SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
LAPORAN PENDAHULUAN
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP)
DI RUANG KENANGA BLUD RSU KOTA BANJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik I pada Program Studi S1 Keperawatan
Disusun Oleh :
SHILVI SEPRIANELA HERYANTO
NIM : 4002190016
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi Penyakit :
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium yang
dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen; seperti
latihan fisik; dan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau pemberian
nitrogliserin (Majid, 2018). Angina pektoris adalah suatu sindroma klinik yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran
arteri koroner (PERKI, 2018).
Unstable Angina Pectoris (UAP) atau disebut juga angina pectoris tidak stabil
yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu
istirahat atau aktivitas minimal yang terjadi lebih berat secara mendadak atau bila
angina pectoris sudah ada sebelumnya namun menjadi lebih berat. Biasanya
dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya (Khotimah dkk,
2022).
2. Etiologi :
Aspiani (2017) menyatakan bahwa penyebab UAP yaitu :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang dapat disebabkan oleh tiga faktor
yaitu, faktor pembuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan arteritis, faktor sirkulasi:
hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi, serta faktor darah: anemia, hipoksemia,
polisitemia.
b. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan, emosi, makan
terlalu banyak, dan hypertiroidisme.
c. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan miokard,
hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik
3. Tanda dan Gejala :
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari Unstabel Angina Pectoris adalah sebagai
berikut :
1. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, rasa
seperti ditusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir.
2. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
3. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat
4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas.
5. Pada Pemeriksaan EKG
a. Fase hiperakut (beberpa jam permulaan serangan)
1. Elevasi yang curam dari segmen ST
2. Gelombang T yang tinggi dan lebar
3. Tampak gelombang Q
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1. Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
2. Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa mingg/bulan kemudian)
1. Gelombang Q patologis
2. Segmen ST sudah tidak elevasi
3. Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
4. Patofisiologi
Terjadinya UAP pada umumnya diawali dengan terjadinya proses aterosklerosis
pada saat monosit berpindah dari aliran darah dan melekat pada lapisan dinding
pembuluh darah koroner, yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan lemak.
Setiap daerah penebalan atau plak selain terdiri dari monosit dan lemak menimbulkan
jaringan ikat dari sekitar area perlekatan. Hipertensi juga menyebabkan gesekan antara
aliran darah dengan ateroma. Ateroma atau plak aterosklerosis dapat menyebar dimana
saja, tetapi umumnya ada di daerah percabangan. Pada ateroma yang pecah dapat
mempersempit lumen pembuluh darah arteri yang kemudian mengakibatkan
pembentukan bekuan darah yang mengalir (trombus), bekuan ini dapat menyebabkan
sumbatan (tromboemboli) di tempat lain. Dengan adanya sumbatan pada arteri koroner
dapat mengakibatkan menurunnya suplai darah (Muttaqin, 2014). Kurangnya suplai
oksigen dalam otot jantung, maka otot jantung akan menjadi iskemia, sedangkan apabila
pasokan oksigen berhenti selama kurang lebih 20 menit maka menyebabkan
miokardium (otot jantung) mengalami nekrosis (infark miokard). Iskemia miokard yang
terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium menimbulkan nyeri dada dan
adanya perubahan segmen ST pada (EKG). Nyeri dada yang dialami pasien dapat
menimbulakan kecemasan akan kematian. Selain itu, iskemia mikoard juga akan
menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard yang akan berdampak pada penurunan
cardiac output (CO). Kurangnya suplai oksigen dalam otot jantung membuat tekanan
darah dan nadi meningkat sehingga menimbulkan kelelahan yang berlebih. Selanjutnya,
Infark miokard menyebabkan volume akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium
kiri meningkat. Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paruparu
sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru menimbulkan edema paru, dan terjadi gangguan pertukaran
gas. (Mutarobin, 2018).
Pathway
5. Data Fokus Pengkajian :
a. Wawancara
a. Identitas
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
medrec, diagnosis medis dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan. Keluhan utama biasanya nyeri dada di anterior,
precordial, substernal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung
dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban berat terasa berat dan
seperti diremas yang timbul mendadak nyeri dada timbul berhubungan
dengan aktifitas fisik berat atau emosi yang hebat. Durasi serangan nyeri
bervariasi tergantung diameter arteri coroner yang tersumbat dan luasnya
area iskemik miokard nyeri dada dapat disertai dengan gejala mual munta
diaphoresis, dan sesak napas. Bila nyeri timbul saat klien istirahat atau tidur
maka prognosisnya buruk (kemungkinan telah menjadi infark miokard)
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan
utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
keluhan klien secara PQRST, yaitu :
Provoking Incident : Nyeri terjadi setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
Quality of Pain : Seperti apa keluhan nyeri dalam melakukan aktivitas yang
dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien
merasakan nyeri dan sesak nafas (dengan menggunakan alat atau otot bantu
