SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
42
Jurnal Sosiologi DILEMA
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
PERUBAHAN PERAN IBU RUMAH TANGGA PENGARUHNYA
TERHADAP HARMONISASI RUMAH TANGGA
Muflich Nurhadi
Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126
ABSTRACT
Approach which is used in this research is approach of sosiologis, with pursuant to x’self at
emphasis of sociology concepts of Robert K merton. Analysis unit which is used in this
research is family, while data collected to through survey. Meanwhile analysis technique
weared that is by presenting the tables of frequency.This population research goals is husband/
wife spouse ( family ) which is its wife work. From amount of family which [is] its wife work
existingly, taken by a number of 30 husband/wife spouse ( 60 responder ), by paying attention
directive intake of raised by sampel is Kontjaraningrat ( 1985 : 106).Resultof obtained research
namely : At laboring wife, where its earnings can answer the demand of entire/all requirement
of family, hence of disfunfsional to family businesss, depended economic to its husband become
to lower, its independence attitude become highly, so that mount family harmonisasi become
to tend to groggyly. The situation at variance with found situation at family where wife work
during one month, its earnings only enough fulfill requirement eat just family. Obtained by
result of that at this couple, though functional laboring wife still to work of kerumah-tanggaan,
in the reality ditemukan that depended economics to its high husband still also. Thereby
though wife independence attitude at this group stay in low category, but in the reality at this
familys more look to stay in harmonious category
A. Pendahuluan
Pada menjelang wafatnya, Aguste
Comte membisikkan sebuah kalimat pendek
: “Ibu dari anakmu.” Bapak Sosiologi yang
juga dikenal sebagai Bapak Positivisme ini,
pada saat-saat menjelang dijemput
sakaratul-maut telah memberikan status
sakral kepada kaum wanita, dengan
meninggikan status sosial wanita dan
meluhurkan peranan wanita sebagai ibu
rumahtangga. Sejalan dengan pernyataan
Comte di atas, di Indonesia, RA Kartini
pernah menyatakan, bahwa kaum ibu
mempunyai peranan dan kedudukan yang
sangat penting dalam masyarakat. Karena
menurut “dia” di bahu kaum ibulah terletak
tanggungjawab asuhan generasi muda.
Dengan sebuah kaliman pendek RA Kartini
menulis:”kaum ibu adalah pengemban
peradaban masyarakat.”
Untuk dapat mengemban peradaban
masyarakat (menurut RA Kartini) serta
berperan sebagaiibu rumahtangga (menurut
Comte), secara efektif baru dapat dilakukan
wanita setelah wanita itu menjalani
pernikahan.
Sementara itu bagi masyarakat Jawa,
pada umunya dan masyarakat Surakarta
pada khususnya, pernikahan pada dasarnya
merupakan manifestasi dari ikrar bathiniyah
yang ditetapkan olehseorang pria dan wanita
(yang bukan muhrimnya) untuk menyatu di
dalam kehidupan rumahtangga. Ikrar
tersebut secara simbolik digambarkan
dengan sebuah telur yang pecah, yang
kemudian tidak mungkin untuk dibuat untuk
utuh kembali. Demikian juga dengan janji
saling mencinta untuk bersatu tersebut,
diikrarkan untuk tidak diingkari. Pada
tingkat filsafati, upacara : “ pecah telur “
43
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
pada perkawinan adat Jawa merupakan
lambang dari leburnya “kedirian” pria dan
wanita yang saling mencinta untuk “bersatu”
kedalam mahligai rumahtangga.
August Comte, RA Kartini dan
masyarakat Jawa pada umumnya, meskipun
mungkin dengan alasan yang berbeda,
nampaknya berada dalam “satu perahu”
dengan para pengikut teori “Nature.” Kaum
Naturalis sangat percaya bahwa pembagian
kerja secara seksual, yaitu suami mencari
nafkah dan istri sebagai ibu rumahtangga,
adalah sesuatu yang wajar, karena
bersumber pada perbedaan struktur genetis
antara pria dan wanita. Ide semacam ini
secara tersirat juga diyakini oleh para
penganut agama samawi di dunia, karena
adanya “mitos” penciptaan “hawa” yang
terbuat dari tulang rusuk “Adam.”
Secara biologis, wanita memang
berbeda dengan pria, wanita mempunyai
pinggul dan buah dada yang relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan pria. Alat
kelamin wanita juga berbeda dengan alat
kelamin pria. “Punya” wanita biasa disebut
dengan “dompet,” sedangkan “punyanya”
pria biasa disebut dengan “manuk.” Yang
“dompet” kedalam, sedangkan “manuknya”
keluar. Itulan sebabnya banyak orang
percaya, sudah sewajarnya atau bahkan
seharusnya jika wanita bekerja atau berperan
“kedalam” rumah sedangkan pria
mempunyai peranan “keluar “ rumah.
