SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
BAB III
Tujuan :
Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab III, diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut
langsung maupun alat ukur sudut tak langsung.
2. Menggunakan bermacam-macam alat ukur sudut untuk memeriksa
sudut-sudut benda ukur dengan cara yang tepat dan benar.
3. Membaca skala alat-alat ukur sudut langsung dengan benar.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
133
BAB III
PENGUKURAN SUDUT
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai
dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di
samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut.
Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata
sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk
ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu,
pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran
yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran
sudut.
Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai
satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60
menit (1°
= 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam
derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk sistem
metrik, satuan sudut adalah radian. Satu radian = , sedangkan
Satu derajat (1°)= , dimana: .
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa
langsung dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus
menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca
hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran
sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung
beserta alat dan cara menggunakannya.
A. Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya.
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut
secara langsung adalah busur baja (pretractor), busur bilah (universal
bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).
1. Busur Baja (Protractor)
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya
dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja
dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta
pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran
sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala
ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama
dengan batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang
mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama
waktu mengukur.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
134
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan
skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara
bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini
cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang
terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini
tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya
sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-
sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja
ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini
menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh
penggunaannya.
Gambar 3.1 Busur baja protractor.
Gambar 3.2. Mengukur sudut benda ukur.
2. Busur Bilah (Universal Bevel Protractor)
Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja.
Gambar 3.4 menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut
nampak bahwa bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan skala
utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius
dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1
derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini mempunyai
ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala
nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan
piringan skala utama.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
135
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini
dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai
macam posisi. Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula dengan
bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser-geserkan
posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul.
Gambar 3.3. Busur bilah (universal bevel protractor)
2.1. Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah
Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan
prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam
derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan
adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan
skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol
dari nonius terhadap garis skala utama.
Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut
menunjukkan ukuran sudut sebesar 50°
55’ (lima puluh derajat lima puluh
lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala
utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skala
utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya
dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis
skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala
nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di
sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan
pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55
menit (50° 55’).
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
136
Gambar 3.4. Pembacaan skala busur bilah.
3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)
Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk
memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem mekanis
digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur
bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda
ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan
demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk mengukur bentuk,
mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen
utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur
dengan proyektor bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif
kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat
meletakkan benda ukur.
Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen penting dari
proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor, filter penyerap
panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan layar.
Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur
diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur.
Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke
benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka
sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan
dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan
kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi
sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi
dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala
mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
137
sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan
skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa
diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6’).
Gambar 3.9 Bagan dari proyektor bentuk
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dn
dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan
layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang
ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut
adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya
dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar
tersebut.
B. Alat Ukur Sudut Tak Lansgung
Dalam pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa
membaca langsung hasil dari pengukuran tersebut karena alat ukur yang
digunakan tidak memungkinkan untuk maksud di atas. Dengan demikian
alat ukur yang digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak
langsung. Beberapa alat ukur sudut tersebut antara lain adalah :
pelingkup sudut, blok sudut, batang sinus, senter sinus, rol dan bola baja.
1. Pelingkup Sudut
Konstruksi dari pelingkup sudut terdiri dari beberapa bilah yang
disusun sedemikian rupa sehingga dalam penggunaannya dapat
disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Gambar 3.6. menunjukkan
konstruksi sederhana dari pelingkup sudut. Pengukuran sudut dengan
pelingkup sudut tidak bisa diketahui secara langsung besarya sudut yang
diukur, melainkan harus dicek dulu dengan busur baja atau busur bilah.
Oleh karena itu, sebelum dicek dengan busur baja atau busur bilah maka
kedudukan dari masing-masing bila dari pelingkup sudut harus
dikeraskan/dikunci dulu dengan penguncinya agar posisinya tidak
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
138
berubah waktu diambil dari benda ukur. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan pengukuran sudut.
Gambar 3.6. Pelingkup sudut.
2. Blok Sudut (Angle Gauge)
Pada pengukuran linier tak langsung sudah dibicarakan tentang
blok ukur (gauge block). Pada pengukuran sudut secara tak langsung
pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja yaitu yang disebut dengan
blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang
75 mm dan lebar biasanya 16 mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena
kedua ujung memanjangnya membentuk sudut. Dua permukaan dari sisi
yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang rata dan halus
sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut
lainnya. Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu
membentuk sudut maka sudut yang mengecil biasanya diberi tanda
minus (“ – “) dan sudut untuk ujung yang lebih besar diberi tanda plus (“ +
“). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna menghindari terjadinya
kesalahan perhitungan. Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan
tanda-tanda yang sama pada satu ujungnya maka berarti sudutnya makin
menjadi besar yang nilainya adalah jumlah angka-angka yang tercantum
pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila yang disusun pada satu ujung
susunan tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah jumlah
yang bertanda plus (+) dikurangi dengan jumlah yang bertanda minus (–).
Biasanya blok sudut ini disusun dalam satu kotak yang terdiri dari
beberapa blok sudut dengan tingkat perbedaan sudut yang bermacam-
macam. Dengan demikian kita dapat menyusun bermacam-macam
susunan blok sudut dengan variasi yang bermacam-macam pula. Yang
banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15 blok
rinciannya adalah sebagai berikut:
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 9°, 27°, 41° = 5 blok
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 9’, dan 27’ = 4 blok
Blok sudut dalam menit : 3”, 6”, 20” dan 30” = 4 blok
Jumlah = 15 blok
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
139
Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok
sudut yang dibuat oleh pabrik Starret, rinciannya adalah sebagai berikut :
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 5°, 50°, 45° = 6 blok
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 5’, 20’, dan 30’ = 5 blok
Blok sudut dalam menit : 1”, 3”, 5”, 20” dan 30” = 5 blok
Jumlah = 16 blok
Gambar 3.7. Satu set blok sudut
Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara
mengecek benda ukur dengan blok sudut yang sudah disusun. Misalnya
akan membentuk sudut 360
23‫׳‬ 5” dan 260
12‫׳‬ 16”. Contoh susunannya
lihat Gambar 3.8. di bawah ini:
Gambar 3.8 Contoh susunan blok sudut.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
140
Gambar 3.9. Mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan
blok sudut.
.
3. Batang Sinus (Sine Bar)
Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan
perlakuan panas tertentu, pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi
dengan semacam silinder atau rol yang diameternya sama. Jarak antara
senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada
yang 25 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang
digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menggunakan batang sinus.
Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan
jam ukur dan blok ukur. Jam ukur digunakan untuk mengecek kedataran
permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur digunakan untuk sebagai
landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar
dengan meja tempat pengukuran (surface table). Lihat Gambar 3.10.
dibawah ini.
Gambar 3.10. Pengecekan sudut benda ukur dengan batang sinus.
Untuk mengecek apakah per-
mukaan benda ukur sudah satu
bidang dengan permukaan susu-
nan blok dapat dicek dengan pi-
sau/bilah tipis pelengkap dari
blok sudut. Bila masih ada celah
berarti sudut benda ukur belum
sama dengan sudut susunan
blok sudut. Atau bisa juga dicek
dengan jam ukur
