loan to deposit ratio (LDR) hampir semua bank besar papan
atas menghadapi likuiditas yang ketat, likuiditas yang dapat dikelola bank hanya tinggal 8% dari
total dana pihak ketiga, dana program kemitraan perusahaan terkendala oleh minimnya serapan
anggaran, adanya ketidaktahuan masyarakat dalam dana program kemitraan perusaaan akibat
minimnya sosialisasi dari pihak perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dana program kemitraan dan tingkat suku
bunga secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan perbankan BUMN dan BUMD yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal dengan
pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian berjumlah 43 perusahaan perbankan BUMN dan BUMD.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling berjumlah 7 perusahaan
perbankan BUMN dan BUMD.
Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukan bahwa variabel dana program kemitraan
(X1) berpengaruh terhadap likuiditas (Y), hal ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel (2,178 >
2,03452), variabel tingkat suku bunga (X2) tidak berpengaruh terhadap likuiditas (Y) hal ini
dibuktikan dengan nilai thitung < ttabel (0,025 < 2,03452). Hasil pengujian hipotesis secara simultan
menunjukan bahwa variabel dana program kemitraan (X1) dan tingkat suku bunga (X2) tidak
berpengaruh terhadap likuiditas (Y), hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung < Ftabel (2,372 < 3,28).
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial hanya variabel program kemitraan
yang berpengaruh terhadap likuiditas sedangkan variabel tingkat suku bunga tidak berpengaruh
terhadap likuiditas dan secara simultan variabel dana kemitraan dan tingkat suku bunga juga tidak
berpengaruh terhadap likuiditas.
Kata Kunci: Likuiditas, Program Kemitraan, tingkat Suku Bunga.
1. Pendahuluan
Perusahaan sebagai sebuah entitas
berbadan hukum yang melaksanakan fungsi
ekonomi memiliki dinamika yang kompleks
dalam melakukan aktivitas operasionalnya.
Kompleksitas tersebut mulai dari persaingan
antar korporasi, pemenuhan kewajiban untuk
melaksanakan good corporate governance,
pelaksanaan corporate social responsibility
dan lain sebagainya. seluruh komponen
tersebut tentu membutuhkan suatu mekanisme
akuntansi dan fungsi manajerial yang
mumpuni dalam mengelola suatu perusahaan,
terlebih perusahaan tersebut telah
melaksanakan initial public offering (IPO).
Pengelolaan perusahaan membutuhkan
suatu kemampuan akuntansi yang dapat
menstabilkan akuntabilitas perusahaan. Setiap
aktivitas operasional yang dilakukan oleh
perusahaan, keniscayaan proses akuntansi
merupakan hal yang lumrah. Konsekuensi
logis dari hal tersebut adalah bahwa posisi
akuntansi dalam pengelolaan keuangan
perusahaan sangat vital. Selain akuntansi,
pengelolaan perusahaan juga membutuhkan
suatu kemampuan manajerial yang baik yang
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen
2. 2
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
pada suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut dapat mempertahankan eksistensinya
di tengah persaingan korporasi yang kian
ketat.
Likuiditas berlaku sebagai komponen
keuangan perusahaan yang terkait dengan
kapasitas perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban jangka pendeknya.
Likuiditas juga dipersepsikan sebagai kinerja
keuangan yang memiliki posisi penting dalam
struktur keuangan perusahaan, khususnya
bagi yang telah melaksanakan initial public
offering oleh investor. Disparitas antar
komponen keuangan juga sangat terpengaruh
oleh likuiditas perusahaan sebagai salah satu
rasio yang mengindikasikan ada atau tidaknya
itikad perusahaan dalam membayar hutang
jangka pendeknya kepada pihak lain. hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Makaryanawati dan
Misbachul Ulum yang menyatakan bahwa
likuiditas perusahaan dapat diketahui dari
neraca dengan membandingkan jumlah aktiva
lancar (current assets) dengan utang lancar
(current liabilities), hasil perbandingannya
disebut ”current ratio”. Tingkat likuiditas
antara perusahaan satu dengan yang lain
berbeda-beda. Investor menilai suatu
perusahaan salah satunya dengan
menggunakan rasio likuiditas yang angka-
angkanya dapat diperoleh melalui laporan
neraca perusahaan. Semakin tinggi nilai
rasionya maka perusahaan akan semakin
diminati oleh investor (Makaryanawati dan
Ulum, 2009: 52).
Konteks yang sangat terpengaruh oleh
likuiditas perusahaan salah satunya adalah
dana program kemitraan yang diperoleh dari
laba perusahaan yang dibandingkan dengan
persentase dari kebijakan Pemerintah Negara
Republik Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
sebesar 2%. PKBL adalah bentuk tanggung
jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan
dengan dasar Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang
BUMN serta Peraturan Menteri BUMN No.
Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud
dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya
mengejar keuntungan melainkan turut aktif
memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi
dan masyarakat.
Struktur keuangan perusahaan (terutama
lembaga finansial), memiliki komponen
keuangan tersendiri yang mengacu pada
peraturan dari Bank Indonesia sebagai dasar
atas pengenaan operasional usaha perusahaan
finansial. Komponen ini adalah tingkat suku
bunga, yang sangat terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro dan mikro yang terjadi di
Indonesia. Maka dari itu, tingkat suku bunga
dapat berubah setiap waku sesuai dengan
pertimbangan kebijakan yang diterbitkan oleh
bank sentral. Tingkat suku bunga merupakan
persentase dari pokok pinjaman yang harus
dibayar oleh peminjam kepada pemberi
pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan
dalam suatu periode tertentu yang telah
disepakati kedua belah pihak (Makaryanawati
dan Ulum, 2009: 54). Jadi, tingkat suku bunga
dapat dikatakan sebagai acuan dasar bagi
suatu perusahaan perbankan dalam
menetapkan kelebihan bayar nasabah atas
pinjaman yang dilakukan dan telah disepakati.