Kepercayaan ini semakin kuat karena fakta
menunjukkan bahwa wanitalah yang
mengandung, melahirkan dan “menyusui”
bayi, sehingga wanita dianggap cocok
berperan sebagai ibi yang bekerja di dalam
rumah.
Penganut teori Fungsionalis juga
meyakini bahwa pembagian kerja secara
seksual tersebut adalah merupakan
kebutuhan masyarakat dan untuk
kepentingan keluarga secara keseluruhan,
bukan untuk kepentingan pria/suami.
Karena pembagian kerja ini sudah berjalan
ribuan tahun, maka “ia” telah menjadi
sebuah lembaga kemasyarakatan yang
cukup tua umurnya, yang sampai sekarang
masih dapat bertahan, meskipun sudah
nampak mulai goyah. Karena mekanisme
pembagian kerja secara seksual yang telah
mapan tersebut, secara pelan-pelan tapi
pasti, mulai digugat oleh sebagian warga
masyarakat pada umunya dan kaum wanita
pada khususnya. Menurut mereka,
mekanisme pembagian kerja yang demikian
itu, dapat menempatkan wanita ibu rumah
tangga menjadi rendah diri. ‘Karena
pekerjaan kerumahtanggaan” tidak memiliki
nilai tukar ekonomis. Sebab tugas
kerumahtanggaaan memang bukan
merupakan bagian dari sistem pasar,
otomatis pekerjaan itu tidak dapat
mendatangkan materi. Meskipun kalau di
Indonesia ada nilai tukar ekonomisnya yaitu
tunjangan untuk istri, tetapi jumlahnya
berada di bawah gaji seorang pembantu
rumah tangga yang belum berpengalaman
sekalipun, meskipun di tahun 1992 ini telah
dinaikkan 10 %.
Itulah sebabnya penganut teoriNurture
(yang berseberangan dengan pada pengikut
teoriNature) berpendapat bahwa pembagian
kerja secara seksual yang menempatkan
wanita di pekerjaan kerumahtanggaan,
seperti mengurusianak, menyiapkan makan
dan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan
lainnya, dapat menjadikan para wanita ibu
rumah tangga tidak dapat berkembang
sebagai manusia. Mereka akan dapat
menjadi kerdil untuk seumur hidupnya,
karena dunianya serba terbatas. Sementara
itu para pria yang berkecimpung dengan
kehidupan di luar rumah, akan relatif
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
Para penganut teoriNurture ini sangat yakin
bahwa spesialisasi pembagian kerja tersebut
tercipta melalui proses belajar dari
lingkungannya ( sosialisasi budaya), bukan
karena ditentukan faktor perbedaan biologis
antara pria dan wanita.
44
Jurnal Sosiologi DILEMA
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
Konflik dua paradigma tersebut
nampaknya sudah menjalar ke Indonesia,
akibatnya pembagian kerja secara seksual
tradisional yang telah menjadi lembaga
kemasyarakatan yang mapan, sekarang
dalam keadaan “gelisah.” Suami sebagai
kepala rumahtangga yang dahulu berperan
sebagai pencari nafkah tunggal keluarga,
sedang istri berperan sebagai ibu rumah
tangga, gejalanya sudah nampak mulai
berubah. Para wanita ibu rumahtangga dan
calon ibu rumahtangga secara beramai-
ramai mulai “melirik” pasar kerja untuk
dapat merebut posisi agar ia dapat bekerja.
Gerak masyarakat nampaknya berpihak
kepada wanita, dengan memberi peluang
kepada wanita untuk menempati posisi-
posisi kerja sesuai dengan tuntutan pasar
kerja. Dan realita menunjukkan bahwa ada
posisi kerja tertentu yang lebih pas jika diisi
oleh wanita daripada jika diisi oleh pria.
Perubahan peran wanita ibu rumahtangga ini
tentulah memiliki berbagai akibat,
diantaranya adalah terhadap harmonisasi
rumah tangga. Topik penelitian ini dipilih
dalam rangka ingin mendiskripsikan
masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Sebagai unit terkecil masyarakat,
keluarga akan dilihat sebagai sebuah sistem
yang memiliki bagian-bagian, yang masing-
masing memiliki fungsi dan sekaligus saling
fungsional secara timbal balik. Dengan
melihat keluarga dari sudut pandang itu
maka konsekuensi masalah penelitiannya
yang telah dipilih akan diurai dengan
menggunakan pendekatan sosiologi,
khususnya dengan menggunakan teori
Sistem dan teori Fungsionalnya Robert K
Merton, serta teori-teorilain yang separigma
dengan kedua teori di atas, yang dianggap
akan dapat membantu untuk
mendiskripsikan masalah penelitian berikut,
yakni : “sejauh mana fungsi ibu
rumahtangga yang berkarier terhadap
harmonisasi rumah tangga?’
C. Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui ibu rumahtangga
yang bekerja dalam kaitannya terhadap
harmonisasi rumah tangga.