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
141
Benda ukur diletakkan sedemikian rupa sesuai dengan sudut yang
mana yang akan dicek. Susunlah blok ukur dengan ukuran tertentu dan
tempatkan di bawah salah satu ujung batang sinus, biasanya pada ujung
yang tidak ada kait/penahan benda ukur seperti nampak pada batang.
Kalau digambarkan secara trigonometri maka diperoleh gambaran
hubungan antara sudut benda ukur dengan tinggi susunan blok ukur dan
dengan panjang dari batang ukur. Hubungan tersebut dapat dijelaskan
dengan rumus sinus sebagai berikut :
Dimana:
 = sudut yang dibentuk batang sinus terhadap meja datar karena
adanya susunan blok ukur. Sudut ini sama besarnya dengan
sudut benda ukur yang dicek karena permukaan benda ukur
sejajar dengan permukaan meja ukur.
H = tinggi susunan blok ukur, dalam mm.
L = panjang batang sinus, dalam mm.
Pengukuran dengan batang sinus akan banyak dijumpai kesalahan
pengukuran bila proses pengukuran tidak dilakukan menurut prinsip-
prinsip pengukuran yang benar. Dalam penyusunan blok ukur, bila
kurang memahami sifat dan cara menyusun blok ukur berarti sudah satu
kesalahan. Kemudian kurang cermat dalam menggunakan batang sinus
dalam pengukuran sudut harus diperhatikan betul bagaimana menyusun
blok ukur dan bagaimana cara menggunakan jam ukur dengan cara yang
betul pula. Biasanya kesalahan sinus dapat terjadi pada waktu
pengukuran dengan alat-alat sinus seperti halnya dengan penggunaan
batang sinus.
Perlu juga diingat bahwa untuk memastikan bahwa posisi muka
ukur benda ukur betul-betul sejajar dengan meja ukur maka perlu
diperhatikan posisi dari jarum penunjuk jam ukur. Bila jarum penunjuk itu
masih bergerak ke kiri atau ke kanan pada waktu jam ukur digeser ke kiri
dan ke kanan berarti posisi muka ukur belum sejajar dengan permukaan
meja rata. Bila kesejajaran ini belum diperoleh maka perhitungan sudut
belum bisa dilakukan.
4. Senter Sinus (Sine Center)
Untuk poros-poros yang berbentuk tirus (konis) maka pengukuran
sudutnya kurang tepat kalau dilakukan dengan batang sinus karena
batang sinus sangat cocok untuk benda ukur yang berbentuk balok. Alat
ukur sudut dengan prinsip sinus lain yang bisa digunakan untuk
mengukur sudut ketirusan poros adalah sine center atau senter sinus.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
142
Gambar 3.11 menunjukkan bagan dari senter sinus. Prinsip dan
perlengkapan bantu yang digunakan dalam pengukuran dengan senter
sinus sama saja dengan batang sinus yaitu diperlukan blok ukur dan jam
ukur. Pengukuran sebaiknya dilakukan di atas meja rata. Pasanglah
poros konis pada senter sinus dengan jalan mengendorkan dan
mengencangkan poros senter sebagai pemegang benda ukur. Susunlah
blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Untuk memperkirakan
tingginya susunan blok ukur bisa dilakukan dengan bantuan jam ukur.
Benda ukur diberi batas pada kedua ujungnya dengan maksud untuk
menunjukkan batas dari pergeseran jam ukur. Kita setel posisi nol pada
garis batas di bagian diameter kecil, lalu digeserkan ke arah garis batas
pada bagian diameter yang besar. Dicatat perubahan dari jarum penunjuk
jam ukur dengan maksud untuk digunakan sebagai dasar menentukan
tingginya susunan blok ukur yang kira-kira mendekati tinggi sebenarnya.
Cara ini agaknya lebih cepat dari pada disusun blok secara perkiraan
saja satu per satu. Untuk dapat menghitung sudut poros konis maka
syarat pertama adalah muka ukur benda ukur harus sejajar dengan
permukaan meja rata. Bila perhitungan tetap dilakukan tanpa
memperhatikan kesejajaran muka ukur dan muka meja rata, maka
kesalahan pengukuran tentu akan terjadi.
Gambar 3.12 Penggunaan senter sinus
Untuk perhitungan sudutnya maka yang dihitung adalah separoh
dari sudut poros konis tersebut. Secara trigoneometri dapat dilihat skema
hubungan antara sudut konis dengan tinggi blok ukur dan jarak tempuh
jam ukur pada Gambar 3.12. berikut ini:
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
143
Gambar 3.12. Penggunaan senter sinus
Perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu meletakkan susunan
blok ukur di bawah salah satu ujung landasan senter sinus sebaiknya
blok ukur yang tipis diletakkan paling bawah sehingga menempel pada
permukaan meja rata. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya
pembengkokan blok ukur dapat dihindari.
5. Rol dan Bola Baja
Pengukuran sudut untuk poros atau lubang yang berbentuk tirus
selain bisa dilakukan dengan senter sinus juga bisa dilakukan dengan
menggunakan rol dan bola baja. Dengan bantuan rol dan bola baja maka
pengukuran sudut konis poros atau lubang dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Di samping poros dan lubang maka sudut-sudut benda
ukur yang lain ukur yang lain pun bisa diukur dengan menggunakan rol
dan bola baja, misalnya sudut dari permukaan benda yang berbentuk
ekor burung (dove tail). Berikut beberapa contoh pengukuran sudut
dengan menggunakan rol dan bola baja yang ditunjukkan dengan
beberapa gambar.
5.1. Mengukur Sudut Luar dan Dalam dengan Rol dan Bola Baja
Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola
baja maka diperlukan alat-alat perlengkapan yang lain yaitu meja rata,
mistar ingsut atau mikrometer, mistar ketinggian, blok ukur, rol dan bola
baja serta alat-alat pembersih. Di samping itu, karena ini pengukuran
tidak langsung maka pengetahuan tentang trigoneometri perlu dikuasai.
Pengentahuan ini sangat penting karena sangat membantu di dalam
perhitungan-perhitungan radius dan sudut.
Dimana:
PQ = jarak geser jam ukur.
= setengah sudut konis
H = tinggi susunan blok ukur
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
144
5.1.1. Pengukuran Sudut Luar
D = diameter rol
X = celah antara muka ukur dengan rol
1
 = sudut benda ukur
5.1.2. Pengukuran Sudut Konis Luar
m1 dan m2 = jarak bagian luar dari rol yang diukur dengan mikrometer
h1 dan h2 = tinggi susunan blok ukur yang diukur dengan mistar ke-
tinggian.
5.1.3. Pengukuran Sudut Dove Tail Luar
5.1.4. Pengukuran Sudut Balam
Bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan memberi blok ukur di bawah rol
yang sebelah bawah dan bisa tanpa
menempatkan blok ukur di bagian
diameter kecil.
Bila dengan tambahan blok ukur maka :
tg 
2
/
1 =
 