Persoalan yang penulis temukan selama
observasi penelitian adalah mengenai suku
bunga perusahaan perbankan yang cukup
memiliki banyak fenomena menarik untuk
diangkat dalam penelitian ini. salah satunya
adalah perusahaan perbankan tanah air sedang
dihadapkan pada berbagai masalah. Salah
satunya, kenaikan 7-Day Reverse Repo Rate
(7-DRRR). Pada Mei-Juni lalu, Bank
Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga
acuan ini sebanyak 75 basis poin (bps).
Kenaikan bunga acuan ini akan memengaruhi
bisnis perbankan. 7-DRR akan berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi. Padahal
pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi
permintaan kredit. Kenaikan 7-DRR
mendorong bank menaikkan bunga deposito
dan bunga kredit. Untuk melengkapi data
penelitian, berikut Peneliti sajikan gambar 1.1
sebagai representasi dari pergerakan suku
bunga di Indonesia dalam 5 tahun terakhir :
3. 3
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
Gambar 1.1
Tingkat Suku Bunga Bank Tahun
2014-2018
Masalah lain yang Peneliti temukan
dalam observasi penelitian adalah mengenai
pengelolaan likuiditas. Bila melihat rasio
intermediasi perbankan atau loan to deposit
ratio (LDR) hampir semua bank besar
papan atas menghadapi likuiditas yang
ketat. Rata-rata LDR perbankan sudah
mencapai 92%. Artinya, likuiditas yang bisa
dikelola perbankan tinggal 8% dari total
dana pihak ketiga (DPK). Dari bank umum
kegiatan usaha (BUKU) IV atau bermodal
inti di atas Rp 35 triliun, hanya Bank BCA
dan Bank BNI yang memiliki likuiditas
memadai. Berdasarkan laporan bulan Mei
2018, LDR BCA mencapai 69,81% dan
LDR BNI 86,52%. Bank yang punya LDR
tinggi atau sedang berjuang mengelola
likuiditas adalah Bank Mandiri yang
memiliki LDR Mei sebesar 92,61%, LDR
Bank BRI 96,1%, LDR Bank CIMB Niaga
94,01%, LDR Bank Danamon 96,41%,
LDR Bank Panin 98,84% dan LDR BTN
104,01%. Untuk memperjelas persoalan
dalam konteks likuiditas, berikut Peneliti
sajikan tabulasi data likuiditas perusahaan
perbankan dalam tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1
Likuiditas Perusahaan Perbankan di
Indonesia
No. Emiten
Likuiditas
2014 2015 2016 2017 2018
1. BBNI 87,80 87,80 90,40 85,60 88,80
2. BBRI 81,68 86,88 87,77 88,13 89,57
3. BBTN 108,86 108,78 102,66 103,13 103,25
4. BJBR 93,18 88,13 86,70 87,27 91,89
5. BMRI 82,02 87,05 85,86 87,16 95,46
6. BEKS 86,11 80,77 83,85 91,95 82,86
7. BJTM 8,01 7,95 6,51 7,97 7,99
Mengutip pada warta yang dikabarkan
dalam artikel kompas.com, dana program
kemitraan diakui oleh sejumlah pihak sulit
untuk disalurkan karena minimnya
pengetahuan masyarakat bahwa perusahaan-
perusahaan plat merah memiliki kewajiban
untuk memberdayakan masyarakat menengah
ke bawah melalui program kemitraan.
Persoalan tersebut terjadi karena minimnya
sosialisasi yang dilakukan perusahaan kepada
masyarakat, sehingga banyak diantara
masyarakat yang tidak mengetahui perihal
aktivitas program kemitraan tersebut. Kondisi
sebagaimana disebutkan dalam uraian di atas
tentu menjadi suatu sinyalemen negatif yang
dapat mengganggu struktur perekonomian
mikro di Indonesia, sehingga perekonomian
mikro tidak dapat memberikan kontribusi
berupa peningkatan ekonomi dalam skala
makro. Guna melengkapi data penelitian,
berikut Peneliti sajikan tabel 1.2 yang memuat
data dana program kemitraan sebagai berikut
:
Tabel 1.2
Alokasi Dana Program Kemitraan
No. Emiten
Dana Program Kemitraan (Dalam Miliar Rupiah)
2014 2015 2016 2017 2018
1.
BBNI 22,01 23,76 58,00 71,00 104,49
Rasio
Kenaikan 42,72% 7,38% 59,03% 18,31% 32,05%
2.
BBRI 103,91 126,39 132,70 150,34 163,63
Rasio
Kenaikan 14,25% 17,79% 4,76% 11,73% 8,12%
3.
BBTN 6,24 10,77 14,93 26,56 59,05
Rasio
Kenaikan
38,95% 41,78% 27,88% 43,78% 55,02%
4.
BJBR 28,92 40,71 69,61 116,48 116,88
Rasio
Kenaikan 3,18% 28,97% 41,51% 40,45% 0,35%
5.
BMRI 14,34 102,27 107,63 118,27 114,63
Rasio
Kenaikan 9,48% 85,97% 4,98% 9,00% 3,18%
6.
BEKS 0,044 0,058 0,087 0,227 0,263
Rasio
Kenaikan 9,09% 24,14% 33,79% 61,42% 13,99%
7.