D. Manfaat Penelitian
Untuk melihat kehistorisan teori
Struktural Fungsional, serta menguji teori
yang bersangkutan. Disamping itu juga
bermanfaat sebagai bahan untuk
merumuskan hipotesa penelitian yang lebih
meyakinkan/ lebih tajam.
E. Tinjauan Pustaka
Menurut wawasan sistem sosial,
bahwa kehidupan sosial itu diatur
sedemikian rupa sehingga setiap aspek dari
kehidupan sosial, meskipun secara rumit dan
secara tidak langsung, berhubungan satu
sama lain. Wawasan ini adalah deterministis
dalam arti perubahan pada unsur apapun
dalam suatu sistem ditentukan oleh unsur-
unsur lainnya, dan demikian pula setiap
unsur adalah merupakan unsur determinan
lainnya. Sehingga perubahan dan
perkembangan di dalam suatu aspek
kegiatan sosial tertentu akan dapat
menghasilkan perubahan atau
perkembangan, atau memiliki atau
menimbulkan reaksi pada aspek kehidupan
lainnya.
Ada dua bentuk utama bagaimana
unsur-unsur yang beraneka ragam dalam
sistem sosial saling mempengaruhi satu
sama lain. Yang pertama, dimana suatu
perubahan yang disengaja dalamsuatu aspek
kehidupan tertentu menghasilkan reaksi-
reaksipada aspek-aspek lainnya, sedemikian
rupa sehingga sistem tersebut kembali
kepada keadaan semula. Sementara itu
bentuk interaksi yang kedua adalah dimana
suatu aspek kehidupan tertentu
menghasilkan akibat pada aspek-aspek yang
lain sedemikian rupa, sehingga
memperbesar perubahan yang terjadi dalam
sistem ( Berry : 1981 : 14-16 ).
45
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
Pola-pola perubahan dalam elemen-
elemen sistem sebagaiakibat dari perubahan
pada suatu elemen sistem tertentu, akan
dijelaskan dengan pendekatan teori
Fungsional sebagai berikut : Pertama kali
perlu dijelaskan bahwa Robert K Merton
sangat yakin bahwa integrasi sosial atau
keseimbangan sistem yang benar total atau
tuntas, tidak mungkindapat diharapkan akan
terjadi. Karena setiap elemen kultural dalam
sebuah sistem akan dapat fungsional pada
elemen tertentu, tetapi disfungsional
terhadap elemen lainnya. Fungsi atau
konsekuensi objektif dapat berupa
konsekuensiatau Fungsimanifest dan fungsi
latent. Selanjutnya Merton memperingatkan
bahwa analisa yang baik dari kaum
fungsionalis, seharusnya tidak hanya
mengamati fungsi dan disfungsi, tetapi juga
harus memperhatikan fungsi latent dan
fungsi manifest dan alternatif fungsi di
dalam setiap analisanya (Poloma, 1984 : 38-
40 ). Yang dimaksud dengan fungsi adalah
konsekuensi dari setiap kegiatan sosial yang
tertuju pada adaptasi suatu struktur tertentu
daribagiankomponenya, sedangkan dengan
disfungsi dimaksudkan sebagai konsekuensi
yang tertuju pada disintegrasi (Coser dan
Rosenberg) dalam Poloma, ibid : 29).
Sementara itu fungsi dapat berupa
fungsi manifest, yaitu konsekuensi objektif
dari suatu praktek kultural yang membantu
penyesuaian dari sistem dan disadari oleh
para partisipan dalam sistem tersebut.
Disamping itu, fungsi juga dapat berupa
fungsi latent., yaitu suatu praktek
kebudayaan yang tidak disadari atau tidak
dimaksudkan terjadinya.
F. Metode Penelitian
Memilih salah satu teori sosiologi
secagai landasan untuk kerangka teori suatu
penelitian, didalamnya terkandung suatu
keputusan utnuk menggunakan metode
penelitian tertentu yang ditujui oleh teori
tersebut ( George Hitzer, 1980, 67 )
Menyesuaikan dengan pendapat diatas,
penelitian yang lebih bersifat diskriptif, ini
lebih menitikberatkan pada pendekatan
kuantitatitf , dengan menggunakan kuisener
dan interview sebagai alat pengambilan data
kuisener yang sifatnya tertutup, akan
diwawancarakan untuk mengambil data
primer, sedangkan gejala yang akan
ditelusuri dengan pertanyaan-pertanyaan
dalam kuisener bervariasi dari gejala
nominal, ordinal dan interval.
Dalam hal yang kedua, utnuk
menjaring informasi sebanyak-banyaknya,
interview dilakukan dengan tanpa pedoman
interview yang ketat. Sebagai alat bantu,
juga akan digunakan observasi, baik untuk
membantu penggalian data sekunder, dan
apabila dimungkinkan juga akan digunakan
sebagai alat kontrol data primer yang
diambil dengan kuisener. Observasi disini,
dimaksudkan sebagai observasi non
partisipasi.
G. Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh
keluarga yang suami-istri secara bersama-
sama bertugas mencarinafkah. Karakteristik
keluarga yang dimikian itu nampak tidak
tercatat dalam monografidesa. Untuk dapat
mengindentifikasikan populasi yang
demikian itu, maka dibutuhkan metode
observasi.
Dan dari hasil observasi dapat
diketahui bahwa keluarga yang suami dan
istri secara bersama-sama mencari nafkah,
ternyata memeliki banyak varian. Karena
beberapa varian masih belum’mantab’ maka
akan diambil empat varian yang nampak
dominan dilokasi penelitian yaitu :
a. Suami dan istri masing-amsing
sebagai Pegawai Negeri.
b. Suami sebagai Pegawai Negeri, dan
istrinya sebagai Pedagang.
c. Suami dan istri masing-masing
sebagai Pedagang yang berdiri sendiri.
d. Suami dan istri secara bersama-sama
menekuni suatu usaha perdagangan.
46
Jurnal Sosiologi DILEMA
Karena keterbatasan waktu dan dana,
maka jumlah populasi yang sempat
diindentifikasi sebanyak 153 KK, dengan
perbandingan sbb : Untuk varian yang
keluarga yang suami dan istri masing-
masing sebagai Pegawai sebanyak : 39 KK,
untuk varian keluarga yang suami sebagai
Pegawai dan istrinya sebagai Pedagang
sebanyak : 42 KK, sedangkan suami dan
istri secara sendiri –sendiri memiliki usaha
dagang yang terpisah sebanyak : 41 KK,
dan varian keluarga yang suami dan istri
secara bersama-sama menekuni suatu usaha
perdagangan sebanyak : 31 KK. Untuk itu
maka perbandingan masing-masing varian
kurang lebih : 4 : 4 : 4 : 3.
Kalau 10 % dari populasi sudah
dianggap cukup sebagai sampel, maka
dalam penelitian ini akan diambil 20 % dari
populasi yaitu 60 responden, atau 30 pasang
suami istri. Untuk varian yang suami istri
pegawai negeri sebanyak 8 keluarga, suami
pegawai negeri dan istri pedagang 8
keluarga, suami dan istri masing-masing
pedagang tapi terpisah 8 keluarga, dan yang
untuk suami dan istri secara bersam-sama
menekuni suatu usaha perdagangan
sebanyak 3 keluarga yang masing-masing
telah terpilih secara random. Untuk itu maka
tehnik pengambilan sampel yang digunakan
adalah stratifikasi proporsional random
sampling.
H. Analisa Data
Karena penelitian diskriptif ini masih
sebatas tahap ingin melihat kecenderungan
fungsi wanita yang berkerja dalam kaitannya
dengan integrasi keluarga, disamping itu
juga terdapatnya keterbatasan waktu, maka
data yang terkumpul akan dianalisa denga
ntehnik prosentase
I. Hasil Penelitian
1.Potret Istri Yang Bekerja Beserta
Fungsinya
Ada dua fungsi yang harus
dikembangkan secara khusus dalam suatu
keluarga, yaitu mendidik anak dan
memproduksi makanan. Karena keluarga
terdiri dari seorang pria dans eorang
wanita, maka akan sangat menguntungkan
kalaus alah satu fungsi diberikan kepada
salah satu jenis seks, dan fungsi lainnya
diberikan kepada jenis seks lainnya.
Secara tradisional jenis seks wanita
mendapatkan fungsi di rumahtangga,
sedangkan jenis seks pria bertugas mencari
nafkah ke luar rumah. Dengan adanya
pembagian kerja seksual tersebut, pria dan
wanita sudah dapat dididik ke arah fungsi
(pendidikan seks). Yang akan mereka
mainkan nantinya apabila mereka
membentuk rumahtangga.
Tetapi setelah arus materialisme
berkembang, mekanisme pembagian kerja
secara seksual mulai dipersoalkan, sebab
nilai perilaku seseorang dalam suatu proses
interaksi sosial, akan dikur dari berapa
besar “ganjaran“ yang diterima sebagai
imbalan dari perilakunya, dalam bentuk
materi atau uang.
Sementara itu karena pekerjaan
rumahtangga tidak merupakan bagian dari
sistem pasar, maka „ia” tidak mempunyai
nilai tukar atau bahkan tidak akan mungkin
bisa diukur menurut harga pasar.Akibatnya
pekerjaan wanita di dalam rumahtangga
cenderung akan menjadi pekerjaan yang
kurang berharga bila dibandingkan dengan
pekerjaan pria yang dapat menghasilkan
uang. Di dalam jaman tareialisme ini harga
sosial seseorang akan cenderung untuk
dihubungkan dengan kesanggupannya
mencari dan menumpuk uang.
Oleh karena pekerjaan dan tugas
kerumahtanggaan tidak mempunyai nilai
tukar ekonomis, maka tugas itu cenderung
dianggap rendah.Anggapan itu nampaknya
mampu “menyihir” para wanita yang
melaksanakan tugas sebagai ibu rumah
tangga menjadi merasa kurang berharga.
