Dokumen ini memberikan pedoman untuk kegiatan pendampingan pengembangan tanaman tahunan di permukiman transmigrasi. Pedoman ini mencakup prinsip-prinsip pengembangan usaha tani, ciri-ciri pembelajaran, strategi pelaksanaan, tugas pendamping, dan indikator keberhasilan pendampingan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pemberdayaan ekonomi masyarakat transmigrasi melalui pengembangan tanaman tahunan secara berkelanj
1. Pedoman Pendamping
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional, khususnya pembangunan pertanian ditujukan untuk terus meningkatkan
produksi pertanian baik untuk konsumsi masyarakat, memenuhi kebutuhan bahan baku industri
maupun meningkatkan ekspor hasil pertanian. Pengembangan pertanian tanaman tahunan
merupakan salah satu sub sektor yang banyak meyerap tenaga kerja dan penghasil devisa bagi
negara. Hasil pengembangan tanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit dan coklat juga
sebagai bahan baku bagi industri pengolahan.
Transmigrasi merupakan sektor pembangunan yang secara langsung berkaitan dengan upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat melalui perpindahan atau penempatan penduduk di daerah-daerah
bukaan baru untuk berusaha di bidang pertanian, perkebunan dan bidang-bidang lain
sesuai peluang dan potensi yang tersedia di lokasi. Pada dasarnya lokasi permukiman
transmigrasi merupakan lokasi potensi untuk mendukung pusat pertumbuhan di suatu wilayah.
Lokasi transmigrasi itu sendiri diharapkan dapat tumbuh berkembang menjadi pusat-pusat
pertumbuhan baru. Sesuai dengan paragdima baru penyelenggaraan transmigrasi,
pengembangan masyarakat transmigrasi dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat (bersifat bottom up).
Pemberdayaan usaha ekonomi yang dilakukan dapat berupa bantuan sarana dan prasarana
usaha, pelatihan sosial ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat dan pola usaha yang
dikembangkan, pelayanan manajemen usaha melalui penyuluhan/ pendampingan teknis serta
fasilitasi pembentukan kelembagaan ekonomi.Terkait dengan Pengembangan Tanaman
1
PEDOMAN PENDAMPING
2. Pedoman Pendamping
Tahunan di Permukiman/Kawasan Transmigrasi selain pemberian bantuan stimulan
pengembangan komoditas tanaman tahunan/ perkebunan, agar bantuan tersebut lebih optimal
dan efektif dilaksanakan oleh kelompok tani di permukiman/kawasan transmigrasi, perlu
dilakukan kegiatan pendampingan teknis pengembangan tanaman tahunan di
Permukiman/Kawasan Transmigrasi, sehingga upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat
berjalan secara optimal.
Produk tanaman tahunan adalah salah satu penopang kegiatan agroindustri di kawasan
transmigrasi yang merupakan salah satu sub sistem agribisnis dengan mengolah bahan baku
dengan berbagai bentuk perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan sampai
pemasaran yang berdampak bagi peningkatan nilai tambah kualitas hasil penciptaan tenaga
kerja, peningkatan produksi dengan tujuan mengentaskan kemiskinan. Pengembangan
agroindustri berhasil apabila sektor pertanian sebagai pemasok bahan baku dapat memenuhi
prasyarat seperti tepat waktu, tempat, bentuk, jumlah dan harga.
Pada tahun 2014 Direktorat Pengembangan Usaha Ditjen P2MKT memberikan bantuan stimulan
saprotan pengembangan Tanaman Tahunan untuk seluas 984 Ha di 11 (sebelas) Kimtrans pada
6 Kabupaten dan 5 Provinsi; Agar pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan tersebut
berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka pada tahun ini Direktorat Pengembangan Usaha,
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi
memprogramkan kegiatan Pendampingan Pengembangan Tanaman Tahunan di permukiman
transmigrasi.