pernapasan).
Region : radiation, relief : Apakah nyeri bersifat lokal atau memengaruhi
keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas.
Severity (Scale)mof Pain : Kaji rentang skala nyeri pada klien (1- 10). Skala
nyeri bersifat subyektif, yaitu berbeda antara klien satu dengan klien yang
lain, sesuai dengan nyeri yang dirasakan.
Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan nyeri biasanya timbul perlahan
atau tiba-tiba. Lama timbulnya (durasi) biasanya setiap saat, baik istirahat
maupun saat beraktivitas (Muttaqin, 2009).
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan
mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat –
obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan
(Muttaqin, 2009).
4. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian
juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya
pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya (Muttaqin, 2009).
5. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alkohol,
atau obat tertentu. Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan
merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari dan jenis rokok. Dalam
mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien
(Muttaqin, 2009).
6. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksan kesehatan pada unstable angina pectoris meliputi pemeriksaan
fisik umum secara persistem berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan
persistem meliputi : Sistem Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem
Persyarafan, Sistem Urinaria, Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal,
Sistem Integumen, Sistem Endokrin, Sistem Pendengaran, Sistem
Penglihatan dan Pengkajian Sistem Psikososial. Biasanya pemeriksaan
berfokus menyeluruh pada sistem Kardiovaskular (Muttaqin, 2009).
 Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien unstable angina pectoris biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. TTV normal :
TD : 120/8mmHg, N : 80-100 x/menit, R : 16-20x/menit, S : 36,5-37,0 oC
(Majid, 2014).
 Pemeriksaan fisik persistem
 Sistem pernapasan
Pengkajian yang didapat klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi
normal, dan mengeluh sesak seperti tercekik. Sesak nafas terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
saat melakukan kegiatan fisik. Pada infark miokardium yang kronis dapat
terjadi dyspnea kardiak yang timbul saat istirahat (Majid, 2014).
 Sistem Kardiovaskular
Inspeksi: Adanya jaringan parut pada dada, keluhan lokasi nyeri biasanya
didaerah subternal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat
meluas sampai ke dada. Nyeri dapat menyebabkan ketidak mampuan
menggerakkan bahu dan tangan kelemahan fisik, dan adanya edema
ekstermitas (Majid, 2014).
Palpasi: Pada klien dengan unstable angina pectoris, ditemukan denyut nadi
perifer melemah (Majid, 2014).
Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan leh infark miokardium. Bunyi jantung tambahan
bunyi gallop dan murmur akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan
kecuali ada komplikasi. (Majid, 2014).
Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran(Majid, 2014).
 Sistem Persyarafan
Kesadaran biasanya composmentis, didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis,
menangis, merintih, meregang dan menggeliat (Majid, 2014).
 Test Nervus Cranial
o Nervus Olfaktorius (N.I)
Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya
hanya satu, yaitu mencium bau, menghirup (penciuman,
pembauan).
o Nervus Optikus (N.II)
Penangkap rangsang cahaya ialah sel batang, kerucut yang
terletak di retina, dan lapang pandang.
o Nervus Okulomotorius, Trochearis, Abdusen (N,III,IV,VI)
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom nervus III mengatur
otot pupil.
o Nervus Trigeminus (N.V)
Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor) dan
bagian motorik (porsio minor)
o Nervus Facialis (N. VII)
Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-
otot ekspresi wajah..
o Nervus Auditorius (N.VIII)
Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengaran yang membawa
rangsangan dari telinga ke otak.
o Nervus Glasofaringeus
Sifatnya majemuk (sensorik + motorik), yang mensarafi faring,
tonsil dan lidah.
o Nervus Vagus
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
o Nervus Assesorius
Saraf XI menginervasi sternocleidomastoideus dan trapezius
menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala.
o Nervus Hipoglosus
Saraf ini mengandung serabut somato sensorik yang menginervasi
otot intrinsik dan otot ekstrinsik lidah.
 Sistem Pencernaan
Klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan
berat badan. Pada saat palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan, dan
penurunan peristaltik usus (Majid, 2014)
 Sistem Genitourinaria
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda
awal dari syok kardiogenik. (Majid, 2014).
 Sistem Endokrin
Melalui auskultasi, pemeriksa dapat mendengar bising. Bising kelenjar tiroid
menunjukkan peningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi tiroid
(Malignance) (Majid, 2014).
 Sistem Integumen
Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan menemukan tanda-tanda yang
menggambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang
dialaminya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada wajah antara lain :
(Udjianti, 2011)
 Pucat di bibir dan kulit wajah
 Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah
 Edema periorbital.
 Grimace (tanda kesakitan dan tanda kelelahan).
 Sistem Muskuloskeletal
Aktivitas klien mengalami perubahan, klien sering merasa lelah, lemah,
tidak dapat tidur, dan pola hidup tidak banyak gerak (Majid, 2014).
 Wicara dan THT
Kebanyakan klien dengan unstable angina pectoris tidak mengalami
gangguan wicara dan THT.
 Sistem Pengelihatan
Pada mata biasanya terdapat :
 Konjungtiva pucat merupakan manifestasi anemia.