2
1
2
1
h
h
2
m
m


Bila tanpa tambahan blok ukur maka :
tg 
2
/
1 =
1
2
1
h
2
m
m 
, h2 = 0
tg  =
1
2
1
h
2
m
m 
s = m1-d(cot
2
900 

+1)+2Htan
 = sudut dove tail luar
H = tinggi dove tail
h = tinggi blok ukur
d = diameter rol
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
145
5.1.5. Pengukuran Sudut Konis Dalam
5.1.6. Pengukuran Sudut Blok V





 




2
d
d
h
h
2
d
d
2
/
1
Sin
1
2
1
2
1
2
d1 dan d2 = diameter bola baja.
Sin 2
 =
d
x
x = jarak celah antara muka ukur
dengan rol
d = diameter rol
Sin 
2
/
1 =
d
2
x
d 
x d d x d d  
Sin 2
 =
)
d
d
(
)
h
h
(
2
d
d
2
1
2
1
1
2




Tingginya h1 dan h2 bisa diukur
dengan mikrometer kedalaman.
Untuk pengukuran sudut konis dalam
dengan rol dan bola baja ini dapat
dilakukan dengan bermacam cara.
Perhitungannnya hanya menggu-
nakan prinsip trigonometri.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
146
5.1.7. Pengukuran Sudut Kaliber Ring Konis
5.1.8. Pengukuran Sudut Dalam Alur
Lihat segitiga ABC,
 
 
2
d
M
d
M
AB
2
d
d
BC
d
d
M
M
d
d
2
/
tan
2
d
M
d
M
2
d
d
2
/
tan
AB
BC
2
/
tan
2
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
1
1
2




















C. Pertanyaan-pertanyaan
1. Sebutkan beberapa alat ukur sudut langsung dan alat ukur sudut tak
langsung.
2. Berapakah besarnya satu skala (divisi) dari alat ukur sudut busur
baja (protractor)?
3. Sebutkan bagian-bagian utama dari busur bilah (universal bevel
protractor).
4. Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah?
5. Berapakah besarnya tingkat ketelitian yang bisa dicapai oleh alat
ukur sudut proyektor bentuk (profile projector)?
6. Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan
proyektor bentuk.
7. Sebutkan beberapa macam alat ukur sudut tak langsung.
tan  =
h
2
M
M 2
1 
D = M1 +d (1+cot
2
900


)
Dmaks = D-2(H-S) tan
Dmin = D-2H tan
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI
Bab III – Pengukuran Sudut
147
8. Buatlah susunan blok sudut yang menunjukkan ukuran 36° 22’ 25”
dan 26° 28’ 53”, yang dipilihkan dari set blok sudut :
1°, 3°, 5°, 3°, 45° ;
1’, 3’, 5’, 20’‫׳‬ , 30’;
1”, 3”, 5”, 20”, 30”;
9. Pada pemeriksaan sudut dengan batang sinus (sine bar) diperlukan
susunan blok ukur setinggi 20.345 mm dan panjang batang sinus =
150 mm, berapakah besarnya sudut benda ukur yang diperiksa.
10. Pada pemeriksaan ketirusan poros diperlukan susunan blok ukur
sebesar = 15.25 mm, panjang bagian poros yang diperiksa 95 mm,
berapakah besarnya sudut tirus poros tersebut?
11. Carilah rumus yang menghitung besarnya sudut konis luar dengan
menggunakan rol baja dan blok ukur.

More Related Content

What's hot

Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Heni Widayani
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasarombang
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanInstansi
 
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Swardi Sibarani
 
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4lecturer
 
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Hamid Abdillah
 
Pengukuran Tekanan
Pengukuran TekananPengukuran Tekanan
Pengukuran TekananMuhammad AR
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
Modul 5 dian haryanto 1407123394
Modul 5 dian haryanto  1407123394Modul 5 dian haryanto  1407123394
Modul 5 dian haryanto 1407123394dian haryanto
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gammaMukhsinah PuDasya
 
Bab iii termocopel
Bab iii termocopel Bab iii termocopel
Bab iii termocopel bram santo
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Katup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikKatup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikToro Jr.
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
Logam non ferro
Logam non ferroLogam non ferro
Logam non ferro
 
Material teknik dan proses
Material teknik dan prosesMaterial teknik dan proses
Material teknik dan proses
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
 
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
 
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4
Pt 2 turunan fungsi eksponen, logaritma, implisit dan cyclometri-d4
 
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
 
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
ANALISIS POSTUR KERJA RULA REBA OWAS QEC - ERGONOMI
 
Pengukuran Tekanan
Pengukuran TekananPengukuran Tekanan
Pengukuran Tekanan
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Jembatan Wheatstone
Jembatan WheatstoneJembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Modul 5 dian haryanto 1407123394
Modul 5 dian haryanto  1407123394Modul 5 dian haryanto  1407123394
Modul 5 dian haryanto 1407123394
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
 
