3. ََ
ش
ْ
خَي
ْ
ل َ
و
َ
َ
ين ِ
ذ
َّ
ال
َْ
و
َ
ل
وا
ُ
كَ
ر
َ
ت
َ
ْ
ن ِ
م
َْ
م ِه ِ
ف
ْ
ل
َ
خ
َ
ة
َّ
ي ِّ
ر
ُ
ذ
َ ِ
ض
ا
ً
اف َع
وا
ُ
اف
َ
خ
َْ
م ِهْي
َ
ل
َ
ع
وا
ُ
ق
َّ
تَي
ْ
ل
َ
ف
ََللا
وا
ُ
ول
ُ
قَي
ْ
ل َ
و
َ
ل ْ
و
َ
ق
ا
ً
يد ِ
د َ
س
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar” [QS an-Nisa (4): 9]
ا
َ
ي
ا
َ
ه
ُّ
ي
َ
أ
َ
َ
ين ِ
ذ
َّ
ال
وا
ُ
ن َآم
وا
ُ
ق
َْ
م
ُ
ك َ
س
ُ
ف
ْ
ن
َ
أ
َْ
م
ُ
يكِل
ْ
ه
َ
أ َ
و
ًَ
ار
َ
ن
ا
ا
َ
ه
ُ
ود
ُ
ق َ
و
َُ
اس
َّ
الن
َ
ُ
ة َ
ار
َ
ج ِ
ح
ْ
ال َ
و
ا
َ
هْي
َ
ل
َ
ع
ََم
َ
ة
َ
كِئ
َ
َل
َ
ظ
َ
َل ِ
غ
َ
اد
َ
د ِ
ش
َ
َ
ل
َ
َ
ون ُ
ص ْع
َ
ي
ََ َّ
اّلل
ا َم
َْ
م
ُ
ه َ
ر َم
َ
أ
َ
َ
ون
ُ
ل َع
ْ
ف
َ
ي َ
و
ا َم
َ
ْ
ؤ
ُ
ي
َ
َ
ون ُ
ر َم
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” [QS at-Tahrim (66): 6].
4. Memahami Makna Anak
dalam Al-Quran
➢ Ibnun/ibnatun/banu/al-Banun: hubungan nasab (bahasa), berasal
dari kata bana-yabni = membangun
➢ Bangunan perlu fondasi kokoh (keimanan dan akhlak), itu tugas
orangtua
ُ
ث
ِّ
د َ
حُي
َ
ان
َ
ك
ُ
ه
ْ
ن
َ
ع ُ ه
اَّلل َ
ي ى
ض َ
ر
َ
ةَ
رْي َ
ر
ُ
ه ىِ
ب
َ
أ ْ
ن
َ
ع
ىهْي
َ
ل
َ
ع ُ ه
اَّلل
ه
َّل َ
ص ُّ
ي ىِ
ب
َّ
الن َال
َ
ق
ود
ُ
ل ْ
و َم ْ
ن ى
م ا َم َ
م
ه
ل َ
س َ
و
ىان
َ
د ِّ
و َ
هُي
ُ
اه َ
وَب
َ
أ
َ
ف ىةَ
ر
ْ
ط ى
ف
ْ
ال
َ
َّل
َ
ع
ُ
د
َ
ولُي
َّ
َّلىإ
هىان َ
س ِّ
ج َمُي ْ
و
َ
أ ى
هىانَ ِّ
ِّص
َ
نُي ْ
و
َ
أ ى
ه
(
البخاري رواه
)
Artinya:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
manusia dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua
orangtuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. (HR.
Bukhari)
5. ➢ Dzurriyyah: keturunan (bahasa), bibit dan jika kita lihat asal kata dzaraa
maka artinya adalah menciptakan atau memperbanyak.
➢ Ini menunjukkan bahwa anak dipandang sebagai bibit unggul yang akan
berkembang menjadi banyak di muka bumi ini.
