Dokumen tersebut membahas dampak pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Sistem Penghitungan Sosial dan Ekonomi (SPA) dan Neraca Arus Dana Sistemik (FSAM). Dokumen ini menjelaskan literatur terkait KUR dan UMKM, desain penelitian, analisis data, serta hubungan antara SPA dan FSAM dalam menganalisis dampak KUR.
1. Dampak Pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) terhadap Tingkat Kemiskinan &
Pengangguran di Indonesia
dengan Pendekatan SPA-FSAM
Kelompok V
Gilang + Inke +Mayrano + Taufan
5. Kriteria-Kriteria UMKM
Meninjau literatur & mendefinisikan masalah penelitian/pertanyaan
penelitian (pengetahuan penelitian, keterampilan komunikasi, kreativitas)
Desain penelitian (pengetahuan penelitian)
Pengumpulan Data
(Pengetahuan penelitian, keterampilan komunikasi dan IT, ketekunan)
Analisis dan interpretasikan data penelitian
(Pengetahuan penelitian, keterampilan IT, motivasi)
Penulisan karya ilmiah
(Pengetahuan penelitian, keterampilan komunikasi, motivasi, ketekunan)
5
6. Nilai nominal pada kriteria skala usaha masih dapat berubah sesuai dengan perkembangan
perekonomian yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Presiden (Perpres).
Kekayaan Hasil Penjualan
Rp 50 Juta Rp 300 Juta
Rp 50 Juta -500 Juta Rp 300 Juta – Rp 2,5 Milyar
Rp 500 Juta – 10 Milyar Rp 2,5 Milyar – 50 Milyar
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Mikro
7. Salah satu target yang ingin dicapai untuk mendukung terwujudnya tujuan
kedelapan SDG’s dalam menciptakan pertumbuhan yang inklusif yaitu
mendorong kebijakan yang berorientasi pada aktivitas-aktivitas produktif,
seperti kewirausahaan, UMKM termasuk melalui akses terhadap layanan
pendanaan/permodalan.
Bank Dunia (2002, 2004) menyatakan terdapat tiga poin penting yang
mendukung bahwa UMKM dapat berfungsi sebagai mesin pertumbuhan di
negara-negara berkembang --> Meningkatkan persaingan dan
kewirausahaan, memiliki produktivitas prima, labour intensive.
Mesin Pertumbuhan
8. Jenis Usaha
Unit Usaha Tenaga Kerja
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1. UMKM 62.922.617 99,99 116.673.416 97,02
Usaha Mikro 62.106.900 98,70 107.232.992 89,17
Usaha Kecil 757.090 1,20 5.704.321 4,74
Usaha Menengah 58.627 0,09 3.736.103 3,11
2. Usaha Besar 5.460 0,01 3.586.769 2,98
UMKM memiliki peran penting terhadap struktur perekonomian dan penyerapan
tenaga kerja di Indonesia (Bank Indonesia, 2015).
10. UMKM menjadi salah satu perwujudan kongkrit dari
kegiatan ekonomi rakyat yang bertumpu pada
kekuatan sendiri, terdesentralisasi, beragam, dan
merupakan kelompok usaha yang mampu menjadi
tumpuan dan harapan “(buffer)” meskipun pada saat
perekonomian Indonesia sedang dilanda krisis
(Prasetyo, 2008).
Menurut Yun Lin (1998), Wengel (2006), Bourletidis (2013),
beberapa faktor kunci mengapa UMKM “tahan badai” antara
lain: struktur bisnis yang sederhana, memanfaatan sumber
daya lokal, produknya dekat dengan masyarakat, manajemen
yang lentur, soft attitude.
21. Keberadaan UMKM mempunyai peran penting dalam struktur
perekonomian . Di Indonesia, kontribusi UMKM dalam hal jumlah unit
usaha dan penyerapan tenaga kerjanya > 99 persen. Namun,
terbatasnya kemampuan UMKM dalam memperluas jaringan
pemasaran, dan terbatasnya akses terhadap sumber permodalan,
informasi, serta teknologi menjadi faktor dasar yang menghambat
perkembangan dan peningkatan produktivitas UMKM.
Tambunan (2002), Damayanti dan Adam (2015)
Pada 2007, Presiden SBY meluncurkan Inpres No. 6/2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM melalui
peluncuran program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Literature Review
23. Literature Review
Lebih lanjut, pengaruh pemberian KUR juga berdampak dalam mengurangi
kemiskinan dengan menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat miskin
dan membantu dalam menciptakan lapangan kerja. Studi lain juga menyatakan
bahwa penguatan dan pemberdayaan UMKM merupakan ujung tombak dalam
penanggulangan masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Pemberian kredit merupakan alat penting untuk mendorong usaha kecil dan
menengah (UKM). Ini didasarkan pada fakta bahwa pertumbuhan ekonomi yang
kuat tidak mungkin tercapai tanpa program yang terfokus dengan baik untuk
mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan rakyat dengan meningkatkan
akses mereka ke faktor produksi, terutama kredit.
Muktar (2009), Sari (2011), dan Pinem (2011)
Prasetyo (2008), Yahaya, Osemene, dan Abdulraheem (2011).
