2. PENGERTIAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
• Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses
pembelajaran holistic yang bertujuan untuk membelajarkan
peserta didik dalam memahami bahan ajar secara
bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi,
agama, sosial, ekonomi, maupun cultural.
• Peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan
3. TEORI YANG MELANDASI CTL
(a. Knowledge-Based Constructivism)
• Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghafal,
melainkan mengalami, di mana peserta didik dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, melalui partisipasi
aktif secara inovatif dalam proses pembelajaran.
4. b. Effort-Based Learning/ Incremental
Theory of
Intellegence
• Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar akan mendorong peserta
didik memiliki komitmen terhadap belajar.
5. c. Sicialization
• Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses
sosial yang menentukan terhadap tujuan belajar.
• Faktor sosial dan budaya merupakan bagian dari sistem
pembelajaran.
6. d. Situated Learning
• Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan
pembelajaran harus situasional, baik dalam konteks
secara fisik maupun konteks sosial dalam rangka
mencapai tujuan belajar.
7. e. Distributed Learning
• Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran, yang di dalamnya harus ada
terjadinya proses berbagai pengetahuan dan bermacam-macam
tugas.
8. KARAKTEISTIK CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING
a. Kerjasama antar peserta didik dan guru (cooperative).
b. Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist).
c. Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning).
d. Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual.
e. Menggunakan multi media dan sumber belajar.
f. Cara belajar siswa aktif (student active learning).
g. Sharing bersama teman (take and give).
h. Siswa kritis dan guru kreatif.
i. Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa.
j. Laporan siswa bukan hanya buku raport, tetapi juga hasil
karya siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya.
9. PRINSIP-PRINSIP CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
(KESALING-BERGANTUNGAN(INTERDEPENSI))
• Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull
connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata
sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang
esensial bagi kehidupan di masa datang.
• Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan
pendidik lainnya, peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya.
• Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik belajar secara
efektif dalam kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan
orang lain, saling mengemukakan gagasan, saling mendengarkan untuk
menemukan persoalan, mengumpiulkan data, mengolah data, dan menemukan
alternatif pemecahan masalah.
• Prinsipnya menyatukan berbagai pengalaman dari masing-masing peserta didik
untuk mencapai standar akademik yang tinggi (reaching high standards) melalui
pengidentifikasian tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.
10. PERBEDAAN (DIFERENSIASI)
• Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan,
dan keunikan.
• Terciptanya kemandirian dalam belajar (self-regulated learning) yang dapat mengkonstruksi
minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan
ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna
(meaningfullness).
• Terciptanya berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) di kalanga peserta didik
dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna pemecahan masalah.
• Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi potensi pribadi, dalam rangka
menciptakan dan mengembangkan gaya belajar (style of learning) yang paling sesuai sehingga
dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin secar sktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
•
11. PENGATURAN
• Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran dietur,
dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan
seluruh potensinya.
• Peserta didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas keputusan dan
perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana,
menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
• Melalui interaksi antarsiswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru
sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam
bertahan dan menemukan sisi keterbatasan diri.
•
12. d. Penilaian Autentik ( Authentic
Assessment )
• Penggunaan penilaian autentik, yaitu menantang peserta
didik agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi
akademis baru dan keterampilannya ke dalam situasi
konstektual secara signifikan.
13. PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM
METODE CTL
(a. PROBLEM-BASED LEARNING)
• Problem-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga peserta
didik dapat belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan
masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep
yang esesial dari bahan pelajaran.
14. b. AUTHENTIC INSTRUCTION
• Authentic Instruction, yaitu pendekatan pembelajaran yang
memperkenankan peserta didik mempelajari konteks
kebermaknaan melalui pengembangan keterampilan berpikir
dan melakukan pemecahan masalah di dalam konteks
kehidupan nyata.
15. c. INQUIRY-BASED LEARNING
• Inqury- based Learning, yaitu pendekatan
pembelajaran dengan mengikuti metologi sains dan
memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
16. d. POJECT-BASED LEARNING
• Project- Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam
mengkontruksi pembelajrannya ( pengetahuan dan ketrampilan
baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
17. • e. Work- based Learning
• Work- based Learning, yaitu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik menggunakan konteks tempat kerja
untuk mempelajari bahan ajar dan
menggunakannya kembali di tempat kerja.
