Modul ini membahas dampak ketunanetraan terhadap kehidupan individu, latihan keterampilan pengindraan untuk meningkatkan indra pendengaran, perabaan, penciuman, dan sisa penglihatan. Juga dibahas visualisasi, ingatan kinestetik, persepsi obyek, serta cara membantu dan mengorientasikan seseorang yang tunanetra.
4. LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
INDRA PENDENGARAN
Dengan dilatih, pendengaran juga akan menjadi peka
terhadap bunyi-bunyi.
Dengan melatih keterampilan pendengaran tanpa
menggunakan indra penglihatan kita akan dapat
menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang di
sekitarnya.
Dengan teknologi, berbagai peralatan dapat dimodifikasi
agar dapat memberikan informasi auditer, misalnya
komputer, jam tangan, termometer, dll yang dapat diakses
oleh penyandang tunanetra setelah dibuat bersuara.
5. LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
INDRA PERABAAN
Indra perabaan dapat memberikan informasi yang
biasanya kita peroleh melalui indra penglihatan.
INDRA PENCIUMAN
Betapa banyak bahan makanan yang dapat kita
kenali melalui indra penciuman.
Misalnya, jika kita tidak dapat membedakan antara
kunyit dan jahe melalui perabaan kenalilah baunya.
6. LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
SISA INDRA PENGLIHATAN
Sebagian besar orang yang dikategorikan
sebagai penyandang tunanetra masih
mempunyai sisa penglihatan (low vision).
Kebanyakan orang low vision ini dapat
merespon secara baik terhadap warna-warna
kontras dan mereka harus memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
7. VISUALISASI, INGATAN
KINESTETIK, DAN PERSEPSI
OBYEK
1.Visualisasi
Cara lain bagi individu penyandang tunanetra untuk
mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya
dan membantunya bergerak secara mandiri adalah
dengan menggunakan ingatan visual ( visual memory)
atau visualisasi (juga disebut peta mental) yang tepat
agar tetap menjadi bagian dari kehidupan yang
normal.
8. VISUALISASI, INGATAN
KINESTETIK, DAN PERSEPSI
OBYEK
2.Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang
kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh
interaksi antara indra perabaan (tactile)
propriosepsi dan keseimbangan yang dikontrol
oleh sistem vestibular yang berpusat di bagian
atas dari telinga bagian dalam.
Sistem ini peka terhadap percepatan, posisi dan
gerakan kepala.
9. VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN
PERSEPSI OBYEK
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
Banyak penyandang tunanetra yang sudah
berpengalaman banyak dalam bepergian secara
mandiri akan mengembangkan suatu kemampuan
yang mungkin turut membentuk anggapan orang
bahwa individu tunanetra memiliki indra keenam
atau sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia
mempunyai indra pendengaran yang lebih tajam.
Kemampuan ini disebut persepsi obyek
(object perception)
10. CARA MEMBANTU SEORANG
TUNANETRA
Kontak pertama
Cara memegang
Posisi pegangan
Jalan sempit
Membuka/menutup
pintu
Melewati Tangga
Melangkahi lubang
Duduk di kursi
Naik ke dalam mobil
CARA MENUNTUN ORANG
TUNANETRA
11. CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
CARA MENGORIENTASIKAN
Jika kita menunjukkan arah menuju suatu tempat atau
benda kepada seorang penyandang tunanetra, kita tidak
bisa sekedar menunjukkan sambil mengatakan “ke sana”
ke sini”.
Kita harus lebih spesifik. Misalnya: kira-kira 10 meter ke
depan; di sebelah kiri; 5 langkah ke kanan; di atas TV;
dsb.
Untuk lingkungan yang kecil kita dapat menggunakan
putaran jam sebagai rujukan. Misalnya, ketika kita ingin
memberitahukan letak makanan di dalam piring seorang
tunanetra yang akan makan kita dapat mengatakan ikan
ada di jam 9, sambal di jam 12, tahu di jam 6, dst.