SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
Whole of Government (WoG) Pada Sektor Publik
PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III ANGKATAN 4
Oleh :
Nama : Dr. Lilin Budiati, SH, MM
NIP : 19610210 198603 2 011
Pangkat, Gol : Pembina Utama Madya, IV/d
Jabatan : Widyaiswara Ahli Utama
Unit Kerja : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
Provinsi Jawa Tengah
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2017
Bahan Ajar
2
1. Latar Belakang
Whole of Government(WoG) sebenarnya bukan sesuatu yang baru di negara-negara
maju, tetapi dewasa ini di berbagai negara berkembang WoG menjadi topik yang hangat
dibicarakan, terutama di Indonesia yang termasuk terlambat dibandingkan negara-negara di
Asia seperti Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Malaysia. WoG pada awalnya disebut
sebagai Joined Up Government atau Network Government dan paling akhir diberi nama
Whole of Government. WoG merupakan respon terhadap gejala-gejala devolusi struktural,
disagregasi, fragmentasi dan single purpose organization sebagai akibat dari implementasi
New Public Management (NPM) (Tom Christensen &Peer Legreid, 2017: 1059).
PraktikJoined Up Government atau WoG diinisiasi oleh Perdana Menteri Inggris Tony
Blair pada tahun 1997, ketika pemerintah Inggris mengalami hambatan dalam mengatasi
wicked problems pada sektor publik akibat lemahnya koordinasi vertikal maupun horisontal
pada lembaga-lembaga pemerintahan di berbagai tingkatan(Richards and Smith, 2006 dalam
Christensen & Legreid, 2017). Hambatan ini kemudian dicoba diatasi dengan membentuk
jejaring kerja (network) pemerintahan dimana dilakukan koordinasi intra dan inter departemen
dan sektor untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sulit dipecahkan (wicked
problems). Upaya ini ternyata kurang efektif karena muncul masalah lain, yaitu terjadi
benturan kepentingan karena masing-masing instansi memiliki agenda dan tujuannya sendiri.
Hal ini masih ditambah dengan persoalan-persoalan lain seperti: struktur hierarki
kewenangan, tugas pokok dan fungsi serta struktur anggaran yang sifatnya kaku (rigid)
sehingga tidak mudah diintegrasikan.
Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk mengatasi wicked problems, sehingga
diperlukan upaya lebih besar lagi yaitu kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi dengan
kolaborasi adalah: koordinasi merupakan kerjasasama intra dan inter instansi di dalam suatu
jejaring kerja tetapi masing-masing instansi masih memiliki agenda, kepentingan dan tujuan
organisasinya masing-masing, sementara kolaborasi adalah kerjasama intra dan inter instansi
di dalam jejaring kerja berdasarkan satu agenda, kepentingan dan tujuan bersama. Agenda dan
tujuan bersama, kolaborasi, jejaring kerja dan integrasi adalah faktor determinan bagi
terselenggaranya WoG. Inti dari WoG menurut Haligan (2011) adalah “koordinasi –
kolaborasi secara integratif serta manajemen berbagai tugas dan fungsi-fungsi di dalam
organisasi tanpa adanya kontrol hierarkis di antara sesama partisipan yang ditujukan untuk
memperoleh suatu hasil (outcome) yang tidak dapat dicapai apabila bekerja sendiri”
3
WHOLE of GOVERNMENT
(WoG)
WICKED
PROBLEMS
Karakteristik
• Sulit didefinisikan dengan jelas
• Multi sebab yang saling terkait è kompleks/rumit
• Solusi pd satu sektor bisa menimbulkan masalah di
sektor lain
• Multi dimensi, multi perspektif dan multi responsibility
• Tdk bisa diselesaikan oleh 1 atau 2 instansi
• Tidak stabil atau selalu berubah
• Tidak ada solusi yang benar-benar tepat/jelas
• Selalu menyangkut perubahan perilaku
APA ???
SASARAN????
KEMISKINAN
PENGANGGURANPERUBAHAN IKLIM
Tkt PENDIDIKAN RENDAH
KORUPSI
PELAYANAN KESEHATAN
BURUK
KERUSAKAN
LINGKUNGAN
IPM &
DAYA SAING
RENDAH
MODEL PENDEKATAN
INTEGRATIF FUNGSIONAL
SATU ATAP
Karakteristik
• Cara pandang holistik thd masalah
• Koordinasi – kolaborasi vertikal
& horisontal
• People centered
• Integrasi fungsi-fungsi dlm satu atap
• Restrukturissasi & reorganisasi
• Heterarchy bukan hierarchy
2. Pengertian WoG
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan maka WoG
didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang
digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena
berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi
dimensi, menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan karakteristik wicked problems,
maka model pendekatan WoG mempunyai perspektif tertentu sebagaimana yang
diilustrasikan pada hambar 2.
Gambar 1. WoG Dalam Perspektif Kebijakan Publik
Sumber: Lilin Budiati, 2017
3. Faktor-Faktor Pendorong (Drivers) WoG
Kemunculan WoG didorong oleh sejumlah faktor-faktor pendorong (drivers) internal
maupun eksternal sebagaimana yang diilustrasikan pada gambar berikut:
4
EXTERNAL DRIVERS
(FAKTOR PENDORONG EKSTERNAL)
PANDEMI PENYAKIT
PERUBAHAN IKLIM
GLOBALISASI
KEAMANAN NASIONAL
PERKEMBANGAN IPTEK
Best Practice
Pelayanan
Publik
Wicked
problems
Tekanan
Anggaran
Kebutuhan
Masyarakat
Profil
Demografi
Pelayanan
Publik Baru
(NPS)
INTERNAL DRIVERS
FAKTOR
PENDORONG
INTERNAL
Koordinasi
Lemah
Tdk ada
Networking
Gambar 2. Faktor-faktor Pendorong (Drivers) WoG
Sumber: Center For Effective Service (CES),2015 dielaborasi oleh Lilin Budiati,2017
4. Tantangan WoG
Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang meliputi kekurangan dan
hambatan (barrier) sehingga menyebabkan WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti
ditengah jalan dan pada akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-kekurangan WoG adalah
memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu cocok dengan wicked problems
yang akan ditangani, dan hasilnya sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya
dapat menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG terutama disebabkan
oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan
sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang rendah.