Bab iii termocopel
Bab iii termocopel Bab iii termocopel
Bab iii termocopel
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
2. suhu dan pengukuran
2. suhu dan pengukuran2. suhu dan pengukuran
2. suhu dan pengukuran
 
Katup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikKatup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada Pneumatik
 

Similar to ALAT UKUR SUDUT

Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutAgus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutaguscepot
 
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxkebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxyogiherdianto
 
Jangka sorong metrologi_industri
Jangka sorong metrologi_industriJangka sorong metrologi_industri
Jangka sorong metrologi_industriAbdoelWahiedArohman
 
Alat-Ukur-meknik-otomotif.ppt
Alat-Ukur-meknik-otomotif.pptAlat-Ukur-meknik-otomotif.ppt
Alat-Ukur-meknik-otomotif.pptAdiPutro15
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2LAZY MAGICIAN
 
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptxTugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptxSetyoNugroho68
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxGutit
 
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterPertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterAfridwiirawanTbi
 
metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101anggah12
 
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)Mukti Ali
 
PENGUKURAN.ppt
PENGUKURAN.pptPENGUKURAN.ppt
PENGUKURAN.pptSetiAwan56
 
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukurWicah
 
130_20221013021140_Pertemuan ke-4 IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak (2) Kam...
130_20221013021140_Pertemuan ke-4  IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak  (2) Kam...130_20221013021140_Pertemuan ke-4  IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak  (2) Kam...
130_20221013021140_Pertemuan ke-4 IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak (2) Kam...TengkuEmrinaldi19700
 

Similar to ALAT UKUR SUDUT (20)

Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutAgus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
 
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxkebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
 
Jangka sorong metrologi_industri
Jangka sorong metrologi_industriJangka sorong metrologi_industri
Jangka sorong metrologi_industri
 
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan MikrometerMakalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
 
Alat-Ukur-meknik-otomotif.ppt
Alat-Ukur-meknik-otomotif.pptAlat-Ukur-meknik-otomotif.ppt
Alat-Ukur-meknik-otomotif.ppt
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2
 
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptxTugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
PENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIERPENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIER
 
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterPertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
 
Alat ukur mekanik
Alat ukur mekanikAlat ukur mekanik
Alat ukur mekanik
 
Apa itu kerja bangku
Apa itu kerja bangkuApa itu kerja bangku
Apa itu kerja bangku
 
metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101
 
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)
17 alatukur-110729143100-phpapp02 (1)
 
alat ukur 1
 alat ukur 1 alat ukur 1
alat ukur 1
 
PENGUKURAN.ppt
PENGUKURAN.pptPENGUKURAN.ppt
PENGUKURAN.ppt
 
Teodolit
TeodolitTeodolit
Teodolit
 
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
 
130_20221013021140_Pertemuan ke-4 IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak (2) Kam...
130_20221013021140_Pertemuan ke-4  IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak  (2) Kam...130_20221013021140_Pertemuan ke-4  IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak  (2) Kam...
130_20221013021140_Pertemuan ke-4 IUT Sudut- Arah- Azimut dan Jarak (2) Kam...
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (9)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

