Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Unstable angina pectoris adalah nyeri dada yang timbul tiba-tiba akibat penyempitan pembuluh darah koroner yang disebabkan oleh aterosklerosis. Gejala utamanya adalah nyeri dada yang membaik dengan istirahat dan disertai keringat dingin serta mual. Pemeriksaan menunjukkan perubahan pada EKG berupa elevasi segmen ST.
1. LAPORAN PENDAHULUAN
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP)
DI RUANG KENANGA BLUD RSU KOTA BANJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik I pada Program Studi S1 Keperawatan
Disusun Oleh :
SHILVI SEPRIANELA HERYANTO
NIM : 4002190016
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022
2. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi Penyakit :
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium yang
dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen; seperti
latihan fisik; dan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau pemberian
nitrogliserin (Majid, 2018). Angina pektoris adalah suatu sindroma klinik yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran
arteri koroner (PERKI, 2018).
Unstable Angina Pectoris (UAP) atau disebut juga angina pectoris tidak stabil
yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu
istirahat atau aktivitas minimal yang terjadi lebih berat secara mendadak atau bila
angina pectoris sudah ada sebelumnya namun menjadi lebih berat. Biasanya
dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya (Khotimah dkk,
2022).
2. Etiologi :
Aspiani (2017) menyatakan bahwa penyebab UAP yaitu :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang dapat disebabkan oleh tiga faktor
yaitu, faktor pembuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan arteritis, faktor sirkulasi:
hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi, serta faktor darah: anemia, hipoksemia,
polisitemia.
b. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan, emosi, makan
terlalu banyak, dan hypertiroidisme.
c. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan miokard,
3. hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik
3. Tanda dan Gejala :
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari Unstabel Angina Pectoris adalah sebagai
berikut :
1. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, rasa
seperti ditusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir.
2. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
3. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat
4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas.
5. Pada Pemeriksaan EKG
a. Fase hiperakut (beberpa jam permulaan serangan)
1. Elevasi yang curam dari segmen ST
2. Gelombang T yang tinggi dan lebar
3. Tampak gelombang Q
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1. Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
2. Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa mingg/bulan kemudian)
1. Gelombang Q patologis
2. Segmen ST sudah tidak elevasi
3. Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
4. Patofisiologi
Terjadinya UAP pada umumnya diawali dengan terjadinya proses aterosklerosis
pada saat monosit berpindah dari aliran darah dan melekat pada lapisan dinding
4. pembuluh darah koroner, yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan lemak.
Setiap daerah penebalan atau plak selain terdiri dari monosit dan lemak menimbulkan
jaringan ikat dari sekitar area perlekatan. Hipertensi juga menyebabkan gesekan antara
aliran darah dengan ateroma. Ateroma atau plak aterosklerosis dapat menyebar dimana
saja, tetapi umumnya ada di daerah percabangan. Pada ateroma yang pecah dapat
mempersempit lumen pembuluh darah arteri yang kemudian mengakibatkan
pembentukan bekuan darah yang mengalir (trombus), bekuan ini dapat menyebabkan
sumbatan (tromboemboli) di tempat lain. Dengan adanya sumbatan pada arteri koroner
dapat mengakibatkan menurunnya suplai darah (Muttaqin, 2014). Kurangnya suplai
oksigen dalam otot jantung, maka otot jantung akan menjadi iskemia, sedangkan apabila
pasokan oksigen berhenti selama kurang lebih 20 menit maka menyebabkan
miokardium (otot jantung) mengalami nekrosis (infark miokard). Iskemia miokard yang
terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium menimbulkan nyeri dada dan
adanya perubahan segmen ST pada (EKG). Nyeri dada yang dialami pasien dapat
menimbulakan kecemasan akan kematian. Selain itu, iskemia mikoard juga akan
menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard yang akan berdampak pada penurunan
cardiac output (CO). Kurangnya suplai oksigen dalam otot jantung membuat tekanan
darah dan nadi meningkat sehingga menimbulkan kelelahan yang berlebih. Selanjutnya,
Infark miokard menyebabkan volume akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium
kiri meningkat. Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paruparu
sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru menimbulkan edema paru, dan terjadi gangguan pertukaran
gas. (Mutarobin, 2018).
