SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana U
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
.............................................................................................................................
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
A. Pendahuluan
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
sabda-sabdanya selain Al-Quran
berhubungan dengan tulisan selain
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
• Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me
para sahabat diperbolehkan mencatatnya.
• Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara
dan hadits.
• Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
dan diperbolehkan bagi yang sulit me
• Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan
• Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
dari pada Al-Quran
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent
• Al-Shahifah Al-Shadiqah
shahifah al-shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih.
• Al-Majmuah, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
dan Ibn Mas’ud.
Pada masa tabi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab
Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
1
RANGKUMAN
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
Oleh
Nama : Muhamad Anugrah
NIM : 20010015002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
.............................................................................................................................
RANGKUMAN
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
Quran, Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang
berhubungan dengan tulisan selain Al-Quran, tetapi pada beberapa peristiwa lainn
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me
para sahabat diperbolehkan mencatatnya.
Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara
Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
dan diperbolehkan bagi yang sulit memahaminya.
Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan Al-Quran.
Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
Quran.
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent
Shadiqah ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al
shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih.
, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab
2015
......................................................................................................................................................
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
, Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang
, tetapi pada beberapa peristiwa lainnya terungkap
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah menyebar
Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara Al-Quran
Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bentuk yaitu :
ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al-
, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99 – 110 H)
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab adalah
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
2
Muhammad Bin Syihab Az-Zuhri. Pada masa ini hadits nabi masih tercampur dengan fatwa sahabat
dan fatwa tabi’in. Kitab al-muwatha imam malik dipandang sebagai kitab tertua yang sampai ke
tangan umat islam, karena karya al-Zuhri tidak diketemukan.
Pada masa imam Bukhari terjadilah puncak ilmu hadits dan penilaian hadits secara kritis
karena beliaulah yang mula-mula menghimpun hadits shahih, pada zaman beliaulah diklasifikasikan
hadits secara marfu’, mauquf, mursal. Imam Syafi’i sebagai Nashir Al-Sunah yang sekaligus sebagai
peletak dasar epistemologi hadits, yang tersusun dalam kitabnya ar-Risalah. Pembagian hadits
secara eksplisit antara hadits shahih, hasan dan dhaif terjadi pada zaman al-tirmidzi (w. 279 H).
Adapun kriteria keshahihan suatu hadits adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Itishal Al-Sanad
Bersambungnya sanad merupakan langkah pertama dalam meyakinkan penisbatan suatu
hadits kepada nabi saw. Setelah itu baru dibicarakan mengenai rawi yang meriwayatkannya.
Beberapa langkah dalam mengetahui bersambung tidaknya suatu sanad, diantaranya sebagai
berikut :
• Mencatat semua rawi dalam sanad yang akan diteliti.
• Mempelajari masa hidup masing-masing rawi.
• Mempelajari shigat tahammul wal ‘ada, yaitu bentuk lafal ketika menerima atau
mengajarkan hadits.
• Meneliti guru dan murid.
2. Adalat Al-Rawi
Menurut al-Razi, Adil didefinisikan sebagai kekuatan rohani (kualitas spiritual) yang
mendorong untuk berbuat takwa, yaitu mampu menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan
melakukan dosa-dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muruah,
seperti makan sambil berdiri, buang air kecil bukan pada tempatnya, serta bergurau secara
berlebihan.
3. Dhabit Al-Rawi
Dhabit ialah kemampuan rawi memelihara hadits, baik melalui hafalan maupun catatan, yaitu
mampu meriwayatkan hadits sebagaimana diterimanya.
4. Tidak Syadzdz
Syadzdz ialah apabila rawi yang tsiqat (terpercaya) dalam suatu hadits menyalahi hadits lain
yang rawinya lebih tsiqat dibandingkan rawi pada hadits pertama.
5. Tidak Ada Illat
Illat artinya penyakit atau sesuatu yang menyebabkan keshahihan hadits ternodai. Illat yang
ada pada suatu hadits tidak tampak suatu jelas melainkan samar-samar, sehingga sulit ditemukan,
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
3
kecuali oleh ahlinya. Oleh karenanya, hadits semacam ini akan banyak ditemukan pada tiap rawi
yang tsiqat sekalipun.
Ilmu jarh dan ta’dil mulai muncul sejak abad pertama dan berkembang pada abad kedua
hijriah, yaitu ketika banyak terjadi peristiwa besar dalam sejarah yang melibatkan para politisi,
sehingga carut marut politik dan perebutan kekuasaan dikhawatirkan memicu pembuatan hadits
palsu.
Kualifikasi para sahabat lebih difokuskan pada ke-dhabit-annya daripada keadilannya. Ilmu
hadits menyebut mereka sebagai adil secara keseluruhan. Para jarrih dan muaddil berbeda-beda
dalam memandang ke-tsiqat-an seorang rawi, ada yang tasahul, lebih longgar dan yang tasyaddud