BJTM 15,44 17,40 17,90 18,70 19,50
Rasio
Kenaikan
9,33% 11,26% 2,79% 4,28% 4,10%
Beberapa penelitian mengenai pengaruh
dana program kemitraan dan tingkat suku
bunga terhadap likuiditas menyimpulkan hasil
yang berbeda seperti penelitian Khairul Fahmi
(2016), yang menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel dana program
kemitraan dan tingkat suku bunga terhadap
likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Di
sisi lain, Neni Nurhayati (2016), yang
menyatakan bahwa secara simultan
pemisahan dana program kemitraan dan
tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap likuiditas. Dari hasil
0
5
10
2014 2015 2016 2017 2018
BI Rate
4. 4
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
pemaparan research gap tersebut, maka
penelitian ini memiliki potensi yang dapat
memberikan hasil berbeda dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumya
oleh Peneliti lain.
Berdasarkan pada fenomena dalam latar
belakang yang telah peneliti deskripsikan
dalam uraian latar belakang masalah, maka
persoalan mengenai dana program kemitraan
dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-
2018 memiliki urgensi yang penting untuk
dilakukan kajian secara lebih mendalam.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang dituangkan dalam
skripsi yang berjudul “PENGARUH DANA
PROGRAM KEMITRAAN DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP
LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2014-2018”.
2. Kajian Teoritik
2.1 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan
membayar hutang dari suatu korporasi
dalam jangka waktu yang singkat.
Likuiditas diperlukan untuk mengetahui
seberapa baik perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap hutang-hutang
yang dimilikinya. Untuk menambah
khazanah dalam ilmu pengetahuan,
berikut penulis sajikan beberapa pendapat
ahli yang mengemukakan tentang
likuiditas dalam deskripsi teori.
Istilah likuiditas merupakan salah satu
istilah ekonomi yang sering digunakan
untuk menunjukkan posisi keuangan
ataupun kekayaan sebuah organisasi
perusahaan. Likuiditas sebuah
perusahaan biasanya dijadikan sebagai
tolok ukur untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan perusahaan.
Beberapa pihak yang terkait dengan
likuiditas suatu perusahaan yaitu
pemegang saham, penyuplai bahan baku,
manajemen perusahaan, kreditor,
pemerintah, asuransi dan keuangan.
Semakin tinggi likuiditas sebuah
perusahaan, maka semakin baik pula
kinerja perusahaan. Sebaliknya, semakin
rendah likuiditas sebuah perusahaan,
maka semakin buruk kinerja perusahaan.
Perusahaan yang memiliki likuiditas yang
tinggi biasanya berpeluang mendapatkan
dukungan dari pihak luar seperti lembaga
keuangan, kreditur, dan juga pemasok
bahan baku (Edi Suharto, 2007: 147).
Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya tepat pada waktunya.
Likuiditas dapat diproksikan dengan
menggunakan Current Ratio (CR) yang
diperoleh dengan pembagian antara
current assets dengan current liabilities
(Sunarya, 2013: 9).
Bambang Riyanto (2008: 45)
menyebutkan bahwa pengertian rasio
likuiditas adalah berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-
alat pembayaran (alat-alat likuid) yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu
saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan. Munawir
(2007: 31), menyatakan likuiditas adalah
menunjukan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan
pada saat ditagih. Kewajiban yang harus
dipenuhi adalah hutang jangka pendek,
oleh karena itu rasio ini bisa digunakan
untuk mengukur tingkat keamanan
kreditur jangka pendek, serta mengukur
apakah operasi perusahaan tidak akan
terganggu bila kewajiban jangka pendek
ini segera ditagih. Kewajiban yang harus
dipenuhi adalah hutang jangka pendek,
oleh karena itu rasio ini bisa digunakan
untuk mengukur tingkat keamanan
kreditur jangka pendek, serta mengukur
apakah operasi perusahaan tidak akan
terganggu bila kewajiban jangka pendek
ini segera ditagih (Makaombohe, dkk,
2014: 62).
Sulistiawati (2018: 9), mengemukakan
bahwa likuiditas merupakan rasio
perbandingan dari jumlah uang yang ada
di suatu perusahaan perbankan yang
bersumber dari nasabah (masyarakat)
5. 5
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
dibandingkan dengan total dana kredit
yang dikeluarkan oleh perusahaan
perbankan tersebut kepada masyarakat
(nasabah) yang meminjam kredit.
Dengan demikian, perusahaan perbankan
tidak serta merta memperoleh
keuntungan dari biaya-biaya administrasi
saja, namun ada upaya perputaran modal
yang berpotensi untuk memberikan profit
pada perusahaan.
Bambang Riyanto (2008: 25)
menyebutkan: pengertian rasio likuiditas
adalah berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat
pembayaran (alat-alat likuid) yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu
saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan. Maksud
dari pernyataan tersebut adalah bahwa
kemampuan suatu perusahaan dalam
menyelesaikan kewajibannya untuk
memenuhi kebutuhan finansial yang
harus segera dipenuhi dapat dikatakan
sebagai likuiditas. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari Sunarya (2013: 9), yang
mengemukakan bahwa likuiditas dapat
diproyeksikan dengan menggunakan
current ratio yang diperoleh dengan
melakukan pembagian antara current
asset dengan current liabilities.
Berdasarkan pada beberapa pendapat
ahli yang telah penulis sajikan dalam
deskripsi teori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa likuiditas adalah
suatu acuan bagi setiap perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Kewajiban tersebut dapat berbentuk
hutang yang dimiliki untuk memenuhi
operasional perusahaannya. Sehingga
kondisi finansial secara makro maupun
mikro di Indonesia menjadi terkatrol dan
terkontrol karena likuiditas perusahaan
berjalan secara baik.
