2. sebuah “syair” arab yang menyanjung peran seorang ibu di
dunia ini.
ِقاَْرعَألْا َْبيِط اًبْعَش َتْدَدْعَأ اَهَتْدَدْعَأ اَذِإ ٌةَس َرْدَم ُّمُاأل
ُهْدَهَعَت ْنِإ ٌض ْو َر ُّمُاأل...اقَْريِإ اَمْيَأ َق َر ْوَأ ي ِالرِب
ىَلُألْا ِةَذِتاَسَألْا ُذاَتْسُأ ُّمُاأل...َفَآلْا ىَدَم ْمُهُرِثمآ َتَْلغَشاق
“Ibu ibarat sekolah jika engkau mempersiapkannya,
sesungguhnya engkau telah mempersiapkan
generasi yang indah perangainya”.
“Ibu ibarat tanaman yang dipenuhi kehidupan, jika
engkau siram maka akan tumbuh tanaman
serindang-rindangnya”.
“Ibu adalah gurunya para guru pertama yang
keutamaannya mempesona di pelosok penjuru
dunia”.
3. ada 4 peran Ayah di dalam keluarga menurut Najeela Shihab:
1. Player (Semakin sering Ayah bermain dengan anak,
biasanya semakin berkualitas mental anak )
2. Teacher (Bidang-bidang yang biasanya dikuasai Ayah
dan lebih baik dari Ibu adalah pelajaran ABCD (Ally,
Boundaries, Challenge, Dreams)
3. Protector ( selain memberi perlindungan ayah harus
mengajarkan anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri
karena orangtua tak mungkin bersama mereka setiap
waktu )
4. Partner (Karena Ayah dan Ibu adalah partner, maka
peraturan rumah tangga pun perlu disepakati dan tidak
boleh berseberangan. Ayah dan Ibu perlu punya suara
sama. Jika Ayah mengatakan tidak, Ibu juga mengatakan
yang sama. Demikian sebaliknya )
4. Dalam islam, peran mendidik anak bukanlah
mutlak kewajiban seorang ibu, justru dalam
al-Quran lebih banyak menceritakan besarnya
peran ayah dalam mendidik anak.
Diceritakan dalam Al-Qur’an (Kisah Luqman,
Nabi Ya’kub, dan Nabi Ibrahim) yang sedang
mendidik anaknya. Bahkan termaktub dalam
sebuah Hadits Rosulullah bahwasannya,
seorang ayah yang mendidik anak-anaknya
adalah lebih baik daripada bersedekah satu
sak di jalan Allah.
5. Surat Al-Baqarah Ayat 132
َي ُوبُقْعَي َو ِهيِنَب ُميِها َْربِإ اَهِب ٰىَّص َو َوٰىَفَطْصا َ َّاَّلل َّنِإ َّيِنَب اََلَف َِينالد ُمُكَل
َونُمِلْسُم ْمُتْنَأ َو ََّّلِإ َّنُتوُمَت
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali
dalam memeluk agama Islam".
6. Surat Yusuf Ayat 67
ْدا َو د ِاح َو ابَب ْنِم واُلُخْدَت ََّل َّيِنَب اَي َلاَق َوةَق ِرَفَتُم اب َْوبَأ ْنِم واُلُخۖيِنْغُأ اَم َو
ََّّلِإ ُمْكُحْال ِنِإ ۖ ءْيَش ْنِم ِ َّاَّلل َنِم ْمُكْنَعَع َو ۖ ُتْلَّك َوَت ِهْيَلَع ۖ ِ َّ َِّللِلَّك َوَتَيْلَف ِهْيَل
َونُلِك َوَتُمْال
Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah
kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu
gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang
yang berlain-lain; namun demikian aku tiada
dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari
pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan
(sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah
aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakkal berserah diri".