1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Usaha Tani (Agribisnis)
Prinsip-prinsip pengembangan usaha tani meliputi :
1. Kegiatan agribisnis harus berorientasi pasar (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas), kegiatan
produksi pertanian yang dilaksanakan oleh pelaku utama harus didasarkan pada analisis
kebutuhan pasar, sehingga produk yang dihasilkan oleh pelaku utama memiliki pasar yang
jelas (supermarket, pasar lokal di tingkat desa, kecamatan, dst);
2.Usaha agribisnis harus menguntungkan serta memiliki keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif produk/komoditi yang diusahakan oleh pelaku utama harus lebih
menguntungkan dibandingkan dengan produk/komoditi unggulan lainnya;
3. Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang;
4.Membangun kemandirian dan keswadayaan dengan pelaksanaan usaha yang
menguntungkan dan berkelanjutan, para pelaku utama akan lebih mandiri dalam
2
3. Pedoman Pendamping
membantu dirinya untuk mengembangkan usahanya;
5. Komitmen terhadap kontrak usaha, pelaku utama harus memiliki komitmen yang
tinggi terhadap setiap kesepakatan yang dibuat (kontrak) dengan pihak lain (mitra
usaha), supaya kerjasama dengan mitra usaha dapat berkelanjutan sehingga ada jaminan
pasar untuk produk yang dihasilkan oleh pelaku utama
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Pengembangan Usaha Tani
Ciri-ciri pembelajaran pengembangan usaha tani meliputi :
1. Kegiatan pembelajaran di perdesaan sesuai dengan produk/komoditi yang dibutuhkan
pasar dan disepakati dalam rembug tani desa (SP/Satuan Permukiman)/organisasi
petani dalam rangka mengembangkan agribisnis berskala ekonomi;
2. Kegiatan pembelajaran yang diajukan berdasarkan pada kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) dalam melaksanakan agribisnisnya, dan
disepakati dalam rembug tani di tingkat desa (SP)/ organisasi petani;
3. Proses pembelajaran diutamakan difasilitasi oleh pelaku usaha yang berhasil/praktisi
ahli/penyuluh swadaya yang berkaitan dengan produk/komoditi sesuai dengan keahlian
yang berkaitan dengan topik pembelajaran yang diusulkan;
4. Proses pembelajaran di desa/SP (Satuan Permukiman) dilaksanakan sambil
melaksanakan kegiatan agribisnisnya (learning by doing);
5. Proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan belajar berdasarkan
pengalaman dan menemukan sendiri dalam pengembangan agribisnisnya
(discovery learning);
6. Materi, metode dan durasi/waktu pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha serta produk/komoditi
yang diusahakan dalam satu siklus usaha.
3. Strategi Pelaksanaan
a. Strategi dasar
1. Mengubah perilaku pelaku utama dalam menyelenggarakan kegiatan belajar
yang diperlukan untuk memproduksi komoditi/produk yang didasarkan atas
peluang/kebutuhan pasar yang potensial.
2. Kegiatan belajar dilaksanakan dalam satuan skala usaha untuk memenuhi salah
satu segmen pasar yang menguntungkan, efisien yang menjadi dasar pelaksanaan
3
4. Pedoman Pendamping
usahanya.
3. Pemilihan komoditi potensial sebagai topik pembelajaran harus mencirikan keunggulan
komparatif dan kompetitif wilayah, sehingga dapat mengembangkan satu desa satu
komoditi.
4. Pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara berkelompok yang memiliki
usaha yang sejenis dan kebutuhan belajar/teknologi yang sama.
5. Penumbuhan dan penguatan kapasitas kelembagaan pelaku utama dengan basis
agribisnis.