26. merupakan Sistem data finansial
yang bertujuan:
1. Menggambarkan penggunaan
tabungan dan sumber dana
lainnya untuk membiayai
investasi yang dilakukan oleh
sektor-sektor institusi pada
periode waktu tertentu.
2. Menggambarkan arus transaksi
finansial antar sektor institusi
melalui (menggunakan) berbagai
jenis instrumen finansial pada
periode waktu tertentu.
Neraca Arus Dana (NAD)
atau Flow of Funds
Neraca Arus Dana (Flow of Funds Accounts)
Menjelaskan mengenai transaksi finansial atau investasi finansial.
Neraca Kapital (Capital Accounts)
Menjelaskan mengenai tabungan & investasi pinjaman neto.
Menjelaskan mengenai produksi, pendapatan, dan tabungan.
Hubungan Antar Neraca
27. Kolom: menggambarkan sektor
Baris: menggambarkan
berbagai jenis instrumen
finansial.
Kolom pertama: menunjukkan
perubahan aset (penggunaan
dana).
Kolom kedua: menyatakan
perubahan kewajiban (sumber
dana).
Kenaikan jumlah harta
maupun kewajiban suatu
sektor dicerminkan oleh
arus finansial positif,
sebaliknya penurunan harta
atau kewajiban ditunjukkan
oleh arus finansial negatif.
28. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
Terlihat di “Pinjaman Neto” Saving - Investment Gap, selisih tabungan
bruto dan investasi fisik.
( + ) net lending investasi finansial
( - ) net borrowing
• Valuta Asing
Pemerintah;
• Uang dan Simpanan;
• Sertifikat Bank
Indonesia;
• Obligasi
Pemerintah;
• Surat Berharga
Lainnya;
• Kredit Modal Kerja;
• Kredit Investasi;
• Kredit Konsumsi
• Kredit Non-Bank
• Modal dan
Penyertaan;
• Cadangan Asuransi
dan Pensiun
• Lainnya
29. Transaksi
Korporasi
Non-Fin
Korporasi
Finansial
Rumah
Tangga
Pemerintah
Luar
Negeri
Total
P S P S P S P S P S P S
01. Tabungan Bruto 888 83 237 -40
02. Investasi Non-Finansial 1043 25 185 31
03. Pinjaman Neto -155 58 52 -71
04. Investasi Finansial Neto
05. Jumlah Penggunaan Finansial
06. Jumlah Sumber Finansial
07. Cadangan Valas Pemerintah
10. Surat Berharga
13. Pinjaman dan Kredit
15. Rupa-rupa
Jumlah -491 -491 356 356 92 92 3 3 . . . . . . 54 54
Sektor
Instrumen
Finansial
.
.
.
P : Penggunaan
(Perubahan Aset)
S : Sumber
(Perubahan Kewajiban)
30. Seharusnya sama, berbeda karena
beda sumber data estimasi
selisih statistik.
Satu instrumen finansial dicatat
dua kali, setiap harta finansial
suatu sektor merupakan kewajiban
finansial sektor lainnya.
Contoh NAD Sederhana
32. Dari SAM ke FSAM SAM perluasan tabel I-O, yang secara
garis besar menngambarkan
keterkaitan kinerja ekonomi dengan
masalah-masalah sosial, khususnya
distribusi pendapatan dan
ketenagakerjaan (who gets what).
Pada SAM, hanya ada satu
rincian neraca kapital
dimana sisi baris
menjelaskan tabungan
(savings) yang diperoleh
pelaku ekonomi. Sedangkan
sisi kolom
merepresentasikan investasi
atau pembentukan modal
tetap bruto.
Bukti empiris menunjukkan bahwa
perekonomian tidak hanya dipengaruhi
sektor riil saja
Bagaimana keterkaitan antara aspek finansial dan kinerja ekonomi?
39. Selama dua dekade terakhir,
pasar keuangan berkembang
dengan baik dan secara empiris
memiliki dampak signifikan pada
pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, dikembangkan FSAM
yang berisi informasi lebih detail
terkait institusi keuangan dan juga
transaksi finansial serta liabilitas
dari agen ekonomi.
FSAM diharapkan dapat
membantu menjelaskan secara
terstruktur jalur transaksi dan
mekanisme transmisi kebijakan
moneter kepada sektor riil, atau
sebaliknya, sehingga dapat
digunakan untuk mendukung
perumusan kebijakan moneter.
40. Disagregasi masing-masing komponen disesuaikan berdasarkan
keperluan analisis dan ketersediaan data pendukung, secara rinci
kerangka SNSEF Indonesia 2005 berdimensi 79 komponen.
Kerangka SNSEF
Disagregasi
Kerangka SNSEF disusun dalam bentuk matriks simetris yang
diklasifikasikan menurut 9 komponen, yaitu Faktor Produksi,
Institusi, Sektor Produksi, Margin Perdagangan dan
Pengangkutan, Komoditas, Kapital, Pajak Tak Langsung dan
Subsidi, Instrumen Finansial, serta Luar Negeri.
47. Klasifikasi rumah tangga pada FSAM dibagi ruta miskin dan tidak miskin
pada daerah perkotaan dan pedesaan. Sementara pada SAM, ruta
pertanian dan non pertanian.