➢ Dzurriyyah menganalogikan anak ibarat bibit yang akan bertumbuh jika
mendapat perawatan yang tepat. Jika tidak mendapat perawatan yang
tepat bibit itu akan mati atau tumbuh liar dan mengganggu sekitarnya.
Demikian pula anak-anak yang merupakan penerus manusia dan akan
berkembang di muka bumi.
6. ➢ Walad/awlad/wildan/: kelahiran, yang ditiup, berlumuran darah, pita
(bahasa)
➢ Darah hakiki dan juga perjuangan/pengorbanan luar biasa bahkan
nyawa
➢ Pita/mata rantai yang akan menjadi penerus kekhalifahan di muka
bumi
َ
ْ
ذِإ َ
و
ََال
َ
ق
َ
َ
ك
ُّ
ب َ
ر
َِ
ة
َ
كِئ
َ
َل َم
ْ
لِل
َِ
ِّ
نِإ
َ
ل ِ
اع
َ
ج
َِ ِ
ف
َ
ض ْ
ر
َ ْ
اْل
َ
َ
خ
ة
َ
يفِل
...
البقرة
30:
➢ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi” [al~Baqarah (2): 30].
7. TIPOLOGI DAN KEDUDUKAN ANAK
1. Nikmat (prinsip)
2. Amanah (konsekuensi logis dari nikmat)
3. Perhiasan dunia (relative)
4. Penenang hati (potensi positif)
5. Wali (potensi positif)
6. Ujian (potensi negative)
7. Fitnah (potensi negative)
8. Musuh (potensi negative)
8. َ َّ
َالص
ُ
اتَي ِاقَب
ْ
ال َ
اَوَي
ْ
ن
ُّ
َالد ِاةَي
َ
ح
ْ
َال
ُ
ة
َ
ينَز
َ
ون
ُ
نَب
ْ
ال َ
َو ُال َم
ْ
ال
َ
َ
خ َ
اَو
ً
اا َ
و
َ
َو
َ
ك
ِّ
ب َ
َر
َ
د
ْ
ن ِ
َع ْ
ٌ
ر
َ
َخ
ُ
ات
َ
حِال
َ
َل َم
َ
َأ ْ
ٌ
ر
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal
kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” [QS al-Kahfi (18): 46].
َ
َّ
ي ِّ
ر
ُ
ذ َ
اَو
َ
ن ِ
اج َ
و
ْ
ز
َ
َأ
ْ
ن ِ
اَم
َ
ن
َ
َل ْ
ب
َ
اَه
َ
ن
َّ
ب َ
َر
َ
ون
ُ
ول
ُ
ق
َ
َي
َ
ين ِ
ذ
َّ
ال َ
و
َِ
ق
َّ
ت ُم
ْ
لِاَل
َ
ن
ْ
ل َع
ْ
اج َ
َو ٍ
ُ
ٌ
ُ
ْ
ع
َ
َأ
َ
ة َّ
ر
ُ
اَق
َ
نِات
ا َمَِإ َ
ٌ
ُ
َا ًم
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada pasangan kami dan keturunan kami sebagai penenang hati
(kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”
[QS al-Furqan (25): 74].
َََللا
َّ
ن
َ
أ َ
َوة
َ
ن
ْ
ت َِف ْ
م
ُ
ك
ُ
د
َ
ل ْ
و
َ
أ َ
َو ْ
م
ُ
ك
ُ
ال َ
و ْم
َ
اَأ َم
َّ
ن
َ
واَأ ُم
َ
ل
ْ
اع َ
و
َ
يم ِ
ِ
َ
َعر
ْ
ج
َ
َأ
ُ
ُ
َ
د
ْ
ن ِ
َع
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar” [QS al-Anfal (8):
28].