7. 1. Jangan meyekutukan Allah
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu
ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [QS. Luqman: 13]
2. Menyayangi dan Berbakti Pada Orang Tua
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” [QS. Luqman: 13]
3. Allah Mengetahui Keadaan Hamba-Nya
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” [QS Luqman: 16]
8. 4. Dirikan Sholat, Sabar, dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [QS.
Luqman: 17]
5. Jangan berlaku sombong
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” [QS. Luqman: 18]
6. Bersikaplah pertengahan
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.” [QS. Luqman: 19]
9. َو ُاسَّنال َاهُدوُق َو اًَارن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ واُق واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأ اَيُة َارََ ِحْال(٦(
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At
Tahrim: 6).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َع ٌلوُئْسَم َو اع َر ُماَمِ ْاْل ِهِتَّيِع َر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو اع َر ْمُكُّلُكِلْهَأ يِف اع َر ُلََُّالر َو ِهِتَّيِع َر ْنُئْسَم َوُه َو ِهْنَع ٌلو
ِهِتَّيِع َر
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian
juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR.
Bukhari: 2278).
ماحسن أدب من أفضل ولده والد نحل
“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada
anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).
10. Peran seorang ibu dalam mendidik anak lebih cenderung pada
kehalusan bertutur kata, bersikap sopan, kerja sama, keadilan
dan keamanan, sedangkan seorang ayah cenderung lebih
menyemangati dalam berkompetesi, kemandirian, keberanian
dan prestasi
Elly Risman berpandangan bahwa peran ayah dan ibu sama
pentingnya dalam mengasuh serta mendidik anak. Pengasuhan
ayah dan ibu secara seimbang terhadap anak akan membentuk
perilaku positif anak.
sebuah penelitian internasional yang dimuat di situs
artikel Science Dailymenyatakan bahwa kasih sayang ayah sama
penting, bahkan bisa lebih penting dengan kasih sayang ibu
dalam pembentukan kepribadian anak. Kehadiran seorang ayah
bagi seorang anak akan menimbulkan keamanan emosional,
kepercayaan diri dan keinginan untuk mengeksplorasi
lingkungan dan sekitarnya
11. 1. Power of Do’a
Dimulai saat melakukan hubungan suami isteri
“ Jika diantaramu mendatangi isterimu hendaklah ia
mengatakan dengan nama Allah Ya Allah lindungi
kami dari syaithan dan lindungi apa yg akan Engkau
karuniakan kepada kami dari gangguan syaithan” (
Shahih Muslim )
َةَّرُق َانِتَّٰي ِرُذ َو َان َِ َٰو ْزَأ ْنِم َانَل َْبه َانَّب َراًماَمِإ َينِقَّتُمْلِل َانْلَعَْٱ َو ٍۢنُيْعَأ
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-
isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-
orang yang bertakwa. (QS 25:74)
12. Orang tua adalah model bagi anak-anaknya
Kata Nabi SAW: “ Fathimah mirip denganku cara berjalan dan
gaya bicaranya”
Jika kita suruh anak mengaji ke mesjid perlihatkan pada
anak-anak bahwa kita membaca Al-Qur’an. Jika kita
berkata jangan berbohong kita juga harus jujur terlebih
dahulu. Jika kita menghimbau untuk bertaubat perlihatkan
pada mereka caranya . Jika kita inginkan mereka shalat
tunjukan pada mereka bahwa kita tidur cepat supaya bisa
bangun shalat shubuh.
Jangan ngomel saat terjadi kemacetan, jangan marah saat
anak menumpahkan sesuatu,
Biarkan anak melihat kita menangis saat menghayati ayat-
ayat al Qur’an yang dibaca.