 Konjungtiva kebiruan adalah manifestasi sianosis sentral.
 Sklera berwarna putih yang merupakan gangguan faal hati pada
pasien gagal jantung.
 Gangguan visus mengindikasikan kerusakan pembuluh darah retina
yang terjadi akibat komplikasi hipertensi. (Udjianti, 2011)
7. Aktifitas Sehari-hari
 Nutrisi
Perlu dikaji keadaan makanan dan minuman klien meliputi : porsi yang
dihabiskan, susunan menu, keluhan mual dan muntah, kehilangan nafsu
makan, nyeri ulu hati sebelum atau pada waktu masuk rumah sakit, yang
terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit.
 Eliminasi
Pada klien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak terjadi retensi
urine akibat reabsorbsi natrium di tubulus distal meningkat.
 Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien sering mengalami sesak nafas.
 Personal Hygine
Kebersihan tubuh klien kurang karena klien lebih sering bedrest.
 Aktifitas
Aktifitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
8. Data Psikologi
Jika klien mempunyai penyakit pada jantungnya baik akut maupun
kronis, maka akan dirasakan seperti krisis kehidupan utama. Klien dan
keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan kemungkinan kematian
atau rasa takut terhadap nyeri, ketidakmampuan, gangguan harga diri,
ketergantungan fisik, serta perubahan pada dinamika peran keluarga
(Udjianti, 2011).
9. Data Spiritual
Pengkajian spiritual klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan prilaku klien. Perawat mengumpulkan
pemeriksaan awal pada klien tentang kapasitas fisik dan intelektualnya saat
ini (Muttaqin, 2009).
10. Data Sosial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenisasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas, dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dan curah jantung dapat
disertai insomnia atau kebingungan (Muttaqin, 2009).
11. Data penunjang
 Hb / Ht : untuk mengkaji sel darah yang lengkap dan kemungkinan
anemia serta viskositas atau kekentalan. Leukosit : untuk melihat
apakah adanya kemungkinan infeksi atau tidak.
 Analisa Gas Darah : menilai keseimbangan asam basa baik metabolik
maupun respiratorik.
 Fraksi Lemak : peningkatan kadar kolesterol, trigliserida.
 Tes fungsi ginjal dan hati (BUN, Kreatinin) : menilai efek yang terjadi
akibat CHF terhadap fungsi hati atau ginjal.
 Tiroid : menilai aktifitas tiroid.
 Echocardiogram : menilai adanya hipertropi jantung.
 Scan jantung : menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
kemampuan kontraksi.
 Rontgen thoraks : untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
 EKG : menilai hipertrofi atrium, ventrikel, iskemia, infark dan
distritmia.
12. Pengobatan
Pengobatan yang diperlukan pada klien dengan unstable angina pectoris
biasanya adalah anti nyeri, anti koagulan, trombolitik, vasodilator perifer.
6. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO :
Perubahan irama jantung
1) Bradikardi/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) CVP meningkat atau
menurun
4) Hepatomegali
Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkatmenurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) CRT > 3 detik
Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) EF menurun
DS :
Perubahan irama jantung
1) Palpitasi
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Infark miokard
Tekanan darah
dan nadi
meningkat
Cardiac output
Penurunan
curah jantung
(D.0008)
Perubahan preload
1) Lelah
Perubahan afterload
1) Dispnea
Perubahan kontraktilitas
1) PND
2) Ortopnea
3) Batuk
Penurunan curah
jantung (D.0008)
2 DO :
 Tampak meringis
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit Tidur
 Tekanan darah meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
DS :
 Mengeluh nyeri
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Kerusakan otot
miokardium
Nyeri akut
(D.0077)
EKG : T terbalik
dan ST
Sindrom koroner
akut
UAP
Nyeri dada
Nyeri akut
(D.0077)
3 DO :
 Takikardia
 Bunyi nafas tambahan
 Sianosis
 Gelisah
 Napas cuping hidung
 Pola nafas abnormal
 Warna kulit abnormal
 Kesadaran menurun
DS :
 Dispnea
 Pusing
 Penglihatan kabur
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Gangguan
pertukaran
gas
(D.0003)
Infark miokard
Kelemahan
miokard
Volume akhir
diastolic ventrikel
kiri meningkat
Tekanan atrium
kiri meningkat
Tekanan vena
pulmonalis
meningkat
Hipertensi kapiler
paru
Edema paru
Gangguan
pertukaran gas
(D.0003)
4 DO :
 Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
 Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Intoleransi
aktivitas
(D.0056)
7. Di
ag
no
sa
Ke
perawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
preload, afterload, atau kontraktilitas (D.0008)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia (D.0077).
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -
 Gambaran EKG menunjukan
aritmia saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG menunjukan
iskemia
 Sianosis
DS :
 Mengeluh lelah
 Dispnea saat/setelah aktivitas
 Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
 Merasa lemah
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Infark miokard
Tekanan darah
dan nadi
meningkat
Peningkatan
tekanan jantung
Lelah
Intoleransi
aktivitas (D.0056)
perfusi dan perubahan membran alveolus - kapiler (D.0003).
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056).
8. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan irama
jantung, preload,
afterload, atau
kontraktilitas
(D.0008)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
curah
jantung
meningkat
(L.02008)
dengan
kriteria hasil
:
1. Kekuatan
nadi perifer
meningkat.
2. Ejection
fraction
(EF)
meningkat.
3. Palpitasi
menurun.
4.
Perawatan Jantung
(I.02075)
Observasi :
 Identifikasi
tanda/gejala primer
penurunan curah
jantung (meliputi
dispnea, kelelahan,
edema, ortopnea,
paroxymal noctural
dyspnea,
peningkatan CVP).
 Identifikasi
tanda/gejala
sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi:
peningkatan berat
badan,
hepatomegali,diste
nsi vena jugularis,
 Untuk
mengetahui
tanda/gejala
primer
penurunan curah
jantung
 Untuk
mengetahui
tanda/gejala
sekunder dari
penurunan curah
jantung
Bradikardia
menurun.
5.
Takikardia
menurun.
6.
Gambaran
EKG
aritmia
menurun.
7. Lelah
menurun
8. Edema
menurun.
9. Distensi
vena
jugularis
menurun.
10. Dispnea
menurun.
11. Oliguria
menurun.
12. Pucat /
sianosis
menurun.
13.
Paroxysmal
nocturnal
dyspnea
menurun.
14.
palpitasi, ronkhi
basah, oliguri, kulit
pucat).
Terapeutik :
 Posisikan pasien
semi Fowler atau
Fowler dengan
kaki kebawah atau
posisi nyaman.
 Berikan diet
jantung yang
sesuai (mis. Batasi
asupan kafein,
natrium, kolesterol
dan makanan
tinggi lemak).
 Berikan dukungan
emosional dan
spiritual.
Edukasi :
 Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap.
 Anjurkan berhenti
merokok.
 Ajarkan pasien
dan keluarga
 Agar pasien
merasa nyaman
dan
memaksimalkan
expansi paru
 Agar pasien
mendapatkan
pola makan dan
minum yang
sesuai dan tidak
memperburuk
kesehatan
jantungnya
 Agar emosional
dan spiritual
pasien makin
baik
 Agar pasien
melatih fisiknya
Ortopnea
menurun.
15. Batuk
menurun.
16. Suara
jantung S3
menurun.
17. Suara
jantung S4
menurun.
18. Tekanan
darah
membaik.
19.
Pengisian
kapiler
membaik.
mengukur berat
badan harian.
secara bertahap
 Agar keadaan
pasien tidak
semakin
memburuk
 Agar pasien dan
keluarganya
mampu untuk
mengukur BB
harian secara
mandiri
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologis:
iskemia (D.0077).
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
tingkat
nyeri
menurun
(L.08066)
dengan
kriteria hasil
:
1. Keluhan
nyeri
Manajemen Nyeri
(I.08238)
Observasi :
 Identifikasi lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri.
 Identifikasi skala
nyeri
 Identifikasi
 Untuk
mengetahui
lokasi,
karakteristik,
frekuensi, dan
intensitas dari
nyeri pasien
 Untuk
mengetahui
skala nyeri
menurun.
2. Meringis
menurun.
3. Gelisah
menurun.
4.
Kesulitan
tidur
menurun.
5.
Anoreksia
menurun.
6. Frekuensi
nadi
membaik.
7. Pola
napas
membaik.
8. Tekanan
darah
membaik.
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri.
Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur.
pasien
 Untuk
mengetahui
seberapa
pengetahuan
dan keyakinan
pasien tentang
nyeri
 Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien
berkurang
 Agar
lingkungan
ruangan
Edukasi :
 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
disekitar dapat
membantu
meringankan
rasa nyeri pada
pasien
 Agar pasien
lebih
mengetahui
mengenai rasa
nyerinya
 Agar pasien
mengetahui
strategi
meredakan
nyeri
 Agar pasien
mampu
memonitor rasa
nyerinya secara
mandiri
 Agar pasien
tidak salah
dalam
menggunakan
produk
analgetik
3 Gangguan
Pertukaran Gas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangn
ventilasi-perfusi
perubahan
membran
alveolus-kapiler
(D.0003).
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
pertukaran
gas
meningkat
(L.01003)
dengan
kriteria hasil
:
1. Tingkat
kesadaran
meningkat.
2. Dispnea
menurun.
3. Bunyi
napas
tambahan
menurun.
4. Pusing
menurun.
5.
Penglihatan
kabur
menurun.
6.
Pemantauan
RespirasI (I.01014)
Observasi :
Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne
Stokes,Biot,atksik).
Monitor
kemampuan batuk
efektif.
Monitor adanya
sumbatan jalan
napas.
Monitor saturasi
oksigenasi.
Terapeutik :
 Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
 Untuk
mengetahui
pola napas dari
pasien
 Untuk
mengetahui
kemampuan
batuk efektif
dari pasien
 Untuk
mengetahui
adanya
sumbatan pada
jalan napas
pasien
 Untuk
mengetahui
saturasi
oksigen pasien
 Agar interval
Diaforesis
menurun.
7. Gelisah
menurun.
8. Napas
cuping
hidung
menurun.
9.
Takikardia
membaik.
13. Sianosis
membaik.
14. Pola
nafas
membaik.
15. Warna
kulit
membaik
kondisi pasien.
 Dokumentasikan
hasil
pemantauan.
Edukasi :
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan.
 Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu.
respirasi pasien
sesuai dengan
kondisinya
 Agar hasil
pemantauan
tercatat
 Agar pasien
mengetahui
tujuan dan
prosedur dari
pemantauan
yang dilakukan
 Agar pasien
mengetahui
hasil dari
pemantauan
4 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan dan
ketidakseimbanga
n antara suplai
dan kebutuhan
oksigen (D.0056)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
toleransi
aktivitas
meningkat
(L.05047)
dengan
kriteria hasil
:
Manajemen Energi
(I.05178)
Observasi :
 Identifikasi
gangguan fungsi
tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan.
 Monitor
kelelahan fisik
dan emosional.
 Untuk
mengetahui
gangguan yang
ada pada tubuh
pasien
 Untuk
mengetahui
kelelahan dan
1. Frekuensi
nadi
meningkat.
2. Saturasi
oksigen
meningkat.
3. Keluhan
Lemah/lelah
meningkat.
4. Dispnea
saat
aktivitas
menurun.
5. Dispnea
setelah
aktivitas
menurunt.
6. Tekanan
darah
membaik.
7. Frekuensi
napas
membaik.
8. EKG
Iskemia
membaik
 Monitor pola dan
jam tidur.
Terapetik :
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. Cahaya,
suara,
kunjungan).
 Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tirah
baring.
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap.
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
emosional
pasien
 Untuk
mengetahui
pola dan jam
tidur pasien
 Agar pasien
merasa nyaman
terhadap
lingkungan
 Agar pasien
tidak selalu
berbaring
ditempat tidur
 Agar pasien
tidak selalu
berbaring
 Agar pasien
mampu
melakukan
kelelahan tidak
berkurang.
aktivitas secara
mandiri
 Agar perawat
dapat
membantu
pasien untuk
memberikan
terapi lainnya
dalam upaya
mengurangi
kelelahan
9. Daftar Pustaka
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8683/4/Chapter2.pdf.pdf
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/933/ANDREAS%20YO
GA%20PUTRA%20KRISTIARA%20AKX16017%20%282019%29-1-
63.pdf?sequence=1&isAllowed=y