6. Pelaksanaan kegiatan belajar harus mencerminkan 3 (tiga) aspek pemberdayaan
dalam FMA, yaitu :
a. Pemberdayaan petani melalui perubahan pola pikir dan perilaku dari petani
subsisten tradisional ke petani modern yang berwawasan agribisnis
b. Pemberdayaan kelembagaan melalui pengembangan organisasi petani dari petani
individual menjadi kelompok tani, gapoktan, asosiasi, koperasi hingga korporasi.
c. Pemberdayaan usaha melalui pengembangan jenis-jenis usaha yang berorientasi
pasar dan berskala ekonomi.
b. Strategi Operasional
1. Memilih dan meningkatkan kemampuan penyuluh swadaya secara partisipatif
sebagai motivator pelaksanaan agribisnis di desa (satuan permukiman).
2. Men e ta p ka n da n me n i ng ka tka n kemamp u a n kepengurusan pengelola
pembelajaran agribisnis secara partisipatif di desa/SP (Satuan Permukiman) dalam
mengelola keuangan dan pelaksanaan kegiatan FMA.
3. Menetapkan dan meningkatkan kemampuan Tim Penyuluh Lapangan (TPL) sebagai
pendamping/mitra penyuluh swadaya dalam memfasilitasi pelaku utama melaksanakan
pembelajaran agribisnis.
4. Meningkatkan kemampuan TPL dan penyuluh swadaya dalam penerapan
pelaksanaan prinsip-prinsip agribisnis.
5. Peningkatan kemampuan pelaku utama dalam pengelolaan penyuluhan
pertanian yang berorientasi agribisnis melalui proses pembelajaran:
a. Kajian pengembangan agribisnis perdesaan;
4
5. Pedoman Pendamping
b. Penyusunan proposal pembelajaran agribisnis berskala ekonomi;
c. Pe n gemb a ng a n me to d e pe n yu l u ha n ya n g berorientasi agribisnis.
6. Mengubah perilaku pelaku utama dari orientasi produksi ke arah produksi yang
berorientasi untuk memenuhi kebutuhan pasar (orientasi agribisnis) melalui
penyusunan perencanaan agribisnis sesuai dengan permintaan/kebutuhan pasar
(Rencana Usaha Berkelompok dan Rencana Usaha Keluarga);
7. Penguatan kapasitas kelembagaan pelaku utama dengan basis agribisnis
melalui pengembangan organisasi dan manajemen kelompoktani/gapoktan serta
membangun jejaring agribisnis/kemitraan antar pelaku utama dan pelaku usaha.
Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan tugas-tugas yang harus dicapai oleh pendamping
dalam melaksanakan kegiatan pendampingan adalah sebagai berikut:
o Mendorong Motivasi dan Partisipasi petani/Kelompok tani dalam Pengembangan
Kelembagaan Pertanian.
Dalam kegiatan ini pendamping dapat memfasilitasi pelaksanaan diskusi antar anggota
kelompok tani. Fungsi pendampingan dalam hal ini adalah menggerakkan diskusi sehingga
aspirasi setiap anggota dapat terpenuhi.
o Memperkuat Sistem Administrasi Kelompok
Pada umumnya setiap kelompok memiliki pencatatan keuangan dan keanggotan secara
sederhana. Berdasarkan sistem administrasi yang ada di kelompok pendamping dapat
secara bertahap melakukan program pembaharuan administrasi sehingga kelompok
memiliki sistem administrasi yang standar bagi keperluan yang lebih luas. Untuk
mewujudkan hal ini maka pendamping dan pengurus perlu melakulan diskusi dan perbaikan
sistem administrasi secara bertahap.
o Mendampingi Petani Menyusun RUK (Rencana Usaha Kelompok)
Usaha kelompok ini bersifat dinamis, karena itu secara periodik pendamping dan pengurus
melakukan evaluasi atas rencana dan pelaksanaan Rencana Usaha Kelompok atas
pelaksanaan evaluasi tersebut. Kelompok dapat melakukan peninjauan kembali terhadap
usahanya dengan membuat RUK yang baru Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kelompok
tani turun ke lapangan bersama-sama pendamping membuat Rencana Usaha Kelompok,
apa yang akan diperlukan kelompok dan apa yang diinginkan oleh kelompok.