Klasifikasi pada faktor produksi, sektor industri dan komoditas pada SAM
lebih rinci dibanding FSAM. Namun, ada penambahan rincian pada sektor
neraca kapital plus integrasi pada instrumen finansial yang disesuaikan
dengan kerangka NAD.
51. Di dalam Tabel Kerangka FSAM sebelumnya, terdapat beberapa
komponen matriks yaitu:
• Matriks T merupakan matriks transaksi antar blok dalam neraca
endogen.
• Matriks X menunjukkan pendapatan neraca endogen dari neraca
eksogen.
• Matriks Z memperlihatkan pengeluaran neraca endogen untuk neraca
eksogen, disebut juga leakages.
• Matriks Y merupakan pendapatan total dari neraca endogen.
• Matriks Y’ merupakan pengeluaran total dari neraca endogen.
• Sel R merupakan transaksi antar unsur-unsur dalam neraca eksogen.
52. Distribusi pendapatan neraca endogen dapat dirinci menjadi:
Jumlah pendapatan faktor produksi Y1 = T13 + X1
Jumlah pendapatan institusi Y2 = T21 + T22 + T24 + X2
Jumlah pendapatan sektor industri Y3 = T32 + T33 + T34 + X3
Jumlah pendapatan sektor finansial Y4 = T42 + T43 + T44 + X4
Sementara itu, distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dirinci menjadi:
Jumlah pengeluaran faktor produksi Y’1 = T21 + Z1
Jumlah pengeluaran institusi Y’2 = T22 + T32 + T42 + Z2
Jumlah pengeluaran sektor industri Y’3 = T13 + T33 + T43 + Z3
Jumlah pengeluaran sektor finansial Y’4 = T24 + T34 + T44 + Z4
54. Matriks Pengganda FSAM
Matriks transaksi T menunjukkan aliran transaksi penerimaan
dan pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Apabila setiap sel dalam matriks T dibagi dengan jumlah
kolomnya, maka akan didapatkan sebuah matriks baru yang
menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran rata-rata
yang dinyatakan dalam bentuk proporsi (perbandingan)
Matriks di atas disebut matriks A, atau lebih popular dengan
matriks koefisien teknologi, yang unsur-unsurnya adalah Aij yang
berasal dari hasil pembagian nilai Tij dengan jumlah kolom ke j.
55. Matriks Pengganda FSAM
𝐀ij = kecenderungan pengeluaran rata−rata baris ke−i kolom ke−j
𝐓ij = neraca baris ke−i, kolom ke −j
𝑌′ 𝑗 = total kolom ke−j
A berisi koefisien-
koefisien yang
menunjukkan
pengaruh langsung
dari perubahan yang
terjadi pada sebuah
sektor terhadap sektor
yang lain
0 0 T13/Y’3 0
T21/Y’1 T22/Y’2 0 T24/Y’4
0 T32/Y’2 T33/Y’3 T34/Y’4
0 T42/Y’2 T43/Y’3 T44/Y’4
Aij =
56. Matriks Pengganda FSAM
Persamaan matemati matriks
pengganda:
𝐘 = 𝐀𝐘 + 𝐗
𝐘 − 𝐀𝐘 = 𝐗
(𝐈 − 𝐀)𝐘 = 𝐗
𝐘 = (𝐈 − 𝐀)−𝟏
𝐗
Jika (𝐈 − 𝐀)−𝟏
= 𝐌𝐚, maka
𝐘 = 𝐌𝐚 𝐗
𝐌𝐚 → matriks pengganda neraca
(accounting multiplier/le 𝑜𝑛𝑡𝑖𝑒𝑓 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑥)
• Ma merupakan pengganda yang
memperlihatkan pengaruh
perubahan pada neraca endogen
akibat adanya perubahan pada
neraca eksogen
• Persamaan Y=Ma.X menjelaskan
bahwa pendapatan neraca endogen
(neraca faktor produksi, neraca
institusi, neraca sektor produksi dan
neraca finansial) akan berubah
sebesar Ma satuan moneter akibat
adanya perubahan neraca eksogen
sebesar satuan moneter.
57. Dekomposisi pada FSAM
•Sama seperti pada SAM,
dekomposisi pada FSAM
dilakukan untuk melihat
dampak secara bertahap dari
perubahan neraca endogen
yang diakibatkan oleh
perubahan neraca eksogen
•Disadari bahwa sebenarnya
pengaruh perubahan suatu
neraca terhadap neraca
lainnya dalam pengganda
neraca tidak terjadi begitu saja,
melainkan melalui beberapa
tahapan
Untuk tujuan penguraian tersebut,
Pyatt and Round (1988)
melakukan dekomposisi terhadap
pengganda neraca yang hasilnya
adalah:
Ma = Ma3Ma2Ma1
Persamaan di atas menunjukkan
bahwa sebenarnya pengaruh
global dari suatu neraca terhadap
neraca lain tidak berlangsung
begitu saja melalui Ma, melainkan
terjadi dengan tiga tahapan, yaitu
Ma1, Ma2 dan Ma3
58. Dekomposisi pada FSAM
Jenis pengaruh/dampak dari pengganda neraca (Ma) dapat diuraikan menjadi
pengganda transfer (Ma1), pengganda open loop (Ma2) dan pengganda closed loop (Ma3)
• Pengganda transfer menunjukkan dampak yang terjadi di dalam set neraca
dimana injeksi awal diberikan
• Pengganda lompatan terbuka (open loop multiplier) menggambarkan dampak
yang terjadi terhadap neraca yang lain sebagai akibat adanya injeksi awal
yang diberikan kepada suatu neraca tertentu
• Sedangkan pengganda lompatan tertutup (closed loop multiplier)
menunjukkan dampak yang terjadi terhadap neraca awal yang diinjeksi
sebagai akibat perubahan pada neraca yang dipengaruhi dan berulang
lagi kepada neraca lainnya sedemikian rupa sehingga dampaknya menjadi
kecil sekali dan dapat diabaikan.