lebih ketat. Sebagai contoh al-Hakim tasyahul dalam hadits yang berkaitan dengan keutamaan amal,
dan tasyaddud dalam hadits yang berkaitan dengan hukum.
Dhabit dan ‘adil tidak difahami sebagai syarat ilahiyah dalam diri seorang rawi dalam bentuk
kemaksuman, tetapi ukuran manusia biasa. Seorang perawi dikatakan marjuh apabila memiliki aib
sebagai berikut :
• Ia seorang bid’ah
• Mukhalafah, menyalahi periwayatannya dengan orang yang lebih tsiqat darinya.
• Ghalath, banyak keliru dalam periwayatan.
• Jahalah al-hal, keadaannya tidak diketahui.
• Da’wa al-inqitha, dituduh sanadnya tak bersambung.
B. Kualifikasi Rawi Dalam Sudut Tinjau Ke-Tsiqat-An
1. Kualifikasi Rawi Dalam Keadilannya
Pengertian adil adalah sifat yang tertanam kuat dalam diri yang membawa pelakunya pada
ketetapan takwa dan muru’ah. Adapun yang dimaksud takwa adalah menjauhnya seseorang
terhadap perbuatan buruk berupa kefasikan dan kebid’ahan, sedangkan yang dimaksud muru’ah
adalah terpeliharanya manusia dari hal-hal yang tercela secara adat kebiasaan.
Syarat-yarat adil menurut Nur al-din ‘Itir, yaitu :
• Hendaklah ia seorang muslim
• Hendaklah ia seorang balig
• Hendaklah ia seorang berakal
• Hendaklah ia seorang yang bertakwa
• Hendaklah ia menjaga muru’ah
a. Keadilan Sahabat
• Menurut khawarij mereka menolak pandangan mengenai seluruh sahabat itu adil
• Murjiah menganggap para sahabat merupakan orang-orang yang dapat dipercaya
dan tidak perlu dipertimbangkan tentang apa yang diperbuatnya.
• Mu’tazilah tidak sepakat dengan keadilan sahabat. Kaum mu’tazilah tidak
mengakui keberadaan sunah, karena mereka mergukan keorisinalannya dari Nabi
Muhammad saw.
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
4
• Syi’ah, mereka berpendapat tidak semua sahabat adil, terutama adalah para
sahabat yang mereka anggap merebut kekuasaan dari Ali Bin Abi Thalib.
• Ahli sunnah, ahli sunnah mengganggap semua sahabat adil, dan menyerahkan
persoalan pertentangan para sahabat kepada Allah SWT.
b. Keadilan Selain Sahabat
Para rawi terdiri atas sahabat, tabi’in, muhadramin, al-mawali dan tabiy tabi’in.
Pada periode setelah sahabat tidak berlaku lagi adanya kaidah keadilan secara menyeluruh,
karena pada periode ini aktivitas untuk meneliti keadilan rawi sangat efektif. Muncul dan
menjamurnya hadits-hadits palsu yang disebarkan atas dasar kepentingan kelompok masing-masing,
menyebabkan gencarnya para muhaditsin melakukan penelitian atas keadilan para rawi yang
meriwayatkan hadits.
2. Kualifikasi Rawi Dalam Ke-Dhabit-Annya
Kedhabitan rawi ditunjukan dalam kapasitias pemahaman, kecerdasan, dan dalam
penerimaan serta periwayatan hadits.
Seorang perawi mutlak menduduki maqam ini agar ia mampu menyampaikan kembali
secara baik dan benar apa yang dimaksud rasul saw, baik secara lafal atau makna. Seorang rawi
memiliki kesadaran dalam mengambil hadits. Setelah itu ia berjanji setia untuk menyampaikannya
dengan baik seperti ia mengambil dalam permulaan. Kemudian ke-dhabit-an rawi dalam memelihara
hadits itu bisa dengan mengingatnya atau menuliskannya.
Syarat Dhabit, yaitu :
• Rawi harus sadar, dalam arti dia harus mengetahui apa yang didengar dan dikatakannya.
• Rawi itu harus hafiz terhadap haditsnya, dalam arti ia tidak tertuduh dalam pemalsuan
(terhadap hadits yang diriwayatkannya)
Seorang perawi dalam memelihara hafalannnya harus memperhatiakan hal-hal sebagai
berikut, yaitu :
• Berusaha mempelajari hadits yang shahih, menerimanya dengan baik, baik dengan
mendengarnya ataupun dengan yang lainnya.
• Memelihara hadits yang sudah diterima dari gurunya, baik dengan mengingatnya atau
dengan menuliskannya. Dhabi shadr, meriwayatkan hadits yang dihafalkannya, dhzbit
kitab, meriwayatkan hadits melalui kitabnya.
Gelar keahlian para rawi
• Amir al-mukminin fi al-hadits,
• Al-hakim, gelar bagi yang menguasai hadits-hadits yang diriwayatkannya baik secara
matan, sifat rawi, ta’dil dan tarjih, sejarah hidup rawi dan guru-gurunya. Mereka yang
menghafal lebih dari 300.000 hadits. Ex. Ibnu Dinar, Al-Laits Bin Sa’ad, Imam Malik Bin
Anas, Imam Syafi’i
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
5
• Al-Hujjah, yang menghafal 300.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya. Ex, Hisyam Bin Urwah, Muhammad Abdullah Bin Amr
• Al-hafizh, mereka yang hafal 100.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya. Ex. Al-Iraqi, Syarifudin Al-Dimyati, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Ibnu Daqiqil ‘Ied
• Al-muhaddits, mereka yang hafal 1000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya, tingkatan hadits, mampu memahami al-kutub as-sitah, musnad ahmad, sunan
baihaqi, u’jam al-thabrani. Ex. Atha’ Bin Abi Rabah dan Al-Zabidi.
• Al-musnid, mereka yang memiliki keahlian meriwayatkan hadits lengkapdengan
sanadnya, baik menguasai ilmunya ataupun tidak. Mereka ini disebut juga dengan al-
thalib, al-mubtadi dan al-rawi.
C. Sejarah Perkembangan Ilmu Jarh Wa Ta’dil
1. Pengertian Jarh Wa Ta’dil
a. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Secara Harfiah
Jarh atau tajrih menurut bahasa berarti luka atau melukai dan dapat juga diartikan sebagai aib
atau mengaibkan. Sedangkan ta’dil berarti lurus, meluruskan; ta’dil berarti pula tazkiyah yaitu
membersihkan atau menganggap bersih.
b. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Menurut Istilah
Jarh secara istilah artinya tersifatinya seorang rawi dengan sifat tercela sehingga tertolak
riwayatnya. Sedangkan ta’dil artinya tersifatinya seorang rawi yang mengarah pada diterimanya
periwayatan. Orang yang dinilai adil adalah yang tidak cacat urusan agama dan muruahnya, sehingga
kabar dan persaksiannya dapat diterima sepanjang syarat-syarat terpenuhi. Ilmu jarh dan ta’dil
artinya ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah mencela perawi dan mengadilkannya.
Dalam kerangka jarh dan ta’dil, maka para perawi hadits adalah mereka yang memiliki
persyaratan berikut :
• Islam, riwayat orang kafir tidak boleh diterima.
• Baligh, orang yang meriwayatkan hadits disyaratkan dewasa karena kedewasaan ini
seseorang akan mendapat taklif, tuntutan pertanggungjawaban terhadap yang
perkataan dan perbuatannya.