5
6. Pedoman Pendamping
o Memfasilitasi Pelayanan Saprodi
Pendamping ikut serta bertanggung jawab dalam distribusi pelayanan saprodi yang tepat
waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah bagi setiap anggota kelompok. Karena pendamping
perlu memantu kelompok dalam proses pengambilan keputusan distribusi pelayanan
saprodi.
o Memfasilitasi Pelaksanaan Pelatihan kepada kelompok tani
Tenaga pendamping mengagendakan kegiatan pelatihan yang diperlukan bagi kelompok
mencakup pelatihan administrasi, pelatihan usaha, pelatihan organisasi dll. Agenda tersebut
bagi lembaga-lembaga yang berkompeten, beberapa aspek dari agenda tersebut dapat
merupakan bagian dari aktivitas pendampingan dalam bentuk (On Hand Training)
o Mengembangkan Kemitraan dan Pemasaran Hasil
Kegiatan pendampingan diharapkan dapat mengupayakan adanya jaringan kerjasama
kemitraan dan pemasaran hasil dengan pihak swasta, instansi terkait dan perbankan. Peran
tenaga pendamping adalah membuka ruang bagi kerjasama antara kelompok dengan
lembaga-lembaga lain.
o Memantapkan Kegiatan Perencanaan, Mengupayakan Penyaluran, Penggunaan dan
Pengembalian Kredit.
Pendamping memfasilitasi pengurus untuk merumuskan cara-cara pengembalian kredit
dengan segala konsekuensinya, dan penggunaan hasil dari pengembalian kredit tersebut
bagi kegiatan kelompok.
o Menumbuh kembangkan Kelompok Usaha atau Unit Bersama Diantara Kelompok
Bersama-sama dengan kelompok tani menjadikan kelompok tersebut menjadi suatu
usaha/unit usaha yang dapat berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang efektif
bagi pengembangan usaha anggota. Dalam hal ini kelompok tani diantarkan pada suatu
kegiatan usaha yang dapat memfasilitasi pengembangan usaha anggota.
o Membuat Laporan Evaluasi
Pendamping harus membuat laporan kegiatan dalam bentuk jurnal kegiatan mingguan dan
hasil-hasil yang dicapai atau rencana lebih jauh dari kegiatan tersebut.
4. Indikator Keberhasilan
Indikator adalah alat ukur yang dapat menunjukkan perbandingan, kecenderungan atau
perkembangan suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Syarat indikator yang baik antara lain
6
7. Pedoman Pendamping
mampu mengukur dengan baik, menggambarkan kondisi yang sebenarnya, hanya mengukur
perubahan yang dimaksud dan mudah dilakukan.
Penetapan Indikator tersebut tidak dilakukan bersama antara pendamping dengan pengurus
sejak masa pendampingan dimulai. Dengan kata lain indikator keberhasilan pendampingan
didasarkan pada kesepakatan-kesepakatan awal antara pengurus dan pendamping sesuai
dengan kebutuhan dan Rencana kerja kelompok.
Indikator keberhasilan pendampingan mencakup : aspek-aspek yang akan dinilai kuantitas dan
kualitas yang ditetapkan untuk dicapai dalam periode tertentu, serta langkah-langkah yang
disusun untuk periode berikutnya setelah satu periode pendampingan yang telah disusun dan
dievaluasi. Indikator keberhasilan pendampingan antara lain :
o Memperkuat kelembagaan petani
o Mengembangkan dan menumbuhkan usaha pertanian alternatif
o Memperkuat sistem ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan komunitas
o Membangun mekanisme pengambilan keputusan secara partisipatif
o Meningkatkan peran serta aparat, tokoh-tokoh masyarakat dan kader-kader pertanian
B. METODOLOGI
Pada hakekatnya pendampingan merupakan kegiatan membantu, mengarahkan,
mendukung terhadap individu/kelompok masyarakat dalam merumuskan masalah,
merencanakan, melaksanakan dan melestarikan program. Pendampingan diperlukan
agar potensi yang terdapat dalam masyarakat dapat dikembangkan secara optimal (Gunawan
Sumodiningrat, 2005). Menurut Ife (1995) peran pendamping pada umumnya mencakup :
a.Fasilitator
Berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat
juga melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan
pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.