5. Pathway
5. Data Fokus Pengkajian :
a. Wawancara
a. Identitas
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
medrec, diagnosis medis dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
6. Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan. Keluhan utama biasanya nyeri dada di anterior,
precordial, substernal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung
dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban berat terasa berat dan
seperti diremas yang timbul mendadak nyeri dada timbul berhubungan
dengan aktifitas fisik berat atau emosi yang hebat. Durasi serangan nyeri
bervariasi tergantung diameter arteri coroner yang tersumbat dan luasnya
area iskemik miokard nyeri dada dapat disertai dengan gejala mual munta
diaphoresis, dan sesak napas. Bila nyeri timbul saat klien istirahat atau tidur
maka prognosisnya buruk (kemungkinan telah menjadi infark miokard)
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan
utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
keluhan klien secara PQRST, yaitu :
Provoking Incident : Nyeri terjadi setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
Quality of Pain : Seperti apa keluhan nyeri dalam melakukan aktivitas yang
dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien
merasakan nyeri dan sesak nafas (dengan menggunakan alat atau otot bantu
pernapasan).
Region : radiation, relief : Apakah nyeri bersifat lokal atau memengaruhi
keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas.
7. Severity (Scale)mof Pain : Kaji rentang skala nyeri pada klien (1- 10). Skala
nyeri bersifat subyektif, yaitu berbeda antara klien satu dengan klien yang
lain, sesuai dengan nyeri yang dirasakan.
Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan nyeri biasanya timbul perlahan
atau tiba-tiba. Lama timbulnya (durasi) biasanya setiap saat, baik istirahat
maupun saat beraktivitas (Muttaqin, 2009).
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan
mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat –
obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan
(Muttaqin, 2009).
4. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian
juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya
pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya (Muttaqin, 2009).
5. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alkohol,
atau obat tertentu. Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan
merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari dan jenis rokok. Dalam
8. mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien
(Muttaqin, 2009).
6. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksan kesehatan pada unstable angina pectoris meliputi pemeriksaan
fisik umum secara persistem berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan
persistem meliputi : Sistem Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem
Persyarafan, Sistem Urinaria, Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal,
Sistem Integumen, Sistem Endokrin, Sistem Pendengaran, Sistem
Penglihatan dan Pengkajian Sistem Psikososial. Biasanya pemeriksaan
berfokus menyeluruh pada sistem Kardiovaskular (Muttaqin, 2009).
Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien unstable angina pectoris biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. TTV normal :
TD : 120/8mmHg, N : 80-100 x/menit, R : 16-20x/menit, S : 36,5-37,0 oC
(Majid, 2014).
Pemeriksaan fisik persistem
Sistem pernapasan
Pengkajian yang didapat klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi
normal, dan mengeluh sesak seperti tercekik. Sesak nafas terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
9. saat melakukan kegiatan fisik. Pada infark miokardium yang kronis dapat
terjadi dyspnea kardiak yang timbul saat istirahat (Majid, 2014).
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi: Adanya jaringan parut pada dada, keluhan lokasi nyeri biasanya
didaerah subternal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat
meluas sampai ke dada. Nyeri dapat menyebabkan ketidak mampuan
menggerakkan bahu dan tangan kelemahan fisik, dan adanya edema
ekstermitas (Majid, 2014).
Palpasi: Pada klien dengan unstable angina pectoris, ditemukan denyut nadi
perifer melemah (Majid, 2014).
Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan leh infark miokardium. Bunyi jantung tambahan
bunyi gallop dan murmur akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan
kecuali ada komplikasi. (Majid, 2014).
Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran(Majid, 2014).
Sistem Persyarafan
Kesadaran biasanya composmentis, didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis,
menangis, merintih, meregang dan menggeliat (Majid, 2014).
Test Nervus Cranial
o Nervus Olfaktorius (N.I)
Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya
hanya satu, yaitu mencium bau, menghirup (penciuman,
10. pembauan).
o Nervus Optikus (N.II)
Penangkap rangsang cahaya ialah sel batang, kerucut yang
terletak di retina, dan lapang pandang.
o Nervus Okulomotorius, Trochearis, Abdusen (N,III,IV,VI)
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom nervus III mengatur
otot pupil.
o Nervus Trigeminus (N.V)
Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor) dan
bagian motorik (porsio minor)
o Nervus Facialis (N. VII)
Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-
otot ekspresi wajah..
o Nervus Auditorius (N.VIII)
Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengaran yang membawa
rangsangan dari telinga ke otak.
o Nervus Glasofaringeus
Sifatnya majemuk (sensorik + motorik), yang mensarafi faring,
tonsil dan lidah.
o Nervus Vagus
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
o Nervus Assesorius
11. Saraf XI menginervasi sternocleidomastoideus dan trapezius
menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala.
o Nervus Hipoglosus
Saraf ini mengandung serabut somato sensorik yang menginervasi
otot intrinsik dan otot ekstrinsik lidah.
