3. Daftar Isi
1. Pengantar (Pengertian, sejarah, tujuan,
perundangan)
2. Prinsip dan Struktur Dasar Klasifikasi
3. Melakukan Pengkodean
4. Petunjuk dan Peraturan Pengkodean Morbiditas
dan Mortalitas
4. Pengertian
• Klasifikasi: penyusunan bersistem dalam
kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yang ditetapkan (KBBI).
• Klasifikasi adalah metode pengelompokan
item/istilah2 ilmiah sesuai dengan tujuan dan
kodifikasi mereka secara numerik (atau alpha-
numerik) menurut prinsip-prinsip tertentu.
5. Pengertian
• Mengklasifikasi: menggolong-golongkan
menurut jenis; menyusun ke dalam golongan.
• Kodifikasi: pemberian nomor dan / huruf dan
lambang pada nama/istilah/surat/dokumen,
dll yang berfungsi sebagai alat untuk
membedakan yang satu dgn lainnya.
6. Pengertian
• Kode klinis: terjemahan dari penyakit, masalah-
masalah yang berhubungan dengan kesehatan,
prosedur, tindakan, obat-obatan dan
pelaksanaannya berupa penulisan naskah menjadi
kode abjad, angka atau gabungannya.
• Koding: salah satu kegiatan pengolahan data rekam
medis dengan cara memberikan kode klinis pada
penyakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan kesehatan, prosedur, tindakan, obat-obatan
dan pelaksanaannya yang mewakili komponen data,
agar dapat disimpan, dicari kembali dan dianalisis
7. Pengertian
• Morbiditas: berhubungan dengan kesakitan, mencakup
kondisi sakit, cedera, alasan kontak dengan pelayanan
kesehatan, termasuk screening dan upaya pencegahan.
• Mortalitas: kematian (dan penyebabnya).
• Tabulasi: penyusunan menurut lajur yang telah tersedia;
penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk
memudahkan pengamatan dan evaluasi (KBBI).
8. Pengertian
• Rekam medis: keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien dan pengobatan, baik yang
dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan
pelayanan gawat darurat.
Nb: Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas
suatu sistem penyelenggaraan rekam medis meliputi:
pencatatan dan penanganan berkas rekam medis
(penyimpanan dan pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan)
10. Sejarah awal ICD
1. John Graunt (1620 - 1674)
• Seorang ahli demografi di London
• Melakukan penelitian statistik penyakit
penyebab kematian: ia menghitung proporsi
bayi lahir hidup yang meninggal sebelum
mencapai usia 6 tahun.
• Hasilnya: Ia memperkirakan 36% kematian
terjadi sebelum usia 6 tahun data ini
kemudian terbukti mendekati kebenaran.
11. 2. Bossier François de Lacroix (Sauvages)(1706-
1777)
• Seorang dokter dan ahli botani di Perancis
• Orang yang pertama kali membuat klasifikasi
penyakit secara sistematis.
• Risalah Sauvages yang komprehensif diterbitkan
dengan judul ‘Nosologia Methodica’.
Note:
Risalah: karangan ringkas ttg suatu masalah dlm ilmu pengetahuan
Nosologi: ilmu tentang pengelompokan sistem penyakit)
13. 3. Carl Linnaeus (1707-1778)
• Orang Swedia, ahli
zoologi, profesor
botani, dokter, dan
pelopor studi ekologi.
• Risalahnya berjudul
‘Genera morborum´
• Bapak Taksonomi
mengklasifikasi sistem
penamaan pada hewan,
tumbuhan dan
penyakit.
14. 4. William Cullen (1710-1790)
• Seorang dokter, ahli kimia,
ahli agrikultural dari
Skotlandia.
• Menyederhanakan sistem
klasifikasi penyakit untuk
penggunaan umum, yang
diterbitkan th 1785 dgn judul
“Synopsis nosologiae
methodicae”
Nosologi: pengelompokan sistem penyakit
Sisnopsis: ikhtisar/ringkasan karangan
15. 5. William Farr (1807-1883)
• Ahli statistik kedokteran yang bekerja di
General Register Office of England &
Wales
• Dalam laporan tahunan kepada Registrar
General ia menyerukan pentingnya
memakai klasifikasi yang uniform,
nomenklatur harus segera diterapkan.
• Farr mengeluhkan:
setiap penyakit dicatat dalam 3-4
terminologi/istilah
1 istilah diterapkan pada beberapa penyakit
yang berbeda
nama yang samar dan merepotkan petugas
pencatat;
komplikasi dicatat disamping penyakit
primer.
16. Note:
Nomenklatur adalah:
1. Penamaan yg dipakai dalam bidang atau ilmu
tertentu; tata nama;
2. Pembentukan (sering kali atas dasar
kesepakatan internasional) tata susunan dan
aturan pemberian nama objek studi bagi
cabang ilmu pengetahuan.
(KBBI)
17. 5. William Farr (1807-1883) dan Marc d’Espine
• Kongres Statistik Internasional I di Brussel, 1853
meminta Farr dan Marc d’Espine (Geneva)
mempersiapkan klasifikasi penyebab kematian
yang uniform, dan dapat diterapkan secara
internasional.
• Pada Kongres II (1855) Farr menyerahkan
klasifikasi penyebab kematian yang uniform scr
internasional --> direvisi th 1864, 1874, 1880 dan
1886.
18. • Klasifikasi Farr disusun dalam 5 kelompok:
I. Penyakit epidemi
II. Penyakit konstitusi (umum)
III. Penyakit lokal yang disusun secara anatomi -> di kmd
hari menjadi dasar untuk list of Cause of Death (CoD)
IV. Penyakit perkembangan
V. Penyakit akibat kekerasan
• Sedangkan Klasifikasi D’Espine disusun
berdasarkan sifat dasar penyakit (gouty,
herpetic, haematic, dst)
19. 6. Jacques Bertillon (1851-1922) - Kepala
Statistik Kota Paris
• Th 1891: International Statistical Institute
(ISI) pada pertemuan I di Wina mengangkat
Bertillon menjadi ketua Komite Bertillon,
dan meminta dr. Bertillon menyiapkan
daftar penyebab kematian (CoD) pada
pertemuan berikutnya.
• Th 1893: Bertillon memperkenalkan
Klasifikasi Penyebab Kematian (List Cause of
Death) di International Statistical Institute di
Chicago.