Di samping berkembangnya arus
materialisme, arus individualisme
nampaknya juga berhasil menunjukkan
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
47
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
bagaimana “menjungkir balikkan” cara
berfikir warga masyarakat di indonesia
pada umumnya dan masyarakat Surakarta
pada khususnya, terutama jika diukur dari
budaya bangsa Indonesia.
Pendapat individualisme nampak
terwakili oleh John struat Mill sebagai
berikut : Semua wanita sejak mula-mula,
dibesarkan dengan kepercayaan bahwa
sifat-sifat yang luhur dari mereka adalah
sifat-sifat yang bertentangan dengan laki-
laki. Wanita tidak memiliki keinginannya
sendiri, atau bahkan untuk memiliki hidup
mereka sendiri (Arief Budiman, 1982 : 5).
Mill sebenarnya ingin mengatakan
bahwa istri yang bekerja sebagai ibu
rumahtangga seakan-akan dipenjarakan di
suatu dunia yang tidak menyenangkan dan
tidak merangsang perkembangan kedirian
dan kepribadiannya.Sehingga mereka bisa
menjadi kerdil seumur hidupnya, karena
dunianya serba terbatas, dan pada
gilirannya sikap kemandiriannya sebagai
individu yang bebas dan mandiri akan
terbatas atau bahkan tertindas.
Pengaruh dua idiologi di atas itulah
yang diduga ikut mendorong terjadinya
“pemberontakan” sebagian wanita
terhadap pembagian kerja secara seksual
yang tradisional. Dan pemberontakan ini
nampaknya mendapat dukungan
masyarakat, sehingga secara perlahan-
lahan tetapi pasti pembagian kerja seksual
yang secara tradisional tersebut nampak
mulai retak. Gejala ini dapat dilihat dari
banyaknya wanita yang bekerja mencari
nafkah, baik untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri maupun untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Berbagai jenis pekerjaan yang secara
tradisional biasa diperankan oleh pria,
secara perlahan-lahan sudah mulai diisi
oleh para wanita. Uraian pada bab ini
berusaha mendiskripsikan fungsi istri yang
bekerja mencari nafkah bagi keluarganya
di daerah lokasi penelitian yang telah
dipilih. Selanjutnya untuk melakukan hal
tersebut akandibantu dengan menunjukkan
tabel-tabel pendukung.
Pada bagian awal ini akan
ditunjukkkan keadaan dari peran yang
dilakukan istri menurut jenis pekerjaan
pokok yang dipilihnya.
Dari data yang terkumpul tersebut
dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar
(56,6 %) istri yang terpilih sebagai
responden kerja sebagai pegawai.
Kalau dirinci lagiternyata 36,6 % dari
seluruh responden istriyang bekerja sebagai
pegawai negeri sedangkan selebihnya yakni
20 % bekerja sebagai pegawai swasta.
Yang menjadipengusaha, termasuk di
dalamnya sebagaipedagang sebanyak 13,33
%. Sementara itu jumlah selebihnya yakni
sebesar 30 % bekerja sebagai buruh serta
lain-lain.
Selanjutnya akan dilihat tentang
kaitan antara pendapatan pokok dengan
kecenderungan pemenuhan kebutuhan
pokok rumahtangga hariannya, sebagaimana
akan ditampilkan oleh tabel berikut :
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
48
Jurnal Sosiologi DILEMA
Dari tabel tersebut, dapat dilihat
bahwa pendapatan istridaripekerjaan pokok
mereka, ternyata lebih banyak menyebar
diantara Rp. 500,000,- sampai dengan Rp.
1,000,000,-. Kecenderungan tersebut
dinyatakan dalam tabel sebesar 53,3 %.
Sementara itu mereka yang
berpenghasilan kurangd ari Rp. 500,000,-
ditunjukkan oleh tabel di atas yakni sebesar
26,6 %. Mereka yang berpenghasilan di
antara Rp. 1,000,000,- sampai dengan Rp.
1,500,000,- ditunjukkan oleh tabel sebesar
16,6 %. Sementara itu ditunjukkan pula oleh
tabel tersebut, bahwa selebihnya sebesar 3,3
% berpendapatan di atas Rp. 1,500,000,-
Selain data tersebut, dari hasil
wawancara dengan beberapa ibu
rumahtangga di lokasi penelitian dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan minimal
kebutuhan rumahtangga sehari-hari,
khususnya pada sektor makan, kurang lebih
sebanyak Rp. 500,000,- per bulan.
Sementara itu pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pada sektor lainnya
membutuhkan biaya berkisar Rp. 500,000,-
Dengan demikian pada setiap bulannya
kebutuhan harian dariibu rumahtangga yang
diteliti yakni sebesar Rp. 1,000,000,-
Selanjutnya pada bagian ini akan
diungkap tentang bagaimana sikap istri
terhadap penghasilan yang diterima setiap
bulannya. Untuk itu perhatikan tabel berikut
:
Berdasarkan data dari tabel di atas
ternyata mereka yang menyatakan
pendapatnya tentang penghasilannya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
yakni sebesar 16,7 %. Sementara itu dari
tabel sebelumnya ( tabel 7 ), dapat diduga
kalau mereka yang berpenghasilan antara
Rp. 1,001,000,- sampai dengan Rp.