60. Jika Ma1=
I 0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1
)(
22AI
1
33)(
AI
1
33)(
AI
, maka persamaan sebelumnya
dapat dituliskan sbb:
Y1
Y2
Y3
Y4
=
0 0 A13 0
A21 0 0 A24
0 A32 0 A34
0 A42 A43 0
Ma1
Y1
Y2
Y3
Y4
+
X1
X2
X3
X4
Ma1
Sehingga didapatkan:
XMaYAY 1 *
Dekomposisi Neraca Pengganda
61. • Dengan asumsi kebalikan (inverse) matriks (I-A22)-1, (I-A33)-1, dan (I-A44)-1
ada (exist), maka kedua matriks tersebut dapat ditulis sebagai:
(I-Aii)-1= I+Aii
2+Aii
3+…..
• Berarti (I-Aii)-1 mempunyai nilai yang selalu lebih besar dari 1 karena semua
elemen Aii bernilai positif. Oleh karena itu Ma1 ada, maka:
Y = (I-A*)-1 Ma1X
• Dengan asumsi matriks kebalikan (I-A*)-1 ada dan dapat ditulis sebagai:
(I-A*)-1 =I+A*+A*2+A*3+…..
= (I+ A*+A*2)(I+A*3+A*6+……)
= (I+ A*+A*2)(I-A*3)-1
Dekomposisi Neraca Pengganda
63. Dekomposisi FSAM
Ma2 = (I+ A*+A*2)
Ma3 = (I-A*3)-1
Dengan demikian, penghitungan tadi dapat ditulis menjadi:
Ma = I + (Ma1-I) + (Ma2-I) Ma1+(Ma3-I)Ma2Ma1
= I + Ta + Oa + Ca
Sehingga:
Y= Ma3.Ma2.Ma1X
Ma
Matrik I merupakan dampak awal injeksi neraca eksogen terhadap neraca endogen
64. Interpretasi Dekomposisi
Pengganda Neraca
• Terdapat kenaikan permintaan komodias batik (industri batik) dari perdagangan luar negeri
(ekspor). Kenaikan permintaan ini disebut sebagai injeksi awal.
• Kenaikan permintaan terhadap komoditas batik menyebabkan kenaikan output sektor
industri batik itu sendiri dan sektor-sektor industri yang lain transfer multiplier
• Kenaikan permintaan terhadap sektor industri batik menyebabkan peningkatan permintaan
terhadap jumlah tenaga kerja open loop multiplier
• Akibat kenaikan terhadap permintaan sektor industri batik maka outputnya akan meningkat.
Untuk memenuhi kenaikan output sektor tersebut, maka diperlukan tambahan sejumlah
tenaga kerja. Dengan demikian penerimaan upah tenaga kerja akan bertambah, yang berarti
pendapatan rumah tangga juga akan meningkat. Dengan kenaikan pendapatan rumah tangga
tersebut, maka konsumsi barang dan jasa rumah tangga juga akan meningkat. Sehingga pada
akhirnya, output sektor industri batik dan sektor-sektor lainnya juga ikut meningkat close
loop multiplier
66. Financial Social Accounting Matrix Indonesia 2005
oleh Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
The Financial Social Accounting Matrix for China, 2002, and Its
Application to a Multiplier Analysis
oleh Jia Li, 2008 MPRA Paper No. 8174
A Financial Social Accounting Matrix for the Integrated
Macroeconomic Model for Poverty Analysis, Application to
Cameroon with a Fixed-Price Multiplier Analysis.
oleh Emini & Fofack, 2004, World Bank Research
Paper ini yang dijadikan bahan replikasi.
67. The Financial Social Accounting Matrix for China, 2002, and Its Application to
a Multiplier Analysis oleh Jia Li, 2008
MPRA Paper No. 8174
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
keterkaitan antara sektor riil dan sektor
keuangan ekonomi Cina. Memanfaatkan
FSAM Cina 2002 yang baru selesai dibangun
studi saat ini ingin menyediakan sistem
accounting dan permodelan ekonomi yang
konsisten untuk ekonomi Cina.
Latar Belakang & Tujuan Hasil Penelitian
Pengembangan sistem keuangan
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Sektor keuangan juga telah memainkan
peran sentral dalam mobilisasi dan alokasi
pendapatan, meskipun pemerintah
mempertahankan intervensi melalui transfer
modal ke perusahaan non-keuangan.
Terakhir, deposito & pinjaman bank adalah
instrumen keuangan yang signifikan dalam
proses mobilisasi & alokasi pendapatan.