20. Adopsi Internasional List of Cause of Death
• Th 1898: American Public Health Association
(APHA) pada pertemuannya di Ottawa
merekomendasi penerapan (adopsi) klasifikasi
Bertillon kepada Kanada, Meksiko dan USA.
• Sejumlah negara lain mengadopsi klasifikasi
Bertillon.
• Diusulkan juga untuk merevisi klasifikasi setiap
10 tahun untuk memastikan tetap up to date.
21. Adopsi Internasional List of Cause of Death
Th 1899: pertemuan International Statistical
Institute di Christania mengadopsi resolusi:
mendukung penggunaan nomenklatur
penyebab kematian yang dapat
diperbandingkan antar negara, mengadopsi
sistem nomenklatur penyebab kematian di
Amerika Utara, beberapa di Amerika Selatan
dan Eropa, dan menerima sistem revisi setiap
10 tahun
22. Revisi Pertama Internasional List of
Cause of Death
• Th 1900: Konferensi internasional yang
pertama (di Paris) untuk merevisi Bertillon List
of Cause of Death. Konferensi ini dihadiri 26
negara.
• Klasifikasi internasional penyebab kematian
(pada tahun 1900) ini menerima 179 grup CoD
yang rinci dan ringkasan 35 grup CoD.
23. Konferensi Internasional List of Cause
of Death
• Konferensi internasional berikutnya untuk
merevisi Bertillon List of Cause of Death
diselenggarakan pada:
1909 (Konferensi revisi kedua)
1920 (Konferensi revisi ketiga)
1929 (Konferensi revisi keempat)
24. Persiapan Penerapan Klasifikasi Penyakit
untuk Statistik Morbiditas
• Th 1936: Kanada mempersiapkan Standard
Morbidity Code yang akan diperkenalkan
(diusulkan) pada konferensi internasional ke-5
(1938)
• Kompilasi Daftar penyakit yang diusulkan
Kanada terdiri dari 18 BAB dan 380 kategori
penyakit yang spesifik.
25. Revisi ke-5 Internasional List of Cause
of Death
• Th 1938: Konferensi internasional ke-5 untuk
Revisi Internasional List CoD, membuat
perubahan pada isi, jumlah dan penamaan
item, dan menyusun daftar penyebab lahir mati
yang dapat diterima oleh konferensi.
• Konferensi merekomendasi perbaikan sertifikat
penyebab kematian dan pemberian penyebab
kematian yang lebih dari satu.
26. Revisi ke-5 Internasional List of Cause
of Death
• Untuk pertama kali diusulkan perlu adanya
klasifikasi internasional penyakit untuk
memenuhi kebutuhan statistik morbiditas oleh
berbagai organisasi/lembaga.
• Konferensi menerima resolusi: Pandangan
pentingnya kompilasi International List of Diseases
sesuai dengan Internasional List of CoD
• Menunda kompilasi International List of Diseases
27. United States on Joint Causes of Death
• Memenuhi resolusi konferensi internasional untuk
revisi ke-5 (1938), United States Committe on Joint
Causes of Death menerima resolusi daftar penyakit
internasional, dan menggunakan klasifikasi
mortalitas dan morbiditas.
• Mengakui bhw klasifikasi kesakitan & cedera erat
hubungannya dgn klasifikasi penyebab kematian.
• Sebelumnya ada pemikiran yang salah bahwa
international list CoD adalah klasifikasi penyebab
terminal dan mortalitas yang secara fundamental
berbeda dengan morbiditas.
28. Cikal Bakal Klasifikasi Penyakit
untuk statistik morbiditas
• Florence Nightingale (1860) pernah mengingatkan
pentingnya adopsi klasifikasi penyakit menurut
Farr untuk tabulasi morbiditas di Rumah Sakit.
• Klasifikasi penyakit sebenarnya pernah diusulkan
pada konferensi revisi I – IV, tapi tidak diterima.
• Beberapa negara menyatakan akan membuat
sendiri Klasifikasi penyakit yang uniform.
• Th 1944: klasifikasi penyakit dan cedera
diperkenalkan di Inggris dan USA untuk digunakan
sebagai tabulasi statistik morbiditas.
29. Revisi ke-6
• Konferensi internasional ke-6 untuk Sixth of the
International Lists Diseases and Cause of Death
diselenggarakan 26-30 April 1948, di Perancis
melaksanakan:
• Konferensi menerima International form of
Medical Certificate of Cause of Death dan
underlying Cause of Death sebagai penyebab
utama untuk ditabulasi.
30. ICD Revisi ke-6
• ICD-6 diterbitkan pada tahun 1949.
• Untuk pertama kalinya dapat digunakan untuk pelaporan
morbiditas maka pada revisi keenam namanya berubah
dari ‘Internasional List of Cause of Death’ menjadi “Manual of
International Statistical Classification of Diseases, Injuries
and Causes of Death (ICD)”
• Kode gabungan untuk cedera dan kecelakaan terpecah
menjadi dua, 1 bab untuk cedera, dan 1 bab untuk penyebab
eksternal.
• Dengan penggunaan morbiditas ada kebutuhan untuk coding
kondisi mental, dan untuk pertama kalinya bagian tentang
gangguan mental ditambahkan.
31. ICD Revisi ke-7
• Konferensi Internasional untuk Revisi Ketujuh
Klasifikasi Internasional Penyakit diadakan di
Paris di bawah naungan WHO pada bulan
Februari 1955.
• Sesuai dengan rekomendasi dari Komite Ahli
Statistik Kesehatan, revisi ini terbatas pada
perubahan penting, amandemen kesalahan,
dan inkonsistensi pelaksanaan ICD.
32. ICD Revisi ke-8
• Setelah Revisi Ke-7, penggunaan ICD untuk
pengindeksan rekam medis rumah sakit meningkat
pesat dan beberapa negara mempersiapkan adaptasi
nasional yang memberikan detail tambahan yang
diperlukan untuk aplikasi ICD.
• Konferensi internasional ICD revisi ke-8
diselenggarakan oleh WHO di Jenewa, 6-12 Juli 1965.
• Revisi ke-8 lebih radikal daripada Revisi ke-7, struktur
dasar Klasifikasi dan filosofi umum mengklasifikasi
penyakit disesuai dengan etiologi daripada
manifestasi tertentu.
