Dokumen tersebut membahas konsep gastritis, termasuk definisi, anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis gastritis. Secara ringkas, gastritis adalah peradangan pada lambung yang dapat disebabkan oleh faktor makanan, obat-obatan, alkohol, dan bakteri Helicobacter pylori, yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut dan muntah.
1. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Gastritis
2.1.1 Definisi
Gastritis adalah suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada
mukosa lambung sehingga mengakibatkan pembengkakan pada
mukosa lambung bahkan mhingga lepasnya epitel mukosa
superfisial yang menyebabkan gangguan saluran pencernaan
(Sukarmin, 2012).
2.1.2 Anatomi Lambung (Gaster)
Gambar 2.1 Anatomi Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat
mekar paling banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan
sebagian disebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikus.
(Evelyn C. Pearce, 2011)
2. 8
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari
permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica
an umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae
bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan
mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum;
dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua
dinding, paries anterior dan paries posterior.
BagianLambung Terdiri Dari:
1. Fundus Ventrikuli, bagian yang menonjol keatas yang terletak
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor.
3. Atrium Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
4. Kuvatura Minor, terdapat disebelah kanan lambung, tebentuk
dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
5. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanansampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastrolienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
6. Osteum Kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapatorifisium pilorik.
(Drs. H. Syaifuddin, AMK, 2006)
3. 9
Lapisan Lapisan Lambung.
Gambar 2.2 Lapiasan Lambung
Lambung terdiri atas empat lapisan :
1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan
bagian dari peritoneum viseralis.
Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor
lambung dan duodenum, memanjang kearah hati membentuk
omentum minus. Lipatan peritoneum yang kelaur dari organ
satu menuju organ lain disebut ligamentum. Pada kurvatura
mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:
a) serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung
dengan otot esofagus,
b) serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus
serta membentuk otot sfingter; dan berada di bawah lapisan
pertama, dan
4. 10
c) serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung
dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke
bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi
pembuluh darah dan saluran limfe. Lapisan mukosa yang
terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan
atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena
berisi makanan.
4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak
saluran limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus.
Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil dari
kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang
salurannya dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini
bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung.
Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret
berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung
(Evelyn C. Pearce, 2011)
2.1.3 Fisiologi
2.1.3.1 Fungsi motorik
a) Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut
sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke saluran
pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos
5. 11
yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oelh
gastrin.
b) Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel
kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
c) Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas
osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja.
Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan hormonal
2.1.3.2 Fungsi pencernaan dan sekresi
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
b) Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein
yang di makan, peregangan antrum, rangsangan vagus
c) Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin
B12 dari usus halus bagian distal.
d) Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi
lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga
makanan lebih mudah untuk diangkut.
6. 12
2.1.3.3 Proses Pencernaan Makanan Di Lambung
a) MEKANIK
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut,
gerakan peristaltik yang lembut dan berriak yang disebut
gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut
setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan
mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan
menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut
chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang
merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di
fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan
getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan
air liur tetap berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih
banyak mixing wave yang hebat dimulai dari tubuh dan
makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter
hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat
makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave menekan
sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali
ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan
menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan ke
depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan
lambung bertanggung jawab pada hampir semua
pencampuran yang terjadi di perut.
7. 13
b) KIMIAWI
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai
pencernaan protein. Bagi orang dewasa, pencernaan
terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah
ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein.
Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah
menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide.
Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di
perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa.
Pepsin disekresikan menjadi bentuk inaktif yang disebut
pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-
sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak
akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan
kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel
parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus
basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi
mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan
getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung.
Lipase lambung memecah trigliserida rantai pendek
menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim
ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki
peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang
dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan
oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk
mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang
penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada
susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah
8. 14
terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke
duodenum (bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak
terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.