9. َ
َ
َع ْ
م
ُ
كِد
َ
ل ْ
و
َ
أ َ
َو ْ
م
ُ
ك ِ
اج َ
و
ْ
ز
َ
َأ
ْ
ن ِ
َم
َّ
نِواَإ
ُ
ن َم
َ
َآ
َ
ين ِ
ذ
َّ
اَال
َ
ه
ُّ
ي
َ
اَأ
َ
ي
ََ
واَو
ُ
ف ْع
َ
َت
ْ
نِإ َ
َو ْ
م
ُ
وه ُ
ر
َ
ذ
ْ
اح
َ
َف ْ
م
ُ
ك
َ
اَل ًّ
و
ُ
د
َ
َ
ف ْ
ص
َ
ت
َوا ُ
ر ِ
ف
ْ
غ
َ
ت َ
واَو
ُ
ح
َيم ِ
ح َ
َرور
ُ
ف
َ
َغ ََللا
َّ
نِإ
َ
ف
.
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan kamu santuni
serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” [QS. at-
Taghabun (64): 14].
Disebutkan pula anak sebagai harapan di hari tua dan sebagai wali dalam surah al-Isra (17) ayat 23 dan Maryam (19)
ayat 5, sebagaimana berikut:
َى َ
ض
َ
ق َ
و
َ
َ
ك
ُّ
ب َ
ر
َ
َّ
ل
َ
أ
وا
ُ
دُب ْع
َ
ت
َ
َّ
لِإ
َ
ُ
ُا
َّ
يِإ
َ
ن
ْ
ي
َ
دِال َ
و
ْ
الِب َ
و
ا
ً
ان َ
س
ْ
حِإ
ا َّمِإ
َ
َّ
ن
َ
غ
ُ
لْب
َ
ي
َ
َ
ك
َ
ند ِ
ع
ََ َ
ر ِ
ك
ْ
ال
ا َم
ُ
ه
ُ
د
َ
ح
َ
أ
َْ
و
َ
أ
ا َم
ُ
ه
َ
َلِك
َ
َ
َل
َ
ف
ل
ُ
ق
َ
ت
ا َم
ُ
ه
َّ
ل
َ
ف
ُ
أ
ََ
و
َ
َ
ل
ا َم
ُ
ه ْ
ر
َ
ه
ْ
ن
َ
ت
ل
ُ
ق َ
و
ا َم
ُ
ه
َّ
ل
َ
ل ْ
و
َ
ق
ا ًيمر
َ
ك
.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” [QS al-Isra (17): 23].
11. Masa Bayi
1. Susui mereka hingga usia 2 tahun
2. Jika kesulitan untuk menyempurnakan masa penyusuan
hingga dua tahun, bisa kurang dari itu dengan kerelaan
suami maupun istri
3. Termasuk kebaikan adalah menyusukan kepada orang lain
yang bagus akhlak, agama maupun kasih-sayangnya
kepada anak dengan memenuhi hak-haknya
12. 4. Memberikan rasa aman yang baik kepada anak dengan
melimpahi kasih-sayang serta sikap tanggap terhadap anak.
5. Limpahan kasih-sayang dan cara mengasuh yang baik
menjadikan anak memiliki kepercayaan yang kuat (tsiqah)
kepada ibu dan/atau orangtuanya.
6. Adanya kepercayaan yang kuat (tsiqah) memudahkan anak
berinteraksi dengan orang lain, tidak mudah menangis saat
berpisah dengan ibunya walaupun hanya tertutup tirai.
13. Masa Thufulah
➢ Masa kanak-kanak merupakan anak belajar untuk melakukan
sendiri. Jika masa bayi memperoleh pengasuhan yang baik
dan tepat, kecenderungan untuk mencoba sendiri akan sangat
besar.
➢ Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar banyak hal,
termasuk belajar makan sendiri, walaupun anak jadi
belepotan.
➢ Ini merupakan saat yang tepat untuk menumbuhkan
keinginan anak terhadap hal-hal yang baik dan merasa senang
mencoba, termasuk di dalamnya berkaitan dengan belajar dan
ibadah. Tetapi belum waktunya mengajarinya secara
instruksional.
14. ➢ Masa kanak-kanak merupakan saat yang tepat bagi anak
mengenali emosinya, dirinya dan kebutuhannya. Jika anak
mengenali dirinya mengantuk, tak perlu rewel untuk mulai
beranjak tidur.