Pada sektor pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang tidak jelas atau minim ini
menjadi faktor kunci timbulnya korupsi di sektor publik (Samuel Paul,2012:4 dalam Loura
Hardjaloka, 2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki unsur-unsur
utama yang menunjang timbulnya korupsi yaitu: monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang
5
tidak jelas. Pemerintah memiliki monopoli kewenangan atau kekuasaan untuk mengakses
sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan perundang-undangan.
Monopoli membuka peluang transaksional bagi perdagangan akses perijinan dengan imbalan
suap atau gratifikasi. Lebih lanjut, pemerintah memiliki kewenangan atau kekuasaan diskresi
yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan akses atau hak istimewa tertentu kepada pihak
yang dapat memberikan imbalan atau suap. Terakhir, unsur lemah atau tidak jelasnya
akuntabilitas akan menjadi enabler (faktor yang memungkinkan) terjadinya korupsi.
Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam rumusan berikut (Loura
Hardjaloka, 2014: 436):
Korupsi termasuk salah satu wicked problems pada sektor publik yang sulit diberantas
dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Penyebab
korupsi sangat beragam sehingga sulit dipastikan yang mana akar masalahnya, multi dimensi
dan kompleks sehingga sulit ditangani oleh satu atau dua instansi misalnya Aparat Penegak
Hukum (APH) seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan KPKkarena menyangkut
perilaku. Penanganan wicked problems pada sektor publik seperti korupsi tidak bisa dilakukan
dengan cara-cara dan pendekatan biasa (in the box), melainkan harus dengan cara atau
pendekatan yang tidak biasa (out of the box). Model pendekatan yang dilakukan oleh berbagai
negara dewasa ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang adalah model
pendekatan WoG. Model pendekatan ini digunakan oleh KPK dengan membangun jejaring
kerja (network) kolaboratif dengan badan-badan pemberantasan korupsi di tingkat nasional
maupun internasional. Kolaborasi KPK dengan badan pemberantasan korupsi internasional
membuahkan hasil berupa pengungkapan mega skandal korupsi mantan Direktur Utama
Garuda Emirsyah yang telah menerima suap pada tender pengadaan mesin jet Rolls Royce
untuk pesawat Air Bus sehingga yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka. Benturan
kepentingan serta ego sektoral antar instansi juga menjadi tantangan dan sekaligus hambatan
yang dihadapi oleh KPK, sebagaimana yang terjadi pada kasus Cicak versus Buaya 1 sampai
dengan 3 antara KPK dan Kepolisian. Korupsi berkaitan dengan perilaku ASN, pelaku usaha
dan masyarakat, maka perilaku mereka yang resisten dan/atau menolak pemberantasan
korupsi akan menjadi hambatan tersendiri bagi APH dan KPK dalam mengimplementasikan
WoG memberantas korupsi di Indonesia.
KORUPSI = MONOPOLI + DISKRESI - AKUNTABILITAS
6
TANTANGAN WOG
KEKURANGAN
• Butuh Waktu Lama
• Mahal
• Tidak selalu cocok
• Sulit diukur
HAMBATAN
• Tujuan tidak jelas
• Benturan kepentingan dan
agenda
• Prioritas tidak jelas
• Tingkat pergantian staf tinggi
• Insentif rendah
• Ego sektoral antar instansi
• Dorongan kembali ke cara lama
• Akuntabilitas tidak jelas
Deskripsi tantangan WoG dapat diilustrasikan pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Tantangan WoG
Sumber: CES, 2015 dielaborasi oleh Lilin Budiati
5. Implementasi WoG Pada Pelayanan Publik
Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government.
Pengertian e-Government menurut Bank Dunia adalah:
“e-government refers to the use by government agencies of information technologies
(such as Wide Area Network, the internet, and mobile computing) that havet the ability to
transform relations with citizens, business, and other arms of government”. Terjemahan bebas
dari pengertian tersebut adalah: “penggunaan teknologi IT seperti Wide Area Network,
internet dan komputer bergerak oleh badan-badan atau instansi pemerintah untuk membangun
fasilitas akses dengan rakyat, dunia usaha dan pemerintah lain di dunia.Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa e-government adalah tata kelola pemerintahan
(governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT,
agar hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung
lebih efisien, efektif, produktif dan responsif.
Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-government antara lain adalah:
1. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan
efektif
2. Hemat anggaran dan tepat waktu
3. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak
berkurang
7
Pemerintah – Rakyat (P-R)
Pemerintah –Bisnis (P-B)
Pemerintah – Pemerintah (P-P)
Pemerintah – ASN (P-A)
Sumber: Dielaborasi dari Loura Hardjaloka (2014) oleh Lilin Budiati, 2017
4. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan
berkurang
5. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga
meningkat
Pada konteks pemberantasan korupsi, e-government dapat mengintegrasikan 4 fungsi
strategis, yaitu:
1. Fungsi pencegahan: melakukan reformasi prosedur administrasi online di bidang perijinan,
transaksi keuangan dan pelaksanaan lelang pengadaan barang dan jasa (e-budgeting dan e-
procurement).
2. Penegakan hukum: setiap instansi melakukan membuat sistem pencatatan dan pelaporan
online sehingga dapat dilakukan prosedur pengawasan dan penegakan hukum terhadap
urusan pelayanan publik. Penerpan e-goverment akan menungkatkan transparansi dan
akuntabilitas pemerintah terhadap publik, karena kemudahan dalam mengakses informasi
dapat menjadi alat kontrol sosial masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
3. Pemberdayaan akses informasi: setiap instansi pemerintah membuat sistem informasi
terpadu satu pintu sehingga semua instansi pemerintah yang ada di Indonesia dapat diakses
publik dengan hanya memasukkan satu nomor identifikasi tertentu (contoh kasus
Singapura, informasi mengenai semua instansi pemerintah dapat diakses publik dengan