b. Pendidik
Sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman
masyarakat yang didampinginya.
c. Perwakilan masyarakat
7
8. Pedoman Pendamping
Berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga
eksternal, bertugas mencari sumber, melakukan pembelaan,
m e n i n g k a t k a n h u b u n g a n m a s y a r a k a t , d a n m e m b a n g u n j a r i n g a n
k e r j a d e m i kepentingan masyarakat dampingannya.
d.Peran-peran teknis
Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang
mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas
teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti;
melakukan analisis sosial,mengelola dinamika kelompok,menjalinrelasi,
bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber
dana.
Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukan
melalui 5 (lima) strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu:
a. Pemungkinan : me n c i p t a k a n s u a s a n a a t a u i k l im y a n g
memu n g k i n k a n p o t e n s i masyarakat berkembang secara optimal.
b. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
c. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
d. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya agar
tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap
terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Prinsip-prinsip pendampingan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam
upaya pemberdayaan masyarakat meliputi :
a. Prinsip Berkelompok
8
9. Pedoman Pendamping
Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepe ntingan masyarakat. Selain
dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antar
kelompok dan mitra k e r j a l a i n n y a a g a r u s a h a m e r e k a b e r k e m b a n g ,
m e n i n g k a t k a n p e n d a p a t a n d a n kesejahteraan serta mampu membentuk
kelembagaan ekonomi.
b. Prinsip Keberlanjutan
Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan pada terciptanya
sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi
untuk berlanjut di kemudian hari.
c. Prinsip Keswadayaan
Masyarakat diberi motivasi dan didorong untuk berusaha atas dasar kemauan dan
kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.
d.Prinsip Kesatuan Keluarga
Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang
utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarga merupakan pemacu dan
pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk
memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
e.Prinsip Belajar Menemukan Sendiri
Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan
kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan
dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah
penghidupan dan kehidupannya.
A d a b e b e r a p a m e t o d e p e n d a m p i n g a n y a n g d i s e s u a i k a n
d e n g a n k e a d a a n masyarakatnya, antara lain adalah :
· Gaya Mengarahkan, digunakan jika kondisi masyarakat tidak mau dan tidak mampu
melakukan.
· Gaya partisipatif, digunakan jika kondisi masyar akat tidak mau tetapi mampu
melakukan.
· Gaya Konsultatif, digunakan jika kondisi masyarakat mau melakukan tetapi
tidak mampu.
9
10. Pedoman Pendamping
· Gaya Delegatif, digunakan jika kondisi masyarakat mau dan mampu melakukan.
Sedangkan dari kegiatan pendampingan ini didapatkan manfaat sebagai berikut :
· Me n c i p t a k a n k ema n d i r i a n ( s e l f r e l i a n c e ) ma s y a r a k a t , a g a r d a p a t
me r e n c a n a k a n , melaksanakan dan melestarikan program;
· Memberdayakan (empowering) masyarakat untuk menghadapi tantangan dan
peluang bisnis (dengan menciptakan unit usaha mikro agar dapat mencukupi
kebutuhan sendiri);
· Meningkatkan kemampuan (capacity building) masyarakat dengan
memberikan pengetahuan, keahlian serta akses terhadap informasi;
· Mengembangkan pengawasan sosial (Social control) masyarakat terhadap
program pembangunan dengan meningkatkan cara pengelolaan dana secara transparan;
· Memperluas kesempatan (creating opportunities) masyarakat berpartisipasi
dalam program pembangunan melalui wahana yang ada;
· Meningkatkan kesejahteraan individu/ kelompok yang didampingi;
· Me n j a d i k a n p e n d amp i n g a n s e b a g a i k e g i a t a n p r o f e s i o n a l y a n g mamp u
me n j a d i sumber pendapatan bagi para pendamping.