Sistem Pencernaan
Klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan
berat badan. Pada saat palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan, dan
penurunan peristaltik usus (Majid, 2014)
Sistem Genitourinaria
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda
awal dari syok kardiogenik. (Majid, 2014).
Sistem Endokrin
Melalui auskultasi, pemeriksa dapat mendengar bising. Bising kelenjar tiroid
menunjukkan peningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi tiroid
(Malignance) (Majid, 2014).
Sistem Integumen
Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan menemukan tanda-tanda yang
menggambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang
dialaminya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada wajah antara lain :
(Udjianti, 2011)
12. Pucat di bibir dan kulit wajah
Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah
Edema periorbital.
Grimace (tanda kesakitan dan tanda kelelahan).
Sistem Muskuloskeletal
Aktivitas klien mengalami perubahan, klien sering merasa lelah, lemah,
tidak dapat tidur, dan pola hidup tidak banyak gerak (Majid, 2014).
Wicara dan THT
Kebanyakan klien dengan unstable angina pectoris tidak mengalami
gangguan wicara dan THT.
Sistem Pengelihatan
Pada mata biasanya terdapat :
Konjungtiva pucat merupakan manifestasi anemia.
Konjungtiva kebiruan adalah manifestasi sianosis sentral.
Sklera berwarna putih yang merupakan gangguan faal hati pada
pasien gagal jantung.
Gangguan visus mengindikasikan kerusakan pembuluh darah retina
yang terjadi akibat komplikasi hipertensi. (Udjianti, 2011)
7. Aktifitas Sehari-hari
Nutrisi
Perlu dikaji keadaan makanan dan minuman klien meliputi : porsi yang
dihabiskan, susunan menu, keluhan mual dan muntah, kehilangan nafsu
makan, nyeri ulu hati sebelum atau pada waktu masuk rumah sakit, yang
13. terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit.
Eliminasi
Pada klien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak terjadi retensi
urine akibat reabsorbsi natrium di tubulus distal meningkat.
Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien sering mengalami sesak nafas.
Personal Hygine
Kebersihan tubuh klien kurang karena klien lebih sering bedrest.
Aktifitas
Aktifitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
8. Data Psikologi
Jika klien mempunyai penyakit pada jantungnya baik akut maupun
kronis, maka akan dirasakan seperti krisis kehidupan utama. Klien dan
keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan kemungkinan kematian
atau rasa takut terhadap nyeri, ketidakmampuan, gangguan harga diri,
ketergantungan fisik, serta perubahan pada dinamika peran keluarga
(Udjianti, 2011).
9. Data Spiritual
Pengkajian spiritual klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan prilaku klien. Perawat mengumpulkan
pemeriksaan awal pada klien tentang kapasitas fisik dan intelektualnya saat
14. ini (Muttaqin, 2009).
10. Data Sosial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenisasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas, dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dan curah jantung dapat
disertai insomnia atau kebingungan (Muttaqin, 2009).
11. Data penunjang
Hb / Ht : untuk mengkaji sel darah yang lengkap dan kemungkinan
anemia serta viskositas atau kekentalan. Leukosit : untuk melihat
apakah adanya kemungkinan infeksi atau tidak.
Analisa Gas Darah : menilai keseimbangan asam basa baik metabolik
maupun respiratorik.
Fraksi Lemak : peningkatan kadar kolesterol, trigliserida.
Tes fungsi ginjal dan hati (BUN, Kreatinin) : menilai efek yang terjadi
akibat CHF terhadap fungsi hati atau ginjal.
Tiroid : menilai aktifitas tiroid.
Echocardiogram : menilai adanya hipertropi jantung.
Scan jantung : menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
kemampuan kontraksi.
Rontgen thoraks : untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
EKG : menilai hipertrofi atrium, ventrikel, iskemia, infark dan
distritmia.
12. Pengobatan
15. Pengobatan yang diperlukan pada klien dengan unstable angina pectoris
biasanya adalah anti nyeri, anti koagulan, trombolitik, vasodilator perifer.
6. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO :
Perubahan irama jantung
1) Bradikardi/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) CVP meningkat atau
menurun
4) Hepatomegali
Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkatmenurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) CRT > 3 detik
Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) EF menurun
DS :
Perubahan irama jantung
1) Palpitasi
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Infark miokard
Tekanan darah
dan nadi
meningkat
Cardiac output
Penurunan
curah jantung
(D.0008)
16. Perubahan preload
1) Lelah
Perubahan afterload
1) Dispnea
Perubahan kontraktilitas
1) PND
2) Ortopnea
3) Batuk
Penurunan curah
jantung (D.0008)
2 DO :
Tampak meringis
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit Tidur
Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
DS :
Mengeluh nyeri
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Kerusakan otot
miokardium
Nyeri akut
(D.0077)
17. EKG : T terbalik
dan ST
Sindrom koroner
akut
UAP
Nyeri dada
Nyeri akut
(D.0077)
3 DO :
Takikardia
Bunyi nafas tambahan
Sianosis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola nafas abnormal
Warna kulit abnormal
Kesadaran menurun
DS :
Dispnea
Pusing
Penglihatan kabur
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Gangguan
pertukaran
gas
(D.0003)
18. Infark miokard
Kelemahan
miokard
Volume akhir
diastolic ventrikel
kiri meningkat
Tekanan atrium
kiri meningkat
Tekanan vena
pulmonalis
meningkat
Hipertensi kapiler
paru
Edema paru
Gangguan
pertukaran gas
(D.0003)
4 DO :
Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
Atreosklerosis
Akumulasi /
penimbun ateroma
plak di intima
arteri
Intoleransi
aktivitas
(D.0056)
19. 7. Di
ag
no
sa
Ke
perawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
preload, afterload, atau kontraktilitas (D.0008)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia (D.0077).
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -
Gambaran EKG menunjukan
aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukan
iskemia
Sianosis
DS :
Mengeluh lelah
Dispnea saat/setelah aktivitas
Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
Merasa lemah
Penyempitan
lumen
arteri,rupture plak,
thrombosis dan
spasme arteri
Aliran O2 arteri
korener menurun
Iskemia
Infark miokard
Tekanan darah
dan nadi
meningkat
Peningkatan
tekanan jantung
Lelah
Intoleransi
aktivitas (D.0056)
20. perfusi dan perubahan membran alveolus - kapiler (D.0003).
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056).
8. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan irama
jantung, preload,
afterload, atau
kontraktilitas
(D.0008)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
curah
jantung
meningkat
(L.02008)
dengan
kriteria hasil
:
1. Kekuatan
nadi perifer
meningkat.
2. Ejection
fraction
(EF)
meningkat.
3. Palpitasi
menurun.
4.
Perawatan Jantung
(I.02075)
Observasi :
Identifikasi
tanda/gejala primer
penurunan curah
jantung (meliputi
dispnea, kelelahan,
edema, ortopnea,
paroxymal noctural
dyspnea,
peningkatan CVP).
Identifikasi
tanda/gejala
sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi:
peningkatan berat
badan,
hepatomegali,diste
nsi vena jugularis,
Untuk
mengetahui
tanda/gejala
primer
penurunan curah
jantung
Untuk
mengetahui
tanda/gejala
sekunder dari
penurunan curah
jantung
21. Bradikardia
menurun.
5.
Takikardia
menurun.
6.
Gambaran
EKG
aritmia
menurun.
7. Lelah
menurun
8. Edema
menurun.
9. Distensi
vena
jugularis
menurun.
10. Dispnea
menurun.
11. Oliguria
menurun.
12. Pucat /
sianosis
menurun.
13.
Paroxysmal
nocturnal
dyspnea
menurun.
14.
palpitasi, ronkhi
basah, oliguri, kulit
pucat).
Terapeutik :
Posisikan pasien
semi Fowler atau
Fowler dengan
kaki kebawah atau
posisi nyaman.
Berikan diet
jantung yang
sesuai (mis. Batasi
asupan kafein,
natrium, kolesterol
dan makanan
tinggi lemak).
Berikan dukungan
emosional dan
spiritual.
Edukasi :
Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap.
Anjurkan berhenti
merokok.
Ajarkan pasien
dan keluarga
Agar pasien
merasa nyaman
dan
memaksimalkan
expansi paru
Agar pasien
mendapatkan
pola makan dan
minum yang
sesuai dan tidak
memperburuk
kesehatan
jantungnya
Agar emosional
dan spiritual
pasien makin
baik
Agar pasien
melatih fisiknya
22. Ortopnea
menurun.
