1. LANDASAN TEORI MEDIA PEMBELAJARAN
DAN SUMBER BELAJAR
Disusun
Oleh :
Kelompok : 1
Nama: ELFI ZAHARA (1302090104)
YUNI ERLITA (1302090105)
FATIMAH (1302090107)
SRI WAHYUNI (1302090106)
Unit: V / D
Dosen Mata Kuliah: Dr. H. Hambali, SE, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
2015/2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat melakukan pembelajaran guru tidak hanya sekedar
menyamapaikan materi saja tetapi seorang guru harus bisa mengantarkan
pembelajaran tersebut kepada siswa. setiap pelajaran yang diajarkan terdapat
berbagai macam tujuan yang harus tercapai jika tujuan tersebut tidak tercapai
maka proses pembelajaran tersebut telah gagal karna tujuan yang ingin dicapai
tak terjangkau secara baik.
Untuk memudahkan proses penyamapaian materi kepada peserta didik
sebagai seorang guru kita harus menggunakan media pembelajaran, agar
pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dapat tercapai secara optimal.
Didalam menggunakan media, ada beberapa landasan dalam menggunakan media
tersebut. Dan seorang guru segharusnya dapat memahami landasan penggunaan
media tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa landasan media pembelajaran
yang harus diketahui, dipahami dan diperhatikan oleh seorang guru.
1.2 Rumusan Masalah
Didalam makalah ini pada bagian BAB II akan dijelaskan beberapa
landasan penggunaan media pembelajran:
1) Bagaimana landasan psikologis Media Pembelajaran ?
2) Bagaimana Landasan Historis Media Pembelajaran ?
3) Bagaimana Landasan Teknologis Media Pembelajaran ?
4) Bagaimana Landasan Empirik Media Pembelajaran ?
5) Bagaimana Landasan Filosofis Media Pembelajaran ?
6) Bagaimana Landasan Sosiologis Media Pembelajaran ?
3. 1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita para calon guru
lebih mengetahui, memahami, dan bisa mengimplementasikan ilmu yang telah
kita dapat iniUntuk tercapainya tujuan pembelajaran yang di inginkan.
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Psikologis Media Pembelajaran
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap
perkembanganbya, latar belakang sosial budaya, juga karena perbedaan faktor-
faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi yang berbeda ini juga bergantung
pada konteks, peranan, dan status individu diantara inidividu-individu lainnya.
Interaksi yang tercipta dalam situasi pembelajaran seharusnya sesuai dengan
kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidikannya.
Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah
membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Sejak kelahiran sampai
menjelang kematian,anak selalu berada dalam proses perkembangan,
perkembangan seluruh aspek kehidupannya. Tanpa pendidikan disekolah, anak
tetap berkembang, tetapi dengan pendidikan disekolah tahap perkembangannya
menjadi lebih tinggi dan lebih luas.
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar
terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan,
pengingatan , pembiasaan, pemahaman, penerapan, Ataupun pemecahan masalah.
Menurut Bruner (1966: 10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu
pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (icnonic), dan
pengalaman abstrak (symbolic).[1][1] Pendidik atau guru melakukan berbagai
upaya dan menciptakan berbagai kegiatan dengan dukungan berbagai media
pembelajaran agar anak-anak belajar. Cara belajar mengajar mana yang dapat
memberikan hasil secara optimal serta bagaimana proses pelaksanaannya
membutuhkan studi yang sistematik dan mendalam studi yang demikian
merupakan bidang pengkajian dan psikologi belajar.
5. Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari media pembelajaran.
Yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat
diperlukan, baik didalam merumuskan tujuan, memilih, dan menerapkan media
serta teknik-teknik evaluasi.
2.2 Landasan Historis Media Pembelajaran
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran ialah
rasional penggunaan media pembelajaran yang ditinjau dari sejarah konsep istilah
media digunakan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui latar belakang sejarah
penggunaan konsep media pembelajaran marilah kita ikuti penjelasan berikut ini.
Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan
lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923.Yang
dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah
setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual
yang nyata kepada pebelajar.
Kemudian konsep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual
instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun
1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual
methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya
berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman
pebelajar melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an konsepsi audio visual ini dapat
dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut
“audio visual communication” pada tahun 1950-an. Dengan diterapkannya konsep
komunikasi dalam pembelajaran, peekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau
bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada
keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi
atau bahan) kepada penerima (pebelajar). Gerakan komunikasi audio visual
memberikan penekakan kepada proses komunikasi yang lengkap dengan
menggunakan sistem pembelajaran yang utuh. Jadi konsepsi audio visual berusaha
6. mengaplikasikan konsep komunikasi, sistem, disain sistem pembelajaran dan teori
belajar dalam kegiatan pembelajaran.
Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya
konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda
dengan konsepsi sebelumnya. Karena pada intinya konsepsi ini ialah
mengaplikasikan proses komunikasi dan sistem dalam merencanakan dan
mengembangkan materi pembelajaran. Beberapa istilah yang merupakan variasi
penggunaan konsepsi “instructional materials” adalah “teaching/ learning
materials”, “learning resources”.
Dalam tahun 1952 ini juga telah digunakan istilah “educational media”
dan “instructional media”, yang sebenarnya secara konsepsional tidak mengalami
perubahan dari konsepsi sebelumnya, karena di sini dimaksudkan untuk
menunjukkan kegiatan komunikasi pendidikan yang ditimbulkan dengan
penggunaan media tersebut. Puncak perkembangan konsepsi ini terjadi sekitar
tahun 1960-an. Dengan mengaplikasikan pendekatan sistem, teori komunikasi,
pengembangan sistem pembelajaran, dan pengaruh psikologi Behaviorisme, maka
muncullah konsep “educational technology” dan/ atau “instructional technology”
di mana media pendidikan atau media pembelajaran merupakan bagian dari
padanya.