2.2 Dana Program Kemitraan
Dana program kemitraan dialokasikan
oleh sejumlah perusahaan sebagai bagian
dari upaya untuk memanusiakan manusia
melalui program pemberdayaan kepada
pihak yang kurang mampu. Program
kemitraan juga merupakan bagian dari
pelaksanaan prinsip good corporate
governance pada suatu perusahaan.
Untuk dapat memahami makna dana
program kemitraan secara baik, berikut
Peneliti sajikan beberapa pendapat dari
para ahli mengenai dana program
kemitraan dalam deskripsi teori di bawah
ini.
Dalam pembangunan bangsa, BUMN
diibaratkan sebagai tangan kiri negara.
Sedangkan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) merupakan
tangan kanan negara. Dengan kelebihan
dan kekurangan masing-masing, kedua
tangan ini diupayakan saling mengisi
untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, oleh karena itu BUMN
memiliki dua tanggung jawab besar
(Zilfana, 2015: 2).
Pertama untuk meningkatkan profit
dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan negara, sedangkan yang
kedua adalah melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan,
sebagaimana yang diatur dalam Permen-
05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan. PKBL dimulai sejak 1983
dengan dikeluarkannya PP tentang Tata
Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan,
Perum dan Persero. Lalu pada tahun 1989
diciptakan suatu program Pembinaan
Pengusaha Ekonomi Lemah dan
Koperasi yang sering disingkat
PEGELKOP. Pada tahun 1994 nama
program tersebut diubah kembali dengan
istilah Program Pembinaan Usaha Kecil
dan Koperasi (Program PUKK). Hingga
pada tahun 2003 istilah Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
mulai ditetapkan dan masih berjalan
hingga saat ini.
PKBL adalah sebuah singkatan dari
Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan, PKBL adalah suatu jenis
program Tanggung Jawab Sosial/
Corporate Social Responsibility (CSR)
yang hanya ada di Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) saja. PKBL terdiri dari
dua jenis Program yakni Program
6. 6
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan
(BL). PK adalah suatu program yang
mewajibkan BUMN untuk memberikan
pinjaman usaha dan pembinaan kepada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Lalu BL adalah sebuah
program yang diberikan melalui bantuan
dana untuk keperluan program/kegiatan
pengembangan masyarakat. Fokus area
kedua program tersebut adalah wilayah
lokasi dimana suatu BUMN beroperasi.
Program Kemitraan (PK) adalah program
untuk meningkatkan kemampuan
UMKM agar menjadi tangguh dan
Mandiri. Sasaran Utama dari program ini
adalah para UMKM yang dapat dikatakan
dalam status non-bankable atau belum
mendapatkan akses pinjaman modal dari
bank. Namun saya sendiri menyadari
status non-bankable tersebut sulit
ditafsirkan mengingat semua Bank saat
ini menerima atau bahkan sudah
melakukan strategi “jemput bola” agar
dapat memberikan pinjaman-pinjaman
kepada para UMKM dengan bunga yang
relatif kompetitif (Amalia, 2014: 47).
Namun keistimewan PK dibandingkan
bank adalah pinjaman yang diberikan
suatu entitas PKBL kepada para mitra
binaannya hanya dikenakan bunga 6%
flat per tahun dan diberikan pembinaan
secara “gratis” baik berupa
peningkatakan kapasitas dalam bentuk
pelatihan dan promosi dalam bentuk
keikutsertaan pameran skala nasional
atau penyelenggaraan bazar.
Setiap calon mitra binaan yang
mengajukan pinjaman akan dievaluasi
dengan mengacu prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition)
yang sudah terkenal pada dunia kredit
perbankan namun dengan standar yang
mungkin tidak seketat perbankan. Mitra
binaan akan mendapatkan pinjaman
dengan jumlah maksimal Rp75 Juta
dengan jangka waktu pinjaman selam 1-3
tahun.
Bina Lingkungan merupakan program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN. Bentuk bantuan
berupa: tanggap bencana alam yaitu
bantuan yang diberikan oleh PKBL untuk
orang-orang yang terkena bencana alam,
kemudian pendidikan/pelatihan yaitu
bantuan yang diberikan oleh bagian
PKBL di bidang pendidikan biasanya
berupa beasiswa ke sekolah-sekolah
negeri serta mengadakan pelatihan yang
bertujuan untuk pengembangan sumber
daya manusia, selain itu bantuan juga
diberikan dalam bidang kesehatan
biasanya berupa sumbangan kepada
posyandu-posyandu terdekat dengan
tempat BUMN itu didirikan, bias juga
dengan mengadakan cek kesehatan gratis,
kemudian bantuan dalam prasarana &
sarana umum yaitu bantuan yang
diberikan dengan cara perbaikan fasilitas
umum yang ada di sekitar tempat BUMN
didirikan, pembangunan sarana ibadah,
pelestarian alam, serta bantuan sosial
kemasyarakatan dalam rangka
pengentasan kemiskinan, dan bentuk
bantuan lain yang terkait dengan upaya
peningkatan kapasitas Mitra Binaan
Program Kemitraan.
PKBL adalah bentuk tanggung jawab
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan
dengan dasar Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang
BUMN serta Peraturan Menteri BUMN
No. Per-05/MBU/2007 yang menyatakan
maksud dan tujuan pendirian BUMN
tidak hanya mengejar keuntungan
melainkan turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat.
PKBL merupakan Program
Pembinaan Usaha Kecil dan
pemberdayaan kondisi lingkungan oleh
BUMN melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan
laba untuk pendanaan program maksimal
sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih
untuk Program Kemitraan dan maksimal
2% (dua persen) dari laba bersih untuk
Program Bina Lingkungan. Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil,
yang selanjutnya disebut Program
Kemitraan, yaitu program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil
7. 7
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
agar menjadi tangguh dan mandiri
melalui pemanfaatan dana dari bagian
laba BUMN. Tujuan program Kemitraan
adalah untuk meningkatkan kemampuan
para pengusaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri sekaligus
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat.