2.1.3.4 Enzim dan Hormon yang Berperan dalam Pencernaan
di Lambung
1. Hormon Gastrin
NO Kerja Makna fisiologis
1. merangsang sekresi asam
dan pepsin
mempermudah pencernaan
2. merangsang sekresi factor
intrinsic
mempermudah absorpsi
dalam usus
3. merangsang sekresi enzim
pancreas
mempermudah pencernaan
4. merangsang peningkatan
aliran empedu hati
mempermudah pencernaan
5. merangsang pengeluaran
insulin
mempermudah metabolisme
glukosa
6. merangsang pergerakan
lambung & usus
mempermudah pencampuran
7. mempermudah relaksasi
reseptif lambung
meningkatkan tonus istirahat
SEB
8. mencegah refluks lambung
waktu pencampuran dan
pangadukan
menghambat pengosongan
lambung
memungkinkan
pencampuran seluruh isi
lambung sebelum diteruskan
ke usus
9. 15
2. Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton
3. Enzim rennin: mengendapkan kasein dalam susu
4. Enzim lipase: memecah lemak menjadi asam lemak
5. HCl: mmbunuh kuman dan mengasamkan makanan
2.1.4 Etiologi
Gastritis akut biasanya disebabkan karna pola makan yang
kurang tepat, baik dalam frekuensi maupun waktu yang tidak
teratur selain karna faktor isi maupun jenis makanan yang iritatif
terhadap mukosa lambung. Makanan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme juga dapat menyebabkan kondisi ini. Selain itu,
gastritis juga sering disebabkan karena penggunaan obat analgetik
termasuk aspirin termasuk obat anti-inflamasi non steroid (Non
Steroid Anti Imflamation Drug/ NSAID). Kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, kafein, refluk bilier, dan terapi radiasi juga
dapat menjadi penyebab gastritis (Diyono & Mulyanti, 2013).
Gastritis kronis merupakan kelanjutan dari gastritis akut yang
terjadi karna faktor-faktor diatas, juga karna peran dari bakteri
helicobakter pylori yang bahkan sering menyebabkan keganasan
atau kanker lambung. Faktor auto-imun dan anemia juga ikut andil
dalam proses ini (Diyono & Mulyanti, 2013).
10. 16
2.1.5 Patofisiologis
Gambar 2.2 Penyimpangan KDM Gastritis Akut
(Guyton, 1997;1020-1022; Smeltzer, 2001;1063-1066; Horbo, 1997;9;
Long;1996; Robbins,1995;242; Suyono,2001;127; Mansjoer, 1999;492-
493)
Stress fisik, makan tidak teratur, konsumsi obat-obatan aspirin dan alkohol
Asam dalam lambung
Penghancuran epitel sawar
Penghancuran sel mukosa
Asam kembali berdifusi ke mukosa
kurang informasi
bradikini
n
merangsang nosiseptor
Pelepasan mediator kimia oleh sel radang
Luka /tukak
medula spinalis
Anoreksia
hospitalisasi
NYERI
fungsi sel sawar menurun
korteks serebri
Asam lambung meningkat
injuri mukosa lambung
perangsangan kolinergik
Iritasi mukosa
pepsinogen
penghancuran kapiler
perdarahan
anemia
sirkulasi O2 dan nutrisi ke sel berkurang
metabolisme sel menurun
stimulasi nervus vagus pada hipotalamus
mual, muntah
kelemahan otot
INTOLERANSI AKTIFITAS
penurunan berat badan
PERUBAHAN NUTRISI
KURANG DARI
KEBUTUHAN
Perubahan status kesehatan
Respon psikologis
ANSIETA
S
intake makanan menurun
Absorbsi nutrisi berkurang
KURANG PENGETAHUAN
keterbatasan kognitif
11. 17
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan
perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi
terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga
ditemukan erosi dan perdarahan aktif.
2. Gastritis kronik: kebanyakan gastritis asimtomatik, keluhan
lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti
tukak lambung, difisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan
karismona lambung (Nurarif & Kusuma, 2015).
2.1.7 Tanda dan gejala
Nyeri lambung atau epigastrik pain merupakan gejala klinis
yang paling sering umum ditemukan pada gastritis akut. Gejala
klinis lain meliputi mual, muntah, pusing kepala, malaise,
anoreksia dan hiccup (ceguen). Pada gastritis kronis kadang tidak
menimbulkan gejala yang begitu berat. Gastritis kronis biasanya
ditandai dengan penurunan berat badan, pendarahan dan anemia
pernisiosa sebagai akibat menurunnya absorpsi Vitamin B karena
hilangnya faktor intrinsik lambung (Diyono & Mulyanti, 2013).
2.1.8 Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
12. 18
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan
kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi
cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat.
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
2. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Kronik, yaitu:
gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang penerapan,
B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan zat besi
terganggu dan penyempitan daerah atrium pylorus
(Rudi H, 2012).
2.1.9 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa adanya anemia, yang terjadi akibat perdarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan.
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri
H. Pylori atau tidak.
13. 19
c. Pemeriksaan feces.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feces atau
tidak. Tes yang positif dapat mengindikasi terjadinya infeksi.
d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh sinar-X.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini
akanmelapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
di ronsen
(Nurarif & Kusuma, 2015).