1,500,000,- saja sudah sebesar 16,6 %,
sedangkan mereka yang penghasilannya di
atas Rp. 1,500,000,- adalah sebesar 3,33 %,
maka tentunya pada kelompok inilah yang
kiranya akan memberikan pendapatannya
pada kategori cukup. Untuk itu istri yang
akan menyatakan pendapatannya setiap
bulannya cukup untuk kebutuhan sehari-
harinya adalah sebesar 19,93 %.
Ternyata hasil penelitian ini
menunjukkan angka prosentase yang lebih
rendah dari dugaan sebelumnya, barangkali
memang ada kriteria lain yang dipandang
mempengaruhi mereka untuk menentukan
kriteria cukup itu sendiri.
Sementara itu dari data pada tabel
tersebut dapat ditunjukkan bahwa mereka
yang menyatakan pendapatnya tidak begitu
mencukupinya pendapatan yang diterima
setiap bulannya untuk kebutuhan harian
rumahtangganya, adalah sebesar 23,3 %.
Selanjutnya dapat ditunjukkan pula bahwa
jumlah selebihnya ( 60 % ) merasa bahwa
pendapatan yang diperolehnya untuk
kebutuhan harian rumahtangga setiap
bulannya adalah tidak mencukupi. Pada
bagian ini akan ditunjukkan bagaimana
pendapat istri tentang pembelanjaan
pendapatan mereka setiap bulannya guna
pemenuhan kebutuhan makan setiap
bulannya. Hal itu akan ditunjukkkan oleh
tabel berikut :
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
49
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa istri yang menyatakan pendapatnya
tentang bagaimana sikap mereka terhadap
pemenuhan kebutuhan makan setiap
bulannya dari pendapatan yang mereka
perolehnya. Mereka yang menyatakan cukup
untuk mencukupinya pendapatan yang
diperolehnya untuk kebutuhan makan setiap
bulannya yakni sebesar 36,66 %. Sementara
itu dari seluruh istri yang bekerja yang
menyatakan itu dari seluruh istri yang
bekerja yang menyatakan bahwa
pendapatannya kurang begitu mencukupi
buat pemenuhan kebutuhan makan setiap
bulannya adalah sebesar 26,66 %.
Sementara itu dari tabel tersebut
selebihnya yakni sebesar 36,66 %
menyatakan bahwa pendapatannya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
makan setiap bulannya buat keluarganya.
Selanjutnya pada bagian ini akan
ditunjukkan bagaimana pendapat suami
terhadap pemenuhan kebutuhan
rumahtangganya dengan hadirnya istri yang
terlibat dalam mencari nafkah. Untuk itu
penjelasannya dapat dibantu dengan
menggunakan tabel berikut :
Dari pertanyaan yang diberikan
kepada para suami yang istrinya dijadikan
responden dalam penelitian ini, khususnya
tentang bagaimana peran pendapatan
istrinya dalam upaya pemenuhan kebutuhan
ekonomi rumahtangganya, dapat dilihat dari
hasil jawaban dari pertanyaan kuisioner
no.18 sebagaimana ditunjukkan oleh tabel
di atas.
Separo lebih (53,3 %) dari seluruh
responden suami, menyatakan bahwa
kebutuhan sehari-hari keluarga sudah dapat
tercukupi, meskipun istrinya tidak bekerja.
Sedangkan yang 30 % menyatakan bahwa
tanpa pendapatan istrinya, kebutuhan sehari-
harinya kurang dapat tercukupi.
Sementara itu selebihnya yakni sebesar 16,6
% secara tegas menyatakan bahwa jika
istrinya tidak bekerja maka kebutuhan harian
rumahtangganya tidak tercukupi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
data di atas yakni bahwa sebagian besar
responden istri yang bekerja ternyata secara
ekonomis masih tetap tergantung pada
pendapatan suaminya, karena sebagian
responden istri menyatakan pendapatnya
bahwa pendapatannya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
rumahtangganya. Dan hal itu juga disadari
oleh para suami mereka. Sementara itu data
tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian
suami maupun istri, secara tidak langsung
menyatakan bahwa dengan bekerjanya sang
istri ternyata juga tidak fungsional bagi
pemenuhan kebutuhan ekonomi
rumahtangga.