Sedangkan Program Bina
Lingkungan, yang selanjutnya disebut
Program BL, yaitu program untuk
membentuk calon Mitra Binaan baru dan
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN. Program BL ini
bersifat bantuan (Korban Bencana Alam,
Bantuan Pendidikan dan/atau Pelatihan,
Bantuan Peningkatan Kesehatan,
Bantuan Pengembangan Sarana dan/atau
Prasarana dan Bantuan Sarana Ibadah).
Perum perhutani dalam program PKBL
sejak tahun 1992 sampai tahun 2012 telah
melakukan pembinaan terhadap 14.055
Mitra binaan dari berbagai sektor yaitu
industri, perdagangan, pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, jasa
dan sektor lainnya dengan dana yang
telah disalurkan dalam bentuk pinjaman
modal sebesar 93,40 Milyar dan hibah
sebesar 16,52 Milyar. Dari sejumlah
93,40 Milyar tersebut diantaranya
diberikan kepada 1.839 Lembaga
Masyarakat desa Hutan (LMDH)
sejumlah 16,87 Milyar.
Berdasarkan pada beberapa pendapat
yang dikemukakan para ahli dalam
deksripsi teori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa dana program
kemitraan merupakan sebuah implikasi
dari kewajiban perusahaan yang
dikendalikan oleh negara sebagai bagian
dari kepedulian terhadap masyarakat
kelas menengah ke bawah. Dana Program
Kemitraan memiliki tujuan sebagai
pendobrak batas bagi suatu institusi yang
mapan dengan pihak yang membutuhkan
empowering. Sehingga ketimpangan
(gap) antara masyarakat kurang mampu
dengan masyarakat mapan dapat lebih
berkurang.
2.3 Tingkat Suku Bunga
Suku bunga Bank Indonesia atau kerap
disebut BI Rate merupakan suatu acuan
bagi perusahaan perbankan dalam
menetapkan suku bunga kredit maupun
debit kepada para nasabahnya. Sebagai
lembaga moneter sentral Bank Indonesia
memberikan suku bunga acuan sebagai
bagian dari upaya untuk menjaga
stabilitas fiskal di Indonesia sesuai
dengan amanat Undang-Undang. Untuk
dapat memahami suku bunga Bank
Indonesia (BI Rate) secara komprehensif
berikut penulis sajikan beberapa pendapat
dan definisi dari suku bunga Bank
Indonesia (BI Rate) dalam deskripsi di
bawah ini.
Suku bunga dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yang merupakan bank sentral
di Indonesia. Sebagai bank sentral, Bank
Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Suku bunga Bank
Indonesia (BI Rate) adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. Suku bunga Bank Indonesia (BI
Rate) merupakan indikasi suku bunga
jangka pendek yang diinginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target
inflasi (Alim, 2014: 208). Suku bunga
Bank Indonesia (BI Rate) digunakan
sebagai acuan dalam operasi moneter
untuk mengarahkan agar suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan
hasil lelang operasi pasar terbuka berada
di sekitar BI Rate (www.bi.go.id).
Suku bunga memiliki keterkaitan
dengan jangka waktu obligasi (surat
utang). Menurut Fahmi (2015: 326), suku
bunga dan jangka waktu obligasi
memiliki keterkaitan dalam memberikan
ketetapan. Untuk itu ada dua bentuk
keputusan yang biasa berlaku atau
diterapkan oleh pemerintah dan
perusahaan, yaitu obligasi dengan jangka
waktu pendek (short term) memiliki suku
bunga yang lebih rendah dari pada
obligasi dengan jangka panjang.
8. 8
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
Menurut Pohan (2008: 53),
perkembangan tingkat bunga yang tidak
wajar secara langsung dapat mengganggu
perkembangan perbankan. Suku bunga
yang tinggi di satu sisi akan
meningkatkan hasrat masyarakat untuk
menabung sehingga jumlah dana
perbankan akan meningkat. Namun di sisi
lain suku bunga yang tinggi akan
meningkatkan biaya yang dikeluarkan
oleh dunia usaha sehingga
mengakibatkan penurunan kegiatan
produksi di dalam negeri. Menurunnya
produksi akan menurunkan kebutuhan
dana dari sektor usaha dan berakibat pada
permintaan kredit bunga yang menurun.
Hal ini akan menimbulkan permasalahan
kemana dana tersebut akan disalurkan.
Sehingga akan terjadi suatu
ketidakpastian ekonomi yang semakin
kompleks.
Selanjutnya Pohan juga menambahkan
apabila tingkat bunga relatif rendah
apabila dibandingkan dengan tingkat
bunga luar negeri, akan mengurangi
minat masyarakat untuk menabung dan
mendorong aliran dana dari dalam negeri
ke luar negeri sehingga bank akan
kesulitan dalam memeroleh dana. Tetapi
pada sektor usaha, akan meningkatkan
potensi kegiatan investasi dan produksi
karena tingkat suku bunga yang rendah
akan meningkatkan kredit perbankan.
Sehingga kebijakan moneter sangat
dipengaruhi oleh ketepatan tingkat suku
bunga yang ideal, harus tercipta
keseimbangan antara manfaat suku bunga
bagi sektor perbankan dan dunia usaha,
supaya kestabilan ekonomi Negara tetap
terjaga (Alim, 2014: 209).
Menurut Nopirin (1992: 70-72)
beberapa teori tentang suku bunga, yaitu
Teori Klasik dan Teori Keynes. Teori
Klasik tentang tingkat suku bunga adalah
sebagai berikut :
1. Tabungan menurut teori klasik adalah
fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk
menabung. Artinya, pada tingkat
bunga yang lebih tinggi masyarakat
akan lebih terdorong untuk
mengorbankan/ mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi guna
menambah tabungan.