33. ICD Revisi ke-9
• Konferensi internasional ICD revisi ke-9
diselenggarakan oleh WHO di Jenewa, 1975.
• Perhatian thd ICD meningkat pesat dan sangat
besar. Ada upaya2 untuk memodifikasi klasifikasi
dan memperkenalkan kode khusus.
• Beberapa subyek dalam klasifikasi dipandang
tidak tepat susunannya, adanya tekanan untuk
memberikan adaptasi yang lebih rinci
• Sejumlah wakil dari perhimpunan spesialis
tertarik menggunakan ICD untuk keperluan
pengolahan data statistik saja.
34. ICD Revisi ke-9
• Usulan akhir: struktur dasar ICD dipertahankan,
kategori 3 digit dipertahankan meski banyak
tambahan pada level subkategori 4 digit dan
beberapa subdivisi 5 digit.
• Untuk kepentingan pengguna, sistem Dagger dan
Asterik diperkenalkan agar dapat mengklasifikasi
pernyataan diagnosis (informasi tentang
underlying generalized disease dan manifestasi
pada organ/situs tertentu). Sistem ini
dipertahankan hingga sekarang.
35. International Classification of Diseases,
Clinical Modification (ICD-9-CM)
• Klasifikasi Internasional Penyakit, Modifikasi Klinis
(ICD-9-CM) adalah sebuah adaptasi yang dibuat
oleh US National Center for Health Statistics
(NCHS)
• Digunakan dalam menetapkan diagnostik dan
kode prosedur yang berhubungan dengan rawat
inap, rawat jalan, dan pemanfaatan kantor dokter
di Amerika Serikat.
• ICD-9-CM mrpk suatu perpanjangan dari ICD-9
tapi memberikan tambahan morbiditas detail.
• Diperbarui setiap tahun pada tanggal 1 Oktober.
36. Terdiri dari 3 volume:
•Volume 1 dan 2 berisi kode diagnostik.
•Volume 3 berisi kode prosedur.
NCHS, Centers for Medicare dan Medicaid
Services adalah lembaga pemerintah AS yang
bertanggung jawab untuk mengawasi semua
perubahan dan modifikasi ICD-9-CM.
ICD-9-CM
37. ICPM
• Ketika ICD-9 diterbitkan, Klasifikasi Internasional
Prosedur Kedokteran (ICPM) juga dikembangkan (1975)
dan diterbitkan (1978).
• The ICPM prosedur bedah jilid awalnya diciptakan oleh
Amerika Serikat, berdasarkan adaptasi ICD (disebut
ICDA), yang berisi klasifikasi prosedur sejak tahun 1962.
• ICPM diterbitkan secara terpisah dari klasifikasi penyakit
ICD sebagai serangkaian dokumen tambahan yang
disebut fasikula (bundel atau kelompok item).
• Setiap jilid berisi klasifikasi mode laboratorium,
radiologi, bedah, terapi, dan prosedur diagnostik
lainnya.
38. ICD Revisi ke-10
• Beberapa alternatif restruktur ICD telah diuji,
keputusan akhir: menggunakan sistem alfanumerik utk
memberikan keseimbangan & tatanan yang lebih baik
dan memungkinkan ruang yang cukup bagi
penambahan pada waktu yad tanpa merombak kode2.
• Mulai disusun tahun 1983, disahkan oleh 43 Majelis
Kesehatan Dunia (WHA) tahun 1990. Terbit th 1992 -
1994 dalam 3 volume.
• Mulai dipakai oleh negara-negara anggota WHO tahun
1994.
• Terdiri dari 155.000 kode (sedangkan ICD-9 terdiri dari
17.000 kode)
39. ICD revisi ke -10
• Inovasi utama dalam proposal untuk Revisi ke-10
adalah penggunaan skema pengkodean alfanumerik
dari satu huruf diikuti dengan tiga angka pada level
empat karakter. Ini memiliki efek lebih dari dua kali
lipat ukuran frame coding dibandingkan dengan
Revisi ke-9.
• Beberapa kategori tiga karakter sengaja dikosongkan
untuk ekspansi masa depan dan revisi.
• Jumlah yang kosong bervariasi sesuai dengan bab:
kode dengan sumbu terutama klasifikasi anatomi
memiliki kategori kosong yang sedikit karena
dianggap perubahan di masa depan lebih terbatas.
40. ICD revisi ke-11
• Draft final ICD-11 akan diserahkan kepada
WHA pada tahun 2015 untuk disahkan.
• Dalam ICD-11, setiap entitas penyakit akan
memiliki definisi yang memberikan deskripsi
kunci dan petunjuk tentang arti dari entitas /
kategori untuk memandu pengguna.
• Sedangkan ICD-10 hanya memiliki judul.
41. 41
Tujuan & Latar Belakang perlunya klasifikasi
Data tentang penyakit dan penyebab kematian perlu
dikumpulkan untuk kebutuhan studi:
- statistis,
- demografis dan
- epidemiologis.
Disusun tatanan pengelompokkan (pengkategorian)
penyakit, mengingat klasifikasi yang terlalu spesifik
(yang diinginkan kelompok medis) akan terlalu meluas
untuk dapat memenuhi analisis statistis.
43. 43
ICD-10
• Beda dengan ICD-9 yang terdiri hanya dari 2 Volume,
ICD-10 terdiri dari 3 volume: Volume 1, 2 dan 3.
• ICD-10 Volume 1 berisi daftar tabulasi lengkap penyakit,
Daftar Kode morfologis neoplasma, dan
daftar tabulasi singkat diagnoses (DTD)
• ICD-10 Volume 2: buku khusus yang merupakan
manual pedoman cara coding (pengkodean)
morbiditas dan mortalitas dengan
menggunakan ICD-10, (yang pada ICD-9
digabung di Volume 1).
• ICD-10 Volume 3: daftar indeks alfabetis istilah diagnosis, sebab luar,
daftar sebutan generik obat/zat kimia lain, dan
petunjuk perbaikan salah cetak yang ada di Volume 1.
44. Volume I: Tabular List (Daftar Tabulasi)
• Pengantar
• Pengakuan
• Updates
• Pelatihan
• WHO colaborating
• Laporan Konferensi Internasional untuk revisi ke-10
• Daftar kategori 3 karakter
• Daftar tabulasi inklusi dan Daftar subkategori 4 karakter (Klasifikasi
utama yang terdiri dari 22 bab)
• Klasifikasi dari morfologi neoplasma
• Daftar Tabulasi khusus untuk mortalitas dan morbiditas
• Definisi - Definisi
• Peraturan tentang nomenklatur.