memasukkan satu nomor identifikasi unik yang disebut Unique Entity Number/EUN).
4. Peningkatan kapasitas: meningkatkan kapasitas pemerintah dan sumber daya manusia
untuk menyelenggarakan good and clean governance berdasarkan asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
e-Government melahirkan 4 model hubungan yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4. Model Hubungan Dalam e-Government
8
Deskripsi mengenai 4 model hubungan dalam e-government dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Deskripsi Model Hubungan Pada e-Government
No. Jenis Hubungan Deskripsi Contoh Aplikasi
1 Pemerintah – Rakyat
(P-R)
Layanan e-government dimana
pemerintah menerapkan pelayanan
berbasis IT yang bertujuan untuk
meningkatkan akses rakyat
(masyarakat) terhadap pemerintah
melalui kanal-kanal akses yang
beragam untuk pemenuhan
berbagai kebutuhan layanan publik
• Samsat memberikan pelayanan
pembuatan dan perpanjangan
SIM dan STNK secara online
• Pendataran siswa dan
mahasiswa baru secara online
• Aplikasi e-KTP
2 Pemerintah – Bisnis (PB) Pelayanan pemerintah kepada
sektor bisnis berbasis IT untuk
mempermudah dan meningkatkan
interaksi antara pemerintah dan
dunia bisnis
• Pengumuman informasi lelang
pengadaan barang dan jasa
online (e-announcement)
• Pengadaan barang dan jasa
secara online (e-procurement)
• Pembayaran pajak secara
online (e-tax)
• Sistem pendaftaran wajib
pajak online (e-registration)
• Sistem Surat Pemberitahuan
Pajak (SPT) online (e-filling)
3 Pemerintah – Pemerintah
(P-P) Hubungan kerjasama bilateral atau
multilateral secara online
• Aplikasi keimigrasian antar
negara
• Aplikasi Interpol
• Aplikasi Riset dan pendidikan
4 Pemerintah – ASN (P-A) Pelayanan e-government untuk
tunjangan kesejahteraan, asuransi
atau kesehatan
• Aplikasi BPJS
Sumber: dielaborasi dari Loura Hardjaloka (2014)
6. Peran e-government sebagai strategic enabler penunjang WoG
e-government merupakan faktor pendukung strategis yang memungkinkan (strategic
enabler) WoG dapat dilaksanakan. Fungsi utama e-government adalah mendukung
terciptanya jejaring kerja (network) lintas instansi, sektor dan pemerintahan sehingga fungsi
integrasi dapat dilaksanakan. Dimulai sejak kemunculan teknologi internet, maka proses
networking di sektor publik mengalami 4 tahap maturasi atau pematangan yaitu:
a. Tahap I: Age of Agency
b. Tahap II: Age of Transition
c. Tahap III: Age of Integration
d. Tahap IV: Golden Age
9
Deskripsi tentang peran e-government terhadap maturasi jejaring kerja (network)
tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Peran e-government Pada Maturasi Jejaring Kerja (network)
I Age of Agency
(2000 – 2003)
Penerapan Pelayanan
Publik Online
II Age of Transition
(2003 – 2006)
Integrasi Pelayanan Publik
III Age of Integration
(2006 – 2010)
Integrasi Pemerintahan
IV Golden Age
(2010 – sekarang)
Era e-Government
• Fungsi agensi/instansi
pemerintah sebagai silo
terpisah
• Akses masyarakat hanya
sampai pada level
agensi, dan tidak bisa
langsung ke pemerintah
pusat
• Sedikit atau tidak ada
berbagi informasi dan
koordinasi lintas agensi
dalam pelayanan publik
• Tidak ada jejaring kerja
pelayanan publik
• Beberapa agensi/instansi
berkoordinasi membentuk
pusat pelayanan publik
• Meningkat pemahaman
bahwa “Bekerjasama
melalui koordinasi adalah
lebih efektif daripada
bekerja sendiri”
• Mulai adat upaya-upaya
untuk mengkonsolidasikan
pelayanan publik pada
level WoG
• Mulai ada jejaring kerja
pelayanan publik pada
lingkup kecil tetapi terus
bertambah besar
• Ada jejaring kerja kuat di
dalam pemerintahan
• Muncul keyakinan kuat
tentang potensi jejaring
kerja sebagai pengungkit
(leverage) perkembangan
• Membangkitkan persepsi
konstituen tentang fungsi
dan manfaat jejaring
kerja dan menciptakan
sistem dan proses baru
pada penyelenggaraan
pelayanan publik
• Pengkoordinasian WoG
dengan partisipasi sektor
swasta dalam pelayanan
publik
• Inklusi swasta di dalam
jejaring kerja
• Terciptanya agenda,
kepentingan dan tujuan
bersama di dalam
jejaring kerja guna
mewujudkan New
Public Service
• Inovasi tidak terbatas di
bidang pelayanan publik
Sumber: World Bank Report, 2014
7. Kesimpulan
Whole of Government (WoG) adalah model pendekatan integratif fungsional satu atap
yang dewasa ini menjadi opsi alternatif dalam menyelesaikan masalah-masalah rumit (wicked
problems) abad 21. Guncangan globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi
(paradoks) di berbagai sektor kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi pasar bebas di
sektor ekonomi dan lain-lain yang sulit diatasi dengan cara dan pendekatan biasa (in the box)
membuat WoG menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan. Salah satu bentuk penerapan
WoG di sektor pelayanan publik adalah e-government. E-government adalah salah satu faktor
pendorong strategis (strategic enabler) yang memungkinkan WoG dapat dilaksanakan, karena
peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring kerja (network) kolaboratif
sehingga fungsi integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan
jejaring kerja yang ditopang oleh e-goverment berpotensi menjadi tuas pengungkit (leverage)
bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk di dalamnya
pelayanan publik. Berdasarkan hal itu, maka e-government harus dilaksanakan di berbagai
level pelayanan publik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Chistensen Tom & Legreid Peer, TheWhole‐of‐Government Approach to Public Sector
Reform, Research Gate Publication, 2017
Briggs Lynelle, Tackling the Wicked Problems: A Public Policy Perspective, Australian
Public Service Commision, 2007
Robinson Mark, From The Old Public Administration to the New Public Service:
Implications for Public Sector Reform in Developing Countries, GCPSE – UNDP,
2015
Hardjaloka Loura, Studi penerapan e-goverment di Indonesia dan negara lainnya sebegai
solusi pemberantasan korupsi di sektor publik, 2014