68. Macroeconomic Model for Poverty Analysis Application to Cameroon with a Fixed-Price
Multiplier Analysis oleh Christian A. Emini and Hippolyte Fofack
World Bank Policy Research 2004
Kamerun ada dalam proses Poverty
Reduction Strategy Paper (PRSP), yang
memfokuskan perumusan desain dan
pemodelan dalam upaya strategi penurunan
kemiskinan. Terjadi penurunan investasi
selama periode krisis dalam periode pasca-
devaluasi pada akhir 1990-an. Melihat
dampak penurunan investasi ke
perekonomian dengan menggunakan FSAM
Latar Belakang & Tujuan Hasil Penelitian
Dengan melakukan pendekatan dengan
FSAM didapatkan hasil bahwa Investasi
rendah yang berkelanjutan memiliki
implikasi terhadap tingginya tingkat
pengangguran dan tingkat kemiskinan
yang kian buruk.
69. Pada replikasi ini, digunakan SNSFE tahun 2005. Sementara itu, guna melihat dampak
dari shock pemberian KUR terhadap perubahan sektor riil, digunakan data realisasi KUR
tahun 2007 hingga 2010, yang bernilai 34.416 Miliar rupiah. Sementara itu, merujuk
pada Emini dan Fofack (2004), variabel eksogen yang ditetapkan dalam simulasi ini
adalah institusi pemerintah, kapital pemerintah, pajak tak langsung, subsidi, kredit
modal kerja, asset pengembalian pemerintah, obligasi, sertifikat BI, dan rest of the
world. Analisis yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu:
Menggambarkan struktur ekonomi dan
kontribusi sektor industri, alokasi
pendapatan, serta kesenjangan antara
tabungan dan investasi.
1. Analisis Deskriptif
3. Analisis Dekomposisi Dampak Pengganda
Dilakukan untuk melihat proses
pengaruh/dampak secara bertahap dari
perubahan neraca endogen yang
diakibatkan oleh perubahan neraca
eksogen2. Analisis Dampak Pengganda
70. Analisis dengan menggunakan SNSEF secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tahapan (BPS-BI, 2008)
Pengumpulan Data
(Pengetahuan penelitian, keterampilan komunikasi dan IT, ketekunan)
Analisis dan interpretasikan data penelitian
(Pengetahuan penelitian, keterampilan IT, motivasi)
Penulisan karya ilmiah
(Pengetahuan penelitian, keterampilan komunikasi, motivasi, ketekunan)
Analisis dari Hasil SNSEF
72. Structural Path Analysis (SPA)
Dekomposisi multiplier yang konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh–pengaruh dalam
& antara neraca endogen saja.
Dalam penugasan ini, akan dilakukan analisis jalur dengan SPA untuk memperkaya hasil analisis.
SPA merupakan sebuah metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh interaksi yang berisi
jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam dalam suatu sistem
kerangka data sosial ekonomi (SAM atau FSAM).
Keunggulan SPA dibanding metode dekomposisi konvensional:
Mampu melacak interaksi dalam perekonomian dari suatu sektor ke sektor lainnya
Mampu menunjukkan transmisi pengaruh suatu sektor ke sektor
Masing-masing elemen pada multiplier SAM dapat dikomposisi ke dalam
pengaruh langsung, total & global
73. Structural Path Analysis (SPA)
Jalur dasar (elementary path)
Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali.
Contoh:
atau
• Pengaruh suatu sektor ke sektor lainnya
i j
i x y j
74. Structural Path Analysis (SPA)
• Pengaruh suatu sektor ke sektor lainnya
Sirkuit (circuit)
Suatu sektor mempengaruhi sektor lain dan pada akhirnya kembali mempengaruhi
sektor itu sendiri
Contoh:
Setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. Sektor i dilalui pada awal
dan akhir jalur.
x y
i z
j
75. Pengaruh (influence) yang ditunjukkan dalam besaran kecenderungan pengeluaraan rata-rata/
average expenditure propensity (𝑎𝑗𝑖), yang menunjukkan kekuatan dari pengaruh transmisi
sektor i ke sektor j
Elemen penting dalam metodologi SPA
Pengaruh
(𝑎𝑗𝑖)
Pengaruh langsung
(direct influence)
Pengaruh total
(total influence)
Pengaruh global
(global influence)
Structural Path Analysis (SPA)
76. Structural Path Analysis (SPA)
PowerPoint
Presentation
Pengaruh langsung (direct influence)
Pengaruh langsung dari i ke j (𝐼𝐷𝑖→𝑗) menunjukkan perubahan pendapatan/ produksi j
disebabkan oleh perubahan satu unit i.
Rata-rata pengaruh langsung (𝐼𝐷𝑖→𝑗) :
ID (i j) = 𝑎𝑗𝑖 (jalur dasar memiliki panjang 1)
ID (i ….j) = 𝑎𝑗𝑛 … 𝑎 𝑚𝑖 (jalur dasar memiliki panjang lebih dari 1)
Contoh:
ID (i j) = ID (i, x, y, j) = 𝑎 𝑥𝑖 𝑎 𝑦𝑥 𝑎𝑗𝑦
i x y j
𝑎 𝑥𝑖 𝑎 𝑦𝑥 𝑎𝑗𝑦
77. Structural Path Analysis (SPA)
Pengaruh total (total influence)
Pengaruh total (IT) dari i ke j adalah perubahan yang dibawa dari i ke j baik melalui jalur dasar
maupun sirkuit yang menghubungkannya.