13. َينِمِلْسُم َانَّف َوَت َو ا ًًْۭربَص َانْيَلَع ْغ ِرْفَأ ٓاَنَّب َر
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (QS
7:126)
Nabi Ya’qub adalah orang yang sangat sabar dalam mendidik
anak-anaknya. Sikap yang ditunjukkan oleh beliau terhadap
sebagian anaknya yang berkhianat kepadanya adalah sikap sabar
dan tawakkal. Ia tidak menyakiti batin dan fisik anak-anaknya
jika melakukan kesalahan. Ia senantiasa mengetuk hati mereka
agar takut kepada Allah. Bahkan ia memohonkan ampun
kesalahan anak-anaknya kepada Allah.[29] Sikap seperti inilah
yang perlu dimiliki pendidik dalam berinteraksi dengan peserta
didik. Kasih-sayang dan lemah lembut dalam memberlakukan
peserta didik jauh lebih efektif dari pada sikap keras dan kasar.
ِ َّاَلل ىَلِإ يِنْزُحَو يِِّثَب ُوكْشَأ اَمَّنِإ
“Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan
dukacitaku kepada Allah.” ( QS, Yusuf:86 )
14. Penting untuk menyempatkan waktu dan
energy untuk belajar baik tentang nutrisi
yang baik dan kebiasaan-kebiasaan yang baik
saat mengandung, tentang psikology anak,
parenting di zaman digital dll. Parenting yang
sesuai dengan zamannya.
15. Pendidikan Iman
Pendidikan Akhlaq
Pendidikan Fisik
Pendidikan Akal
Pendidikan Kejiwaan
Pendidikan Sosial
Pendidikan Seksual
16. tidak ada yang menyenangkan hati seorang muslim selain dirinya
melihat anak, orang tua, kolega dan saudara yang tumbuh dalam
ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla.” (Tuhfah al Maudud hal. 123).
Allah ta’ala berfirman,
ٌمِيلَع ٌعيِمَس ُ َّاَّلل َو ضْعَب ْنِم اَهُضْعَب ًةَّي ِرُذ
“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan) dari yang lain.” (Ali
Imran: 34).
َتَّي ِرُذ ْمِهِب َانْقَحْلَأ انَميِإِب ْمُهُتَّي ِرُذ ْمُهْتَعَبَّتا َو واُنَمآ َِينذَّال َوِلَمَع ْنِم ْمُهَانْتَلَأ اَم َو ْمُهَمِب ئ ِرْما ُّلُك ءْيَش ْنِم ْمِهٌينِهَر َبَسَك ا
(٢١(
“Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath
Thuur: 21).
Artinya anak-anak hasil tarbiyyah yang baik akan menurunkan
keturunan yang baik berikutnya
dikarenakan keshalihan orang tua, Allah menjaga dan memelihara sang
anak, serta tidak mengecewakan orang tua.
17. salah seorang yang shalih pernah mengatakan,
ألَلك الصَلة من ألستكثر إني بني يا
“Wahai anakku, sesungguhnya aku
memperbanyak shalat karenamu (dengan
harapan Allah akan menjagamu).”
Ada seorang tabi’in yang bernama Sa’id ibn al-
Musayyib rahimahullah juga pernah berkata,
صَلتي في فأزيد ولدي فأذكر ألصلي إني
“Ada kalanya ketika aku shalat, aku teringat akan
anakku, maka aku pun menambah shalatku (agar
anak-anakku dijaga oleh Allah ta’ala).”
18. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََّّلِإ ةَث ََلَث ْنِم ََّّلِإ ُهُلَمَع ُهْنَع َعَطَقْنا ُانَسْنِ ْاْل َاتَم اَذِإِب ُعَفَتْنُي مْلِع ْوَأ ةَي ِارََ ةَقَدَص ْنِمدَل َو ْوَأ ِه
ُهَل وُعْدَي حِلاَص
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh
amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.”
(HR. Muslim: 1631).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِحِلاَّصال ِدْبَعْلِل َةََََّردال ُعَف ْرَيَل َّلََ َو َّزَع َ َّاَّلل َّنِإَف ِهِذَه يِل ىَّنَأ ِبَر اَي ُلوُقَيَف ِةَّنََْال يِفُلوُقَي
َكَل َِكدَل َو ِارَفْغِتْساِب
“Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat
seorang hamba yang shalih di surge. Kemudian dia akan
berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi
padaku? Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a
yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.”