• Adil, suatu sifat yang mendorong untuk berbuat takwa secara terus menerus dan
selalu terpelihara kehormatan pribadinya (muruah).
• Dhabi, kuat hafalan dan daya tangkapnya.
Menurut imam malik, tidak boleh diterima hadits dari empat kelompok di bawah ini, yaitu :
• Jangan diterima dari orang yang diktehui kebodohannya.
• Jangan diterima dari pendusta.
• Jangan diterima dari pelaku hawa nafsu.
• Seorang ahli ibadah, apabila dia tidak memahami dan mengetahui yang
diriwayatkannya.
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
6
2. Hukum Men-Jarh Dan Men-Ta’dil
Menurut Ibnu Daqiqi al-Ied jika tidak sangat mendesak tidak dibenarkan mencerca seseorang ,
mencela dibutuhkan jika terpaksa, walaupun tetap dalam batas-batas wajar.
Dengan demikian, pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu :
• Mencela seseorang diperbolehkan bila diperlukan dalam periwayatan hadits.
• Tidak dibenarkan mengungkapkan bebagai macam keaiban jika sudah cukup dengan
satu macam saja.
• Mencela orang yang meriwayatkan hadits termasuk keadaan memaksa.
Al-Hafizh An-Nawawi mengatakan bahwa hukum men-tarjih seseorang yang meriwayatkan
hadits bukan hanya sekedar boleh, tetapi juga wajib; ini dilakukan tidak lain untk membela
kepentingan syariat Islam.
3. Latar Belakang Terjadinya Jarh Wa Ta’dil
Pertumbuhan ilmu jarh dan ta’dil dimulai sejak adanya periwayatan hadits; ini adalah sebagi
usaha ahli hadits dalam memilih dan menentukan hadits shahih dan dhaif. Berikut adalah tujuh
periode perkembangan hadits, yaitu :
• Masa turun wahyu
• Masa khulafaur rasyidin, masa pembatasan dan penyedikitan riwayat.
• Masa perkembangan dan perlawanan ke kota-kota untuk memberi hadits.
• Masa pembukuan hadits.
• Masa pen-tashih-an hadits.
• Masa menafis dan menyaring kitab-kitab hadits
• Masa membuat syarah dan menyusun kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadits
hukum dan menyusun dalam kitab-kitab jami’.
a. Masa Turunnya Wahyu
Pada periode pertama hanya Rasulullah saw yang menjadi pusat perhatian umat islam, baik
mengenai lisan maupun perbuatannnya. Para sahabat langsung menanyakan persoalan itu kepada
Rasulullah atau menyuruh orang lain yang dipercaya. Rasulullah saw menyampaikan risalah melalui
berbagai cara, yaitu :
• Mengajar secara bertahap, dari tauhid ke hukum, gamapang ke sulit, dsb.
• Medan pengajaran, Rasulullah saw selalu memilih tempat yang sesuai untuk
mengajar. Contoh Darul Arqam di Mekah.
• Variasi waktu, waktu diatur agar tidak membosankan.
• Penerapan ilmu, bukan hanya teori tetapi praktek juga.
• Keluwesan dalam mendidik dan mengajar, mempergunakan bahasa yang lembut
dan berbagai contoh.
• Memelihara kebersamaan dari masyarakat yang heterogen, mengajar dengan
memperhatikan audience.
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
7
• Memudahkan dan tidak bertindak kasar, Rasulullah saw menyediakan waktu dan
tempat khusus untuk mengajar bagi wanita.
Cara-cara shahabat menerima ajaran Rasulullah saw, yaitu :
• Majelis Rasulullah, Rasulullah saw membuat majelis khusus, kemudian shahabat
mendatanginya.
• Kasus-kasus yang dialami sendiri oleh Rasulullah saw, apabila Rasulullah saw
menjumpai suatu persoalan yang kiranya penting, maka akan disampaikan
kepada para shahabat.
• Peristiwa-peristiwa yang terjadi terhadap kaum muslimin. Manakala sahabat
menemukan suatu persoalan, maka hal tersebut akan disampaikan kepada
Rasulullah saw.
• Peristiwa-peristiwa yang disaksikan para sahabat bagaimana Rasulullah saw
melakukannnya.
b. Masa Khulafa Al-Rasyidin
• Masa Abu Bakar dan Umar, pada masa ini yang diutamakan dipelajari dan
disebarluaskan adalah al-Quran; sedangkan mengenai hadits tidak menjadi
pengajarn khusus sebagaimana al-Quran.
• Masa Utsman dan Ali Bin Abi Thalib, pada masa ini bepergian dari satu kota ke
kota lain dalam rangka mencari ilmu dan informasi tentang hadits banyak
dilakukan oleh para shahabat dan thabi’in besar.
c. Masa Perkembangan Riwayat
Pada masa ini marak pembuatan hadits palsu, dikarenakan fitnah yang melanda umat islam,
kelompok-kelompk yang dicuragai membuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu :
• Syiah (pembela Ali), kelompok ini banyak membuat hadits palsu yang memuji Ali
dan ahli bait, imamah dan wilayah yang hanya untuk Ali karena beliau adalah wali
Nabi.
• Ahli sunnah wal jama’ah, bersifat netral, hanya mengikuti pemerintahan yang
sedang berkuasa.
• Khawarij, golongan ini mencela Utsaman bin Affan, Ali bin Abi Thali dan
Muawiyah.
• Murjiah, tidak menyetujui pemahaman khawarij yang mengkafirkan orang
berdosa besar.
• Mu’tazilah, golongan yang menggap fasik orang yang berdosa besar.
Adapun alasan banyak orang yang mebuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu :
• Perbedaan pandangan politik, demi mempertahankan keutuhan dan kelestarian
politik masing-masing, umat islam pada masa itu membuat hadits palsu dan
mengatasnamakan Rasulullah saw dlam fatwa-fatwanya.
• Kaum zindiq, orang-orang kafir dan membenci islam. Mereka sengaja membuat
hadits palsu, agar mat islam ragu kepada agamanya.
• Ta’ashub kebangsaan, qabilah, bahasa, negara, dan imam madzhab.
Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
8
• Pendongeng dan orator, untuk menyemarakan susana mereka menambah-
nambah hadits dan dongeng-dongeng atas nama Rasulullah saw.
• Perbedaan fiqih dan kalam,
• Orang yang mencintai kebaikan, tetapi tidak melengkapi dirinya dengan
pengetahuan agama. Sengaja membuat hadits palsu sesuai ibadah yang mereka
sukai (taghrib) dan dorongan untuk membenci suatu amal (tarhrb)
Menurut Ibn Sirrin menjadi jelas bahwa fitnah, bid’ah dan tersebarluasnya hadits palsu
merupakan pendorong utama dari muhadditsin untuk membicarakan hadits dari segala seginya,
termasuk didalamnya membicarakan sanad dan matannya sekaligus.
4. Para Perintis Ilmu Jarh Wa Ta’dil
Para sahabat yang pernah memperkatakan sanad adalah IbnAbbas (w. 96 H) dan Anas bin
Malik (w. 93 H). Dilakalangan thabi’in adalah Al-Syu’bi (104 H), Ibn Sirin (110 H), dikalangkan thabi’it
thabi’in adalah Ibn Ma’in (233 H), Ahmad Bin Hambal (241 H) dsb.
Referensi
Abdurrahman, M, Metode Kritik Hadits, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013)