More Related Content

What's hot

Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanadeputra93
 
Sejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiaSejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiawahdaoctiasakti
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaNotesyaAAmanupunnyo
 
recovery jiwa.docx
recovery jiwa.docxrecovery jiwa.docx
recovery jiwa.docxciciwijaya2
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Standar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanStandar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanRahayoe Ningtyas
 
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluarga
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluargaKelompok 2 diagnosa keperawatan keluarga
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluargaMelaNoviyanti
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanAde Rahman
 
CEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERATCEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERATgretykansilo
 

What's hot (20)

LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan  tb paruAsuhan keperawatan klien dengan  tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
 
Konflik Management Keperawatan
Konflik Management KeperawatanKonflik Management Keperawatan
Konflik Management Keperawatan
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Sejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiaSejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesia
 
Tak halusinasi
Tak halusinasi Tak halusinasi
Tak halusinasi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 
recovery jiwa.docx
recovery jiwa.docxrecovery jiwa.docx
recovery jiwa.docx
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Standar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatanStandar praktek keperawatan
Standar praktek keperawatan
 
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluarga
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluargaKelompok 2 diagnosa keperawatan keluarga
Kelompok 2 diagnosa keperawatan keluarga
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
CEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERATCEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERAT
 
RPK
RPKRPK
RPK
 

Similar to LAPORAN UAP

Similar to LAPORAN UAP (20)

Asuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectorisAsuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectoris
 
Asuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectorisAsuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectoris
 
St elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkSt elevasi miokard infark
St elevasi miokard infark
 
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nandaAsuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
angina pectoris
 angina pectoris angina pectoris
angina pectoris
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Angina Pektoris
Angina PektorisAngina Pektoris
Angina Pektoris
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Miokard infark
Miokard infarkMiokard infark
Miokard infark
 
Acute Coronary Syndome
Acute Coronary SyndomeAcute Coronary Syndome
Acute Coronary Syndome
 
PJK.pptx
PJK.pptxPJK.pptx
PJK.pptx
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Arteri Coronaria Sindrome
Arteri Coronaria SindromeArteri Coronaria Sindrome
Arteri Coronaria Sindrome
 
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
 
Aritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptxAritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptx
 