IT (i j) = ID (i j) Mp
IT (i j) = 𝑎 𝑥𝑖 𝑎 𝑦𝑥 𝑎𝑗𝑦[1- 𝑎 𝑦𝑥 (𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑧𝑦 𝑎 𝑥𝑧)]-1
Dimana :
Mp = 𝑎 𝑥𝑖 𝑎 𝑦𝑥 𝑎𝑗𝑦[1- 𝑎 𝑦𝑥 (𝑎 𝑥𝑦 + 𝑎 𝑧𝑦 𝑎 𝑥𝑧)]-1 multiplier sepanjang jalur p
azy
axz
ajyaxy
ayx
axi
i
x y
jz
78. Structural Path Analysis (SPA)
Pengaruh Global (Global influence)
Contoh dalam gambar keterkaitan antara dua sektor: i dan j mempunyai tiga jalur dasar (i, x, y, j),
(i, s, j) dan (i, v, j). Pada ketiga jalur kita beri inisial 1, 2, dan 3
Pengaruh global dari lintasan tersebut:
IG (i j) = 𝑚 𝑎𝑗𝑖
= IT (i, x, y, j) + IT (i, s, j) + IT (i, v, j)
= IT (i j)1 + IT (i j)2 + IT (i – j)3
= ID (i j)1 M1 + 𝑎 𝑠𝑖 𝑎𝑗𝑠 + (𝑎 𝑣𝑖 𝑎𝑗𝑣) 𝐼 − 𝑎 𝑣𝑣
− 1
= ID (i j)1 M1 + ID (i j)2 + ID (i j)3 M3
avv
ajs
ajv
avi
asi
azy
axz
ajyaxy
ayx
axi
i
x y
jz
s
v
79. Penggunaan Aplikasi SimSIP Simulator
Untuk mengidentifikasi jalur dampak pemberian KUR terhadap variabel-variabel
destination (faktor produksi dan pendapatan rumah tangga) digunakan software
pengolahan: “Simulation for Social Indicators and Poverty: IO and SAM Analysis”
(SimSIP_SAM) 2010 yang dikembangkan oleh World Bank.
Adapun matriks yang digunakan sebagai input pengolahan SimSIP_SAM adalah
matriks yang sama (kerangka FSAM) pada saat melakukan analisis
pengganda/multiplier, dimana variabel eksogennya berjumlah 9 (merujuk pada
penelitian Emini dan Fofack, 2004), yang kemudian disesuaikan dengan
susunan neraca yang ada pada SimSIP_SAM.
81. Struktur Ekonomi Indonesia
Uraian
Nilai
(Miliar Rp)
Kontribusi (%)
Input Antara 2.760.764,18 48,97
Pendapatan Faktor Produksi TK 1.486.178,61 26,36
Pendapatan Faktor Produksi Bukan TK 1.344.174,90 23,85
Pajak Tak Langsung 112.164,41 1,99
Subsidi Domestik -65.926,29 -1,17
Total Output 5.637.655,81 100,00
82. Struktur Ekonomi IndonesiaStruktur Produksi Menurut Lapangan Usaha
Indonesia (Persen)
Uraian Biaya Antara NTB Total
1. Pertanian 26,41 73,59 100,00
2. Pertambangan dan Penggalian 18,73 81,27 100,00
3. Industri Pengolahan 62,63 37,37 100,00
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 64,40 35,60 100,00
5. Bangunan 65,08 34,92 100,00
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 41,69 58,31 100,00
7. Transportasi 51,53 48,47 100,00
8. Keuangan 32,49 67,51 100,00
9. Lainnya 40,73 59,27 100,00
Jumlah 49,38 50,62 100,00
83. Alokasi Pendapatan menurut Institusi
Institusi
Faktor
Produksi TK
(Miliar Rp)
Faktor
Produksi Bukan
TK (Miliar Rp)
Transfer
(Miliar Rp)
Jumlah
Rumah Tangga 1,484,023.61 435,954.19 271,330.92 2,191,308.73
1. RT. Desa Miskin 23,508.13 11,792.22 11,430.64 46,730.99
2. RT. Desa Tidak Miskin 526,301.47 176,616.44 52,661.49 755,579.41
3. RT. Kota Miskin 10,977.56 8,264.35 6,478.31 25,720.23
4. RT. Kota Tidak Miskin 923,236.44 239,281.18 200,760.48 1,363,278.11
Perusahaan 802,001.56 202,068.90 1,004,070.46
1. Lembaga Keuangan 63,612.72 144,138.65 207,751.37
2. Perusahaan bukan
keuangan
738,388.84 57,930.25 796,319.09