Salah satu cara untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
penduduk transmigran yang sebagian besar adalah masyarakat petani adalah
melalui program pendampingan. Sesungguhnya pendampingan masyarakat
transmigran bukanlah sesuatu hal yang baru. Namun akhir-akhir ini istilah
pendampingan masyarakat transmigran muncul kepermukaan karena adanya
berbagai krisis dan tantangan yang dihadapi oleh sektor agrokompleks. Sejak
kegiatan penyuluhan agrokompleks digalakkan di Indonesia, program
penyuluhan dapat dianggap serupa den gan program pendampingan
karena p e n y u l u h a g r o k omp l e k s t i n g g a l d a n h i d u p d i a n t a r a p e t a n i ,
mema h ami d a n i k u t membantu petani memecahkan persoalannya. Ide penyuluhan
pertanian ini sejalan dengan konsep penyuluhan menurut Mosher (1978) yang
dengan eksplisit menyatakan adanya kegiatan pendampingan.
10
11. Pedoman Pendamping
Penyuluhan adalah p r o c e s s o f wo r k i n g wi t h r u r a l p e o p l e t h r o u g h o u t - o f
s c h o o l education, along those lines of their current interest and need which are closely
related to gaining a livelihood, improving the physical level of living of rural
families, and fostering rural community welfare. Pe r b e d a a a n a n t a r a p e n y u l u h a n
d a n p e n d amp i n g a n y a i t u b a hwa p e n y u l u h agrokompleks belum tentu seorang
ahli tapi lebih tepat adalah penyampai informasi, sementara pendamping
disyaratkan memiliki klasifikasi sebagai seorang ahli atau s e t i d a k n y a l e b i h
mema h ami p e r s o a l a n d a r i p a d a p e t a n i . Ba i k p e n y u l u h ma u p u n pendamping
disyaratkan untuk memiliki kontak yang intens dengan petani dalam hal ini adalah masyarakat
transmigran. Kegiatan pendampingan terhadap masyarakat lebih banyak diawali oleh
LSM melalui program-program pembangunan masyarakat.
“Community workers” adalah mereka yang tinggal dan bekerja di tengah
masyarakat sasaran dengan tujuan utama adal ah mensukseskan program
pembangunan melalui pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Dengan cara ini
maka target dan tujuan bisa dicapai pada waktunya dan bahkan dapat dipercepat.
Pemberdayaan masyarakat dengan cara ini memiliki kesan b a h w a k e l o m p o k
s a s a r a n ( p e t a n i ) d i m a n j a k a n . K e s a n i n i b a r a n g k a l i b e n a r
b i l a pendamping atau pekerja masyarakat tidak tekun menatap pada tujuan akhir.
Namun kesan ini akan dengan sendirinya hilang apabila pendamping menyadari
bahwa apapun yang dilakukan adalah dalam konteks tujuan akhir untuk
memberdayakan masyarakat transmigran.
Pekerjaan sebagai pendamping bukan mer upakan suatu tugas yan g mudah.
Pendampingan adalah suatu keahlian dan dapat dianggap sebagai suatu misi. Tiga syarat
sebagai pendamping (facilitator) pada pekerjaan pembangunan pertanian, yaitu :
a. Pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta pengetahuan yang
dalam dan luas dibidangnya;
b. Pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta kematangan seperti
yang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan sebelumnya;
c. Pe n d amp i n g memi l i k i k ema u a n y a n g s a n g a t k u a t u n t u k memb a g i a p a
y a n g dianggapnya baik bagi sesamanya (orang lain).