45. Volume II: instruction manual
(Petunjuk Pengunaan ICD)
• Pendahuluan
• Penjelasan tentang klasifikasi internasional tentang penyakit
dan masalah kesehatan
• Bagaimana menggunakan ICD
• Petunjuk dan peraturan untuk pengkodean mortalitas dan
morbiditas
• Presentasi statistik (tatacara penyajian statistik untuk
perbandingan internasional)
• Sejarah perkembangan ICD
• Lampiran
46. Volume III: Alphabetical index
(Indeks Alfabet)
Berisi daftar indeks alfabetis (abjad) klasifikasi yang memuat
semua lead-terms diagnosis (panduan istilah sebagai kata
petunjuk untuk menelusuri di indeks alfabetis) tdd:
1. Indeks Alfabet Penyakit dan sifat cedera
2. Indeks Penyebab Luar Cedera
3. Indeks Obat-obatan dan Zat Kimia
48. Prinsip Umum Klasifikasi Penyakit
1. Struktur ICD dikembangkan untuk tujuan
epidemiologi umum praktis dan
memfasilitasi studi statistik penyakit.
2. Sebuah entitas penyakit kesehatan
masyarakat tertentu yang penting atau
sering terjadi harus memiliki kategori
sendiri.
49. Prinsip Umum Klasifikasi Penyakit
3. Setiap penyakit atau kondisi morbid harus
mempunyai tempat yang tepat dalam daftar
kategori.
4. Jumlah kategori harus dibatasi/terbatas,
tapi berbeda dan saling eksklusif namun
mampu mengarahkan batas-batas (range)
kondisi morbiditas.
50. Prinsip Umum Klasifikasi Penyakit
5. Konsekuensi: akan ada kategori sisa dari seluruh
klasifikasi untuk kondisi lain-lain (others) yang
tidak dapat dialokasikan ke dalam tempat yang
lebih spesifik (khusus)
maka diperlukan tatanan yang sedemikian rupa
agar sesedikit mungkin kondisi yang akan
terklasifikasi ke dalam kategori sisa.
51. Prinsip-prinsip Umum Klasifikasi Penyakit
6. ICD dikembangkan sebagai klasifikasi praktis,
bukan teoritis. Sejumlah nomor/kode merupakan
kompromi berdasarkan etiologi, lokasi anatomi,
keadaan onset, dll
53. 53
STRUKTUR KLASIFIKASI
BAB
BLOK
GRUP KATEGORI KATEGORI (3-digit)
SUB-KATEGORI (digits ke 4 di belakang titik),
dan kadang untuk nomor
kode tertentu ada tambahan
nomor sebagai digit ke-5
(dicacat pada kolom
tersendiri)
54. 54
Contoh Struktur Kode Kategori
Kode dasar kategori terdiri dari 3 digit (tdd: 1 Alfabet dan 2 nomor)
Contoh:
BAB I Certain Infectious and Parasitic Diseases (A00-B99)
BLOK ------> Tuberculosis (A15 – A19)
GROUP Kategori ---- A19 Miliary tuberculosis
Sub Kategori
A19.0 Acute miliary tuberculosis of a single specified site.
A19.1 Acute miliary tuberculosis of multiple sites
A19.2 Acute miliary tuberculosis, unspecified
A19.8 Other miliary tuberculosis
` A19.9 Miliary tuberculosis, unspecified
55. BAB
• Klasifikasi dibagi dalam 22 BAB, setiap Bab ditandai
dengan Angka Romawi
• Setiap BAB berisi kategori 3 karakter (merupakan
inti klasifikasi untuk pelaporan ke WHO mortality
database dan perbandingan umum internasional)
• Karakter pertama dari kode ICD adalah Huruf alfabet
• Setiap huruf dikaitkan dengan Bab tertentu, kecuali
huruf D (di Bab I dan II) dan huruf H (di BAB VII &
VIII)
56. BAB
• BAB I-XVII: berhubungan dengan penyakit dan
kondisi morbid yang lain
• BAB XVIII: Gejala, tanda dan temuan klinis dan
laboratorium abnormal, tidak diklasifikasikan di
tempat lain
• BAB XIX: Cedera, keracunan, konsekuensi tertentu
lainnya penyebab eksternal
• BAB XX: Penyebab eksternal morbiditas dan
mortalitas
• BAB XXI: Faktor yang mempengaruhi status
kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan
• BAB XXII: Kode untuk tujuan khusus
57. BLOK dari kategori
• Bab-Bab dibagi menjadi Blok-Blok homogen kategori 3
karakter (tdd kode alfabetis dan alfanumerik).
• BAB I (Beberapa penyakit menular dan parasit): judul
blok mencerminkan 2 sumbu klasifikasi yaitu: cara
penyebaran dan grup organisme penyebab penyakit.
• BAB II (Neoplasma): Sumbu pertamanya berdasarkan
sifat neoplasma terutama menurut site, dan beberapa
kategori 3 karakter berdasarkan morfologi penting
seperti: leukemia, limfoma, melanoma,
mesothelioma.
58.
59. BAB BLOK JUDUL BLOK
I A00-B99 Beberapa penyakit menular dan parasit
II C00-D48 Neoplasma
III D50-D89 Penyakit darah & organ pembentuk darah dan gangguan tertentu yg melibatkan mekanisme imun
IV E00-E90 Endokrin, penyakit gizi dan metabolik
V F00-F99 Gangguan mental dan perilaku
VI G00-G99 Penyakit pada sistem saraf
VII H00-H59 Penyakit mata dan adneksa
VIII H60-H95 Penyakit telinga dan proses mastoid
IX I00-I99 Penyakit pada sistem peredaran darah
X J00-J99 Penyakit pada sistem pernapasan
XI K00-K93 Penyakit sistem pencernaan
XII L00-L99 Penyakit kulit dan jaringan subkutan
XIII M00-M99 Penyakit pada sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
XIV N00-N99 Penyakit pada sistem genitourinari
XV O99 O00- Kehamilan, melahirkan dan masa nifas
XVI P00-P96 Kondisi tertentu yang berasal dari periode perinatal
XVII Q99 Q00- Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan kromosom
XVIII R00-R99 Gejala, tanda dan temuan klinis dan laboratorium abnormal, tidak diklasifikasikan di tempat lain
XIX S00-T98 Cedera, keracunan dan konsekuensi tertentu lainnya penyebab eksternal
XX V01-Y98 Eksternal penyebab morbiditas dan mortalitas
XXI Z00-Z99 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan
XXII U00-U99 Kode untuk tujuan khusus
60. • Kategori 3 karakter digunakan untuk kondisi
tunggal yang dipilih karena frekuensi,
keparahan atau kerentanan dilihat dari sudut
intervensi kesehatan masyarakat, juga untuk
kelompok penyakit dengan karakteristik
umum.