Bank Sentral 17,046.83 13,746.18 30,793.02
Pemerintah 0.00 655,317.84 655,317.84
Jumlah 1,484,023.61 1,255,002.58 1,142,463.85 3,881,490.04
84. Proporsi Alokasi Pendapatan menurut Institusi
Institusi
Faktor
Produksi TK
(%)
Faktor
Produksi Bukan
TK (%)
Transfer
(%)
Jumlah
Rumah Tangga 67.72 19.89 12.38 100.00
1. RT. Desa Miskin 50.31 25.23 24.46 100.00
2. RT. Desa Tidak Miskin 69.66 23.37 6.97 100.00
3. RT. Kota Miskin 42.68 32.13 25.19 100.00
4. RT. Kota Tidak Miskin 67.72 17.55 14.73 100.00
Perusahaan 79.88 20.12 100.00
1. Lembaga Keuangan 30.62 69.38 100.00
2. Perusahaan bukan
keuangan
92.73 7.27 100.00
Bank Sentral 55.36 44.64 100.00
Pemerintah 0.00 100.00 100.00
Jumlah 38.23 32.33 29.43 100.00
85. Tabungan menurut Institusi
Institusi
Tabungan
(Miliar Rupiah)
Pendapatan
(Miliar Rupiah)
Persentase
Rumah Tangga (RT) 191,768.17 2,191,308.73 8.75
1. RT Miskin di Desa 173.42 46,730.99 0.37
2. RT Tidak Miskin di Desa 45,570.82 755,579.41 6.03
3. RT Miskin di Kota 203.09 25,720.23 0.79
4. RT Tidak Miskin di Kota 145,820.83 1,363,278.11 10.70
Perusahaan 489,115.58 1,004,070.46 48.92
1. Lembaga Keuangan 56,311.40 207,751.37 27.11
2. Perusahaan Bukan Keuangan 432,804.18 796,319.09 54.35
Bank Sentral 17,137.93 30,793.02 55.66
Pemerintah 108,812.95 655,317.84 16.60
Jumlah 806,834.63 3,881,490.04 20.79
86. Tingkat tabungan
yang dihasilkan oleh
seluruh institusi
mencapai 20,79%.
Penciptaan tabungan
bruto paling besar
dikontribusikan dari
perusahaan (lebih
dari 50%)
Rumah tangga yang
memiliki tingkat
tabungan terendah
adalah rumah tangga
miskin di desa.
Pendapatan yang dihasilkan menciptakan tabungan potensi untuk melakukan
investasi peningkatan kapasitas ekonomi pertumbuhan ekonomi
Tabungan menurut Institusi
87. Tabungan & Investasi Fisik
Institusi
Tabungan
(Miliar Rupiah)
Investasi Fisik
(Miliar Rupiah)
(S) – (I)
Rumah Tangga (RT) 191,768.17 33,424.98 158,343.19
1. RT Miskin di Desa 173.42 534.24 (360.81)
2. RT Tidak Miskin di Desa 45,570.82 6,934.93 38,635.89
3. RT Miskin di Kota 203.09 649.66 (446.57)
4. RT Tidak Miskin di Kota 145,820.83 25,306.15 120,514.68
Perusahaan 489,115.58 610,699.06 -121,583.48
1. Lembaga Keuangan 56,311.40 5,349.89 50,961.51
2. Perusahaan Bukan Keuangan 432,804.18 605,349.17 (172,544.99)
Bank Sentral 17,137.93 555.74 16,582.19
Pemerintah 108,812.95 90,212.89 18,600.06
Jumlah 806,834.63 734,892.66 71,941.96
88. Sebagian besar
investasi berasal
dari sektor
perusahaan
keuangan dan yaitu
sebesar Rp610,7
triliun
RT miskin di kota dan
di desa memiliki net
borrowing masing-
masing
sebesar Rp0,36 triliun
dan Rp0,45 triliun
Sektor rumah tangga
tidak miskin di kota
merupakan
penyumbang
terbesar surplus yang
terjadi
Tabungan bruto domestik yang terbentuk sebesar Rp806,8 triliun investasi fisik
mencapai Rp734,9 triliun ada net lending sebesar Rp71,9 triliun atau 8,92 persen dari
tabungan domestik yang terbentuk.