ALAT UKUR SUDUT

  • 1. BAB III Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab III, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut langsung maupun alat ukur sudut tak langsung. 2. Menggunakan bermacam-macam alat ukur sudut untuk memeriksa sudut-sudut benda ukur dengan cara yang tepat dan benar. 3. Membaca skala alat-alat ukur sudut langsung dengan benar.
  • 2. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 133 BAB III PENGUKURAN SUDUT Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut. Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1° = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk sistem metrik, satuan sudut adalah radian. Satu radian = , sedangkan Satu derajat (1°)= , dimana: . Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara menggunakannya. A. Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya. Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara langsung adalah busur baja (pretractor), busur bilah (universal bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile projector). 1. Busur Baja (Protractor) Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
  • 3. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 134 Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut- sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya. Gambar 3.1 Busur baja protractor. Gambar 3.2. Mengukur sudut benda ukur. 2. Busur Bilah (Universal Bevel Protractor) Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Gambar 3.4 menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan skala utama.
  • 4. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 135 Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi. Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul. Gambar 3.3. Busur bilah (universal bevel protractor) 2.1. Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala utama. Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit (50° 55’).
  • 5. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 136 Gambar 3.4. Pembacaan skala busur bilah. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector) Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk mengukur bentuk, mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat meletakkan benda ukur. Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen penting dari proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor, filter penyerap panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan layar. Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan
  • 6. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 137 sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6’). Gambar 3.9 Bagan dari proyektor bentuk Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dn dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut. B. Alat Ukur Sudut Tak Lansgung Dalam pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa membaca langsung hasil dari pengukuran tersebut karena alat ukur yang digunakan tidak memungkinkan untuk maksud di atas. Dengan demikian alat ukur yang digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak langsung. Beberapa alat ukur sudut tersebut antara lain adalah : pelingkup sudut, blok sudut, batang sinus, senter sinus, rol dan bola baja. 1. Pelingkup Sudut Konstruksi dari pelingkup sudut terdiri dari beberapa bilah yang disusun sedemikian rupa sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Gambar 3.6. menunjukkan konstruksi sederhana dari pelingkup sudut. Pengukuran sudut dengan pelingkup sudut tidak bisa diketahui secara langsung besarya sudut yang diukur, melainkan harus dicek dulu dengan busur baja atau busur bilah. Oleh karena itu, sebelum dicek dengan busur baja atau busur bilah maka kedudukan dari masing-masing bila dari pelingkup sudut harus dikeraskan/dikunci dulu dengan penguncinya agar posisinya tidak
  • 7. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 138 berubah waktu diambil dari benda ukur. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran sudut. Gambar 3.6. Pelingkup sudut. 2. Blok Sudut (Angle Gauge) Pada pengukuran linier tak langsung sudah dibicarakan tentang blok ukur (gauge block). Pada pengukuran sudut secara tak langsung pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja yaitu yang disebut dengan blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang 75 mm dan lebar biasanya 16 mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya membentuk sudut. Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang rata dan halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut lainnya. Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu membentuk sudut maka sudut yang mengecil biasanya diberi tanda minus (“ – “) dan sudut untuk ujung yang lebih besar diberi tanda plus (“ + “). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna menghindari terjadinya kesalahan perhitungan. Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan tanda-tanda yang sama pada satu ujungnya maka berarti sudutnya makin menjadi besar yang nilainya adalah jumlah angka-angka yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila yang disusun pada satu ujung susunan tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah jumlah yang bertanda plus (+) dikurangi dengan jumlah yang bertanda minus (–). Biasanya blok sudut ini disusun dalam satu kotak yang terdiri dari beberapa blok sudut dengan tingkat perbedaan sudut yang bermacam- macam. Dengan demikian kita dapat menyusun bermacam-macam susunan blok sudut dengan variasi yang bermacam-macam pula. Yang banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15 blok rinciannya adalah sebagai berikut: Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 9°, 27°, 41° = 5 blok Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 9’, dan 27’ = 4 blok Blok sudut dalam menit : 3”, 6”, 20” dan 30” = 4 blok Jumlah = 15 blok