(HR. Ahmad: 10618. Hasan).
19. اَيَهُدوُق َو اًَارن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ واُق واُنَمآ َِينذَّلا اَهُّيَأُةَارََ ِحْال َو ُاسَّنال ا(٦(
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
Seorang tabi’in, Qatadah, ketika menafsirkan ayat ini
mengatakan,
وتساعدهم به وتأمرهم هللا بأمر عليهم تقوم وأن هللا معصية عن وتنهاهم هللا بطاعة تأمرهم
عنها وزَرتهم عنها ردعتهم معصية هلل رأيت فإذا عليه
“Yakni, hendaklah engkau memerintahkan mereka untuk
berbuat taat kepada Allah dan melarang mereka dari
berbuat durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau
menerapkan perintah Allah kepada mereka dan
perintahkan dan bantulah mereka untuk menjalankannya.
Apabila engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada
Allah, maka peringatkan dan cegahlah mereka.” (Tafsir al-
Quran al-’Azhim 4/502).
20.
21. Ia adalah seorang wanita yang sukses dalam
bisnis. Bertanggung jawab di rumah dan
berperan untuk anak-anaknya.Lihatlah anak-
anaknya, terwarisi karakter mulia dan luhur.
Ia adalah orang yang terbaik bagi Rasulullah
ﷺ
22. Ketika umat Islam bersiap dan menghitung jumlahpasukan menghadapi
Perang Qadisiyah, saat itu pula al-Khansa bersama empat orang
putranya siap berangkat bersama pasukan berjumpa dengan pasukan
Persia.
Dalam sebuah kemah di tengah ribuan kemah lainnya, al-Khansa
mengumpulkan keempat putranya.Ia berwasiat, “Anak-anakku, kalian
memeluk Islam dengan penuh ketaatan dan hijrah dengan penuh
kerelaan. Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang hak kecuali Dia,
sungguh kalian terlahir dari ibu yang sama. Aku tidak pernah
mengkhianati ayah kalian.Tak pernah mempermalukan paman kalian.Tak
pernah mempermalukan nenek moyang kalian.Dan takpernah pula
menyamarkan nasab kalian. Kalian semua tahu balasan besar yang telah
Allah siapkan bagi seorang muslim dalam memerangi orang-orang yang
kafir. Ketahuilah (anak-anakku), negeri yang kekal itu lebih baik dari
tempat yang fana ini.
23. Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka
perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah
kemenangan kepada Allah atas musuh-musuh-Nya”.
Ketika sinar pagi telah terbit, kedua pasukan pun bertemu.Gugurlah
orang-orang yang ditakdirkan gugur. Dan mereka yang ditakdirkan
hidup, akan tetap hidup walaupun berangkat mencari kematian.
Usai peperangan, al-Khansa mencari kabar tentang putra-
putranya.Kabar syahid anak-anaknya sampai kepadanya.Ia berkata,
“Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian
mereka. Aku berharap Rabku mengumpulkanku bersama mereka
dalam kasih sayang-Nya.”
ُكَّلَعَل َ َّاَّلل واُقَّتا َو واُطِبا َر َو واُرِباَص َو واُرِبْصا واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَاأَيَونُحِلْفُت ْم
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS:Ali Imran |
Ayat: 200)
24. Sufyan ats-Tsaury adalah tokoh besar tabi’
at-tabi’in.Ia seorang fakih yang disebut
dengan amirul mukminin fil hadits (pemimpin
umat Islam dalam hadits Nabi)
Di balik ulama besar generasi ketiga ini,
adaseorang ibu yang shalihah.Ibu yang
mendidik dan menginfakkan waktu untuk
membimbingnya
25. “Saat aku berencana serius belajar, aku bergumam, ‘Ya Rab, aku
harus punya penghasilan (untuk modal belajar pen.)’.Sementara
kulihat ilmu itu pergi dan menghilang.Apakah kuurungkan saja
keinginan belajar.Aku memohon kepada Allah agar Dia (Yang
Maha Pemberi rezeki) mencukupiku”.