Selain syarat-syarat ini, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat berfungsi
sebagai (1) pemrakarsa, (2) penunjuk jalan, (3) pendorong, (4) pendamai,
(5) pengumpul fakta, dan (6) pemberi fakta. Bila mereka bekerja dalam kelompok
11
12. Pedoman Pendamping
maka pendamping harus dapat bekerjasama, memiliki kesamaan persepsi tentang
tugas dan tanggung jawab mereka.
Adapun metodologi pendampingan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode.
Metodologi pelaksanaan kegiatan pendampingan masyarakat transmigran dalam rangka
pengembangan tanaman tahunan ini dapat dilakukan melalui :
1. Konsultasi, yaitu upaya pembantuan yang diberikan pendamping terhadap masyarakat
transmigran dengan cara memberikan jawaban, solusi dan pemecahan masalah yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Pembelajaran, yaitu alih pengetahuan dan sistem nilai yang dimiliki oleh pendamping
kepada masyarakat transmigran dalam proses yang disengaja.
3. Konseling, yakni membantu menggali masalah dan potensi yang dimiliki, membuka
alternatif-alternatif solusi dan mendorong masyarakat mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan yang bertanggung-jawab bagi kehidupannya.
1. Program Kerja
Pada Program rencana pelaksanaan pekerjaan, tahapan-tahapan yang akan dilakukan meliputi
sebagai berikut :
Inventarisasi/
Pengumpulan Data
Mobilisasi
Tenaga Ahli dan
Pendamping
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan
Pendampingan
Gambar 1. Program Rencana Kerja
Koordinasi Persiapan
dan Implementasi
Kegiatan
Pembekalan
Kelompok Tani/ Temu
Tani
Secara deskripsi dijelaskan sebagai berikut.
a. Persiapan
Pada tahap ini mulai dilakukan persiapan sosialisasi mengenai pengembangan tanaman
tahunan di wilayah transmigrasi sampai ke tingkat Kabupaten sesuai dengan lokasi pekerjaan
yang ditentukan.
12
PPeerrssiiaappaann Inventarisasi/
Pengumpulan Data
Mobilisasi
Tenaga Ahli dan
Pendamping
Koordinasi Persiapan
dan Implementasi
Kegiatan
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan
Pendampingan
Pembekalan
Kelompok Tani/ Temu
Tani
MM UU LL AA II
SSEELLEESSAAII
13. Pedoman Pendamping
b. Inventarisasi Pengumpulan Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder sesuai dengan
data/informasi potensi usaha tani yang diperlukan dalam kelompok tani di permukiman
transmigrasi.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang ada (data
sekunder) dan data primer, yang berkaitan dengan kondisi fisik alam, persebaran dan kondisi
sarana prasarana, kondisi sosial ekonomi, dan kebijakan pemerintah, untuk selanjutnya
dianalisis guna mendukung cakupan pengembangan tanaman tahunan di kawasan
transmigrasi.
Dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan adalah data-data kuantitatif dan kualitatitf.
Menurut Lofland (dalam Moleong, 1996: 112) dan Neuman (2000: 417) sumber data utama
dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah data-data yang berbentuk kata-kata,
kalimat-kalimat, tindakan-tindakan yang merupakan hasil gambaran dari pandangan orang-orang
terhadap suatu kejadian, selebihnya adalah data tambahan seperti bahan-bahan
tertulis. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
· Data primer, yaitu data yang didapatkan melalui wawancara dan observasi dengan
narasumber atau pada obyek penelitian/ perencanaan yang berkaitan dengan ruang
lingkup materi perencanaan.