2. Investasi juga tergantung/ merupakan
fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga, keinginan untuk
melakukan investasi juga makin kecil.
Alasannya, seorang pengusaha akan
menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan
dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga yang harus dia bayar untuk dana
investasi tersebut yang merupakan
ongkos untuk penggunaan dana (cost
of capital). Makin rendah tingkat
bunga, maka pengusaha akan lebih
terdorong untuk melakukan investasi,
sebab biaya penggunaan dana juga
makin kecil.
3. Tingkat bunga dalam keadaan
keseimbangan (artinya tidak ada
dorongan untuk naik atau turun) akan
tercapai apabila keinginan menabung
masyarakat sama dengan keinginan
pengusaha untuk melakukan investasi.
Berdasarkan pada beberapa pendapat
ahli yang telah penulis sajikan dalam
deskripsi teori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa suku bunga Bank
Indonesia adalah suatu acuan bagi setiap
perusahaan perbankan di Indonesia dalam
memberikan suku bunga yang
diberlakukan kepada para nasabahnya.
Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate)
ditetapkan untuk menghadirkan
antusiasme bagi masyarakat yang
menjadi nasabah maupun yang belum
menjadi nasabah untuk menggunakan
layanan perusahaan perbankan baik debit
maupun kredit. Sehingga kondisi
finansial secara makro maupun mikro di
Indonesia menjadi terkatrol secara baik.
3. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
asosiatif kausal dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. “Penelitian asosiatif
kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel atau
lebih” (Umar, 2005: 30). Penelitian ini
menjelaskan hubungan mempengaruhi dan
9. 9
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
dipengaruhi dari variabel-variabel yang akan
diteliti. “Menggunakan pendekatan kuantitatif
karena data yang akan digunakan untuk
menganalisis hubungan antar variabel
dinyatakan dengan angka atau skala numerik”
(Kuncoro, 2003: 41). Penelitian ini
menganalisis pengaruh dana program
kemitraan dan tingkat suku bunga terhadap
likuiditas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI periode 2014-2018.
4. Pembahasan
4.1 Pengaruh Dana program kemitraan
Terhadap Likuiditas
Pengujian hipotesis secara parsial
variabel dana program kemitraan (X1)
terhadap likuiditas (Y). Hasil perhitungan
SPSS versi 24.0 diperoleh nilai t-hitung
sebesar 2,178 dan t-tabel sebesar 2,03452,
menunjukkan bahwa karena nilai thitung >
ttabel (2,178 > 2,03452) maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
Berdasarkan uji signifikansi diperoleh
bahwa terdapat pengaruh antara dana
program kemitraan terhadap likuiditas
pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI periode 2014-2018. Nilai
koefisien korelasi antara variabel dana
program kemitraan terhadap likuiditas
adalah sebesar 0,359. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa antara dana
program kemitraan (X1) terhadap
likuiditas (Y) mempunyai hubungan yang
lemah dan 0,359 berada pada interval
koefisien 0,359 - 0,399 (lemah). Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,129,
artinya bahwa dana program kemitraan
(X1) memberikan kontribusi sebesar
12,90% terhadap likuiditas (Y),
sedangkan sisanya 87,10% dipengaruhi
variabel lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini, misalnya: profitabilitas,
rentabilitas, beban operasional
pendapatan operasional dan lain
sebagainya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi dan kawan-
kawan (Universitas Muhammadiyah
Surakarta), dimana dana program
kemitraan memiliki pengaruh terhadap
likuiditas. Dengan nilai t-hitung sebesar
3,1029 lebih besar dari nilai t-tabel
sebesar 1,993. Dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,404 yang berarti
variabel dana program kemitraan
berpengaruh sebesar 40,40% terhadap
likuiditas.
4.2 Pengaruh Tingkat suku bunga
Terhadap Likuiditas
Pengujian hipotesis secara parsial
variabel tingkat suku bunga (X2) terhadap
likuiditas (Y). Hasil perhitungan SPSS
versi 24.0 diperoleh nilai t-hitung sebesar
0,025 dan t-tabel sebesar 2,03452,
menunjukkan bahwa karena nilai thitung <
ttabel (0,025 < 2,03452) maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
Berdasarkan uji signifikansi diperoleh
bahwa tidak terdapat pengaruh antara
tingkat suku bunga terhadap likuiditas di
perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI periode 2014-2018. Nilai koefisien
korelasi antara tingkat suku bunga
terhadap likuiditas sebesar 0,003. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
antara tingkat suku bunga (X2) terhadap
likuiditas (Y) mempunyai hubungan yang
sangat lemah dan 0,003 berada pada
interval koefisien 0,003 - 0,199 ( sangat
lemah). Nilai koefisien determinasi (R2
)
sebesar 0,001, artinya bahwa tingkat suku
bunga (X2) memberikan kontribusi
sebesar 0,10% terhadap likuiditas (Y),
sedangkan sisanya 99,90% dipengaruhi
variabel lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini, misalnya: return on asset,
return on equity, return on investment
dan lain sebagainya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (Universitas
Riau), dimana tingkat suku bunga tidak
memiliki pengaruh terhadap likuiditas.
Dengan nilai t-hitung sebesar 1,091
dengan taraf signifikansi sebesar 0,07
lebih besar dari nilai t-tabel sebesar
3,010. Dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,002 yang berarti variabel
tingkat suku bunga berpengaruh sebesar
0,20% terhadap likuiditas.