2.1.10 Penatalaksanaan
Dalam 1-3 hari umumnya lambung dapat memperbaiki
mukosa yang rusak secara mandiri. Tindakan keperawatan untuk
mendukung proses ini adalah dengan menghentikan asupan
makanan iritatif seperti rokok, alkohol, kopi dan sejenisnya. Bila
ada perdarahan maka sebaiknya pasien dipuasakan. Obat-obat
untuk menetralkan asam lambung seperti alumunium hidroksida
atau antacid dibutuhkan bila penyebab gastritis sangat iritatif.
Terapi suportif seperti pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)
14. 20
analgetik sedatif, antacid dan terapi intravena perlu dilakukan bila
ada indikasi terjadi kondisi yang lebih buruk seperti dehidrasi,
perdarahan hebat, dan syok(Diyono & Mulyanti, 2013).
Pada gastritis kronis modifikasi gaya hidup yang kurang sehat
adalah hal utama. Menghentikan kebiasaan minum alkohol,
merokok, kopi sangat pentingdilakukan selain juga mengatur diet
dan mencukupi kebutuhan istirahat. Bila ditemukan adanya
kontaminasi oleh bakteri helicobakter pylory maka dapat dilakukan
aradikasi dengan pemberian antibiotik (seperti tetraxcyline atau
amoxciline, di kombinasi dengan clarithhyomycin) dan proton
pump inhibiton ( seperti lansoprazole, garam bismuth [Pepto-
Bismol] (Diyono & Mulyanti, 2013).
2.1.11 Discharge planning
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi
lambung sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan.
b. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisa dinding
lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis
dan tukak/ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam
lambung dan memperlambat penyembuhan tukak.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
15. 21
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun
hindari sayur dan buahr yang bersifat asam (misal; jeruk,
lemon, grapefruit, nanas, tomato).
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks
(aliran balik) asam lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat
aliran makanan melalui usus.
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan
dan rilesk (Nurarif & Kusuma, 2015).
2.2 Teori Pola Makan
2.2.1 Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan
komposisi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang
yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat tertentu
(Harna,2009).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
16. 22
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
2.2.2 Pola Makan terdiri dari :
a. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik
kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung
tergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-rata,
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang
dan makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energi
dan sebagian zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik
lagi jika makanan ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan
yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak,
serta cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan
dan penyerapan zat gizi. Pilihlah menu yang praktis dan
mudah di siapkan dan usahakan untuk makan pagi karena
penting dan mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam
sehari.
17. 23
b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan serap akan menghasilkan paling sedikit
susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan
rasa bosan. Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun
hidangan seha memerlukan keterampilan dan pengetahuan
gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan
makanan yang memperhitung dengan tepat akan memberikan
hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik
pengolahan makanan adalah guna memperoleh intake yang
baik dan bervariasi.
c. Tujuan Makan
Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan
adalah memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan,
mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolism ubuh
serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit.
d. Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi mahluk hidup, termasuk manusia
antara lain :
18. 24
1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara
tubuh disamping memperbaiki bagian tubuh yang rusak.
2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk
kebutuhan bergerak dan bekerja.
3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap
ketentraman yang berarti mempunyai dampak posiif
terhadap kesehatan. Dengan demikian, kecukupan akan
makanan mempunyai arti biologis dan psikologis.
e. Cara pengolahan makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapa
diolah dengan cara sebagai berikut :
1) Merebus (Boiling) adalah mematangkan makanan
dengan cara merebus suatu cairan bisa berupa air saja
atau air kaldu dalam panic sampai mencapai titik didih
(100ºC).
2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan
dengan menggunakan sediki cairan pemasak. Bahan
makanan yang diolah dengan teknik ini adalah daging.
3) Bumbu-bumbuan (Simmering), hamper sama dengan
mengukus tapi setelah dikukus makanan dibumbui
dengan bumbu tertentu. Agar zat-zat gizi yang terdapat
19. 25
dalam makanan tidak banyak rusak atau hilang, makanan
sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut :
a) Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
b) Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat
(Pressure cooker).
c) Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan
utuh tanpa dipotong-potong terlebih dahulu.
d) Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan
dalam waktu terlalu lama karena kandungan zat
gizinya akan lebih banyak hilang.
f. Jumlah (porsi) Makanan
Jumlah atau porsi merupakan suau ukuran maupun
takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan.
Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain :
1) Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie instant.
Jumlah atau porsi makan pokok antara lain nasi 100
gram, roti tawar 50 gram, mie instant unuk ukuran besar
100 gram dan ukuran kecil 60 gram.
2) Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan
lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain
20. 26
daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50
gram (dua potong), tahu 50 gram (dua potong).
3) Sayur
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari
berbagai jenis masakan sayuran antara lain : sayur 100
gram.
4) Buah
Buah adalah suatu hidangan yang disajikan setelah
makanan yang fungsinya sebagai pencuci mulut, jumlah
atau porsi buah ukuran buah 100 gram, ukuran potongan
75 gram.
5) Makanan selingan
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan
antara waktu makan pagi, makan siang maupun sore hari.
Porsi atau jumlah untuk makanan selingan tidak terbatas
jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).
6) Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses
metabolisme tubuh, tiap jenis minuman berbeda-beda
pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk air putih
21. 27
dalam sehari lima kali atau lebih per gelas (2 liter
perhari), sedangkan susu 1 gelas (200 gram).
2.2.3 Pantangan Makanan bagi penderita sakit Gastritis
a. Hindari makanan yang banyak mengandung gas. Seperti
lemak, sawi, kol, nangka, pisang ambon, kedondong, buah
yang kering san minuman bersoda.
b. Hindari makanan yang merangsang keluarnya asam lambung.
Seperti kopi, minuman beralkohol 5-20%, anggur putih dan
buah stratus.
c. Hindari makanan yang sulit dicerna yang membuat lambung
lambat kosong misalnya : makanan berlemak, kue tart, keju.
d. Hindari makanan yang merusak dinding lambung. Seperti
cuka, pedas, merica dan bumbu yang merangsang.
e. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan
bawah. Seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak dan
gorengan.
f. Hindari beberapa sumber karbohidrat. Seperti beras ketan, mie,
bihun, jagung, singkong, tales, serta dodol.
2.2.4 Pola Makan Sehat
a. Makanlah sesuai waktu
b. Biasakan membawa bekal makan dari rumah. Selain
menghemat uang jajan, membawa makan siang dari rumah
22. 28
akan menghemat waktumu dengan tidak perlu mengantri di
outlet makanan.
c. Pilih makanan yang dipanggang atau rebus, bukan digoreng.
Di bandingkan makanan yang dipanggang atau rebus, makanan
yang digoreng mempunya 50% kalori atau lemak lebih banyak.
d. Kurangi fastfood. Makansekali-kali boleh, tetapi jaga porsinya
dan hindari fastfood berukuran besar. Kalori dalam fastfood
berukuran besar akan ditumpuk menjadi lemak dan
mengakibatkan naiknya berat badan. Kebanyakan fastfood
juga kaya akan lemak jenuh, gula, garam, dan kurang nutrisi
penting vitamin dan mineral.
e. Mengemil dengan sehat. Salah sau cemilan sehat adalah buah
dan sayur. Selain kaya serat, buah san sayur mengandung
vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan. Supaya tidak
bosan, variasikan dengan yogurt buah, jus, atau salad.
f. Makan nutrisi yang cukup dan seimbang. Selain karbohidrat
(nasi, roti, pasta), juga konsumsi protein (daging ayam tanpa
kulit, daging sapi tanpa lemak), lemak (ikan, kacang, salad
dressing rendah lemah, alpukat), juga buah dan sayur dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
g. Hindari soft drink. Minuman ini tidak mengandung vitamin,
mineral, protein atau serat. Daripada minum soft drink dengan
23. 29
hanya mendapakan asupan karbohidrat, lebih baik minum susu
dengan kandungan nutrisi yang lebih baragam, terutama nutrisi
kalsium yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penderita gastritis
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Effendy (1998, hal 46). Pengkajian adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (Keluarga) dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Norma yang digunakan utuk menentukan status kesehatan
keluarga adalah, seperti yang dijelaskan oleh Effendy (1998, hal
46) dan tambahan isi format pengkajian keluarga :
a. Data umum
Data umum yaitu meliputi nama keluarga, alamat dan telepon,
komposisi keluarga (dilengkapi dengan genogram keluarga),
tipe keluarga, suku, (dikaji data yang berhubungan dengan
suku kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan suku
seseorang atau keluarga), agama ( dikaji tentang agama yang
dianut), aktifitas rekreasi keluarga (dikaji data tentang
24. 30
kebiasaan dan pendapatan keluarga), status ekonomi keluarga
(dikaji data tentang besarnya penghasilan atau pendapatan
keluarga).