· Data sekunder, yaitu data yang yang didapatkan dari Instansi terkait misalnya Bappeda,
Dinas Pekerjaan Umum/ Kimprasda, dan instansi terkait lainnya seperti PDAM, PLN,
Telkom dan lain sebagainya.
c. Mobilisasi tenaga ahli dan pendamping
Mobilisasi tenaga ahli dan pendamping dilakukan bersamaan dengan mobilisasi personil dan
peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data tahap awal.
d. Koordinasi persiapan dan implementasi kegiatan
Koordinasi persiapan dan implementasi kegiatan dilakukan oleh tenaga ahli dan pendamping
dalam rangka melakukan persiapan pendampingan, perencanaan strategi dan metode, serta
analisis terhadap kegiatan pendampingan ini.
e. Pembekalan terhadap kelompok tani/temu kelompok tani
Pembekalan terhadap kelompok tani dilakukan dengan melakukan temu kelompok tani
dengan tujuan melakukan pembahasan pengembangan usaha dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kawasan transmigrasi.
f. Pelaksanaan Pendampingan
13
14. Pedoman Pendamping
Pendampingan dilakukan dengan melakukan monitoring dan evaluasi serta pembelajaran
secara langsung di lapangan mengenai usaha-usaha ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat transmigran.
g. Penyusunan laporan
Pelaporan dibuat untuk mengukur kinerja tim pelaksana kegiatan pendampingan
pengembangan tanaman tahunan di permukiman transmigrasi, berdasarkan hasil pertemuan
dan diskusi di daerah dan di lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan melalui tahapan laporan
pendahuluan, laporan kemajuan dan laporan akhir.
2. Organisasi Pelaksanaan
Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan didalam pekerjaan, diperlukan susunan
organisasi dan program kerja pelaksanaan secara terperinci agar didapatkan suatu sistem
kegiatan yang efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal. Hal ini untuk memudahkan
pembagian tugas dan tanggung jawab internal dalam Tim Pelaksana, sekaligus untuk
memudahkan pendelegasian tugas dan komunikasi antara pihak pemberi tugas dengan tim
pelaksana pekerjaan. Komunikasi ini penting untuk memonitor proses dan hasil kerja tim
pelaksana berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah disepakati bersama.
Organisasi pelaksanaan pekerjaan Konsultan disusun dengan tujuan pokok antara lain:
a) Terciptanya koordinasi yang baik antara Pemberi Tugas, Pemimpin Kegiatan dan pihak terkait
lainnya.
b) Terciptanya koordinasi yang baik antar Tim Konsultan, agar pekerjaan dapat benar-benar
dilaksanakan secara efektif, efisien, dengan berpedoman pada rencana/ schedule ketat yang
telah dibuat, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dapat memenuhi
persyaratan teknis yang ditetapkan.
c) Terciptanya Koordinasi yang sinergis antara Tim Pelaksana dengan Tim Teknis dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Sejumlah tim pelaksana yang nantinya akan bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan ini
sesuai dengan jadwal dan kebutuhan substansial yang dibutuhkan. Tim pelaksana pekerjaan
tersebut terdiri dari ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) yang telah lama menekuni
bidangnya masing-masing dengan pengalaman yang cukup lama. Semua tim pelaksana memiliki
14
15. Pedoman Pendamping
kemampuan di dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan berdasarkan
Kerangka Acuan Kerja.
Untuk mengorganisir tim pelaksana dibutuhkan struktur organisasi yang jelas. Susunan yang
diusulkan dan diagram organisasi pelaksana pekerjaan ini adalah seperti pada Gambar 2.
15
Satker Direktorat Pengembangan
Usaha Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengembangan
Satker Direktorat Pengembangan
Usaha Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengembangan
Masyarakat dan Kawasan
Masyarakat dan Kawasan
Transmigrasi
Transmigrasi
PPTT.. CCaakkrraa BBuuaannaa AAgghhnnaa
Team Leader
Dr. Ir. Suhardjadinata, MP
Ahli Sosek Pertanian
Ahkmad Ismail Manan,SP
Ahli Perkebunan
- Ir.Yanto Yulianto,MP
- Solehudin,SP
Pendamping Lapangan
(11 orang)
Ahli Pemberdayaan
Masyarakat
Ir.Suprianto,MS
16. Pedoman Pendamping
Gambar 2. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
16
Tenaga Pendukung
Administrasi