Ibunya berkata, “Wahai Sufyan anakku, belajarlah..aku yang akan
menanggumu dengan usaha memintalku”.
Ibunya menyemangati, menasihati, dan mewasiatinya agar
semangat menggapai pengetahuan.Di antara ucapan ibunya
adalah “Anakku, jika engkau menulis 10 huruf, lihatlah!Apakah
kau jumpai dalam dirimu bertambah rasa takutmu (kepada
Allah), kelemah-lembutanmu, dan ketenanganmu?Jika tidak kau
dapati hal itu, ketahuilah ilmu yang kau catat berakibat buruk
bagimu.Ia tidak bermanfaat untukmu”.
26. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Uwais, “Aku
mendengar pamanku, Malik bin Anas, bercerita,
‘Dulu, sewaktu aku kecil, ibuku biasa
memakaikanku pakaian dan mengenakan
imamah untukku. Kemudian ia mengantarkanku
kepada Rabi’ah bin Abi Abdirrahman. Ibuku
mengatakan, ‘Anakku, datanglah ke majelisnya
Rabi’ah.Pelajari akhlak dan adabnya sebelum
engkau mempelajari hadits dan fikih darinya’.”
27. Ayah Imam asy-Syafi’i wafat dalam usia muda. Ibunyalah yang
membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian
Muhammad bin Idris asy-Syafi’i menjadi seorang imam besar. Ibunya
membawa Muhammad kecil hijrah dari Gaza menuju Mekah.
Di Mekah, ia mempeljari Alquran dan berhasil menghafalkannya saat
berusia 7 tahun. Kemudian sang ibu mengirim anaknya ke pedesaan
yang bahasa Arabnya masih murni. Sehingga bahasa Arab pemuda
Quraisy ini pun jadi tertata dan fasih.
Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah.
Jadilah ia seorang pemanah ulung. 100 anak panah pernah ia muntahkan
dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran.
Dengan taufik dari Allah ﷻkemudian kecerdasan dan kedalaman
pemahamannya, saat beliau baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i
sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa. Hal itu tentu tidak terlepas
dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas
dan pelajar ilmu agama.
28. “Aku adalah seorang anak yatim.Ibukulah yang
mengasuhku. Namun ia tidak memiliki biaya
untuk pendidikanku… …aku menghafal Alquran
saat berusia 7 tahun. Dan menghafal (kitab) al-
Muwaththa saat berusia 10 tahun.Setelah
menyempurnakan hafalan Alquranku, aku masuk
ke masjid,duduk di majelisnya para
ulama.Kuhafalkan hadits atau suatu
permasalahan.Keadaan kami di masyarakat
berbeda, aku tidak memiliki uang untuk membeli
kertas.Aku pun menjadikan tulang sebagai
tempat menulis”.
29. Ibu Imam Ahmad bernama Shafiyah binti
Maimunah binti Abdul Malik. Ayahnya wafat di
usia muda, 30 tahun. Ibunya pun hidup
menjanda dan enggan menikah lagi, walaupun
usianya belum mencapai 30 tahun.Ia hanya ingin
fokus memenuhi kehidupannya untuk anaknya.
Buah usahanya adalah yang kita tahu saat
ini.Imam Ahmad menjadi salah seorang imam
besar bagi kaum muslimin.ia adalah imam
madzhab yang empat. Semoga Allah merahmati
ibu Imam Ahmad.
30. Imam al-Bukhari tumbuh besar sebagai seorang
yatim.Ibunyalah yang mengasuhnya.Ibunya mendidiknya
dengan pendidikan yang terbaik.Mengurus keperluannya,
mendoakannya, dan memotivasinya untuk belajar dan
berbuat baik
Saat berusia 16 tahun, ibunya mengajak Imam al-Bukhari
bersafar ke Mekah.Kemudian meninggalkan putranya di
negeri haram tersebut. Tujuannya agar sang anak dapat
menimba ilmu dari para ulama Mekah.