More Related Content

What's hot

PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
Anton Riyanto
 
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
Uni Asgar
 

What's hot (20)

Perubahan Paradigma Kepemerintahan
Perubahan Paradigma KepemerintahanPerubahan Paradigma Kepemerintahan
Perubahan Paradigma Kepemerintahan
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
 
Kajian Budaya Kerja Organisasi Pemerintah Daerah di Kalimantan
Kajian Budaya Kerja Organisasi Pemerintah Daerah di KalimantanKajian Budaya Kerja Organisasi Pemerintah Daerah di Kalimantan
Kajian Budaya Kerja Organisasi Pemerintah Daerah di Kalimantan
 
Organisasi dan Kepemimpinan Adaptif di Era Pandemi Covid-19
Organisasi dan Kepemimpinan Adaptif di Era Pandemi Covid-19Organisasi dan Kepemimpinan Adaptif di Era Pandemi Covid-19
Organisasi dan Kepemimpinan Adaptif di Era Pandemi Covid-19
 
Penerapan Good Governance di Sektor Publik untuk Meningkatkan Akuntabilitas K...
Penerapan Good Governance di Sektor Publik untuk Meningkatkan Akuntabilitas K...Penerapan Good Governance di Sektor Publik untuk Meningkatkan Akuntabilitas K...
Penerapan Good Governance di Sektor Publik untuk Meningkatkan Akuntabilitas K...
 
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
 
Perspektif Perencanaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi
Perspektif Perencanaan Kebutuhan Pengembangan KompetensiPerspektif Perencanaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi
Perspektif Perencanaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi
 
Membangun Komitmen Inovasi di Kepulauan Tanimbar
Membangun  Komitmen Inovasi di Kepulauan TanimbarMembangun  Komitmen Inovasi di Kepulauan Tanimbar
Membangun Komitmen Inovasi di Kepulauan Tanimbar
 
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraAkuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
 
Pentingnya Inovasi Dalam Praktik dan Pengembangan Administrasi Negara
Pentingnya Inovasi Dalam Praktik dan Pengembangan Administrasi NegaraPentingnya Inovasi Dalam Praktik dan Pengembangan Administrasi Negara
Pentingnya Inovasi Dalam Praktik dan Pengembangan Administrasi Negara
 
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi NegaraSekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
 
Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
 
Transparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publikTransparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publik
 
Teknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Kota
Teknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan KotaTeknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Kota
Teknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Kota
 
Kebutuhan Kelembagaan Pengelolaan Perkotaan Lintas Daerah
Kebutuhan Kelembagaan Pengelolaan Perkotaan Lintas DaerahKebutuhan Kelembagaan Pengelolaan Perkotaan Lintas Daerah
Kebutuhan Kelembagaan Pengelolaan Perkotaan Lintas Daerah
 
Pengembangan Kerjasama Pemerintah dengan Masyarakat dan Swasta
Pengembangan Kerjasama Pemerintah dengan Masyarakat dan SwastaPengembangan Kerjasama Pemerintah dengan Masyarakat dan Swasta
Pengembangan Kerjasama Pemerintah dengan Masyarakat dan Swasta
 
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiClean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
 
Paparan Webinar Kebijakan Covid 30 juli 2020
Paparan Webinar Kebijakan Covid  30 juli 2020Paparan Webinar Kebijakan Covid  30 juli 2020
Paparan Webinar Kebijakan Covid 30 juli 2020
 
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
Penerapan prinsipprinsip-good-governance-dalam-pembangunan-daerah-4056
 

Similar to Ba prajab wog

Manajemen pembangunan
Manajemen pembangunanManajemen pembangunan
Manajemen pembangunan
nnugraha41
 
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
Putrajab
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
samiaji
 
25889051 makalah-reformasi-birokrasi
25889051 makalah-reformasi-birokrasi25889051 makalah-reformasi-birokrasi
25889051 makalah-reformasi-birokrasi
Guntur Rahmandhito
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
Abby Lee
 
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
TAWANGARGOTV
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Septyarini Emppink
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
Mohammad Subhan
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
Dr .Maizar Radjin, SE., M.Ak., QIA., QRMA, CRGP
 

Similar to Ba prajab wog (20)

Manajemen pembangunan
Manajemen pembangunanManajemen pembangunan
Manajemen pembangunan
 
Pembangunan Masyarakat Kota
Pembangunan Masyarakat KotaPembangunan Masyarakat Kota
Pembangunan Masyarakat Kota
 
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
 
Birokrasi iii iv
Birokrasi iii   ivBirokrasi iii   iv
Birokrasi iii iv
 
Perencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku PembangunanPerencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku Pembangunan
 