More Related Content

What's hot

sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits khoirotul ula
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
Makalah hadist
Makalah hadist Makalah hadist
Makalah hadist Fadhilurc
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiieda kahar
 
Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist qoida malik
 
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...Ra Hardianto
 
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al buttiSirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al buttiAnggit T A W
 
Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4Amiruddin Ahmad
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)Zulkifli Mohd
 
Pengumpulan al quran
Pengumpulan al quranPengumpulan al quran
Pengumpulan al quranWan Syafawati
 
Sirah Nabawiyah
Sirah Nabawiyah Sirah Nabawiyah
Sirah Nabawiyah Haska Jmf
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anMythaChan
 
Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Amiruddin Ahmad
 

What's hot (20)

sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits
 
Makalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadistMakalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadist
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Makalah hadist
Makalah hadist Makalah hadist
Makalah hadist
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
 
Hadis pada masa rasul
Hadis pada masa rasulHadis pada masa rasul
Hadis pada masa rasul
 
Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist
 
Fiqh al sirah
Fiqh al sirahFiqh al sirah
Fiqh al sirah
 
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...
Peringatan terhadap-fitnah-tajrih-dan-tabdi-sebagian-ahlus-sunnah-di-masa-kin...
 
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al buttiSirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
 
Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Ulum al quran
Ulum  al quranUlum  al quran
Ulum al quran
 
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)
GIS 3173 ILMU-ILMU AL-QURAN (PENDAHULUAN)
 
Pengumpulan al quran
Pengumpulan al quranPengumpulan al quran
Pengumpulan al quran
 
Sirah Nabawiyah
Sirah Nabawiyah Sirah Nabawiyah
Sirah Nabawiyah
 
Pergerakan Wahabi Dan Kesannya Di Malaysia
Pergerakan Wahabi Dan Kesannya Di MalaysiaPergerakan Wahabi Dan Kesannya Di Malaysia
Pergerakan Wahabi Dan Kesannya Di Malaysia
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'an
 
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor FuadySejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
 
Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1
 

Similar to Metode kritik hadits

Sirah nabawiyah-jilid-i
Sirah nabawiyah-jilid-iSirah nabawiyah-jilid-i
Sirah nabawiyah-jilid-iAsep Hidayat
 
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat Kita
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat KitaPanduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat Kita
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat KitaHary HarysMatta
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Rian Ramdani
 
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptxKodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptxHajratulAswad3
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Liseu Taqillah
 
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisQomaruz Zaman
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ahMythaChan
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ahMythaChan
 
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadist
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadistsejarah perkembangan dan pertumbuhan hadist
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadistHamimTohari7
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"Kaminorsabir Kamin
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxNunuNurhayati3
 

Similar to Metode kritik hadits (20)

Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Sirah nabawiyah-jilid-i
Sirah nabawiyah-jilid-iSirah nabawiyah-jilid-i
Sirah nabawiyah-jilid-i
 
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat Kita
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat KitaPanduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat Kita
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat Kita
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptxKodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx
Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ah
 
Qiraat sab'ah
Qiraat sab'ahQiraat sab'ah
Qiraat sab'ah
 
Qiraat Sab'ah
Qiraat Sab'ahQiraat Sab'ah
Qiraat Sab'ah
 
Mufassir Moden-Ulum Quran
Mufassir Moden-Ulum Quran Mufassir Moden-Ulum Quran
Mufassir Moden-Ulum Quran
 