Kategori Tiga Karakter
61.
62. Kategori Empat Karakter
• Subkategori empat karakter digunakan untuk
tujuan kesesuaian dan identifikasi, misalnya pada
situs atau varietas yang berbeda bila kategori tiga
karakter adalah suatu penyakit tunggal, atau pada
penyakit-penyakit individual bila kategori tiga
karakter adalah suatu kelompok kondisi.
Contoh:
A06 Amebiasis
Memiliki subkategori 10 nomor kode:
A06.0, A06.1, A06.2, A06.3, A06.4, A06.5,
A06.6, A06.7, A06.8, dan A06.9
63. 63
Contoh kategori 4 karakter
A00 Cholera
A00.0 Classical cholera (Vibrio cholera 01, biovar
cholerae)
A00.1 Cholera eltor (Viberio cholera )!, biovar eltor.
A00.9 Cholera unspecified
A01 Typhoid and paratyphoid fever
A01.0 Typhoid fever (infection due to Salmonella
typhi)
A01.1 Paratyphoid fever A
A01.2 Paratyphoid fever B
A01.3 Paratyphoid fever C
A01,4 Paratyphoid fever, unspecified
64.
65. Ketentuan Kategori Empat Karakter
• Apabila kategori 3 karakter tidak dibagi lagi,
dianjurkan menambah huruf 'X' untuk mengisi
karakter keempat sehingga kode-kode ini memiliki
panjang yang standar untuk tujuan pengolahan
data.
Contoh:
Tetanus Neonatorum, kodenya A33.X
Sakit Kepala, kodenya R51.X
66.
67. Kategori ke-Empat dgn titik 8
• Karakter keempat “.8” (titik delapan) biasanya
dipakai untuk kondisi lain (other) yang tidak bisa
dikelompokkan pada sub kategori yang lain dari
kategori 3 karakter tsb.
Contoh:
• O98.8 adalah other maternal infectious and
paracitic diseases complicating, childbirth and the
puerperium (Infeksi pada ibu hamil, bersalin, dan
masa nifas)
• Jadi bila ibu hamil dengan typhoid, kodenya: O98.8
(Typhoid fever kodenya: A01.0)
68. O98.0 Tuberculosis complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in A15–A19
O98.1 Syphilis complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in A50–A53
O98.2 Gonorrhoea complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in A54.-
O98.3 Other infections with a predominantly sexual mode of transmission
complicating pregnancy, childbirth and the puerperium Conditions in A55–A64
O98.4 Viral hepatitis complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in B15–B19
O98.5 Other viral diseases complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in A80–B09, B25–B34
O98.6 Protozoal diseases complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Conditions in B50–B64
O98.8 Other maternal infectious and parasitic diseases complicating pregnancy,
childbirth and the puerperium
O98.9 Unspecified maternal infectious or parasitic disease complicating pregnancy,
childbirth and the puerperium
69. Kategori ke-Empat dgn titik 9
• Karakter keempat “.9“ (titik sembilan) adalah yang
tidak dispesifikasi (unspecified) sebagian besar
digunakan untuk menyampaikan makna yang sama
dengan judul kategori tiga karakter, tanpa
menambahkan informasi tambahan.
Contoh:
• O98.9 adalah unspecified maternal infectious or
paracitic diseases and complicating, childbirth and
puerperium.
70. Subdivisi Tambahan Untuk Karakter Kelima
atau Level Karakter Selanjutnya
Karakter kelima dan level karakter selanjutnya biasanya
merupakan sub klasifikasi dari sumbu yang berbeda pada
karakter keempat. Subdivisi tambahan dapat kita temukan
pada:
• Bab XIII – subdivisi untuk letak/situs anatomi.
• Bab XIX – subdivisi yang menunjukkan patah tulang terbuka
dan tertutup seperti intrakranial, cedera intratoraks dan
intra-abdominal dengan dan tanpa luka terbuka.
• Bab XX – subdivisi untuk menunjukkan jenis aktivitas yang
dilakukan pada waktu kejadian
71. Kode “U” yang tidak digunakan
• Kode U00 – U49: digunakan untuk penetapan
nomor sementara yang mengemban tugas untuk
menampung penyakit-penyakit baru atau penyakit-
penyakit yang penyebabnya belum diketahui.
• Kode U50 – U99 digunakan dalam penelitian,
misalnya ketika menguji suatu subklasifikasi
alternatif untuk proyek khusus.
72. Bagaimana menggunakan buku jilid 1
• Buku jilid 1 berisi klasifikasi itu sendiri
• Pembagian kategori untuk mempermudah
kegiatan statistik
• Untuk memberi kode, diperlukan buku
pembantu yaitu buku ICD-10 volume 3 yang
berisi Indeks Alfabet
74. Langkah-Langkah Mengkoding
I. Buka buku ICD-10 Volume 3 (Alphabetical index)
II. Kenali tipe pernyataan diagnosis yang harus dikode,
ubah dulu ejaan istilah dalam bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Inggris.
III. Tentukan seksinya (rujuk ke seksi terkait) kategori
istilah di buku ICD-10 Volume 3
75. Langkah-Langkah Mengkoding
Menentukan seksi:
Bila pernyataan terkait istilah Penyakit dan bentuk dasar
gangguan Cedera lihat Seksi I: Alphabetical index to
diseases and nature of injury
Bila pernyataan terkait Sebab Luar Cedera lihat Seksi
II: External causes of injury
Bila pernyataan terkait Cedera Akibat
Prosedural/Prosedur Konsumsi Obat dan Zat Kimia
lihat Seksi III: Table of drugs and chemicals
76. Langkah-Langkah Mengkoding
IV. Bila pernyataan adalah prosedur tindakan
bedah/operasi atau intervensi medis/bedah lain-
lain, rujuk ke sistem klasifikasi tindakan yang
diharuskan digunakan setempat.