Tabungan dan Investasi
90. Total Multiplier (Miliar Rupiah)
Production
Factors
Labor 19,153.37
Non-Labor 16,742.84
Institutional
Sectors
Central Bank 215.81
Corporation 11,470.34
Households
Rural
Poor 461.80
Non-Poor 9,135.64
Urban
Poor 254.47
Non-Poor 15,414.93
Industrial
Sectors
Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery 6,089.01
Mining and Quarrying 3,097.33
Manufacturing Industry 23,430.70
Electricity, Gas and Water Supply 963.69
Construction 21,527.98
Trade, Hotel and Restaurant 8,293.72
Transport and Communication 4,184.16
Finance, Real Estate and Business Services 4,356.77
Other Services 4,469.22
92. I II III
Multiplier
Pendapatan RT
Agriculture, Livestock,
Forestry and Fishery
Trade, Hotel and
Restaurant
Other Services
Multiplier
Nilai Tambah
Agriculture, Livestock,
Forestry and Fishery
Trade, Hotel and
Restaurant
Mining and Quarrying
93. Dekomposisi Ta (Miliar Rupiah)
Capital Central Bank 3,198.36
Corporation Financial
Corporation
Bank
13,230.98
Non-Bank
2,916.82
Non-Financial
Corporation 24,132.60
Households 4,868.85
Financial Instrument Currencies 1,273.48
Demand Deposits 1,090.20
Saving Deposits 731.84
Time Deposits 14,953.19
Other Long Term Securities 3,010.72
Short Term Securities 482.38
Investment Credits 1,034.37
Consumption Credits 3,671.28
Non-Bank Credits 67.76
Trade Credits 2,184.53
Shares and Equities 9,176.75
Insurance and Pension Fund Reserves 2,261.58
Others 17,000.41
94. Dekomposisi Oa (Miliar Rupiah)
Production Factors Labor 7.646.36
Non-Labor 7.825.37
Industrial Sector Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery Formal 798.65
Informal 665.37
Mining and Quarrying Oil Formal 1,811.14
Informal 42.34
Non-Oil Formal 1,118.03
Informal -
Manufacturing Industry Formal 7,249.68
Informal 1,496.86
Electricity, Gas and Water Supply Formal 219.39
Informal 0.05
Construction Formal 16,097.18
Informal 484.96
Trade, Hotel and Restaurant Formal 1,584.07
Informal 1,090.94
Transport and Communication Formal 965.10
Informal 126.65
Finance, Real Estate and Business Services Formal 1,129.27
Informal 243.81
Other Services Formal 442.21
Informal 215.58
95. Dekomposisi Ca (Miliar Rupiah)
Production Factors Labor 11,507.01
Non-Labor 8,917.47
Capital Central Bank 215.81
Corporation Financial Corporation Bank 1,407.83
Non-Bank 475.15
Non-Financial
Corporation 9,587.35
Industrial Sector Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery Formal 798.65
Informal 665.37
Mining and Quarrying Oil Formal 1,811.14
Informal 42.34
Non-Oil Formal 1,118.03
Informal -
Manufacturing Industry Formal 7,249.68
Informal 1,496.86
Electricity, Gas and Water Supply Formal 219.39
Informal 0.05
Construction Formal 16,097.18
Informal 484.96
Trade, Hotel and Restaurant Formal 1,584.07
Informal 1,090.94
Transport and Communication Formal 965.10
Informal 126.65
Finance, Real Estate and Business Services Formal 1,129.27
Informal 243.81
Other Services Formal 442.21
Informal 215.58
96. Lanjutan Dekomposisi Ca (Miliar Rupiah)
Capital Central Bank 534.97
Corporation Financial
Corporation
Bank
1,522.48
Non-Bank
378.13
Non-Financial
Corporation 8,501.75
Households 2,798.38
Financial Instrument Currencies 163.58
Demand Deposits 205.73
Saving Deposits 182.97
Time Deposits 1,360.12
Other Long Term Securities 414.49
Short Term Securities 78.33
Investment Credits 119.54
Consumption Credits 423.11
Non-Bank Credits 0.55
Trade Credits 364.00
Shares and Equities 1,284.73
Insurance and Pension Fund Reserves 168.92
Others 2,208.49
97. Simulasi Penyaluran KUR
KUR ke Ruta
Miskin di Kota
(Miliar Rp)
KUR ke Ruta
Non Miskin di
Kota (Miliar
Rp)
KUR ke Ruta
Non Miskin di
Desa (Miliar Rp)
Faktor produksi 1.214 1.061 957
Tenaga kerja 652 566 511
Bukan tenaga
kerja
562 495 446
Pendapatan rumah tangga 858 748 674
Miskin Desa 16 14 12
Miskin Kota 9 8 7
Tidak Miskin
Desa
310 270 244
Tidak Miskin Kota 523 456 411
101. Tampak bahwa pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi rumah
tangga melalui jalur tidak langsung yang sangat panjang untuk
dapat memberikan dampak pada faktor produksi tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja.
Efek KUR terhadap pendapatan tenaga kerja sebesar 8 persen, lebih
besar dibanding efeknya terhadap pendapatan bukan tenaga kerja
yang sebesar 6 persen.
Dua sektor produksi yang dilalui oleh jalur KUR ke pendapatan
faktor produksi adalah konstruksi dan industri manufaktur.
106. Tampak bahwa pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi rumah tangga memiliki
jalur tidak langsung yang sangat panjang untuk dapat berdampak pada pendapat rumah
tangga. Temuan ini mengindikasikan bahwa KUR tidak berdampak secara instan
pada perekonomian, khususnya pada perekonomian masyarakat.
Untuk rumah tangga di wilayah perdesaan, KUR mempengaruhi pendapatan rumah
tangga miskin sebesar 5 persen, sedangkan pendapatan rumah tangga tidak miskin
sebesar 6 persen. Sementara untuk rumah tangga di wilayah perkotaan, efek KUR
terhadap pendapatan rumah tangga miskin perkotaan sebesar 4 persen, sedangkan pada
pendapatan rumah tangga tidak miskinnya sebesar 6 persen.
Umumnya perubahan pendapatan rumah tangga melalui anggota rumah tangga yang
bekerja di sektor konstruksi.
107. K e s i m p u l a n
Dari tiga skema penyaluran KUR ke rumah tangga miskin di daerah kota
memiliki dampak multiplier nilai tambah dan pendapatan rumah tangga
terbesar. Dengan demikian, agar penyaluran KUR lebih efektif untuk mengurangi
tingkat kemiskinan dan pengangguran maka penyaluran KUR diprioritaskan
pada RT miskin di perkotaan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis jalur, ada indikasi bahwa
pemberian KUR tidak berdampak secara instan pada perekonomian,
khususnya pada perekonomian masyarakat.
Kesimpulan 2