Dari hasil bimbingan dan perhatian ibunya, jadilah Imam
al-Bukhari seperti yang kita kenal saat ini.Seorang ulama
yang gurunya pernah mengatakan, “Tidak ada orang yang
lebih hebat darinya (dalam ilmu hadits)”.
31. “Demi Allah, seperti inilah caraku mendidikmu. Aku
nadzarkan dirimu untuk berkhidmat kepada Islam dan
kaum muslimin.Aku didik engkau di atas syariat
agama.Wahai anakku, jangan kau sangka, engkau berada
di sisiku itu lebih aku cintai dibanding kedekatanmu pada
agama, berkhidmat untuk Islam dan kaum muslimin
walaupun kau berada di penjuru negeri. Anakku, ridhaku
kepadamu berbanding lurus dengan apa yang kau
persembahkan untuk agamamu dan kaum muslimin.
Sungguh –wahai ananda-, di hadapan Allah kelak aku tidak
akan menanyakan keadaanmu, karena aku tahu dimana
dirimu dan dalam keadaan seperti apa engkau. Yang akan
kutanyakan dihadapan Allah kelak tentangmu –wahai
Ahmad- sejauh mana khidmatmu kepada agama Allah dan
saudara-saudaramu kaum muslimin”.
32. Ia adalah seorang wanita yang cerdas dan senang menelaah
buku-buku. Ibnu Hajar memujinya dengan mengatakan, “Ia
adalah ibuku setelah ibuku (yang melahirkanku pen.)”.Ia adalah
seorang wanita yang memiliki banyak ijazah dari ulama Mekah,
Damaskus, Balbek, dan Mesir.
Ibnu Hajar mengatakan, “Ia mempelajari khat, menghafal banyak
surat Alquran, termasuk orang yang banyak menelaah buku, dan
ia pandai dalam hal itu”.Kata Ibnu Hajar pula, “Ia baik dan sangat
sayang kepadaku”.
Karena begitu besar pengaruh saudarinya dalam kehidupannya,
sampai-sampai Ibnu Hajar membuat syair tentangnya ketika ia
meninggal
33. Amirul mukminin Abdurrahman bin an-Nashir adalah
penguasa Andalusia yang kala itu tengah dilanda
kegoncangan. Kemudian ia berhasil membuat wilayah
itu stabil. Ia berhasil memimpin pasukannya masuk
ke jantung wilayah Perancis dan sebagian wilayah
Swiss. Kemudian menguasai Italia.Ia pun menjadi raja
terbesar di Eropa.
Di belakangnya ada seorang wanita yang berhasil
mendidik dan membinanya.Abdurrahman an-Nashir
adalah seorang yatim yang dibesarkan ibunya. Sang
ayah tewas dibunuh pamannya saat Abdurrahman
masih kecil.
34. Setelah shalat subuh, Ibu Sultan Muhammad al-Fatih
mengajarinya tentang geografi, garis batas wilayah
Konstantinopel. Ia berkata, “Engkau –wahai Muhammad- akan
membebaskan wilayah ini. Namamu adalah Muhammad
sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ. Muhammad kecil pun bertanya,
“Bagaimana aku bisa membebaskan wilayah sebesar itu wahai
ibu?” “Dengan Alquran, kekuatan, persenjataan, dan mencintai
manusia”, jawab sang ibu penuh hikmat.
Itulah ibu Muhammad al-Fatih, mendidik anaknya di waktu
berkah pagi hari.Dia tidak membiarkan anaknya terbiasa dengan
tidur di waktu pagi.Ia lakukan sesuatu yang menarik perhatian
sang anak.Memotivasinya dengan sesuatu yang besar dengan
dasar agama dan kasih sayang, bukan spirit penjajahan.