Selanjutnya akan ditunjukkan
bagaimana keadaan tugas-tugas
kerumahtanggaan dari istri yang bekerja,
sebagaimana akan ditunjukkan oleh tabel
berikut :
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
50
Jurnal Sosiologi DILEMA
Daritabeltersebut ditunjukkan bahwa
ternyata istri yang bekerja tidak selamanya
membutuhkan peran pembantu
rumahtangga, meskipun sebagian besar
rumahtangga (63,4 % ) yang dijadikan
responden menyatakan memiliki anak yang
berumur di bawah 10 tahun. Data yang
diperoleh dari jawaban responden terhadap
pertanyaan nomor 8, ternyata sebesar 63,3
% dari seluruh responden (baik istri maupun
suami) menyatakan tidak memiliki
pembantu rumahtangga pada saat penelitian
ini dilakukan. Selebihnya sebesar 36,7 %
responden menyatakan menggaji pembantu
rumahtangga untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya.
Pada bagian berikut akan
ditunjukkan siapa yang biasa melakukan
pekerjaan kerumahtanggaannya, pada
keluarga yang istrinya bekerja. Hal tersebut
akan diperlihatkan dengan menampilkan
tabel berikut :
Data yang telah dikumpulkan juga
menunjukkan bahwa sebagian besar
p e k e r ja a n - p e k e r ja a n - p e k e r ja a n
kerumahtanggaan seperti memandikan,
menyiapkan pakaian anak, memberi makan
anak dan belanja untuk kebutuhan sehari-
hari, memasak dan lain sebagainya, ternyata
masih lebih banyak dilakukan oleh istri
daripada dilakukan oleh pembantu
rumahtangga.
Bahkan dari pertanyaan nomor 15
diketahui bahwa 83,3 % untuk responden
istri dan 76,6 % untuk responden suami
menyatakan bahwa tugas kerumahtanggaan
dalam keluarganya dapat diselesaikan tanpa
bantuan pembantu rumah tangga.
Sementara itu selebihnya 16,7 % dari
responden istri dan 23,3 % dari responden
suami menyatakan bahwa pekerjaan-
pekerjaan kerumahtanggaan dengan tanpa
bantuan pembantu rumahtangga.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
data diatas adalah bahwa sebagianbesar istri
yang bekerja ternyata masih tetap fungsional
bagi pekerjaan kerumahtanggaan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari sub
bab ini, yakni :
Dari data tentang istri yang bekerja beserta
dengan fungsinya sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, maka terlihat adanya
kecenderungan-kecenderungan sebagai
berikut :
- Sebagian besar (63,3 %) istri yang
bekerja, ternyata pendapatannya berada
pada Stratum kurang dan tidak dapat
untuk mencukupi kebutuhan makan
seluruh Keluarga, apalagi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya
secara keseluruhan. Sedangkan sebesar
36,6 % merasa pendapatannya dapat
mencukupi keduanya.
- Dari data penelitian terlihat adanya
kecenderungan bahwa sebagian besar
Istri yang bekerja nampak kurang
fungsional bagi pemenuhan kebutuhan
ekonomi rumahtangga.
- Ketergantungan ekonomi istri yang
bekerja tersebut kepada suaminya juga
kelihatan masih cukup nampak.
- Istri yang bekerja dengan
pendapatan seperti telah diuraikan
sebelumnya,ternyata masih cenderung
tetap fungsional bagi pekerjaan
kerumahtanggaan.
- Sebagian responden istri yang
bekerja tersebut ternyata memiliki
sikap Kemandirian yang cukup kuat.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
kecenderungan diatas adalah bahwa, apakah
istri yang bekerja itu akan fungsional atau
disfungsional bagi pemenuhan kebutuhan
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
51
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
ekonomi keluarga, saling ketergantungan
antara suami dan istri, dan pekerjaan
kerumahtanggaan, akan sangat dipengaruhi
oleh seberapa besar pendapatan istri (
Sebagai interveining variable ). Tetapi istri
yang bekerja berapapun pendapatannya
cenderung akan menjadi lebih mempunyai
sikap kemandirian.
2. Tingkat Harmonisasi Rumah Tangga
Unit terkecil masyarakat adalah
keluarga, sehingga seperti halnya
masyarakat, maka masyarakat juga dapat
dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling tergantung
satu sama lain. Keseluruhan sistem tersebut
memiliki seperangkat kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh masing-masing bagian yang
fungsional, agar sistem tetap berada dalam
keadaan seimbang atau harmoni.
Bilamana tidak terpenuhi, maka
kondisi tersebut akan dapat berkembang ke
suatu keadaan yang bersifat patologis atau
dis-harmoni. Kesatuan fungsional atau
keadaan harmoni suatu sistem dibatasi
sebagai suatu keadaan dimana seluruh
bagian dari sistem sosial dapat saling
fungsional, sehingga dapat tercipka
keselarasan dengan tanpa atau sedikit
konflik yang tidak berkepanjangan dan
semakin membesar. Tetapi kesatuan
fungsional atau keadaan harmoni yang lokal
nampaknya bertentangan dengan fakta,
karena suatu bagian dari sebuah sistem bisa
fungsional bagi suatu sub-sistem tertentu
tetapiternyata dapat dis-fungsionalbagisub-
sistem lainnya.