➢ Anak dapat dikenalkan kepada ibadah maupun pembelajaran
akademik, tetapi bukan fokus pada disiplin maupun
pembelajaran yang tertib, melainkan lebih kepada dorongan
keinginan serta senang terhadapnya. Jadi, kalau anak diajak
shalat lalu menjawab malas, itu memang umurnya. Tidak pada
tempatnya kita menegur anak.
➢ Ini merupakan masa penting menyiapkan anak menuju masa
tamyiz agar mereka benar-benar mumayyiz.
15. TAMYIZ, APA ITU?
Tamyiz adalah kemampuan membedakan baik dan buruk,
benar dan salah dengan akalnya. Ia juga berkenaan dengan
kemampuan membedakan mana yang bermanfaat bagi dirinya dan
mana yang tidak, mana yang membahayakan mana yang tidak.
Orangnya disebut mumayyiz. Seorang anak seharusnya
menjadi mumayyiz pada usia 6 atau 7 tahun.
16. TAMYIZ, APA ITU?
Anak yang telah mumayyiz memiliki ahliyah al-
ada' naqishah ( اهلية
االداء
ناقصة ), yakni kecakapan untuk
bertindak secara hukum, memikul taklif (tugas-tugas agama)
serta membelanjakan harta secara bertanggung-jawab
(tasharruf), tetapi belum lengkap. Karena itu disebut naqishah
()ناقصة. Sering juga menggunakan istilah al-qashirah (ة ٌ
)القصر
yang berarti pendek.
17. TAMYIZ, APA ITU?
Adakalanya seorang anak telah mencapai usia 6 atau tujuh
tahun, tetapi dia masih termasuk ‘adim al-ahliyah
( عديم
االهلية ), yakni tidak adanya kemampuan dan
kecakapan untuk bertindak secara hukum dan melaksanakan
sebagian beban taklif. Ada sebabnya? Lemahnya pengasuhan.
Padahal عديم
االهلية ini seharusnya berlaku hanya untuk anak di
bawah usia 7 tahun.
18. MENDIDIK MUMAYYIZ
وا ُ
ر ُم
َّ
ي ىِ
ب َّ
الص
ىة
َ
ال َ
الصىب
ا
َ
إذ
َ
غ
َ
لَب
َعْب َ
س
َ ْ
يىن ى
س
َ
و
إذا
َ
غ
َ
لَب
َ ْ
ش
َ
ع
ى
س
َ ْ
يىن
ُ
ه ْ
وُبِ
ْ
اض
َ
ف
ا َ
هْي
َ
ل
َ
ع
“Perintahkanlah anakmu shalat apabila mereka telah berumur
tujuh tahun. Dan jika mereka telah berusia sepuluh tahun,
pukullah mereka (jika tidak shalat).”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ad-Darimi, dll).
19. MASA TAMYIZ
➢ Mulai masa tamyiz, kita ajarkan mereka ibadah
beserta ilmu yang menyertai (fiqhus shalah).
➢ Kita belum boleh memberi hukuman kepada anak,
baik untuk urusan shalat maupun urusan syari’at
lainnya, kecuali setelah berusia 10 tahun.
➢ Tamyiz juga merupakan fase pembentukan disiplin
dalam berbagai urusan, khususnya yang bersifat rutin.
20. MASA TAMYIZ
➢ Masa thufulah maupun tamyiz merupakan saat tepat untuk
menanamkan keyakinan; keimanan.
➢ Keyakinan ditanamkan melalui kalimat imperatif, yakni
kalimat yang bersifat memerintah dan melarang. Misalnya,
“Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”
➢ Kita perlu memahami kaidah memerintah dan melarang
sesuai yang dituntunkan agama.
21. MASA TAMYIZ
➢ Pada rentang usia ini, kita perlu menguatkan
kebanggaannya kepada agama beserta tuntunannya.
➢ Selain mendisiplinkan, kita juga membangun tekad
dalam beragama.
➢ Adab berinteraksi dengan orang lain, terutama lawan
jenis, dibangun dan dikokohkan pada masa ini.