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadist
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadistsejarah perkembangan dan pertumbuhan hadist
sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadist
 
makalah studi hadis
makalah studi hadismakalah studi hadis
makalah studi hadis
 
Ini sejarah kita book
Ini sejarah kita   bookIni sejarah kita   book
Ini sejarah kita book
 
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptxAswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
 

More from Muhamad Anugrah

Selayang pandang sekolah
Selayang pandang sekolahSelayang pandang sekolah
Selayang pandang sekolahMuhamad Anugrah
 
sejarah total quality management
sejarah total quality managementsejarah total quality management
sejarah total quality managementMuhamad Anugrah
 
masuknya islam di indonesia
masuknya islam di indonesiamasuknya islam di indonesia
masuknya islam di indonesiaMuhamad Anugrah
 
ayat-ayat supervisi pendidikan
ayat-ayat supervisi pendidikanayat-ayat supervisi pendidikan
ayat-ayat supervisi pendidikanMuhamad Anugrah
 
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikperspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikMuhamad Anugrah
 
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahi
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahiSistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahi
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahiMuhamad Anugrah
 
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1Muhamad Anugrah
 
Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014Muhamad Anugrah
 
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smk
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smkProgram supervisi kepala sekolah contoh untuk smk
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smkMuhamad Anugrah
 
Instrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialInstrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialMuhamad Anugrah
 
Instrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordInstrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordMuhamad Anugrah
 
Instrumen supervisi (k13)
Instrumen supervisi (k13)Instrumen supervisi (k13)
Instrumen supervisi (k13)Muhamad Anugrah
 
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.org
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.orgDownload instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.org
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.orgMuhamad Anugrah
 
8 instrumen-standar-penilaian1
8 instrumen-standar-penilaian18 instrumen-standar-penilaian1
8 instrumen-standar-penilaian1Muhamad Anugrah
 
7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaanMuhamad Anugrah
 
6 instrumen-standar-pengelolaan
6 instrumen-standar-pengelolaan6 instrumen-standar-pengelolaan
6 instrumen-standar-pengelolaanMuhamad Anugrah
 

More from Muhamad Anugrah (20)

Selayang pandang sekolah
Selayang pandang sekolahSelayang pandang sekolah
Selayang pandang sekolah
 
sejarah total quality management
sejarah total quality managementsejarah total quality management
sejarah total quality management
 
masuknya islam di indonesia
masuknya islam di indonesiamasuknya islam di indonesia
masuknya islam di indonesia
 
ayat-ayat supervisi pendidikan
ayat-ayat supervisi pendidikanayat-ayat supervisi pendidikan
ayat-ayat supervisi pendidikan
 
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikperspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
 
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahi
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahiSistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahi
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahi
 
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1
 
Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014
 
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smk
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smkProgram supervisi kepala sekolah contoh untuk smk
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smk
 
Observasi kelas
Observasi kelasObservasi kelas
Observasi kelas
 
Instrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialInstrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerial
 
Instrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordInstrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-word
 
Instrumen supervisi (k13)
Instrumen supervisi (k13)Instrumen supervisi (k13)
Instrumen supervisi (k13)
 
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.org
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.orgDownload instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.org
Download instrumen supervisi_kbm_guru_kepalasekolah.org
 
11 pembobotan-dokumen
11 pembobotan-dokumen11 pembobotan-dokumen
11 pembobotan-dokumen
 
10 pembobotan-kinerja
10 pembobotan-kinerja10 pembobotan-kinerja
10 pembobotan-kinerja
 
9 instrumen-dokumen
9 instrumen-dokumen9 instrumen-dokumen
9 instrumen-dokumen
 
8 instrumen-standar-penilaian1
8 instrumen-standar-penilaian18 instrumen-standar-penilaian1
8 instrumen-standar-penilaian1
 
7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan
 
6 instrumen-standar-pengelolaan
6 instrumen-standar-pengelolaan6 instrumen-standar-pengelolaan
6 instrumen-standar-pengelolaan
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Metode kritik hadits