V. Temukan lokasi “Lead-term” di indeks alfabetis.
Untuk sebutan penyakit atau cedera, umumnya
adalah istilah kondisi patologisnya.
VI. Baca dan jalankan perintah yang ada pada Note
yang mengikuti/di bawah “lead-term.”
77. Langkah-Langkah Mengkoding
VII. Baca istilah yang ada di dalam kurung parentheses
(.... ) (tanda baca kurung tutup) yang mengikuti
suatu lead-term, dan juga semua modifier esensial
yang mengikutinya, pastikan bahwa semua
pernyataan terkait diagnosisnya diperhitungkan.
VIII.Kemudian ikuti dengan teliti semua rujuk silang
(cross-references) yang ditemukan di Indeks
Volume 3.
IX. Rujuk kode yang Anda pilih ke Daftar Tabulasi di
Volume 1 (bukan di daftar indeks Volume 1)!
78. Langkah-Langkah Mengkoding
X. Perhatikan semua yang tertera sebagai Inclusion,
Exclusion, Note yang ada di bawah kode yang akan
Anda pilih, di bawah judul Bab atau di bawah Blok
ataupun di bawah Kategori. Apabila ada perintah
lain yang menyertainya, jalankan perintah
tersebut.
XI. Akhirnya: tentukan pilihan kodenya.
79. Note:
• Lead Term adalah: keberadaan kata di sebelah
paling kiri yang menjadi kata kunci untuk
turunan kata-kata di bawahnya. Turunannya
hanya punya tanda minus (-) di mukanya,
untuk memudahkan, dianggap sebagai tanda
‘idem’ atau sama dengan di atas. ICD-10
mengiistilahkan dengan sebutan ‘modifier’
atau ‘qualifier’
80. 80
LEAD-TERMS
(KATA PANDUAN UNTUK MENCARI
NOMOR KODE DI VOLUME 3)
• Apabila istilah diagnosis terdiri dari satu kata, gunakanlah
kata tersebut untuk mencari nomor ke indeks alfabetis
Volume 3.
• Apabila istilah diagnosis lebih dari satu kata, pilih satu kata
untuk dijadikan “lead-term”.
• Apabila istilah diagnosis tertulis dalam bahasa Indonesia
ubah dulu istilah terkait dalam bahasa Inggeris ICD-10 Volume
3 (Ejaan Inggeris-Amerika) (Buku Volume 1 menggunakan
ejaan bahasa Inggeris-Inggeris).
81. 81
Lead-Term (Lanjutan-1)
• Pilih “lead-term” suatu kata benda (noun ) yang
menunjukkan istilah diagnostik, simtom, atau
masalah kesehatan lain namun jangan kata
keterangan (adjektif atau adverbia), dan sebaiknya
bukan kata noun anatomik. *
• Apabila istilah diagnosis mengandung 2 (dua) istilah
diagnosis penyakit, maka kedua-duanya dapat dijadikan
lead-term, sekaligus untuk mengontrol kepastian nomor
kode yang akan dipilih.
* Untuk keperluan ini koder harus menguasai berbagai jenis
istilah medis (Belajar Medical Terminology)
82. 82
CONTOH “LEAD TERMS”
PEMANFAATAN VOLUME 3, ICD-10
SEKSI 1
1. Penyakit Disease (dimulai di halaman 161 – 191 Vol.3)
rincian pembagian sesuai ANATOMICAL BASED.
2. Komplikasi Complication (hanya untuk panduan komplikasi
MEDICAL PROCEDURES)(Halaman 103 – 111 vol. 3)
3. Kehamilan Pregnancy (Halaman 451 – 455)
Ini adalah kata panduan untuk mencari diagnoses
status KEHAMILAN dan komplikasinya.
4. Persalinan Labour, labor (Halaman327 – 328)
Semua gangguan proses persalinan dapat ditelusuri
lewat istilah ini (contoh: persalinan macet, persalinan
tidak maju, hipertoni, atoni uteri dst.)
83. 83
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 1 (Lanjutan-1)
5. Kelahiran Delivery (Halaman 144 – 149)
Kelahiran bisa tunggal (single delivery) bisa ganda
(multiple delivery) bisa normal, spontan, dengan
pertolongan, tindakan forsep, vakum atau seksio dan
bisa terkomplikasi (= metode persalinan) (methode of
delivery)
6. Keadaan bayi yang lahir outcome of delivery
(Halaman 421 – 422)
Hanya untuk bayi lahir sehat, tunggal atau mutiple.
Apabila bayi lahir sakit maka telusuri dari istilah medis
sakitnya umumnya akan ditemukan kode perinatal
(alfabet P).
84. 84
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 1 (Lanjutan-1)
7. Nifas Puerperal (periode masa ibu melahirkan sampai
dengan 40 hari) (Halaman 465 – 467)
Perhatikan additional code yang harus menyertai kode
penyakit-2 yang menyertai status kesehatan ibu pada
masa nifasnya.
8. Gangguan bumil yang berpengaruh pada janin cari
melalui Maternal condition affecting fetus or newborn,
(Halaman 350)
9. Cedera cari melalui INJURY (Halaman 304 – 315)
Harus dilengkapi informasi apa terbuka (open) atau tertutup
(closed)
Indeks urut abjad berdasrakan site lokasi cedera di tubuh/organ
tubuh.
85. 85
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-2)
10. Luka bakar cari di BURN (Halaman 79)
Apakah luka bakar akibat api, listrik, petir, zat
kimia, uap air dan gas panas.
11. Tumor telusuri melalui NEOPLASM. (Halaman 548 – 552)
Apabila ganas CARCINOMA atau SARCOMA
Menemukannya bisa lewat Tumor see also
Neoplasms.
Istilah carcinoma/sacoma tidak bisa untuk
menelusuri nama organ yang terkena, hanya bisa
untuk menemukan jenis sel carcinoma (Halaman 85 –
89) atau sarcomanya (Halaman 485 – 486).
Site lokasi harus lewat Neoplasms, malignant primary,
secondary, in situ, benign atau uncertain or unknown
behaviour (Hamalan 369 – 401).