Social Budgeting
Social BudgetingSocial Budgeting
Social Budgeting
 
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
25889051 makalah-reformasi-birokrasi
25889051 makalah-reformasi-birokrasi25889051 makalah-reformasi-birokrasi
25889051 makalah-reformasi-birokrasi
 
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdmWisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
 
Paparan Materi Cpns 2024 , yang bombasti
Paparan Materi Cpns 2024 , yang bombastiPaparan Materi Cpns 2024 , yang bombasti
Paparan Materi Cpns 2024 , yang bombasti
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
 
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
47 halaman KULIAH BIROKRASI INDONESIA.pptx
 
Comparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private OrganizationsComparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private Organizations
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
 
5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm
 

More from MAHMUN SYARIF

More from MAHMUN SYARIF (20)

PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA.pptx
PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA.pptxPEMBANGUNAN BIDANG AGAMA.pptx
PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA.pptx
 
BPJS_Kesehatan_Net_Pencatatan_dan_Penyesuaian_SILPA_Kapitasi_300821.pptx
BPJS_Kesehatan_Net_Pencatatan_dan_Penyesuaian_SILPA_Kapitasi_300821.pptxBPJS_Kesehatan_Net_Pencatatan_dan_Penyesuaian_SILPA_Kapitasi_300821.pptx
BPJS_Kesehatan_Net_Pencatatan_dan_Penyesuaian_SILPA_Kapitasi_300821.pptx
 
Bahan Pertemuan Sosialisasi dengan Kemendagri 30 Agustus.pdf
Bahan Pertemuan Sosialisasi dengan Kemendagri 30 Agustus.pdfBahan Pertemuan Sosialisasi dengan Kemendagri 30 Agustus.pdf
Bahan Pertemuan Sosialisasi dengan Kemendagri 30 Agustus.pdf
 
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdfPermendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PERPRES 46 THN 2021.pptx
MATERI SOSIALISASI PERPRES 46 THN 2021.pptxMATERI SOSIALISASI PERPRES 46 THN 2021.pptx
MATERI SOSIALISASI PERPRES 46 THN 2021.pptx
 
Tata Kearsipan Kemendagri
Tata Kearsipan KemendagriTata Kearsipan Kemendagri
Tata Kearsipan Kemendagri
 
Manajemen Kearsipan
Manajemen KearsipanManajemen Kearsipan
Manajemen Kearsipan
 
Kebijakan-Penerapan-SPBE-Ponorogo.pptx
Kebijakan-Penerapan-SPBE-Ponorogo.pptxKebijakan-Penerapan-SPBE-Ponorogo.pptx
Kebijakan-Penerapan-SPBE-Ponorogo.pptx
 
Digitalisasi Kearsipan.pptx
Digitalisasi Kearsipan.pptxDigitalisasi Kearsipan.pptx
Digitalisasi Kearsipan.pptx
 
Publikasi Kehumasan.pptx
Publikasi Kehumasan.pptxPublikasi Kehumasan.pptx
Publikasi Kehumasan.pptx
 
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
 
permenpan-nomor-22-tahun-2014-tentang-jabfung-widyaiswara.pdf
permenpan-nomor-22-tahun-2014-tentang-jabfung-widyaiswara.pdfpermenpan-nomor-22-tahun-2014-tentang-jabfung-widyaiswara.pdf
permenpan-nomor-22-tahun-2014-tentang-jabfung-widyaiswara.pdf
 
Modul Monitoring dan Evaluasi
Modul Monitoring dan EvaluasiModul Monitoring dan Evaluasi
Modul Monitoring dan Evaluasi
 
penentuan_standar_satuan_harga_ppt.ppt
penentuan_standar_satuan_harga_ppt.pptpenentuan_standar_satuan_harga_ppt.ppt
penentuan_standar_satuan_harga_ppt.ppt
 
ENETAPAN_NAMA_DAN_PEMBERIAN_KODE_DESA_DAN_DESA_ADAT.docx
ENETAPAN_NAMA_DAN_PEMBERIAN_KODE_DESA_DAN_DESA_ADAT.docxENETAPAN_NAMA_DAN_PEMBERIAN_KODE_DESA_DAN_DESA_ADAT.docx
ENETAPAN_NAMA_DAN_PEMBERIAN_KODE_DESA_DAN_DESA_ADAT.docx
 
REKOMENDASI_TUKAR_MENUKAR_TANAH_KAS_DESA_(TKD).doc
REKOMENDASI_TUKAR_MENUKAR_TANAH_KAS_DESA_(TKD).docREKOMENDASI_TUKAR_MENUKAR_TANAH_KAS_DESA_(TKD).doc
REKOMENDASI_TUKAR_MENUKAR_TANAH_KAS_DESA_(TKD).doc
 
1. Perencanaan Penganggaran Penatausahaan dan Pelaporan Pertanggungjawaban Da...
1. Perencanaan Penganggaran Penatausahaan dan Pelaporan Pertanggungjawaban Da...1. Perencanaan Penganggaran Penatausahaan dan Pelaporan Pertanggungjawaban Da...
1. Perencanaan Penganggaran Penatausahaan dan Pelaporan Pertanggungjawaban Da...
 