  • 1. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana U METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ............................................................................................................................. METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III A. Pendahuluan Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat sabda-sabdanya selain Al-Quran berhubungan dengan tulisan selain adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu : • Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me para sahabat diperbolehkan mencatatnya. • Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara dan hadits. • Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah, dan diperbolehkan bagi yang sulit me • Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan • Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits dari pada Al-Quran Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent • Al-Shahifah Al-Shadiqah shahifah al-shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih. • Al-Majmuah, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas dan Ibn Mas’ud. Pada masa tabi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99 menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 1 RANGKUMAN METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III Oleh Nama : Muhamad Anugrah NIM : 20010015002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2015 ............................................................................................................................. RANGKUMAN METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat Quran, Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang berhubungan dengan tulisan selain Al-Quran, tetapi pada beberapa peristiwa lainn adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu : Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me para sahabat diperbolehkan mencatatnya. Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah, dan diperbolehkan bagi yang sulit memahaminya. Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan Al-Quran. Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits Quran. Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent Shadiqah ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih. , merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99 menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab 2015 ...................................................................................................................................................... Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat , Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang , tetapi pada beberapa peristiwa lainnya terungkap adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu : Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah menyebar Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara Al-Quran Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah, Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bentuk yaitu : ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al- , merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99 – 110 H) menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab adalah
  • 2. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 2 Muhammad Bin Syihab Az-Zuhri. Pada masa ini hadits nabi masih tercampur dengan fatwa sahabat dan fatwa tabi’in. Kitab al-muwatha imam malik dipandang sebagai kitab tertua yang sampai ke tangan umat islam, karena karya al-Zuhri tidak diketemukan. Pada masa imam Bukhari terjadilah puncak ilmu hadits dan penilaian hadits secara kritis karena beliaulah yang mula-mula menghimpun hadits shahih, pada zaman beliaulah diklasifikasikan hadits secara marfu’, mauquf, mursal. Imam Syafi’i sebagai Nashir Al-Sunah yang sekaligus sebagai peletak dasar epistemologi hadits, yang tersusun dalam kitabnya ar-Risalah. Pembagian hadits secara eksplisit antara hadits shahih, hasan dan dhaif terjadi pada zaman al-tirmidzi (w. 279 H). Adapun kriteria keshahihan suatu hadits adalah sebagai berikut, yaitu : 1. Itishal Al-Sanad Bersambungnya sanad merupakan langkah pertama dalam meyakinkan penisbatan suatu hadits kepada nabi saw. Setelah itu baru dibicarakan mengenai rawi yang meriwayatkannya. Beberapa langkah dalam mengetahui bersambung tidaknya suatu sanad, diantaranya sebagai berikut : • Mencatat semua rawi dalam sanad yang akan diteliti. • Mempelajari masa hidup masing-masing rawi. • Mempelajari shigat tahammul wal ‘ada, yaitu bentuk lafal ketika menerima atau mengajarkan hadits. • Meneliti guru dan murid. 2. Adalat Al-Rawi Menurut al-Razi, Adil didefinisikan sebagai kekuatan rohani (kualitas spiritual) yang mendorong untuk berbuat takwa, yaitu mampu menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muruah, seperti makan sambil berdiri, buang air kecil bukan pada tempatnya, serta bergurau secara berlebihan. 3. Dhabit Al-Rawi Dhabit ialah kemampuan rawi memelihara hadits, baik melalui hafalan maupun catatan, yaitu mampu meriwayatkan hadits sebagaimana diterimanya. 4. Tidak Syadzdz Syadzdz ialah apabila rawi yang tsiqat (terpercaya) dalam suatu hadits menyalahi hadits lain yang rawinya lebih tsiqat dibandingkan rawi pada hadits pertama. 5. Tidak Ada Illat Illat artinya penyakit atau sesuatu yang menyebabkan keshahihan hadits ternodai. Illat yang ada pada suatu hadits tidak tampak suatu jelas melainkan samar-samar, sehingga sulit ditemukan,