2.3 Landasan Teknologis Media Pembelajaran
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan pebelajar
untuk belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang
pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi
kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknolog berkerja mulai dari pengembangan dan
pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian
ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan disainnya, produksi, evaluasi dan
memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan
layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya
7. menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi
(diseminasi).
Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada
prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila
digunakan oleh pebelajar yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan
yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar
setiap pebelajar akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki
enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more
productive).
Dengan media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain
dengan jalan mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk
menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan
kegairahan belajar siswa.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can
make education more individual).
Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara
belajar siswa, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan belajarnya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran ( Can give
instruction a more scientific base).
Artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis,
pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik
siswa, karakteristk bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan
8. disain pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
d. Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).
Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan
kapabilitas manusia menyerap informasi dengan melalui berbagai media
komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih banyak,lengkap dan
akurat.
e. Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/seketika
(Can make learning more immediate).
Karena media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar dan sumber
belajar, dan meng-atasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam
memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekongkritan” meskipun tidak secara
langsung.
f. Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make
access to education more equal).
2.4 Landasan Empirik Media Pembelajaran
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara
penggunaan media pembelajaran dan karakteristik pebelajar dalam menentukan
hasil belajar siswa. Artinya bahwa pebelajar akan mendapat keuntungan yang
signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristiknya. Pembelajaran yang memiliki gaya visual akan lebih mendapat
keuntungan dari penggunaan media visual, seperti film, video, gambar atau
diagram; sedangkan pembelajaran yang memiliki gaya belajar auditif lebih
mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti
rekaman, radio, atau ceramah guru.
Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual pebelajar, menjadi
9. semakin mantap. Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan
pada kesukaan atau kesenangan guru, tetapi dilandaskan pada kecocokan media
itu dengan karakteristik pebelajar, di samping sejumlah kriteria lain yang
dijelaskan pada bagian lain buku ini.
2.5 Landasan Filosofis Media Pembelajaran
Seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran perlu
memperhatikan landasan filosofis. Artinya, penggunaan media semestinya
didasarkan pada nilai kebenaran yang telah ditemukan dan disepakati banyak
orang baik kebenaran akademik maupun kebenaran sosial.
Misalnya, isi pesan (materi pelajaran) yang disampaikan kepada siswa
seharusnya sudah merupakan kebenaran yang teruji secara obyektif, radikal dan
empiris. Jangan sampai materi pelajaran masih salah, tidak baik, dan tidak indah
yang disampaikan kepada peserta didik. Misalnya, guru mengajarkan tentang
sejarah kebudayaan islam (SKI) dengan materi silsilah Nabi Muhammad SAW.
Seorang guru perlu mengecek unsur kebenaran historis silsilah tersebut sebelum
disampaikan kepada peserta didik. Proses inilah yang disebut penggunaan
landasan filosofis dalam memilih isi dan media pembelajaran.
Media yang digunakan guru juga perlu dicek kembali kebenaran dan
ketepatannya. Guru yang memilih media belum sesuai dengan materi yang akan
disampaikan berarti media tersebut tidak benar. Tidak bagus, dan tidak indah
artinya penggunaan media yang tidak tepat belum mempertimbangkan landasan
filosofis.
2.6 Landasan Sosiologis Media Pembelajaran
Dalam menggunakan media, guru perlu mempertimbangkan latar belakang
sosial anak didik dalam sekolah. Sebab jika media yang digunakan tidak sesuai
latar belakang sosial anak didik maka materi pelajaran atau pesan yang dikirim
tentunya tidak bisa tersampaikan secara optimal. Bahkan pembelajaran akan
10. menjadi biasa karena media yang digunakan guru tidak sesuai dengan kondisi
sosial anak didik.
Misalnya, seorang guru yang mengajar disekolah yang rata-rata siswanya
berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial kurang maju secara teknologi.
Mereka belum pernah melihat tampilan slide berbaris komputer, lalu sang guru
menyampaikan materi dengan menggunakan CD dan disiasi dengan berbagai
animasi gambar, maka siswa akan lebih memperhatikan kecanggihan media dan
animasi yang ditampilkan. Sementara itu, materi pelajarannya tidak diperhatikan
sehingga pembelajaran menjadi bias karena media yang dipilih tidak sesuai
kondisi sosial anak didik. Begitu sebaliknya, guru yang mengajar disekolah yang
anak didiknya berasal dari keluarga yang kondisi sosialnya lebih maju dan sehari-
hari telah berinteraksi dengan komputer serta jenis media berbasis komputer
lainnya. Maka saat guru memilih media yang tradisional siswa akan makin
menurun motivasi belajarnya dan tidak fokus pada materi yang disampaikan guru.
Padahal diantara fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah untuk
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran.
Untuk itu, landasan sosiologis perlu dipertimbangkan guru dalam memilih
dan menggunakan media pembelajaran guru perlu menganalisis latar belakang
sosial anak didik dalam menggunakan media pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi kesesuaian media dengan kondisi sosial anak
didik.
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar landasan media pembelajaran terdapat enam pokok
pembehasan yaitu landasan psikologis, tegnologis, historis, empiris, filosofis dan
sosiologis. Dari beberapa landasan yang sudah ada diharapkan kita tidak perlu
ragu lagi menggunakan alat dalam pembelajaran asal tepat memilihnya. Dan
diharapkan alat atau media yang digunakan dapat membantu peserta didik
mencapai tujuan akhir pendidikan.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar para pembaca mengambil hikmah (pelajaran)
dari makalah ini untuk dijadikan sebuah pertimbangan yang bisa diambil dari segi
positif pembahasan pada makalah ini.
12. DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Musfiqon. 2011. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta:
PRESTASI PUSTAKA