22. Amrad pada asalnya adalah laki-laki berparas cantik. Pemuda yang
belum tumbuh jenggotnya, baru tumbuh kumis yang tipis, juga
disebut amrad.
Pada masa ini, anak laki-laki dipisahkan tempat tidurnya dari
perempuan. Dan sesama jenis kelamin, tidak boleh tidur dalam
satu selimut.
Pada periode ini, kita perlu membangun orientasi hidup, yakni apa
yang ingin diwujudkan dalam kehidupan. Kita perkuat prinsip hidup
dalam diri mereka dan membangun idealisme.
Apakah idealisme itu? Seperangkat keyakinan yang membangkitkan
keinginan kuat untuk mewujudkannya; sebagian atau seluruhnya.
AMRAD, APA ITU?
23. Taklif adalah bebanan syari’at yang harus dilaksanakan
oleh setiap muslim berakal. Orangnya disebut mukallaf.
Pada tahap ini, seseorang seharusnya memiliki ahliyah al-
ada' kamilah ( اهلية
االداء
كاملة ), yakni orang yang memiliki
kemampuan dan kecakapan untuk bertindak secara hukum,
membelanjakan harta (tasharruf) serta memikul bebanan
taklif secara sempurna dan menyeluruh.
TAKLIF, APA ITU?
24. Mukallaf ditandai oleh kemampuan berpikir yang matang,
mendalam di atas dasar yang kuat dan jelas, dalam hal ini agama.
Inilah yang disebut ‘aqil baligh. Selain itu, pada dirinya
terdapat sifat rasyid atau kecendekiaan yang ditandai kemampuan
membelanjakan harta dengan baik.
‘Aqil baligh seharusnya dicapai begitu anak mengalami mimpi basah
atau mens pertama kali.
TAKLIF, APA ITU?
25. Mukallaf, tetapi belum siap.
Adakalanya seorang anak telah mencapai tahapan yang mengharuskan dia
menjadi mukallaf, tetapi ia tidak memperoleh bekal yang mencukupi dari
proses pengasuhan maupun tarbiyah dari orangtua, sehingga di periode ini
dia sesungguhnya masih di tingkat ahliyah al-ada' naqishah
( اهلية
االداء
ناقصة ).Padahal mereka telah dituntut memiliki
ahliyah al-ada' kamilah ( اهلية
االداء
كاملة ).
26. ‘Awaridh al-Ahliyyah ( عوارض
االهلية )
Yang dimaksud dengan ‘awaridh al-ahliyyah ( عوارض
)االهلية adalah hal-hal atau faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang tidak dapat menunaikan
taklif (kewajiban syari’at) sebagian atau seluruhnya,
mengurangi kemampuan sehingga lemah dalam
melaksanakan atau pun menghilangkannya sehingga
dia masih termasuk ‘adim al-ahliyah ( عديم
االهلية ).
27. ‘Awaridh al-Ahliyyah ( عوارض
االهلية )
Secara garis besar ‘awaridh al-ahliyyah ( عوارض
االهلية ) yang
berkait dengan bagaimana ia bertumbuh dan berkembang, meliputi:
➢ ‘Awaridh Samawiyyah ( عوارض
سموية ).
➢ ‘Awaridh Muktasabah ( عوارض
المكتسبة ), yakni penghalang yang
merupakan akibat dari usaha atau karena lemahnya usaha
maupun cara yang salah. Semoga Allah Ta’ala mengampuni
kesalahan kita.
28. REFERENSI
➢ Adhim, M.F. (2018). Mendidik anak menuju taklif.
➢ Ashari, B. (2016). Parenting nabawiyah. www.parentingnabawiyah.com
➢ Asy-syantut. (2016). Parenting nabawiyah. Jakarta:
➢ Syarifah, L. (2018). Fikih Anak: Optimalisasi dan internalisasi nilai-nilai
keislaman terhadap anak. Disampaikan pada Kajian Ramadhan di Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah pada tanggal 1 Juni 2018