Recently uploaded

Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 

LAPORAN UAP

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP) DI RUANG KENANGA BLUD RSU KOTA BANJAR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik I pada Program Studi S1 Keperawatan Disusun Oleh : SHILVI SEPRIANELA HERYANTO NIM : 4002190016 STIKES BINA PUTERA BANJAR PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2022
  • 2. LAPORAN PENDAHULUAN 1. Definisi Penyakit : Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium yang dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen; seperti latihan fisik; dan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin (Majid, 2018). Angina pektoris adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner (PERKI, 2018). Unstable Angina Pectoris (UAP) atau disebut juga angina pectoris tidak stabil yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu istirahat atau aktivitas minimal yang terjadi lebih berat secara mendadak atau bila angina pectoris sudah ada sebelumnya namun menjadi lebih berat. Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya (Khotimah dkk, 2022). 2. Etiologi : Aspiani (2017) menyatakan bahwa penyebab UAP yaitu : a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu, faktor pembuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan arteritis, faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi, serta faktor darah: anemia, hipoksemia, polisitemia. b. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan, emosi, makan terlalu banyak, dan hypertiroidisme. c. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan miokard,
  • 3. hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik 3. Tanda dan Gejala : Manifestasi klinis atau tanda gejala dari Unstabel Angina Pectoris adalah sebagai berikut : 1. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, rasa seperti ditusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir. 2. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri 3. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat 4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas. 5. Pada Pemeriksaan EKG a. Fase hiperakut (beberpa jam permulaan serangan) 1. Elevasi yang curam dari segmen ST 2. Gelombang T yang tinggi dan lebar 3. Tampak gelombang Q b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian) 1. Elevasi segmen ST yang cembung ke atas 2. Gelombang T yang terbalik (arrowhead) c. Fase resolusi (beberapa mingg/bulan kemudian) 1. Gelombang Q patologis 2. Segmen ST sudah tidak elevasi 3. Gelombang T mungkin sudah menjadi normal 4. Patofisiologi Terjadinya UAP pada umumnya diawali dengan terjadinya proses aterosklerosis pada saat monosit berpindah dari aliran darah dan melekat pada lapisan dinding
  • 4. pembuluh darah koroner, yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan lemak. Setiap daerah penebalan atau plak selain terdiri dari monosit dan lemak menimbulkan jaringan ikat dari sekitar area perlekatan. Hipertensi juga menyebabkan gesekan antara aliran darah dengan ateroma. Ateroma atau plak aterosklerosis dapat menyebar dimana saja, tetapi umumnya ada di daerah percabangan. Pada ateroma yang pecah dapat mempersempit lumen pembuluh darah arteri yang kemudian mengakibatkan pembentukan bekuan darah yang mengalir (trombus), bekuan ini dapat menyebabkan sumbatan (tromboemboli) di tempat lain. Dengan adanya sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan menurunnya suplai darah (Muttaqin, 2014). Kurangnya suplai oksigen dalam otot jantung, maka otot jantung akan menjadi iskemia, sedangkan apabila pasokan oksigen berhenti selama kurang lebih 20 menit maka menyebabkan miokardium (otot jantung) mengalami nekrosis (infark miokard). Iskemia miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium menimbulkan nyeri dada dan adanya perubahan segmen ST pada (EKG). Nyeri dada yang dialami pasien dapat menimbulakan kecemasan akan kematian. Selain itu, iskemia mikoard juga akan menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard yang akan berdampak pada penurunan cardiac output (CO). Kurangnya suplai oksigen dalam otot jantung membuat tekanan darah dan nadi meningkat sehingga menimbulkan kelelahan yang berlebih. Selanjutnya, Infark miokard menyebabkan volume akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri meningkat. Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paruparu sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru menimbulkan edema paru, dan terjadi gangguan pertukaran gas. (Mutarobin, 2018).
  • 5. Pathway 5. Data Fokus Pengkajian : a. Wawancara a. Identitas 1. Identitas klien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor medrec, diagnosis medis dan alamat. 2. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan alamat. b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama
  • 6. Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Keluhan utama biasanya nyeri dada di anterior, precordial, substernal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban berat terasa berat dan seperti diremas yang timbul mendadak nyeri dada timbul berhubungan dengan aktifitas fisik berat atau emosi yang hebat. Durasi serangan nyeri bervariasi tergantung diameter arteri coroner yang tersumbat dan luasnya area iskemik miokard nyeri dada dapat disertai dengan gejala mual munta diaphoresis, dan sesak napas. Bila nyeri timbul saat klien istirahat atau tidur maka prognosisnya buruk (kemungkinan telah menjadi infark miokard) 2. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai keluhan klien secara PQRST, yaitu : Provoking Incident : Nyeri terjadi setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung. Quality of Pain : Seperti apa keluhan nyeri dalam melakukan aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien merasakan nyeri dan sesak nafas (dengan menggunakan alat atau otot bantu pernapasan). Region : radiation, relief : Apakah nyeri bersifat lokal atau memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas.
  • 7. Severity (Scale)mof Pain : Kaji rentang skala nyeri pada klien (1- 10). Skala nyeri bersifat subyektif, yaitu berbeda antara klien satu dengan klien yang lain, sesuai dengan nyeri yang dirasakan. Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan nyeri biasanya timbul perlahan atau tiba-tiba. Lama timbulnya (durasi) biasanya setiap saat, baik istirahat maupun saat beraktivitas (Muttaqin, 2009). 3. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan (Muttaqin, 2009). 4. Riwayat keluarga Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya (Muttaqin, 2009). 5. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alkohol, atau obat tertentu. Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari dan jenis rokok. Dalam
  • 8. mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien (Muttaqin, 2009). 6. Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksan kesehatan pada unstable angina pectoris meliputi pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan persistem meliputi : Sistem Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan, Sistem Urinaria, Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal, Sistem Integumen, Sistem Endokrin, Sistem Pendengaran, Sistem Penglihatan dan Pengkajian Sistem Psikososial. Biasanya pemeriksaan berfokus menyeluruh pada sistem Kardiovaskular (Muttaqin, 2009).  Keadaan Umum Pada pemeriksaan keadaan umum klien unstable angina pectoris biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. TTV normal : TD : 120/8mmHg, N : 80-100 x/menit, R : 16-20x/menit, S : 36,5-37,0 oC (Majid, 2014).  Pemeriksaan fisik persistem  Sistem pernapasan Pengkajian yang didapat klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal, dan mengeluh sesak seperti tercekik. Sesak nafas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