  • 8. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 139 Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok sudut yang dibuat oleh pabrik Starret, rinciannya adalah sebagai berikut : Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 5°, 50°, 45° = 6 blok Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 5’, 20’, dan 30’ = 5 blok Blok sudut dalam menit : 1”, 3”, 5”, 20” dan 30” = 5 blok Jumlah = 16 blok Gambar 3.7. Satu set blok sudut Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan blok sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk sudut 360 23‫׳‬ 5” dan 260 12‫׳‬ 16”. Contoh susunannya lihat Gambar 3.8. di bawah ini: Gambar 3.8 Contoh susunan blok sudut.
  • 9. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 140 Gambar 3.9. Mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan blok sudut. . 3. Batang Sinus (Sine Bar) Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan perlakuan panas tertentu, pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi dengan semacam silinder atau rol yang diameternya sama. Jarak antara senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada yang 25 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menggunakan batang sinus. Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan jam ukur dan blok ukur. Jam ukur digunakan untuk mengecek kedataran permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur digunakan untuk sebagai landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar dengan meja tempat pengukuran (surface table). Lihat Gambar 3.10. dibawah ini. Gambar 3.10. Pengecekan sudut benda ukur dengan batang sinus. Untuk mengecek apakah per- mukaan benda ukur sudah satu bidang dengan permukaan susu- nan blok dapat dicek dengan pi- sau/bilah tipis pelengkap dari blok sudut. Bila masih ada celah berarti sudut benda ukur belum sama dengan sudut susunan blok sudut. Atau bisa juga dicek dengan jam ukur
  • 10. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 141 Benda ukur diletakkan sedemikian rupa sesuai dengan sudut yang mana yang akan dicek. Susunlah blok ukur dengan ukuran tertentu dan tempatkan di bawah salah satu ujung batang sinus, biasanya pada ujung yang tidak ada kait/penahan benda ukur seperti nampak pada batang. Kalau digambarkan secara trigonometri maka diperoleh gambaran hubungan antara sudut benda ukur dengan tinggi susunan blok ukur dan dengan panjang dari batang ukur. Hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan rumus sinus sebagai berikut : Dimana:  = sudut yang dibentuk batang sinus terhadap meja datar karena adanya susunan blok ukur. Sudut ini sama besarnya dengan sudut benda ukur yang dicek karena permukaan benda ukur sejajar dengan permukaan meja ukur. H = tinggi susunan blok ukur, dalam mm. L = panjang batang sinus, dalam mm. Pengukuran dengan batang sinus akan banyak dijumpai kesalahan pengukuran bila proses pengukuran tidak dilakukan menurut prinsip- prinsip pengukuran yang benar. Dalam penyusunan blok ukur, bila kurang memahami sifat dan cara menyusun blok ukur berarti sudah satu kesalahan. Kemudian kurang cermat dalam menggunakan batang sinus dalam pengukuran sudut harus diperhatikan betul bagaimana menyusun blok ukur dan bagaimana cara menggunakan jam ukur dengan cara yang betul pula. Biasanya kesalahan sinus dapat terjadi pada waktu pengukuran dengan alat-alat sinus seperti halnya dengan penggunaan batang sinus. Perlu juga diingat bahwa untuk memastikan bahwa posisi muka ukur benda ukur betul-betul sejajar dengan meja ukur maka perlu diperhatikan posisi dari jarum penunjuk jam ukur. Bila jarum penunjuk itu masih bergerak ke kiri atau ke kanan pada waktu jam ukur digeser ke kiri dan ke kanan berarti posisi muka ukur belum sejajar dengan permukaan meja rata. Bila kesejajaran ini belum diperoleh maka perhitungan sudut belum bisa dilakukan. 4. Senter Sinus (Sine Center) Untuk poros-poros yang berbentuk tirus (konis) maka pengukuran sudutnya kurang tepat kalau dilakukan dengan batang sinus karena batang sinus sangat cocok untuk benda ukur yang berbentuk balok. Alat ukur sudut dengan prinsip sinus lain yang bisa digunakan untuk mengukur sudut ketirusan poros adalah sine center atau senter sinus.
  • 11. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 142 Gambar 3.11 menunjukkan bagan dari senter sinus. Prinsip dan perlengkapan bantu yang digunakan dalam pengukuran dengan senter sinus sama saja dengan batang sinus yaitu diperlukan blok ukur dan jam ukur. Pengukuran sebaiknya dilakukan di atas meja rata. Pasanglah poros konis pada senter sinus dengan jalan mengendorkan dan mengencangkan poros senter sebagai pemegang benda ukur. Susunlah blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Untuk memperkirakan tingginya susunan blok ukur bisa dilakukan dengan bantuan jam ukur. Benda ukur diberi batas pada kedua ujungnya dengan maksud untuk menunjukkan batas dari pergeseran jam ukur. Kita setel posisi nol pada garis batas di bagian diameter kecil, lalu digeserkan ke arah garis batas pada bagian diameter yang besar. Dicatat perubahan dari jarum penunjuk jam ukur dengan maksud untuk digunakan sebagai dasar menentukan tingginya susunan blok ukur yang kira-kira mendekati tinggi sebenarnya. Cara ini agaknya lebih cepat dari pada disusun blok secara perkiraan saja satu per satu. Untuk dapat menghitung sudut poros konis maka syarat pertama adalah muka ukur benda ukur harus sejajar dengan permukaan meja rata. Bila perhitungan tetap dilakukan tanpa memperhatikan kesejajaran muka ukur dan muka meja rata, maka kesalahan pengukuran tentu akan terjadi. Gambar 3.12 Penggunaan senter sinus Untuk perhitungan sudutnya maka yang dihitung adalah separoh dari sudut poros konis tersebut. Secara trigoneometri dapat dilihat skema hubungan antara sudut konis dengan tinggi blok ukur dan jarak tempuh jam ukur pada Gambar 3.12. berikut ini:
  • 12. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 143 Gambar 3.12. Penggunaan senter sinus Perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu meletakkan susunan blok ukur di bawah salah satu ujung landasan senter sinus sebaiknya blok ukur yang tipis diletakkan paling bawah sehingga menempel pada permukaan meja rata. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya pembengkokan blok ukur dapat dihindari. 5. Rol dan Bola Baja Pengukuran sudut untuk poros atau lubang yang berbentuk tirus selain bisa dilakukan dengan senter sinus juga bisa dilakukan dengan menggunakan rol dan bola baja. Dengan bantuan rol dan bola baja maka pengukuran sudut konis poros atau lubang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping poros dan lubang maka sudut-sudut benda ukur yang lain ukur yang lain pun bisa diukur dengan menggunakan rol dan bola baja, misalnya sudut dari permukaan benda yang berbentuk ekor burung (dove tail). Berikut beberapa contoh pengukuran sudut dengan menggunakan rol dan bola baja yang ditunjukkan dengan beberapa gambar. 5.1. Mengukur Sudut Luar dan Dalam dengan Rol dan Bola Baja Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola baja maka diperlukan alat-alat perlengkapan yang lain yaitu meja rata, mistar ingsut atau mikrometer, mistar ketinggian, blok ukur, rol dan bola baja serta alat-alat pembersih. Di samping itu, karena ini pengukuran tidak langsung maka pengetahuan tentang trigoneometri perlu dikuasai. Pengentahuan ini sangat penting karena sangat membantu di dalam perhitungan-perhitungan radius dan sudut. Dimana: PQ = jarak geser jam ukur. = setengah sudut konis H = tinggi susunan blok ukur
  • 13. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 144 5.1.1. Pengukuran Sudut Luar D = diameter rol X = celah antara muka ukur dengan rol 1  = sudut benda ukur 5.1.2. Pengukuran Sudut Konis Luar m1 dan m2 = jarak bagian luar dari rol yang diukur dengan mikrometer h1 dan h2 = tinggi susunan blok ukur yang diukur dengan mistar ke- tinggian. 5.1.3. Pengukuran Sudut Dove Tail Luar 5.1.4. Pengukuran Sudut Balam Bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberi blok ukur di bawah rol yang sebelah bawah dan bisa tanpa menempatkan blok ukur di bagian diameter kecil. Bila dengan tambahan blok ukur maka : tg  2 / 1 =   2 1 2 1 h h 2 m m   Bila tanpa tambahan blok ukur maka : tg  2 / 1 = 1 2 1 h 2 m m  , h2 = 0 tg  = 1 2 1 h 2 m m  s = m1-d(cot 2 900   +1)+2Htan  = sudut dove tail luar H = tinggi dove tail h = tinggi blok ukur d = diameter rol
  • 14. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 145 5.1.5. Pengukuran Sudut Konis Dalam 5.1.6. Pengukuran Sudut Blok V            2 d d h h 2 d d 2 / 1 Sin 1 2 1 2 1 2 d1 dan d2 = diameter bola baja. Sin 2  = d x x = jarak celah antara muka ukur dengan rol d = diameter rol Sin  2 / 1 = d 2 x d  x d d x d d   Sin 2  = ) d d ( ) h h ( 2 d d 2 1 2 1 1 2     Tingginya h1 dan h2 bisa diukur dengan mikrometer kedalaman. Untuk pengukuran sudut konis dalam dengan rol dan bola baja ini dapat dilakukan dengan bermacam cara. Perhitungannnya hanya menggu- nakan prinsip trigonometri.
  • 15. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 146 5.1.7. Pengukuran Sudut Kaliber Ring Konis 5.1.8. Pengukuran Sudut Dalam Alur Lihat segitiga ABC,     2 d M d M AB 2 d d BC d d M M d d 2 / tan 2 d M d M 2 d d 2 / tan AB BC 2 / tan 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2                     C. Pertanyaan-pertanyaan 1. Sebutkan beberapa alat ukur sudut langsung dan alat ukur sudut tak langsung. 2. Berapakah besarnya satu skala (divisi) dari alat ukur sudut busur baja (protractor)? 3. Sebutkan bagian-bagian utama dari busur bilah (universal bevel protractor). 4. Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah? 5. Berapakah besarnya tingkat ketelitian yang bisa dicapai oleh alat ukur sudut proyektor bentuk (profile projector)? 6. Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan proyektor bentuk. 7. Sebutkan beberapa macam alat ukur sudut tak langsung. tan  = h 2 M M 2 1  D = M1 +d (1+cot 2 900   ) Dmaks = D-2(H-S) tan Dmin = D-2H tan
  • 16. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III – Pengukuran Sudut 147 8. Buatlah susunan blok sudut yang menunjukkan ukuran 36° 22’ 25” dan 26° 28’ 53”, yang dipilihkan dari set blok sudut : 1°, 3°, 5°, 3°, 45° ; 1’, 3’, 5’, 20’‫׳‬ , 30’; 1”, 3”, 5”, 20”, 30”; 9. Pada pemeriksaan sudut dengan batang sinus (sine bar) diperlukan susunan blok ukur setinggi 20.345 mm dan panjang batang sinus = 150 mm, berapakah besarnya sudut benda ukur yang diperiksa. 10. Pada pemeriksaan ketirusan poros diperlukan susunan blok ukur sebesar = 15.25 mm, panjang bagian poros yang diperiksa 95 mm, berapakah besarnya sudut tirus poros tersebut? 11. Carilah rumus yang menghitung besarnya sudut konis luar dengan menggunakan rol baja dan blok ukur.