12, Disease, condition, infection sulit untuk dijadikan lead terms.
86. 86
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-1)
1. Model penyebab luar cedera cari di sebutan model terkait.
Contoh di antaranya:
Jatuh Fall, falling from, falling on dst.
Terpukul Strike, contact with dst.
Tertembak memerlukan sebutan alat penembaknya
(pistol, senapan, meriam dst) (diperlukan
keterangan situasi apakah sedang perang, legal dst.)
2. Kecelakaan lalu lintas (apapun bentuknya, jalan, udara. Air dst.)
cari di Accident (to) –
Perhatikan ada tabel rincian untuk kecelakaan lalu
lintas (jenis korban dan jenis penabrak) di halaman 570
(volume 3)
3. Gigitan Bite
Causa kebakaran Burn
90. 90
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-5)
13. Kurang lack of
Legal legal
Angkat barang berat lifting
Petir lightning
Kehilangan kontrol loss of control
Berbaring di depan kereta api lying before train
Nyasar di laut loss at sea.
14. Misadventure khusus untuk pasien akibat tindakan medis.
Mabuk gunung mountain sickness
15. Bising suara noise
Tidak terdaftar Non-administration
16. Tersumbat obstruction
Berlebihan over- …
92. 92
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-7)
Terpleset slipping
Kelaparan starvation
Tersengat sting
Tercekik strangulation
Membentur striking against
Diserang (pukul) struck by
Sufokasi suffocation
Bunuh diri suicide
Tersengat matahari sunstroke
Tertelan swallowed, swallowing
Tertusuk (benda tajam) stab, stabbing
Terinjak stepped, on
Menginjak stepping on
Tersengat sinar matahari sun stroke
Tertelan swallowed, swallowing
Tertutup rapat oleh shut in (accidental)
93. 93
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-8)
20. Terlempar ke, dari thrown from, off
Terjebak trapped
Tersandung tripping
Tertimpa pohon tree falling on, hitting
21. Korban victum
Gunung meletus volcanic eruption
Vibrasi (causing injury) vibration
22. Perang war operation
Tersapu washed
Luka, terluka wound, wounded
Cairan infuse salah wrong fluid in infusion
Hampa udara weightlessness (in spacecraft,
real or simulation)
94. 94
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 3 (Lanjutan-1)
Pada seksi 3 ini daftar alfabetik nama obat atau zat kimia
penyebab keracunan (Poisoning) berdasarkan nama generiknya.
Apabila nama generic obat/zat kimia tidak diketahui, maka
dipandu untuk mencari melalui khaziat obat/zat kimia terkait.
Contoh: Baygon
Ini nama pabrik, maka tidak bisa ditemukan di Seksi 3 ICD
10. Nomor kode yang dapat diberikan kepadanya adalah
nomor kode sifat kegunaannya yakni: Insecticide,
unspecified.
Apabila komposisi dari baygon diketahui, maka bisa dicari
nomor kode yang sesuai, apakah baygon itu terdiri dari
zat carbamate, mixed, organochlorine atau
organophosphorus (Silahkan baca di label baygon)
95. 95
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 3 (Lanjutan-2)
Halaman 686: Baygon sebagai insecticide NEC T60.9
Baygon sebagai insecticide mixed T60.9
Lain dengan DDT yang merupakan singkatan dari nama
generiknya.
Halaman 659: DDT (dust) T60.1
Begitu juga untuk endrin
Halaman 667: Endrin T60.1
Valium tidak ada di Seksi 3, namun diazepam adalah T42.4
Paracetamol T39.1
Sedang nama Panadol tidak ditemukan di Vol.3
Aspirine (aluminum( (soluble) T39.0
Namun bodrex/bodrexin tidak ditemukan di Vol. 3
96. Konvensi-Konvensi
(Coding Conventions)
Yang Berlaku Pada ICD-10
ICD-10 Volume 1, tdd:
• Singkatan kata (abbreviations),
• Penekanan (punctuations),
• Simbol-simbol,
• Istilah instruksi (yang harus jelas dipahami
para pengkode)
98. “Exclusion” (excludes)
Artinya: tidak termasuk, pengecualian
Contoh:
• A35 Other tetanus
Tetanus NOS
Excludes: tetanus
• neonatorium (A33)
• obstetrical (A34)
• J38.1 Polyp of vocal cord and larynx
Excludes: adenomatous polyps (D14.1)
99. “.” (Titik)
Titik sebagai pemisah atau penanda bahwa kode
tersebut termasuk 4 karakter.
Misal:
D31 = Benign neoplasm of eye and adnexa
D31.2 = Retina
100. “Glossary” (Penjelasan Istilah)
• Glossary: deskripsi yang menyertai isi hampir semua
kategori di Bab V Gangguan Mental & Prilaku
• Karena terminologi gangguan mental sangat bervariasi
di masing2 negara (nama bisa sama tapi kondisi bisa
beda atau sebaliknya)
• Glossary disediakan untuk para klinikus (bukan coder)
untuk membantu ketepatan diagnosis kondisi
gangguan mental dan perilaku pasiennya
• Lihat: BAB V: Mental and behavioural disorders
(F00–F99)
101. 101
DUAL CLASSIFICATION
(Klasifikasi/kode rangkap)
• Ini berlaku bagi beberapa diagnosis tertentu.
Ada kode diagnosis yang berjumlah 2 kode dengan disertai
tanda dagger/sangkur (†) dan tanda asterisk/bintang (*)
• Tanda dagger (†) menjelaskan bahwa kode tsb adalah
etiologi dari penyakitnya.
• Tanda asterisk (*) menjelaskan manisfestasi penyakitnya.
(banyak digunakan pada penyakit infeksi menular dan juga
pada penyakit-2 sistem organ tubuh tertentu)
102. 102
DUAL CLASSIFICATION
(Klasifikasi/kode rangkap)
• Untuk pelaporan, yang dipakai adalah dagger, bukan asterik.
• Kode asterik tidak boleh berdiri sendiri, harus punya teman.
Kode ber-dagger adalah precedence (mendahului) di depan
Kode ber-asterisk. Contoh:
A17.0† Tuberculous meningitis (G01*)
• Kode ber-asterisk* tidak bisa digunakan sendirian sebagai
kode diagnosis utama pasien.
• Apabila satu kode berasterisk akan digunakan, harus dicari
pasangan kode ber-daggernya.