  • 9. saat melakukan kegiatan fisik. Pada infark miokardium yang kronis dapat terjadi dyspnea kardiak yang timbul saat istirahat (Majid, 2014).  Sistem Kardiovaskular Inspeksi: Adanya jaringan parut pada dada, keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah subternal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas sampai ke dada. Nyeri dapat menyebabkan ketidak mampuan menggerakkan bahu dan tangan kelemahan fisik, dan adanya edema ekstermitas (Majid, 2014). Palpasi: Pada klien dengan unstable angina pectoris, ditemukan denyut nadi perifer melemah (Majid, 2014). Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan leh infark miokardium. Bunyi jantung tambahan bunyi gallop dan murmur akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan kecuali ada komplikasi. (Majid, 2014). Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran(Majid, 2014).  Sistem Persyarafan Kesadaran biasanya composmentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat (Majid, 2014).  Test Nervus Cranial o Nervus Olfaktorius (N.I) Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya satu, yaitu mencium bau, menghirup (penciuman,
  • 10. pembauan). o Nervus Optikus (N.II) Penangkap rangsang cahaya ialah sel batang, kerucut yang terletak di retina, dan lapang pandang. o Nervus Okulomotorius, Trochearis, Abdusen (N,III,IV,VI) Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom nervus III mengatur otot pupil. o Nervus Trigeminus (N.V) Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor) dan bagian motorik (porsio minor) o Nervus Facialis (N. VII) Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot- otot ekspresi wajah.. o Nervus Auditorius (N.VIII) Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengaran yang membawa rangsangan dari telinga ke otak. o Nervus Glasofaringeus Sifatnya majemuk (sensorik + motorik), yang mensarafi faring, tonsil dan lidah. o Nervus Vagus Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut. o Nervus Assesorius
  • 11. Saraf XI menginervasi sternocleidomastoideus dan trapezius menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala. o Nervus Hipoglosus Saraf ini mengandung serabut somato sensorik yang menginervasi otot intrinsik dan otot ekstrinsik lidah.  Sistem Pencernaan Klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan. Pada saat palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan, dan penurunan peristaltik usus (Majid, 2014)  Sistem Genitourinaria Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. (Majid, 2014).  Sistem Endokrin Melalui auskultasi, pemeriksa dapat mendengar bising. Bising kelenjar tiroid menunjukkan peningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi tiroid (Malignance) (Majid, 2014).  Sistem Integumen Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan menemukan tanda-tanda yang menggambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang dialaminya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada wajah antara lain : (Udjianti, 2011)
  • 12.  Pucat di bibir dan kulit wajah  Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah  Edema periorbital.  Grimace (tanda kesakitan dan tanda kelelahan).  Sistem Muskuloskeletal Aktivitas klien mengalami perubahan, klien sering merasa lelah, lemah, tidak dapat tidur, dan pola hidup tidak banyak gerak (Majid, 2014).  Wicara dan THT Kebanyakan klien dengan unstable angina pectoris tidak mengalami gangguan wicara dan THT.  Sistem Pengelihatan Pada mata biasanya terdapat :  Konjungtiva pucat merupakan manifestasi anemia.  Konjungtiva kebiruan adalah manifestasi sianosis sentral.  Sklera berwarna putih yang merupakan gangguan faal hati pada pasien gagal jantung.  Gangguan visus mengindikasikan kerusakan pembuluh darah retina yang terjadi akibat komplikasi hipertensi. (Udjianti, 2011) 7. Aktifitas Sehari-hari  Nutrisi Perlu dikaji keadaan makanan dan minuman klien meliputi : porsi yang dihabiskan, susunan menu, keluhan mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati sebelum atau pada waktu masuk rumah sakit, yang
  • 13. terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit.  Eliminasi Pada klien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak terjadi retensi urine akibat reabsorbsi natrium di tubulus distal meningkat.  Pola Istirahat Pola istirahat tidak teratur karena klien sering mengalami sesak nafas.  Personal Hygine Kebersihan tubuh klien kurang karena klien lebih sering bedrest.  Aktifitas Aktifitas terbatas karena terjadi kelemahan otot. 8. Data Psikologi Jika klien mempunyai penyakit pada jantungnya baik akut maupun kronis, maka akan dirasakan seperti krisis kehidupan utama. Klien dan keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan kemungkinan kematian atau rasa takut terhadap nyeri, ketidakmampuan, gangguan harga diri, ketergantungan fisik, serta perubahan pada dinamika peran keluarga (Udjianti, 2011). 9. Data Spiritual Pengkajian spiritual klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pada klien tentang kapasitas fisik dan intelektualnya saat
  • 14. ini (Muttaqin, 2009). 10. Data Sosial Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenisasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dan curah jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan (Muttaqin, 2009). 11. Data penunjang  Hb / Ht : untuk mengkaji sel darah yang lengkap dan kemungkinan anemia serta viskositas atau kekentalan. Leukosit : untuk melihat apakah adanya kemungkinan infeksi atau tidak.  Analisa Gas Darah : menilai keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik.  Fraksi Lemak : peningkatan kadar kolesterol, trigliserida.  Tes fungsi ginjal dan hati (BUN, Kreatinin) : menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hati atau ginjal.  Tiroid : menilai aktifitas tiroid.  Echocardiogram : menilai adanya hipertropi jantung.  Scan jantung : menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang kemampuan kontraksi.  Rontgen thoraks : untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.  EKG : menilai hipertrofi atrium, ventrikel, iskemia, infark dan distritmia. 12. Pengobatan
  • 15. Pengobatan yang diperlukan pada klien dengan unstable angina pectoris biasanya adalah anti nyeri, anti koagulan, trombolitik, vasodilator perifer. 6. Analisa Data No Data Etiologi Masalah 1 DO : Perubahan irama jantung 1) Bradikardi/takikardia 2) Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi Perubahan preload 1) Edema 2) Distensi vena jugularis 3) CVP meningkat atau menurun 4) Hepatomegali Perubahan afterload 1) Tekanan darah meningkatmenurun 2) Nadi perifer teraba lemah 3) CRT > 3 detik Perubahan kontraktilitas 1) Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4 2) EF menurun DS : Perubahan irama jantung 1) Palpitasi Atreosklerosis Akumulasi / penimbun ateroma plak di intima arteri Penyempitan lumen arteri,rupture plak, thrombosis dan spasme arteri Aliran O2 arteri korener menurun Iskemia Infark miokard Tekanan darah dan nadi meningkat Cardiac output Penurunan curah jantung (D.0008)
  • 16. Perubahan preload 1) Lelah Perubahan afterload 1) Dispnea Perubahan kontraktilitas 1) PND 2) Ortopnea 3) Batuk Penurunan curah jantung (D.0008) 2 DO :  Tampak meringis  Gelisah  Frekuensi nadi meningkat  Sulit Tidur  Tekanan darah meningkat  Pola nafas berubah  Nafsu makan berubah  Proses berpikir terganggu DS :  Mengeluh nyeri Atreosklerosis Akumulasi / penimbun ateroma plak di intima arteri Penyempitan lumen arteri,rupture plak, thrombosis dan spasme arteri Aliran O2 arteri korener menurun Iskemia Kerusakan otot miokardium Nyeri akut (D.0077)
  • 17. EKG : T terbalik dan ST Sindrom koroner akut UAP Nyeri dada Nyeri akut (D.0077) 3 DO :  Takikardia  Bunyi nafas tambahan  Sianosis  Gelisah  Napas cuping hidung  Pola nafas abnormal  Warna kulit abnormal  Kesadaran menurun DS :  Dispnea  Pusing  Penglihatan kabur Atreosklerosis Akumulasi / penimbun ateroma plak di intima arteri Penyempitan lumen arteri,rupture plak, thrombosis dan spasme arteri Aliran O2 arteri korener menurun Iskemia Gangguan pertukaran gas (D.0003)