•
18. F. Servis Learning
• Servis Learning, yaitu pendekatan
pembelajaran yang menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru dan
berbagai keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat melalui tugas
terstruktur dan kegiatan lainnya.
•
19. g. COOPERATIF LEARNING
• Cooperatif Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk berkerja sama
dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
20. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERTIMBANGKAN
DALAM CTL
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental ( developmentally appropriate)
2. Membentuk kelompok belajar yang asaling bergantung (independent learning groups)
3. memperti,bangan keberagaman peserta didik (idsversity of student).
4. Menyediakan lingkungan yangmendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning )
dengan
tiga karahteristik umumnya, yaitu kesadaran berfikir, penggunaan stategi, dan motivasi
berkelanjutan.
5. Memperhatikan multi intelegensi
6. Menngunakan teknik bertanya (questioning ) dalam rangka meningkatkan peserta didik
dalam
pemecahan masalah dan ketrampilan berfikir tingkat tinggi.
21. 7. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika ia di beri kesempatan
untuk belajar menemukan dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ( contruktivism)
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) di kalangan peserta dididk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan melalui penemuan nya sendiri.
9. Mengembangkan rasa ingintahu (curiueity) di kalngan peserta melalui pengajuan pertanyaan
(questioning)
10. Menciptakan masyarakat belajar (learning comonity) dengan membangun kerja sama di antara peserta
didik..
11. Memodelkan (modeling) sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi dan berimitasi dalam rangka
memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan baru.
12. Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentanga apa yang sudah di pelajari.
13. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)
22. KOMPONEN METODE CONTEXTUAL TEACHING
(KONTRUKTIVISME)
• Contextual Teaching Learning di bangun dalam landasan
kontruksivisme yang mermiliki anggapan bahwa pengetahuan di
bangun peserta didik secra sedikit – demi sedikit (incremental )
dan hasilnya di perluas melalui konteks terbatas.
23. 2. MENEMUKAN (INQUIRY)
• Proses pembelajaran yang di lakukan peserta didik
merupakan proses menemikan (inquiry) terhadap
sejumlah pengetahuan dan ketrampilan.
24. PROSES INQUIRY
a. Pengamatan ( observation)
b. Bertanya (questioning )
c. Mengajukan dugaan(hipotesis)
d. Pengumpulan data ( data gathering)
e. Penyimpulan ( conclusion)
25. 3. Bertanya ( Questioning )
a. Membangun perhatian
b. Membangun minat
c. Membangun motivasi
d. Membangun sikap
e. Membangun rasa keingintahuan
f. Membangun interaksi antara sisiwa dengan siswa
g. Membangkitkan interaksi antara siswa dan guru
h. Interaksi antara siswa dengan lingkungannya
secara kotekstual
i. Membangun lebih banyak lagi pertanyaan yang di
lakukan siswa dalam rangka menggali dan
menemukan lebihbanyak informasi
(pengetahuan dan ketrampilan yang di peroleh
peserta didik).
26. 4. Masyarakat Belajar ( Learning
Community )
• Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik dengan
peserta didik , antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan
lingkungannya.
• Proses pembelajaran yang segnifikan jika di lakukan dalam kelompok – kelompok
belajar, baik secara homogen maupun secara heterogen sehingga di dalannya akan
terjadi berbagi masalah (sharing problem ), berbagi informasi ( sharing information),
berbagi pengalaman ( sharing experience ), dan berbagi pemecahan masalah ( sharing
problem solving) yang memungkinkan semakin banyaknya pengetahuan dan
keterampilan yang di peroleh.
27. 5. Pemodelan ( Modeling )
• Proses pembelajaran akan lebih berarti jika di dukung dengan adanya pemodelan yang
dapat di tiru , baik yang bersifat kejiwaan ( identifikasi ) maupun yang bersifat fisik
( imitasi)yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktifitas, cara
untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu.
• Pemodelan dalam pembelajaran bias di lakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan
cara mendatangkang nara sumbr dari luar ( outsourcing), yang terpenting dapat
membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (mastery learning ) sehingga peserta
didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti.
28. 6. Refleksi ( Reflection )
• Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berfikir
tentang apa yang baru di pelajarinya atau berfikir ke
belakang tentang apa – apa yang sudah di lakukan atau di
pelajarinya di masa lalu.