103. Tanda kurung ( )
• Digunakan untuk menyertakan kata-kata tambahan.
contoh: G11.1 Early-onset cerebellar ataxia
Frederich ataxia (autosomal recessive)
• Menyertakan kode rujukan dalam istilah “Exclusion”
contoh: B25 Cytomegaloviral disease
Excl: congenital cytomegalovirus infection (P35.1)
cytomegaloviral mononucleosis (B.27.1)
• Menyertakan kode kategori 3 karakter pada judul blok
contoh: Other diseases of upper respiratory tract (J30-J39)
• Mengurung dual classification (dagger & asterix)
contoh: B00.3† Herpesviral meningitis (G02.0*)
M73.1* Syphilitic bursitis (A52.7 †)
104. Square Brackets [ ] (Kurung Segi-empat)
• Untuk menyertakan sinonim, alternatif atau penjelasan
contoh: B00 Herpesviral [hespes simplex]
infections
• Merujuk kepada catatan sebelumnya
contoh: C21.8 Overlapping lesion of rectum, anus and
anal canal [see note 5 at the beginning of this chapter]
• Merujuk ke pernyataan sebelumnya pada kelompok
subdivisi 4 karakter
Contoh: F10 Mental and behavioural disorders due to
use of alcohol [See before F10 for subdivisions]
• Mengurung kalimat keterangan bahwa ada “Notes” yang
wajib dibaca
105. “NOS” (Not Otherwise Specified)
• Artinya: Unspecified atau Unqualified atau “Yang
tidak ditentukan” atau tidak dispesifikasikan, tidak
dikualifikasikan.
• NOS hanya digunakan apabila tidak ada informasi
lain yang bisa menuntun pengkode ke bagian lain
dari klasifikasi untuk menemukan yang spesifik.
Contoh:
- K14.9 Disease of tongue, unspecified
Glossopathy NOS
- I05.9 Mitral valve disease, unspecified
Mitral (valve) disorder (chronic) NOS
106. “NEC” (Not Elsewhere Classified)
• Artinya: suatu kondisi khusus yang diklasifikasi di
tempat/bagian lain.
• Suatu warning (peringatan) bahwa kode tsb adalah
suatu tipe kondisi khusus yang bisa saja muncul di
bagian lain.
Contoh:
K73 Chronic hepatitis, NEC
107. Point Dash .- (Titik-garis)
• Apabila digunakan untuk mengganti karakter
ke-4.
• Mengindikasikan bahwa ada karakter ke-4
harus dicari nomernya pada tingkat kategori,
blok atau Bab di ICD-10 Volume 1.
Contoh:
F10.- Mental and behavioural disorders due to
use of alcohol.
108. Tanda Baca Brace }
• Tanda } ini digunakan dalam istilah inclusion dan exclusion untuk
untuk menunjukkan bahwa baik kata terdahulu maupun
sesudahnya adalah istilah lengkap. Catatan: di dalam ICD-10
edisi 1992 ditulis dengan tanda }, sedangkan di ICD-10 edisi
2004 ditulis dengan garis lurus.
• Masing istilah di depan (kiri) didahului oleh tanda baca brace }
ini harus dimodifikasi sedikitnya oleh satu istilah yang ada di
sebelah kanan tanda brace }, sebelum kode khusus baginya
ditentukan.
Contoh:
109. Colon : (Titik dua)
• Digunakan pada kata panduan (lead-terms) serta pada
daftar istilah inclusion dan exclusion, apabila kata di
dalam daftar perlu suatu modifier esensial bagi
penentuan kode spesifiknya.
• Dokter belum selesai menuliskan rincian diagnosis
yang dimaksud, perlu rincian istilah yang ada di baris
bawah setelah tanda baca ( : ) tersebut.
Contoh: G71.0 Muscular dystrophy:
autosomal recessive
benign distal
111. Tanda kurung ( )
• Digunakan untuk menyertakan modifikasi non-
esensial
contoh:
Dermatitis
- due to
- - acetone (contact) (irritant) L24.2
- - acids (contact) (irritant) L24.5
(Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, D.)
112. “NEC” (Not Elsewhere Classified)
• Artinya: suatu yang ditentukan itu berbeda,
kondisinya diklasifikasikan di tempat/bagian lain.
Contoh:
Deprivation (effects) T73.9
- cultural Z60.3
- emotional NEC Z65.8
Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, D.
113. Rujuk silang (Cross-reference)
• Digunakan untuk mengindari duplikasi istilah yang tak diperlukan
di dalam index (vol 3), tdd:
a) “see” artinya: pemberi kode diminta merujuk ke istilah lain.
Contoh: Ingestion
- chemical — see Table of drugs and chemicals
b) “see also” artinya: pemberi kode langsung merujuk ke tempat
lain dalam index jika pernyataan kode berisi informasi lain yang
tidak ditentukan dibawah istilah “see also”
Contoh: Injury (see also specified injury type) T14.9
114. Panduan Dasar Pengkodean (cara memilih
kode klasifikasi diagnosa)
• Sebelum memproses kode, petugas rekam medis
atau orang yang bertanggung jawab terhadap koding
harus memeriksa semua catatan medis pasien untuk
memastikan dokter telah melengkapi semua
catatannya.
• Lihat Kartu berobat (Rawat Jalan) dan untuk RM
rawat Inap, tinjau ulang halaman depan untuk
kelengkapan dan ketepatan: kondisi utama harus
tercatat di halaman depan dan dokter telah
menandatangani pada kolom yang tersedia.
115. Panduan Dasar Pengkodean (cara memilih
kode klasifikasi diagnosa)
• Membaca ringkasan keluar (jika seseorang
telah menulis) untuk informasi yang
berhubungan dengan diagnosis.
• Tinjauan catatan persalinan.
• Memastikan rekam medis apa yang harus
diuraikan untuk dikode.
• Melakukan pengkodean.
116. Panduan Dasar Pengkodean (cara memilih
kode klasifikasi diagnosa)
• Petugas pengkodean harus memastikan
bahwa seluruh rekam medis pasien keluar
sudah tercatat diagnosis.
• Diagnosis dalam rekam medis yang telah
diberi kode, kemudian dilakukan
pengumpulan data untuk kebutuhan
statistik/laporan Puskesmas dan Kementerian
Kesehatan.