15. Batuk
menurun.
16. Suara
jantung S3
menurun.
17. Suara
jantung S4
menurun.
18. Tekanan
darah
membaik.
19.
Pengisian
kapiler
membaik.
mengukur berat
badan harian.
secara bertahap
Agar keadaan
pasien tidak
semakin
memburuk
Agar pasien dan
keluarganya
mampu untuk
mengukur BB
harian secara
mandiri
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologis:
iskemia (D.0077).
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
tingkat
nyeri
menurun
(L.08066)
dengan
kriteria hasil
:
1. Keluhan
nyeri
Manajemen Nyeri
(I.08238)
Observasi :
Identifikasi lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri.
Identifikasi skala
nyeri
Identifikasi
Untuk
mengetahui
lokasi,
karakteristik,
frekuensi, dan
intensitas dari
nyeri pasien
Untuk
mengetahui
skala nyeri
23. menurun.
2. Meringis
menurun.
3. Gelisah
menurun.
4.
Kesulitan
tidur
menurun.
5.
Anoreksia
menurun.
6. Frekuensi
nadi
membaik.
7. Pola
napas
membaik.
8. Tekanan
darah
membaik.
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri.
Terapeutik :
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur.
pasien
Untuk
mengetahui
seberapa
pengetahuan
dan keyakinan
pasien tentang
nyeri
Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien
berkurang
Agar
lingkungan
ruangan
24. Edukasi :
Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
disekitar dapat
membantu
meringankan
rasa nyeri pada
pasien
Agar pasien
lebih
mengetahui
mengenai rasa
nyerinya
Agar pasien
mengetahui
strategi
meredakan
nyeri
Agar pasien
mampu
memonitor rasa
nyerinya secara
mandiri
Agar pasien
tidak salah
dalam
menggunakan
produk
26. Diaforesis
menurun.
7. Gelisah
menurun.
8. Napas
cuping
hidung
menurun.
9.
Takikardia
membaik.
13. Sianosis
membaik.
14. Pola
nafas
membaik.
15. Warna
kulit
membaik
kondisi pasien.
Dokumentasikan
hasil
pemantauan.
Edukasi :
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan.
Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu.
respirasi pasien
sesuai dengan
kondisinya
Agar hasil
pemantauan
tercatat
Agar pasien
mengetahui
tujuan dan
prosedur dari
pemantauan
yang dilakukan
Agar pasien
mengetahui
hasil dari
pemantauan
4 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan dan
ketidakseimbanga
n antara suplai
dan kebutuhan
oksigen (D.0056)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
toleransi
aktivitas
meningkat
(L.05047)
dengan
kriteria hasil
:
Manajemen Energi
(I.05178)
Observasi :
Identifikasi
gangguan fungsi
tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan.
Monitor
kelelahan fisik
dan emosional.
Untuk
mengetahui
gangguan yang
ada pada tubuh
pasien
Untuk
mengetahui
kelelahan dan
27. 1. Frekuensi
nadi
meningkat.
2. Saturasi
oksigen
meningkat.
3. Keluhan
Lemah/lelah
meningkat.
4. Dispnea
saat
aktivitas
menurun.
5. Dispnea
setelah
aktivitas
menurunt.
6. Tekanan
darah
membaik.
7. Frekuensi
napas
membaik.
8. EKG
Iskemia
membaik
Monitor pola dan
jam tidur.
Terapetik :
Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. Cahaya,
suara,
kunjungan).
Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Edukasi :
Anjurkan tirah
baring.
Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap.
Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
emosional
pasien
Untuk
mengetahui
pola dan jam
tidur pasien
Agar pasien
merasa nyaman
terhadap
lingkungan
Agar pasien
tidak selalu
berbaring
ditempat tidur
Agar pasien
tidak selalu
berbaring
Agar pasien
mampu
melakukan
28. kelelahan tidak
berkurang.
aktivitas secara
mandiri
Agar perawat
dapat
membantu
pasien untuk
memberikan
terapi lainnya
dalam upaya
mengurangi
kelelahan
9. Daftar Pustaka
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8683/4/Chapter2.pdf.pdf
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/933/ANDREAS%20YO
GA%20PUTRA%20KRISTIARA%20AKX16017%20%282019%29-1-
63.pdf?sequence=1&isAllowed=y