  • 3. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 3 kecuali oleh ahlinya. Oleh karenanya, hadits semacam ini akan banyak ditemukan pada tiap rawi yang tsiqat sekalipun. Ilmu jarh dan ta’dil mulai muncul sejak abad pertama dan berkembang pada abad kedua hijriah, yaitu ketika banyak terjadi peristiwa besar dalam sejarah yang melibatkan para politisi, sehingga carut marut politik dan perebutan kekuasaan dikhawatirkan memicu pembuatan hadits palsu. Kualifikasi para sahabat lebih difokuskan pada ke-dhabit-annya daripada keadilannya. Ilmu hadits menyebut mereka sebagai adil secara keseluruhan. Para jarrih dan muaddil berbeda-beda dalam memandang ke-tsiqat-an seorang rawi, ada yang tasahul, lebih longgar dan yang tasyaddud lebih ketat. Sebagai contoh al-Hakim tasyahul dalam hadits yang berkaitan dengan keutamaan amal, dan tasyaddud dalam hadits yang berkaitan dengan hukum. Dhabit dan ‘adil tidak difahami sebagai syarat ilahiyah dalam diri seorang rawi dalam bentuk kemaksuman, tetapi ukuran manusia biasa. Seorang perawi dikatakan marjuh apabila memiliki aib sebagai berikut : • Ia seorang bid’ah • Mukhalafah, menyalahi periwayatannya dengan orang yang lebih tsiqat darinya. • Ghalath, banyak keliru dalam periwayatan. • Jahalah al-hal, keadaannya tidak diketahui. • Da’wa al-inqitha, dituduh sanadnya tak bersambung. B. Kualifikasi Rawi Dalam Sudut Tinjau Ke-Tsiqat-An 1. Kualifikasi Rawi Dalam Keadilannya Pengertian adil adalah sifat yang tertanam kuat dalam diri yang membawa pelakunya pada ketetapan takwa dan muru’ah. Adapun yang dimaksud takwa adalah menjauhnya seseorang terhadap perbuatan buruk berupa kefasikan dan kebid’ahan, sedangkan yang dimaksud muru’ah adalah terpeliharanya manusia dari hal-hal yang tercela secara adat kebiasaan. Syarat-yarat adil menurut Nur al-din ‘Itir, yaitu : • Hendaklah ia seorang muslim • Hendaklah ia seorang balig • Hendaklah ia seorang berakal • Hendaklah ia seorang yang bertakwa • Hendaklah ia menjaga muru’ah a. Keadilan Sahabat • Menurut khawarij mereka menolak pandangan mengenai seluruh sahabat itu adil • Murjiah menganggap para sahabat merupakan orang-orang yang dapat dipercaya dan tidak perlu dipertimbangkan tentang apa yang diperbuatnya. • Mu’tazilah tidak sepakat dengan keadilan sahabat. Kaum mu’tazilah tidak mengakui keberadaan sunah, karena mereka mergukan keorisinalannya dari Nabi Muhammad saw.
  • 4. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 4 • Syi’ah, mereka berpendapat tidak semua sahabat adil, terutama adalah para sahabat yang mereka anggap merebut kekuasaan dari Ali Bin Abi Thalib. • Ahli sunnah, ahli sunnah mengganggap semua sahabat adil, dan menyerahkan persoalan pertentangan para sahabat kepada Allah SWT. b. Keadilan Selain Sahabat Para rawi terdiri atas sahabat, tabi’in, muhadramin, al-mawali dan tabiy tabi’in. Pada periode setelah sahabat tidak berlaku lagi adanya kaidah keadilan secara menyeluruh, karena pada periode ini aktivitas untuk meneliti keadilan rawi sangat efektif. Muncul dan menjamurnya hadits-hadits palsu yang disebarkan atas dasar kepentingan kelompok masing-masing, menyebabkan gencarnya para muhaditsin melakukan penelitian atas keadilan para rawi yang meriwayatkan hadits. 2. Kualifikasi Rawi Dalam Ke-Dhabit-Annya Kedhabitan rawi ditunjukan dalam kapasitias pemahaman, kecerdasan, dan dalam penerimaan serta periwayatan hadits. Seorang perawi mutlak menduduki maqam ini agar ia mampu menyampaikan kembali secara baik dan benar apa yang dimaksud rasul saw, baik secara lafal atau makna. Seorang rawi memiliki kesadaran dalam mengambil hadits. Setelah itu ia berjanji setia untuk menyampaikannya dengan baik seperti ia mengambil dalam permulaan. Kemudian ke-dhabit-an rawi dalam memelihara hadits itu bisa dengan mengingatnya atau menuliskannya. Syarat Dhabit, yaitu : • Rawi harus sadar, dalam arti dia harus mengetahui apa yang didengar dan dikatakannya. • Rawi itu harus hafiz terhadap haditsnya, dalam arti ia tidak tertuduh dalam pemalsuan (terhadap hadits yang diriwayatkannya) Seorang perawi dalam memelihara hafalannnya harus memperhatiakan hal-hal sebagai berikut, yaitu : • Berusaha mempelajari hadits yang shahih, menerimanya dengan baik, baik dengan mendengarnya ataupun dengan yang lainnya. • Memelihara hadits yang sudah diterima dari gurunya, baik dengan mengingatnya atau dengan menuliskannya. Dhabi shadr, meriwayatkan hadits yang dihafalkannya, dhzbit kitab, meriwayatkan hadits melalui kitabnya. Gelar keahlian para rawi • Amir al-mukminin fi al-hadits, • Al-hakim, gelar bagi yang menguasai hadits-hadits yang diriwayatkannya baik secara matan, sifat rawi, ta’dil dan tarjih, sejarah hidup rawi dan guru-gurunya. Mereka yang menghafal lebih dari 300.000 hadits. Ex. Ibnu Dinar, Al-Laits Bin Sa’ad, Imam Malik Bin Anas, Imam Syafi’i
  • 5. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 5 • Al-Hujjah, yang menghafal 300.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan ta’dilnya. Ex, Hisyam Bin Urwah, Muhammad Abdullah Bin Amr • Al-hafizh, mereka yang hafal 100.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan ta’dilnya. Ex. Al-Iraqi, Syarifudin Al-Dimyati, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Ibnu Daqiqil ‘Ied • Al-muhaddits, mereka yang hafal 1000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan ta’dilnya, tingkatan hadits, mampu memahami al-kutub as-sitah, musnad ahmad, sunan baihaqi, u’jam al-thabrani. Ex. Atha’ Bin Abi Rabah dan Al-Zabidi. • Al-musnid, mereka yang memiliki keahlian meriwayatkan hadits lengkapdengan sanadnya, baik menguasai ilmunya ataupun tidak. Mereka ini disebut juga dengan al- thalib, al-mubtadi dan al-rawi. C. Sejarah Perkembangan Ilmu Jarh Wa Ta’dil 1. Pengertian Jarh Wa Ta’dil a. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Secara Harfiah Jarh atau tajrih menurut bahasa berarti luka atau melukai dan dapat juga diartikan sebagai aib atau mengaibkan. Sedangkan ta’dil berarti lurus, meluruskan; ta’dil berarti pula tazkiyah yaitu membersihkan atau menganggap bersih. b. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Menurut Istilah Jarh secara istilah artinya tersifatinya seorang rawi dengan sifat tercela sehingga tertolak riwayatnya. Sedangkan ta’dil artinya tersifatinya seorang rawi yang mengarah pada diterimanya periwayatan. Orang yang dinilai adil adalah yang tidak cacat urusan agama dan muruahnya, sehingga kabar dan persaksiannya dapat diterima sepanjang syarat-syarat terpenuhi. Ilmu jarh dan ta’dil artinya ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah mencela perawi dan mengadilkannya. Dalam kerangka jarh dan ta’dil, maka para perawi hadits adalah mereka yang memiliki persyaratan berikut : • Islam, riwayat orang kafir tidak boleh diterima. • Baligh, orang yang meriwayatkan hadits disyaratkan dewasa karena kedewasaan ini seseorang akan mendapat taklif, tuntutan pertanggungjawaban terhadap yang perkataan dan perbuatannya. • Adil, suatu sifat yang mendorong untuk berbuat takwa secara terus menerus dan selalu terpelihara kehormatan pribadinya (muruah). • Dhabi, kuat hafalan dan daya tangkapnya. Menurut imam malik, tidak boleh diterima hadits dari empat kelompok di bawah ini, yaitu : • Jangan diterima dari orang yang diktehui kebodohannya. • Jangan diterima dari pendusta. • Jangan diterima dari pelaku hawa nafsu. • Seorang ahli ibadah, apabila dia tidak memahami dan mengetahui yang diriwayatkannya.