FORM LEARNING JOURNAL.docx
FORM LEARNING JOURNAL.docxFORM LEARNING JOURNAL.docx
FORM LEARNING JOURNAL.docx
 
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptPELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
 
Bahan Presentasi Mahmun.pptx
Bahan Presentasi Mahmun.pptxBahan Presentasi Mahmun.pptx
Bahan Presentasi Mahmun.pptx
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 

Ba prajab wog

  • 1. 1 Whole of Government (WoG) Pada Sektor Publik PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III ANGKATAN 4 Oleh : Nama : Dr. Lilin Budiati, SH, MM NIP : 19610210 198603 2 011 Pangkat, Gol : Pembina Utama Madya, IV/d Jabatan : Widyaiswara Ahli Utama Unit Kerja : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH 2017 Bahan Ajar
  • 2. 2 1. Latar Belakang Whole of Government(WoG) sebenarnya bukan sesuatu yang baru di negara-negara maju, tetapi dewasa ini di berbagai negara berkembang WoG menjadi topik yang hangat dibicarakan, terutama di Indonesia yang termasuk terlambat dibandingkan negara-negara di Asia seperti Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Malaysia. WoG pada awalnya disebut sebagai Joined Up Government atau Network Government dan paling akhir diberi nama Whole of Government. WoG merupakan respon terhadap gejala-gejala devolusi struktural, disagregasi, fragmentasi dan single purpose organization sebagai akibat dari implementasi New Public Management (NPM) (Tom Christensen &Peer Legreid, 2017: 1059). PraktikJoined Up Government atau WoG diinisiasi oleh Perdana Menteri Inggris Tony Blair pada tahun 1997, ketika pemerintah Inggris mengalami hambatan dalam mengatasi wicked problems pada sektor publik akibat lemahnya koordinasi vertikal maupun horisontal pada lembaga-lembaga pemerintahan di berbagai tingkatan(Richards and Smith, 2006 dalam Christensen & Legreid, 2017). Hambatan ini kemudian dicoba diatasi dengan membentuk jejaring kerja (network) pemerintahan dimana dilakukan koordinasi intra dan inter departemen dan sektor untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sulit dipecahkan (wicked problems). Upaya ini ternyata kurang efektif karena muncul masalah lain, yaitu terjadi benturan kepentingan karena masing-masing instansi memiliki agenda dan tujuannya sendiri. Hal ini masih ditambah dengan persoalan-persoalan lain seperti: struktur hierarki kewenangan, tugas pokok dan fungsi serta struktur anggaran yang sifatnya kaku (rigid) sehingga tidak mudah diintegrasikan. Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk mengatasi wicked problems, sehingga diperlukan upaya lebih besar lagi yaitu kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi dengan kolaborasi adalah: koordinasi merupakan kerjasasama intra dan inter instansi di dalam suatu jejaring kerja tetapi masing-masing instansi masih memiliki agenda, kepentingan dan tujuan organisasinya masing-masing, sementara kolaborasi adalah kerjasama intra dan inter instansi di dalam jejaring kerja berdasarkan satu agenda, kepentingan dan tujuan bersama. Agenda dan tujuan bersama, kolaborasi, jejaring kerja dan integrasi adalah faktor determinan bagi terselenggaranya WoG. Inti dari WoG menurut Haligan (2011) adalah “koordinasi – kolaborasi secara integratif serta manajemen berbagai tugas dan fungsi-fungsi di dalam organisasi tanpa adanya kontrol hierarkis di antara sesama partisipan yang ditujukan untuk memperoleh suatu hasil (outcome) yang tidak dapat dicapai apabila bekerja sendiri”
  • 3. 3 WHOLE of GOVERNMENT (WoG) WICKED PROBLEMS Karakteristik • Sulit didefinisikan dengan jelas • Multi sebab yang saling terkait è kompleks/rumit • Solusi pd satu sektor bisa menimbulkan masalah di sektor lain • Multi dimensi, multi perspektif dan multi responsibility • Tdk bisa diselesaikan oleh 1 atau 2 instansi • Tidak stabil atau selalu berubah • Tidak ada solusi yang benar-benar tepat/jelas • Selalu menyangkut perubahan perilaku APA ??? SASARAN???? KEMISKINAN PENGANGGURANPERUBAHAN IKLIM Tkt PENDIDIKAN RENDAH KORUPSI PELAYANAN KESEHATAN BURUK KERUSAKAN LINGKUNGAN IPM & DAYA SAING RENDAH MODEL PENDEKATAN INTEGRATIF FUNGSIONAL SATU ATAP Karakteristik • Cara pandang holistik thd masalah • Koordinasi – kolaborasi vertikal & horisontal • People centered • Integrasi fungsi-fungsi dlm satu atap • Restrukturissasi & reorganisasi • Heterarchy bukan hierarchy 2. Pengertian WoG Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan karakteristik wicked problems, maka model pendekatan WoG mempunyai perspektif tertentu sebagaimana yang diilustrasikan pada hambar 2. Gambar 1. WoG Dalam Perspektif Kebijakan Publik Sumber: Lilin Budiati, 2017 3. Faktor-Faktor Pendorong (Drivers) WoG Kemunculan WoG didorong oleh sejumlah faktor-faktor pendorong (drivers) internal maupun eksternal sebagaimana yang diilustrasikan pada gambar berikut:
  • 4. 4 EXTERNAL DRIVERS (FAKTOR PENDORONG EKSTERNAL) PANDEMI PENYAKIT PERUBAHAN IKLIM GLOBALISASI KEAMANAN NASIONAL PERKEMBANGAN IPTEK Best Practice Pelayanan Publik Wicked problems Tekanan Anggaran Kebutuhan Masyarakat Profil Demografi Pelayanan Publik Baru (NPS) INTERNAL DRIVERS FAKTOR PENDORONG INTERNAL Koordinasi Lemah Tdk ada Networking Gambar 2. Faktor-faktor Pendorong (Drivers) WoG Sumber: Center For Effective Service (CES),2015 dielaborasi oleh Lilin Budiati,2017 4. Tantangan WoG Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang meliputi kekurangan dan hambatan (barrier) sehingga menyebabkan WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti ditengah jalan dan pada akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-kekurangan WoG adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu cocok dengan wicked problems yang akan ditangani, dan hasilnya sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG terutama disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang rendah. Pada sektor pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang tidak jelas atau minim ini menjadi faktor kunci timbulnya korupsi di sektor publik (Samuel Paul,2012:4 dalam Loura Hardjaloka, 2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki unsur-unsur utama yang menunjang timbulnya korupsi yaitu: monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang
  • 5. 5 tidak jelas. Pemerintah memiliki monopoli kewenangan atau kekuasaan untuk mengakses sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan perundang-undangan. Monopoli membuka peluang transaksional bagi perdagangan akses perijinan dengan imbalan suap atau gratifikasi. Lebih lanjut, pemerintah memiliki kewenangan atau kekuasaan diskresi yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan akses atau hak istimewa tertentu kepada pihak yang dapat memberikan imbalan atau suap. Terakhir, unsur lemah atau tidak jelasnya akuntabilitas akan menjadi enabler (faktor yang memungkinkan) terjadinya korupsi. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam rumusan berikut (Loura Hardjaloka, 2014: 436): Korupsi termasuk salah satu wicked problems pada sektor publik yang sulit diberantas dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Penyebab korupsi sangat beragam sehingga sulit dipastikan yang mana akar masalahnya, multi dimensi dan kompleks sehingga sulit ditangani oleh satu atau dua instansi misalnya Aparat Penegak Hukum (APH) seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan KPKkarena menyangkut perilaku. Penanganan wicked problems pada sektor publik seperti korupsi tidak bisa dilakukan dengan cara-cara dan pendekatan biasa (in the box), melainkan harus dengan cara atau pendekatan yang tidak biasa (out of the box). Model pendekatan yang dilakukan oleh berbagai negara dewasa ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang adalah model pendekatan WoG. Model pendekatan ini digunakan oleh KPK dengan membangun jejaring kerja (network) kolaboratif dengan badan-badan pemberantasan korupsi di tingkat nasional maupun internasional. Kolaborasi KPK dengan badan pemberantasan korupsi internasional membuahkan hasil berupa pengungkapan mega skandal korupsi mantan Direktur Utama Garuda Emirsyah yang telah menerima suap pada tender pengadaan mesin jet Rolls Royce untuk pesawat Air Bus sehingga yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka. Benturan kepentingan serta ego sektoral antar instansi juga menjadi tantangan dan sekaligus hambatan yang dihadapi oleh KPK, sebagaimana yang terjadi pada kasus Cicak versus Buaya 1 sampai dengan 3 antara KPK dan Kepolisian. Korupsi berkaitan dengan perilaku ASN, pelaku usaha dan masyarakat, maka perilaku mereka yang resisten dan/atau menolak pemberantasan korupsi akan menjadi hambatan tersendiri bagi APH dan KPK dalam mengimplementasikan WoG memberantas korupsi di Indonesia. KORUPSI = MONOPOLI + DISKRESI - AKUNTABILITAS
  • 6. 6 TANTANGAN WOG KEKURANGAN • Butuh Waktu Lama • Mahal • Tidak selalu cocok • Sulit diukur HAMBATAN • Tujuan tidak jelas • Benturan kepentingan dan agenda • Prioritas tidak jelas • Tingkat pergantian staf tinggi • Insentif rendah • Ego sektoral antar instansi • Dorongan kembali ke cara lama • Akuntabilitas tidak jelas Deskripsi tantangan WoG dapat diilustrasikan pada gambar 3 sebagai berikut: Gambar 3. Tantangan WoG Sumber: CES, 2015 dielaborasi oleh Lilin Budiati 5. Implementasi WoG Pada Pelayanan Publik Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government. Pengertian e-Government menurut Bank Dunia adalah: “e-government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the internet, and mobile computing) that havet the ability to transform relations with citizens, business, and other arms of government”. Terjemahan bebas dari pengertian tersebut adalah: “penggunaan teknologi IT seperti Wide Area Network, internet dan komputer bergerak oleh badan-badan atau instansi pemerintah untuk membangun fasilitas akses dengan rakyat, dunia usaha dan pemerintah lain di dunia.Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa e-government adalah tata kelola pemerintahan (governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif. Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-government antara lain adalah: 1. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan efektif 2. Hemat anggaran dan tepat waktu 3. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak berkurang
  • 7. 7 Pemerintah – Rakyat (P-R) Pemerintah –Bisnis (P-B) Pemerintah – Pemerintah (P-P) Pemerintah – ASN (P-A) Sumber: Dielaborasi dari Loura Hardjaloka (2014) oleh Lilin Budiati, 2017 4. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan berkurang 5. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga meningkat Pada konteks pemberantasan korupsi, e-government dapat mengintegrasikan 4 fungsi strategis, yaitu: 1. Fungsi pencegahan: melakukan reformasi prosedur administrasi online di bidang perijinan, transaksi keuangan dan pelaksanaan lelang pengadaan barang dan jasa (e-budgeting dan e- procurement). 2. Penegakan hukum: setiap instansi melakukan membuat sistem pencatatan dan pelaporan online sehingga dapat dilakukan prosedur pengawasan dan penegakan hukum terhadap urusan pelayanan publik. Penerpan e-goverment akan menungkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah terhadap publik, karena kemudahan dalam mengakses informasi dapat menjadi alat kontrol sosial masyarakat terhadap kinerja pemerintah. 3. Pemberdayaan akses informasi: setiap instansi pemerintah membuat sistem informasi terpadu satu pintu sehingga semua instansi pemerintah yang ada di Indonesia dapat diakses publik dengan hanya memasukkan satu nomor identifikasi tertentu (contoh kasus Singapura, informasi mengenai semua instansi pemerintah dapat diakses publik dengan memasukkan satu nomor identifikasi unik yang disebut Unique Entity Number/EUN). 4. Peningkatan kapasitas: meningkatkan kapasitas pemerintah dan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan good and clean governance berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik. e-Government melahirkan 4 model hubungan yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4. Model Hubungan Dalam e-Government