• Refleksi pembelajaran merupakan respon terhadap
aktivitas atau pengetahuan dan ketrampilan yang baru di
terima dari proses pembelajara.
• Peserta didik di tuntut untuk mengedepamnkan apa yang
baru di pelajarinya sebagai struktur pengethuan dan
ketrampilan yang baru sebagai wujud pengayaan atau
revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya.
29. Pada akhir proses pembelajaran sebaiknya guru menyisakan waktu agar
peserta didik melakukan refleksi, yang diwujudkan dalam bentuk
a. Pernyataan langsung peserta didik tentang yang diperoleh
hari itu;
b. Jurnal belajar di buku pribadi peserta didik;
c. Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari
itu.
30. 7. Penilaian yang sebenarnya
( Authentic
• Penilaian merupakan proses p e n gu mApulsans daeta ysanmg dapeat mnendtes)kripsikan mengenai perkembangan
perilaku peserta didik.
• Pembelajaran efektif adalah proses membantu peserta agar mampu mempelajari (learning to learn)
bukan hanya menekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir pereode.
• Penilaian menekankan pada proses pembelajaran, data yang dikumpulkan dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran.
• Kemajuan belajar peserta didik dinilai dari proses, tidak semata dari hasil.
• Penilaian authentic merupakan proses penilaian pengetahuan dan keterampilan (performasi) yang
diperoleh siswa dimana penilai tidak hanya guru, tetapi juag teman siswa ataupun orang lain.
31. KESIMPULAN
• Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses
pembelajaran holistic yang bertujuan untuk membelajarkan
peserta didik dalam memahami bahan ajar secara
bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi,
agama, sosial, ekonomi, maupun cultural.
32. TEORI YANG MELANDASI CTL
• Knowledge-Based Constructivism
• Effort-Based Learning/ Incremental Theory of
Intellegence
• Sicialization
• Situated Learning
• Distributed Learning
33. KARAKTERISTIK CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING
• Kerjasama antar peserta didik dan guru (cooperative).
• Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist).
• Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning).
• Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual.
• Menggunakan multi media dan sumber belajar.
34. • Cara belajar siswa aktif (student active learning).
• Sharing bersama teman (take and give).
• Siswa kritis dan guru kreatif.
• Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa.
• Laporan siswa bukan hanya buku raport, tetapi juga hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya.
36. PENDEKATAN DALAM METODE CONTEXTUAL
TEACHING LEARNING
• Problem-Based Learning
• Authentic Instruction
• Inquiry- based Learning
• Project- Based Learning
• Work- based Learning
• Servis Learning
• Cooperatif Learning
37. Factor yang harus di pertimbangkan dalam
metode Contextual Teaching Learning.
• Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
perkembangan mental ( developmentally appropriate)
• Membentuk kelompok belajar yang asaling bergantung
(independent learning groups)
38. Mempertibangan keberagaman peserta didik (idsversity
of student).
• Menyediakan lingkungan yangmendukung pembelajaran mandiri
(self regulated learning ) dengan tiga karahteristik umumnya,
yaitu kesadaran berfikir, penggunaan stategi, dan motivasi
berkelanjutan.
39. MEMPERHATIKAN MULTI INTELEGENSI
• Menggunakan teknik bertanya (questioning ) dalam rangka meningkatkan peserta didik dalam
pemecahan masalah dan ketrampilan berfikir tingkat tinggi.
• Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika ia di beri
kesempatan untuk belajar menemukan dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru
( contruktivism)
• Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) di kalangan peserta dididk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan melalui penemuan nya sendiri.
• Mengembangkan rasa ingintahu (curiueity) di kalngan peserta melalui pengajuan pertanyaan
(questioning)
40. • Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun
kerja sama di antara peserta didik.
• Memodelkan (modeling) sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi dan
berimitasi dalam rangka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru.
• Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentanga apa yang sudah di
pelajari.
• Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)
41. KOMPONEN YANG ADA DI DALAM CONTEXTUAL
LEARNING
• Kontruktivisme ( Contruktivisme)
• Menemukan (Inquiry)
• Bertanya ( Questioning )
• Masyarakat Belajar ( Learning Community )
• Pemodelan ( Modeling )
• Refleksi ( Reflection )
• Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assesment)