  • 6. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 6 2. Hukum Men-Jarh Dan Men-Ta’dil Menurut Ibnu Daqiqi al-Ied jika tidak sangat mendesak tidak dibenarkan mencerca seseorang , mencela dibutuhkan jika terpaksa, walaupun tetap dalam batas-batas wajar. Dengan demikian, pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu : • Mencela seseorang diperbolehkan bila diperlukan dalam periwayatan hadits. • Tidak dibenarkan mengungkapkan bebagai macam keaiban jika sudah cukup dengan satu macam saja. • Mencela orang yang meriwayatkan hadits termasuk keadaan memaksa. Al-Hafizh An-Nawawi mengatakan bahwa hukum men-tarjih seseorang yang meriwayatkan hadits bukan hanya sekedar boleh, tetapi juga wajib; ini dilakukan tidak lain untk membela kepentingan syariat Islam. 3. Latar Belakang Terjadinya Jarh Wa Ta’dil Pertumbuhan ilmu jarh dan ta’dil dimulai sejak adanya periwayatan hadits; ini adalah sebagi usaha ahli hadits dalam memilih dan menentukan hadits shahih dan dhaif. Berikut adalah tujuh periode perkembangan hadits, yaitu : • Masa turun wahyu • Masa khulafaur rasyidin, masa pembatasan dan penyedikitan riwayat. • Masa perkembangan dan perlawanan ke kota-kota untuk memberi hadits. • Masa pembukuan hadits. • Masa pen-tashih-an hadits. • Masa menafis dan menyaring kitab-kitab hadits • Masa membuat syarah dan menyusun kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadits hukum dan menyusun dalam kitab-kitab jami’. a. Masa Turunnya Wahyu Pada periode pertama hanya Rasulullah saw yang menjadi pusat perhatian umat islam, baik mengenai lisan maupun perbuatannnya. Para sahabat langsung menanyakan persoalan itu kepada Rasulullah atau menyuruh orang lain yang dipercaya. Rasulullah saw menyampaikan risalah melalui berbagai cara, yaitu : • Mengajar secara bertahap, dari tauhid ke hukum, gamapang ke sulit, dsb. • Medan pengajaran, Rasulullah saw selalu memilih tempat yang sesuai untuk mengajar. Contoh Darul Arqam di Mekah. • Variasi waktu, waktu diatur agar tidak membosankan. • Penerapan ilmu, bukan hanya teori tetapi praktek juga. • Keluwesan dalam mendidik dan mengajar, mempergunakan bahasa yang lembut dan berbagai contoh. • Memelihara kebersamaan dari masyarakat yang heterogen, mengajar dengan memperhatikan audience.
  • 7. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 7 • Memudahkan dan tidak bertindak kasar, Rasulullah saw menyediakan waktu dan tempat khusus untuk mengajar bagi wanita. Cara-cara shahabat menerima ajaran Rasulullah saw, yaitu : • Majelis Rasulullah, Rasulullah saw membuat majelis khusus, kemudian shahabat mendatanginya. • Kasus-kasus yang dialami sendiri oleh Rasulullah saw, apabila Rasulullah saw menjumpai suatu persoalan yang kiranya penting, maka akan disampaikan kepada para shahabat. • Peristiwa-peristiwa yang terjadi terhadap kaum muslimin. Manakala sahabat menemukan suatu persoalan, maka hal tersebut akan disampaikan kepada Rasulullah saw. • Peristiwa-peristiwa yang disaksikan para sahabat bagaimana Rasulullah saw melakukannnya. b. Masa Khulafa Al-Rasyidin • Masa Abu Bakar dan Umar, pada masa ini yang diutamakan dipelajari dan disebarluaskan adalah al-Quran; sedangkan mengenai hadits tidak menjadi pengajarn khusus sebagaimana al-Quran. • Masa Utsman dan Ali Bin Abi Thalib, pada masa ini bepergian dari satu kota ke kota lain dalam rangka mencari ilmu dan informasi tentang hadits banyak dilakukan oleh para shahabat dan thabi’in besar. c. Masa Perkembangan Riwayat Pada masa ini marak pembuatan hadits palsu, dikarenakan fitnah yang melanda umat islam, kelompok-kelompk yang dicuragai membuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu : • Syiah (pembela Ali), kelompok ini banyak membuat hadits palsu yang memuji Ali dan ahli bait, imamah dan wilayah yang hanya untuk Ali karena beliau adalah wali Nabi. • Ahli sunnah wal jama’ah, bersifat netral, hanya mengikuti pemerintahan yang sedang berkuasa. • Khawarij, golongan ini mencela Utsaman bin Affan, Ali bin Abi Thali dan Muawiyah. • Murjiah, tidak menyetujui pemahaman khawarij yang mengkafirkan orang berdosa besar. • Mu’tazilah, golongan yang menggap fasik orang yang berdosa besar. Adapun alasan banyak orang yang mebuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu : • Perbedaan pandangan politik, demi mempertahankan keutuhan dan kelestarian politik masing-masing, umat islam pada masa itu membuat hadits palsu dan mengatasnamakan Rasulullah saw dlam fatwa-fatwanya. • Kaum zindiq, orang-orang kafir dan membenci islam. Mereka sengaja membuat hadits palsu, agar mat islam ragu kepada agamanya. • Ta’ashub kebangsaan, qabilah, bahasa, negara, dan imam madzhab.
  • 8. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015 8 • Pendongeng dan orator, untuk menyemarakan susana mereka menambah- nambah hadits dan dongeng-dongeng atas nama Rasulullah saw. • Perbedaan fiqih dan kalam, • Orang yang mencintai kebaikan, tetapi tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan agama. Sengaja membuat hadits palsu sesuai ibadah yang mereka sukai (taghrib) dan dorongan untuk membenci suatu amal (tarhrb) Menurut Ibn Sirrin menjadi jelas bahwa fitnah, bid’ah dan tersebarluasnya hadits palsu merupakan pendorong utama dari muhadditsin untuk membicarakan hadits dari segala seginya, termasuk didalamnya membicarakan sanad dan matannya sekaligus. 4. Para Perintis Ilmu Jarh Wa Ta’dil Para sahabat yang pernah memperkatakan sanad adalah IbnAbbas (w. 96 H) dan Anas bin Malik (w. 93 H). Dilakalangan thabi’in adalah Al-Syu’bi (104 H), Ibn Sirin (110 H), dikalangkan thabi’it thabi’in adalah Ibn Ma’in (233 H), Ahmad Bin Hambal (241 H) dsb. Referensi Abdurrahman, M, Metode Kritik Hadits, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013)