  • 8. 8 Deskripsi mengenai 4 model hubungan dalam e-government dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Deskripsi Model Hubungan Pada e-Government No. Jenis Hubungan Deskripsi Contoh Aplikasi 1 Pemerintah – Rakyat (P-R) Layanan e-government dimana pemerintah menerapkan pelayanan berbasis IT yang bertujuan untuk meningkatkan akses rakyat (masyarakat) terhadap pemerintah melalui kanal-kanal akses yang beragam untuk pemenuhan berbagai kebutuhan layanan publik • Samsat memberikan pelayanan pembuatan dan perpanjangan SIM dan STNK secara online • Pendataran siswa dan mahasiswa baru secara online • Aplikasi e-KTP 2 Pemerintah – Bisnis (PB) Pelayanan pemerintah kepada sektor bisnis berbasis IT untuk mempermudah dan meningkatkan interaksi antara pemerintah dan dunia bisnis • Pengumuman informasi lelang pengadaan barang dan jasa online (e-announcement) • Pengadaan barang dan jasa secara online (e-procurement) • Pembayaran pajak secara online (e-tax) • Sistem pendaftaran wajib pajak online (e-registration) • Sistem Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) online (e-filling) 3 Pemerintah – Pemerintah (P-P) Hubungan kerjasama bilateral atau multilateral secara online • Aplikasi keimigrasian antar negara • Aplikasi Interpol • Aplikasi Riset dan pendidikan 4 Pemerintah – ASN (P-A) Pelayanan e-government untuk tunjangan kesejahteraan, asuransi atau kesehatan • Aplikasi BPJS Sumber: dielaborasi dari Loura Hardjaloka (2014) 6. Peran e-government sebagai strategic enabler penunjang WoG e-government merupakan faktor pendukung strategis yang memungkinkan (strategic enabler) WoG dapat dilaksanakan. Fungsi utama e-government adalah mendukung terciptanya jejaring kerja (network) lintas instansi, sektor dan pemerintahan sehingga fungsi integrasi dapat dilaksanakan. Dimulai sejak kemunculan teknologi internet, maka proses networking di sektor publik mengalami 4 tahap maturasi atau pematangan yaitu: a. Tahap I: Age of Agency b. Tahap II: Age of Transition c. Tahap III: Age of Integration d. Tahap IV: Golden Age
  • 9. 9 Deskripsi tentang peran e-government terhadap maturasi jejaring kerja (network) tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Deskripsi Peran e-government Pada Maturasi Jejaring Kerja (network) I Age of Agency (2000 – 2003) Penerapan Pelayanan Publik Online II Age of Transition (2003 – 2006) Integrasi Pelayanan Publik III Age of Integration (2006 – 2010) Integrasi Pemerintahan IV Golden Age (2010 – sekarang) Era e-Government • Fungsi agensi/instansi pemerintah sebagai silo terpisah • Akses masyarakat hanya sampai pada level agensi, dan tidak bisa langsung ke pemerintah pusat • Sedikit atau tidak ada berbagi informasi dan koordinasi lintas agensi dalam pelayanan publik • Tidak ada jejaring kerja pelayanan publik • Beberapa agensi/instansi berkoordinasi membentuk pusat pelayanan publik • Meningkat pemahaman bahwa “Bekerjasama melalui koordinasi adalah lebih efektif daripada bekerja sendiri” • Mulai adat upaya-upaya untuk mengkonsolidasikan pelayanan publik pada level WoG • Mulai ada jejaring kerja pelayanan publik pada lingkup kecil tetapi terus bertambah besar • Ada jejaring kerja kuat di dalam pemerintahan • Muncul keyakinan kuat tentang potensi jejaring kerja sebagai pengungkit (leverage) perkembangan • Membangkitkan persepsi konstituen tentang fungsi dan manfaat jejaring kerja dan menciptakan sistem dan proses baru pada penyelenggaraan pelayanan publik • Pengkoordinasian WoG dengan partisipasi sektor swasta dalam pelayanan publik • Inklusi swasta di dalam jejaring kerja • Terciptanya agenda, kepentingan dan tujuan bersama di dalam jejaring kerja guna mewujudkan New Public Service • Inovasi tidak terbatas di bidang pelayanan publik Sumber: World Bank Report, 2014 7. Kesimpulan Whole of Government (WoG) adalah model pendekatan integratif fungsional satu atap yang dewasa ini menjadi opsi alternatif dalam menyelesaikan masalah-masalah rumit (wicked problems) abad 21. Guncangan globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di berbagai sektor kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi pasar bebas di sektor ekonomi dan lain-lain yang sulit diatasi dengan cara dan pendekatan biasa (in the box) membuat WoG menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan. Salah satu bentuk penerapan WoG di sektor pelayanan publik adalah e-government. E-government adalah salah satu faktor pendorong strategis (strategic enabler) yang memungkinkan WoG dapat dilaksanakan, karena peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring kerja (network) kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang ditopang oleh e-goverment berpotensi menjadi tuas pengungkit (leverage) bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk di dalamnya pelayanan publik. Berdasarkan hal itu, maka e-government harus dilaksanakan di berbagai level pelayanan publik.
  • 10. 10 DAFTAR PUSTAKA Chistensen Tom & Legreid Peer, TheWhole‐of‐Government Approach to Public Sector Reform, Research Gate Publication, 2017 Briggs Lynelle, Tackling the Wicked Problems: A Public Policy Perspective, Australian Public Service Commision, 2007 Robinson Mark, From The Old Public Administration to the New Public Service: Implications for Public Sector Reform in Developing Countries, GCPSE – UNDP, 2015 Hardjaloka Loura, Studi penerapan e-goverment di Indonesia dan negara lainnya sebegai solusi pemberantasan korupsi di sektor publik, 2014