10. 10
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
4.3 Pengaruh Dana Program Kemitraan
Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Likuiditas
Pengujian hipotesis secara simultan
variabel dana program kemitraan (X1)
dan tingkat suku bunga (X2) terhadap
likuiditas (Y). Hasil perhitungan SPSS
versi 24.00 diperoleh nilai Fhitung sebesar
2,372 dan Ftabel sebesar 3,28,
menunjukkan bahwa karena nilai Fhitung
< Ftabel (2,372 < 3,28) maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
Berdasarkan uji signifikansi diperoleh
bahwa tidak terdapat pengaruh antara
dana program kemitraan dan tingkat suku
bunga terhadap likuiditas pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Nilai koefisien
korelasi antara dana program kemitraan
dan tingkat suku bunga terhadap
likuiditas sebesar 0,359. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
antara dana program kemitraan (X1) dan
tingkat suku bunga (X2) terhadap
likuiditas (Y) mempunyai hubungan yang
lemah dan 0,359 berada pada interval
koefisien 0,359 - 0,399 (lemah). Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,129,
artinya bahwa dana program kemitraan
(X1) dan tingkat suku bunga (X2)
memberikan kontribusi sebesar 12,90%
terhadap likuiditas (Y), sedangkan
sisanya 87,10% dipengaruhi variabel lain
yang tidak dibahas dalam penelitian ini,
misalnya: profitabilitas, rentabilitas dan
lain sebagainya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh AA. Ngurah Dharma Adi
Putra dan Putu Vivi Lestari (Universitas
Udayana), dimana dana program
kemitraan dan tingkat suku bunga
memiliki pengaruh terhadap likuiditas.
Dengan nilai F-hitung sebesar 7,019
dengan taraf signifikansi sebesar 0,00
lebih kecil dari nilai F-tabel sebesar 3,12.
Dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0,465 dan nilai koefisien determinasi
sebesar 0,221 yang berarti bahwa dana
program kemitraan dan tingkat suku
bunga memiliki pengaruh sebesar
22,10% terhadap likuiditas.
5. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian dalam
pembahasan, maka sebagai langkah terakhir
dari peneliti skripsi yang berjudul pengaruh
dana program kemitraan dan tingkat suku
bunga terhadap likuiditas pada perusahaan
perbankan BUMN dan BUMD di BEI periode
2014-2018. Maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengujian hipotesis secara parsial variabel
dana program kemitraan (X1) terhadap
likuiditas (Y). Hasil perhitungan SPSS
versi 24.0 diperoleh nilai t-hitung sebesar
2,178 dan t-tabel sebesar 2,03452,
menunjukkan bahwa karena nilai thitung >
ttabel (2,178 > 2,03452) maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Berdasarkan uji
signifikansi diperoleh bahwa terdapat
pengaruh antara dana program kemitraan
terhadap likuiditas pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI periode
2014-2018. Nilai koefisien korelasi antara
variabel dana program kemitraan terhadap
likuiditas adalah sebesar 0,359. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa antara
dana program kemitraan (X1) terhadap
likuiditas (Y) mempunyai hubungan yang
lemah dan 0,359 berada pada interval
koefisien 0,359 - 0,399 (lemah). Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,129,
artinya bahwa dana program kemitraan
(X1) memberikan kontribusi sebesar
12,90% terhadap likuiditas (Y), sedangkan
sisanya 87,10% dipengaruhi variabel lain
yang tidak dibahas dalam penelitian ini,
misalnya: profitabilitas, rentabilitas, beban
operasional pendapatan operasional dan
lain sebagainya.
2. Pengujian hipotesis secara parsial variabel
tingkat suku bunga (X2) terhadap likuiditas
(Y). Hasil perhitungan SPSS versi 24.0
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,025 dan t-
tabel sebesar 2,03452, menunjukkan bahwa
karena nilai thitung < ttabel (0,025 < 2,03452)
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan uji signifikansi diperoleh
bahwa tidak terdapat pengaruh antara
tingkat suku bunga terhadap likuiditas di
perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI periode 2014-2018. Nilai koefisien
korelasi antara tingkat suku bunga terhadap
likuiditas sebesar 0,003. Dengan demikian
11. 11
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
dapat disimpulkan bahwa antara tingkat
suku bunga (X2) terhadap likuiditas (Y)
mempunyai hubungan yang sangat lemah
dan 0,003 berada pada interval koefisien
0,003 - 0,199 ( sangat lemah). Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,001,
artinya bahwa tingkat suku bunga (X2)
memberikan kontribusi sebesar 0,10%
terhadap likuiditas (Y), sedangkan sisanya
99,90% dipengaruhi variabel lain yang
tidak dibahas dalam penelitian ini,
misalnya: return on asset, return on equity,
return on investment dan lain sebagainya.
3. Pengujian hipotesis secara simultan
variabel dana program kemitraan (X1) dan
tingkat suku bunga (X2) terhadap likuiditas
(Y). Hasil perhitungan SPSS versi 24.00
diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,372 dan
Ftabel sebesar 3,28, menunjukkan bahwa
karena nilai Fhitung < Ftabel (2,372 < 3,28)
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan uji signifikansi diperoleh
bahwa tidak terdapat pengaruh antara dana
program kemitraan dan tingkat suku bunga
terhadap likuiditas pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Nilai koefisien korelasi antara
dana program kemitraan dan tingkat suku
bunga terhadap likuiditas sebesar 0,359.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa antara dana program kemitraan (X1)
dan tingkat suku bunga (X2) terhadap
likuiditas (Y) mempunyai hubungan yang
lemah dan 0,359 berada pada interval
koefisien 0,359 - 0,399 (lemah). Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,129,
artinya bahwa dana program kemitraan
(X1) dan tingkat suku bunga (X2)
memberikan kontribusi sebesar 12,90%
terhadap likuiditas (Y), sedangkan sisanya
87,10% dipengaruhi variabel lain yang
tidak dibahas dalam penelitian ini,
misalnya: profitabilitas, rentabilitas dan
lain sebagainya.
6. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka
implikasinya adalah :
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa apabila
dana program kemitraan meningkat, maka
likuiditas dapat dipastikan akan meningkat
pula.
2. Tingkat suku bunga yang mengalami
peningkatan tidak memiliki pengaruh
terhadap likuiditas pada perusahaan
perbankan.
3. Bahwa berdasarkan penelitian yang
dilakukan, dana program kemitraan dan
tingkat suku bunga yang mengalami
peningkatan maka tidak dapat dipastikan
akan terjadi peningkatan terhadap
likuiditas pada perusahaan perbankan.
7. Daftar Pustaka
Sumber Buku
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Augusty, Ferdinan. 2011. Metode Penelitian
Manajemen Pedoman Penelitian Untuk
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi
Ilmu Manajemen. Edisi 3. Semarang :
FE Undip.
Banapon, Faizal. 2017. Data dan Sumber
Data Penelitian. Bandung : Mandar
Maju.
Ekanada, Nacrowi dan Usman. 2014. Data
Panel dalam Penelitian Asosiatif
Kausal. Yogyakarta : BPFE.
Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen
Keuangan : Teori dan Soal Jawab.
Bandung : Alfabeta.
Febrian, Zikri. 2017. Skala Data. Yogyakarta
: BPFE.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang :
Diponegoro University Press.
Husein, Umar. 2003. Metode Penelitian
Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo.
______. 2005. Metode Penelitian. Jakarta :
Salemba Empat.
12. 12
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
______. 2011. Metode Penelitian Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset
Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
Erlangga.
Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Empat. Yogyakarta : Liberty.
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter II.
Yogyakarta : BPFE.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan
Moneter Indonesia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar
Pembelajaran Perusahaan. BPFE :
Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung : Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suharto, Edi. 2007. Manajemen Keuangan
dan Pengelolaan Bank. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Yusuf, Ali Furtasan. 2019. Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Dan Jurnal Ilmiah
Universitas Bina Bangsa Tahun
Akademik 2018/2019. Kota Serang :
Bina Kreasindo Serang.
Sumber Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2003. Tentang Badan Usaha
Milik Negara. Jakarta : Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Nomor 4297.
Sumber Jurnal
Alim, Syahirul. 2014. Analisis Pengaruh
Inflasi dan BI Rate Terhadap Return on
Assets (ROA) Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Modernisasi Vol. 10
No. 3. Malang : UIN Maliki.
Amalia, Shella. 2014. Program Dana
Kemitraan : Wujud Peduli BUMN.
Jurnal Ilmiah. Jakarta : Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Clara, Ayu Zilfana. 2015. Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan Pada
BUMN. Artikel Ilmiah. Bandung :
Politeknik Negeri Bandung.
Kho, Budi. 2018. Pengertian Price to Cash
Flow Ratio (Harga Terhadap Arus Kas)
dan Rumusnya. Artikel Online. 6 April
2018. https://ilmumanajemenindustri.c
om/pengertian-price-to-cash-flow-
ratio-harga-terhadap-arus-kas-rumus-
pcfr/. diakses pada 19 Juni 2019 (05.09
WIB).
Makaryanawati dan Misbachul Ulum. 2009.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
Tingkat Likuiditas Perusahaan
Terhadap Risiko Investasi Saham Yang
Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index.
Jurnal Ilmiah. ISSN : 0853-7283.
Malang : Universitas Negeri Malang.
Makaombohe, Yulita Natalia, Ventje Ilat dan
Harijanto Sabijono. 2014. Rasio
Likuiditas dan Jumlah Kredit Terhadap
Profitabilitas Perbankan di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal EMBA Volume 2
Nomor 1, ISSN : 2303-1174. Manado :
Universitas Sam Ratulangi.
Putri, Chandra Chintya. 2015. Pengaruh NPL,
LDR, CAR Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen.
Volume 4 Nomor 4. Surabaya :
STIESIA Surabaya.
Sulistiawati, Seli. 2018. Pengaruh
Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Properti, Real Estate Dan Konstruksi
Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Jurnal Ilmiah. Kota Serang : Universitas
Bina Bangsa.
13. 13
J u r n a l U n i v e r s i t a s B i n a B a n g s a , S e p t e m b e r 2 0 1 9
Sunarya, Devi Hoei. 2013. Pengaruh
Kebijakan Utang, Profitabilitas dan
Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Moderasi Pada
Sektor Manufaktur Periode 2008-2011.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Volume 2
Nomor 1. Surabaya : Universitas
Surabaya.
Sumber Internet
CNBC Indonesia. 2019. Masalah Terbaru
Perbankan Saat ini : Likuiditas !.
Artikel Online. cnbcindonesia.com.
diakses pada 5 Juli 2019 (07.44 WIB).
Eko Pratomo. 2019. Program Kemitraan
BUMN. Artikel Online.
https://m.kontan.co.id/news_kolom
/606/Program-kemitraan-BUMN.
diakses pada 5 Juli 2019 (07.54 WIB).
Kementerian Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia. 2019. Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) Atau Corporate Social
Resposibility (CSR). Artikel Online.
http://bumn.go.id/perhutani/halaman/16
2. diakses pada 4 Juli 2019 (22.33
WIB).
Muhammad Rudi Rumengan. 2019.
Perusahaan BUMN Sulit Mencari
Orang Yang Mau Dibantu. Artikel
Online.https://www.kompasiana.com/
mrudir/5500fdda
133112019808b/perusahaan-bumn-
sulit-mencari-orang-yang-mau-dibantu.
diakses pada 5 Juli 2019 (07.51 WIB).