  • 18. Infark miokard Kelemahan miokard Volume akhir diastolic ventrikel kiri meningkat Tekanan atrium kiri meningkat Tekanan vena pulmonalis meningkat Hipertensi kapiler paru Edema paru Gangguan pertukaran gas (D.0003) 4 DO :  Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat  Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat Atreosklerosis Akumulasi / penimbun ateroma plak di intima arteri Intoleransi aktivitas (D.0056)
  • 19. 7. Di ag no sa Ke perawatan 1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, preload, afterload, atau kontraktilitas (D.0008) 2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia (D.0077). 3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -  Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas  Gambaran EKG menunjukan iskemia  Sianosis DS :  Mengeluh lelah  Dispnea saat/setelah aktivitas  Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas  Merasa lemah Penyempitan lumen arteri,rupture plak, thrombosis dan spasme arteri Aliran O2 arteri korener menurun Iskemia Infark miokard Tekanan darah dan nadi meningkat Peningkatan tekanan jantung Lelah Intoleransi aktivitas (D.0056)
  • 20. perfusi dan perubahan membran alveolus - kapiler (D.0003). 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056). 8. Perencanaan No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional 1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, preload, afterload, atau kontraktilitas (D.0008) Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat (L.02008) dengan kriteria hasil : 1. Kekuatan nadi perifer meningkat. 2. Ejection fraction (EF) meningkat. 3. Palpitasi menurun. 4. Perawatan Jantung (I.02075) Observasi :  Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxymal noctural dyspnea, peningkatan CVP).  Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi: peningkatan berat badan, hepatomegali,diste nsi vena jugularis,  Untuk mengetahui tanda/gejala primer penurunan curah jantung  Untuk mengetahui tanda/gejala sekunder dari penurunan curah jantung
  • 21. Bradikardia menurun. 5. Takikardia menurun. 6. Gambaran EKG aritmia menurun. 7. Lelah menurun 8. Edema menurun. 9. Distensi vena jugularis menurun. 10. Dispnea menurun. 11. Oliguria menurun. 12. Pucat / sianosis menurun. 13. Paroxysmal nocturnal dyspnea menurun. 14. palpitasi, ronkhi basah, oliguri, kulit pucat). Terapeutik :  Posisikan pasien semi Fowler atau Fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman.  Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolesterol dan makanan tinggi lemak).  Berikan dukungan emosional dan spiritual. Edukasi :  Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap.  Anjurkan berhenti merokok.  Ajarkan pasien dan keluarga  Agar pasien merasa nyaman dan memaksimalkan expansi paru  Agar pasien mendapatkan pola makan dan minum yang sesuai dan tidak memperburuk kesehatan jantungnya  Agar emosional dan spiritual pasien makin baik  Agar pasien melatih fisiknya
  • 22. Ortopnea menurun. 15. Batuk menurun. 16. Suara jantung S3 menurun. 17. Suara jantung S4 menurun. 18. Tekanan darah membaik. 19. Pengisian kapiler membaik. mengukur berat badan harian. secara bertahap  Agar keadaan pasien tidak semakin memburuk  Agar pasien dan keluarganya mampu untuk mengukur BB harian secara mandiri 2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia (D.0077). Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun (L.08066) dengan kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.  Identifikasi skala nyeri  Identifikasi  Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, frekuensi, dan intensitas dari nyeri pasien  Untuk mengetahui skala nyeri
  • 23. menurun. 2. Meringis menurun. 3. Gelisah menurun. 4. Kesulitan tidur menurun. 5. Anoreksia menurun. 6. Frekuensi nadi membaik. 7. Pola napas membaik. 8. Tekanan darah membaik. pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri. Terapeutik :  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Fasilitasi istirahat dan tidur. pasien  Untuk mengetahui seberapa pengetahuan dan keyakinan pasien tentang nyeri  Agar rasa nyeri yang dirasakan pasien berkurang  Agar lingkungan ruangan
  • 24. Edukasi :  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.  Jelaskan strategi meredakan nyeri.  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.  Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat. disekitar dapat membantu meringankan rasa nyeri pada pasien  Agar pasien lebih mengetahui mengenai rasa nyerinya  Agar pasien mengetahui strategi meredakan nyeri  Agar pasien mampu memonitor rasa nyerinya secara mandiri  Agar pasien tidak salah dalam menggunakan produk
  • 25. analgetik 3 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangn ventilasi-perfusi perubahan membran alveolus-kapiler (D.0003). Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas meningkat (L.01003) dengan kriteria hasil : 1. Tingkat kesadaran meningkat. 2. Dispnea menurun. 3. Bunyi napas tambahan menurun. 4. Pusing menurun. 5. Penglihatan kabur menurun. 6. Pemantauan RespirasI (I.01014) Observasi : Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne Stokes,Biot,atksik). Monitor kemampuan batuk efektif. Monitor adanya sumbatan jalan napas. Monitor saturasi oksigenasi. Terapeutik :  Atur interval pemantauan respirasi sesuai  Untuk mengetahui pola napas dari pasien  Untuk mengetahui kemampuan batuk efektif dari pasien  Untuk mengetahui adanya sumbatan pada jalan napas pasien  Untuk mengetahui saturasi oksigen pasien  Agar interval
  • 26. Diaforesis menurun. 7. Gelisah menurun. 8. Napas cuping hidung menurun. 9. Takikardia membaik. 13. Sianosis membaik. 14. Pola nafas membaik. 15. Warna kulit membaik kondisi pasien.  Dokumentasikan hasil pemantauan. Edukasi :  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu. respirasi pasien sesuai dengan kondisinya  Agar hasil pemantauan tercatat  Agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur dari pemantauan yang dilakukan  Agar pasien mengetahui hasil dari pemantauan 4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidakseimbanga n antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056) Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas meningkat (L.05047) dengan kriteria hasil : Manajemen Energi (I.05178) Observasi :  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.  Monitor kelelahan fisik dan emosional.  Untuk mengetahui gangguan yang ada pada tubuh pasien  Untuk mengetahui kelelahan dan
  • 27. 1. Frekuensi nadi meningkat. 2. Saturasi oksigen meningkat. 3. Keluhan Lemah/lelah meningkat. 4. Dispnea saat aktivitas menurun. 5. Dispnea setelah aktivitas menurunt. 6. Tekanan darah membaik. 7. Frekuensi napas membaik. 8. EKG Iskemia membaik  Monitor pola dan jam tidur. Terapetik :  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan).  Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi :  Anjurkan tirah baring.  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.  Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala emosional pasien  Untuk mengetahui pola dan jam tidur pasien  Agar pasien merasa nyaman terhadap lingkungan  Agar pasien tidak selalu berbaring ditempat tidur  Agar pasien tidak selalu berbaring  Agar pasien mampu melakukan
  • 28. kelelahan tidak berkurang. aktivitas secara mandiri  Agar perawat dapat membantu pasien untuk memberikan terapi lainnya dalam upaya mengurangi kelelahan 9. Daftar Pustaka http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8683/4/Chapter2.pdf.pdf http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/933/ANDREAS%20YO GA%20PUTRA%20KRISTIARA%20AKX16017%20%282019%29-1- 63.pdf?sequence=1&isAllowed=y