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini: dikaji tentang tahap
perkembangan tertinggi yang saat ini dicapai oleh
keluarga
2) Tahap perkembanan keluarga yang belum terpenuhi saat
ini. Dikaji tentang maladaptif dari tengah pertumbuhan
dan perkembangan keluarga yang terpenuhi.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti: menjelaskan riwayat
kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya dan
pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, meliputi
keluhan, berapa lama sudah terjadi, apa upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi dan bagaimana hasilnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: menjelaskan
riwayat kesehatan diatas orang tentang riwayat penyakit
keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya
penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang
dipertahankan sampai saat ini.
25. 31
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah: dikaji tentang ukuran rumah, jumlah
kamar, ventilasi, sumber air jumlah keluarga, saluran
pembuangan limbah, jamban keluarga, pembuangan
sampah dan kandang ternak.
2) Karakteristik tentang komunikasi: meliputi tentang jenis
pekerjaan yang dominan dari tetangga diawali dari yang
terdekat dengan keluarga.
3) Mobilitas keluarga: bagaimana perpindahan tempat tinggal
yang terjadi dalam keluarga.
4) Riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya:
menjelaskan riwayat kesehatan diatas orang tentang
riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut
tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan
yang dipertahankan sampai saat ini.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga: meliputi data tentang sifat
komunikasi dalam keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga: meliputi data tentang
kemampuan komunikasi keluarga.
3) Struktur peran; meliputi data tentang peran anggota
keluarga misalnya, ayah berperan sebagai kepala keluarga.
26. 32
4) Nilai dan norma kebudayaan: meliputi data tentang nilai
dan aturan yangada dalam keluarga.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif: meliputi sikap dan perhatian masing-
masing keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.
2) Fungsi sosialisasi: meliputi bagaimana keluarga
mengajarkan bagaimana anak-anak untuk bersosialisasi
dengan orang lain.
3) Fungsi peran kesehatan: menjelaskan kemampuan
keluarga mengenai masalah kesehatan dan mengambil
keputusan terhadap masalah kesehatan atau manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Stresor dan kopping keluarga
1) Stresor jangka panjang dan pendek; kekuatan keluarga
memikirkan tentang penyakit yang terjadi pada keluarga.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah.
3) Strategi kopping yang digunakan: meliputi mekanisme
pertahanan diri yang digunakan keluarga jika mendapat
masalah atau stresor.
4) Strategi adptasi disfungsional:meliputi data tentang
mekanisme pertahanan diri (koping) keluarga yang
maladaptif.
27. 33
5) Pemeriksaan fisik: meliputi pemeriksaan head to toe untuk
semua anggota keluarga baik sehat maupun yang sakit.
g. Harapan keluarga
Meliputi tentang apa yang diharapkan keluarga dengan
bantuan yang diberikan oleh perawat keluarga.
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Menurut Setiawan dan Dermawan (2008, hal 40) diagnosa
keperawatan adalah kumpulan pernyataan,uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan
menunjukan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi
sampai masalah aktual.
Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin terjadi pada keluarga dengan
masalah gastritis menurut klasifikasi NANDA dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Nyeri akut/kronis
b. Kerusakan mobilitas fisik
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan pemenuhan nutrisi
e. Kurangnya pengetahuan
28. 34
2.3.3 Intervensi Keperwatan
Menurut ANA (1995) intervensi sebagai rencana tindakan
perawat untuk kepentingan klien atau keluarga. Perencanaan pada
masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu
pada penyebab, selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan
yang berorientasi pada kriteria dan standar. Hal penting dalam
penyusunan rencana asuhan keperawatan:
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai
jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukut yang
diobservasi dengan pancaindra perawat yang objektif.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana
yang dimiliki ketergantungan dapat diminimalisasi.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang
telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi
keperawatan keluarga antara lain (Setiawan & Dermawan, 2008):
a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas
masalah.
29. 35
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupafinansial, motivasi dan
sumber-sumber pendukung lainnya jangandiabaikan.
d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga
janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tanga petugas
sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan keluarga, evaluasi merupakan tahapan yang
menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan
dalam tujuan direncanakan keperawatan. Apabila setelah dilakukan
evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan
yang ditinjau kembali yaitu:
a. Tujuan tidak realistis
b. Tindakan keperawatan tidak tepat
c. Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatas
(Setiawan & Dermawan, 2008)