Kondisi dimana masing-masing sub-
sistem dapat saling fungsionalsatu sama lain
akan mengarah pada keadaan harmoni,
kesesuaian fungsi dapat tercapai kalau
terdapat adanya persamaan nilai dan norma.
Sebaliknya kondisi dimana masing-masing
sub-sistem saling disfungsional, sebenarnya
merupakan perwujudan dari tidak adanya
kesepakatan atau konsensus tentang nilai
dan norma. Dan hal itu akan mengarah
kepada konflik dan dis harmoni. Tetapi
dalam penelitian ini, konflik justru akan
ditempatkan sebagai suatu proses yang
bersangkut paut dengan harmoni, dalam arti
bahwa konflik dianggap sebagai pembuka
bagi terjadinyaproses harmonisasi.
Harmonisasi dalam suatu sistem dapat
dikatakan tercapai apabila :
a. Tercapainya semacam konsensus
mengenai nilai dan norma.
b. Bagian-bagian dari sistem dapat
saling fungsional atau dapat saling
mengisikebutuhanyang satu dengan
yang lainnya.
Dari data yang diperoleh dalam
penelitian ini, khususnya data tentang nilai
dan norma yang dimiliki oleh suami dan istri
yang berkaitan dengan nilai istri yang
bekerja, dapat dilihat dari tabel sebagi
berikut :
Dari tabel tersebut dapat terlihat
bahwa konsensus antara suami dan istri
terhadap nilai istriyang bekerja pada tingkat
respon yang setuju, nampak terdapat
kesepakatan, yaitu masing-masing 53,33 %.
Tetapi yang menyatakan kurang setuju
dengan istri yang bekerja, pada varian istri
sebanyak 3,33 %, artinya 3,33 % dari
responden istri yang bekerja sebenarnya
tidak setuju jika istri itu harus bekerja seperti
dirinya. Sedangkan pada varian suami
sebanyak 23,3 % menyatakan kurang setuju
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
52
Jurnal Sosiologi DILEMA
kepada istri yang bekerja, meskipun pada
tingkat realita istri mereka juga bekera.
Pada respon ini (kurang setuju)
nampak tidak ada konsensus terhadap nilai
istri yang bekerja, sehingga paling ridak dari
seluruh responden pasangan keluarga,
terdapat 20 % keluarga yang mengalami
konflik nilai tentang istri yang bekerja.
Tetapi jumlah prosentase yang sama ( 20 %
), nampak terlihat pada responden yang
menyatakan sangat setuju yaitu 43,33 %
untuk istri, dan 23,33 % untuk suami.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
data tersebut, adalah konflik nilai nampak
sangat polar, dalam arti terdapat 20 % dari
seluruh responden keluarga, yang suami
menyatakan kurang setuju kalau istrinya
bekerja, tetapi sang istri justru menyatakan
sangat setuju jika istri bekerja. Data diatas
nampaknya sangat didukung oleh data yang
diperoleh darijawaban pertanyaan kuisioner
lainnya, sebagaimana yang akan ditampilkan
dalam penjelasan berikut :
Dari hasil jawaban atas pertanyaan
yang khusus ditujukan kepada suami
didapatkan 36,6 % suami menyatakan
bahwa istri sebenarnya lebih pas untuk
mengurusiurusan-urusan kerumahtanggaan.
Dan 26,66 % suami menyatakan bahwa
sebaiknya seorang istri memang tidak usah
mencari nafkah, tetapi mendidik dan
mengurusi anak-anak di rumah. Data
diperoleh dari jawabanpertanyaan nomor 32
dan 33.
Prosentase yang kurang lebih sama
(23,33 %) dari seluruh responden suami
merasa bahwa istrinya kadang-kadang dan
sering bersikap kurang menyenangkan
suami, dan sikap kurang menyenangkan
tersebut menurut suami dikarenakan istrinya
merasa juga bekerja atau dapat
menghasilkan uang.
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam
sub bab ini adalah tingkat harmonisasi
keluarga yang dijadikan sampel penelitian,
sebagian besar (70 %) dapat tetap tejaga,
meskipun istrinya ikut bekerja mencari
nafkah. Sementara itu yang selebihnya (30
%) tingkat keharmonisan rumahtangganya
nampak gelisah.
J. K E S I M P U LA N
Dari semua data yang telah diuraikan
dapat dilihat bebrapa kecenderungan berikut
: Hubungan istriyang bekerja dengan tingkat
harmonisasi keluarga, terjadi melalui
tingkat pendapatan istri. Dalam arti bahwa
jika istri yang bekerja tersebut
pendapatannya dapat untuk mencukupi
seluruh kebutuhan keluarga, maka
disfungsional bagi urusan-urusan
kerumahtanggaan, ketergantungan
ekonomis kepada suaminya menjadi rendah,
sikap kemandiriannya (istri) menjadi tinggi,
sehingga tingkat harmonisasi keluarga dapat
menjadigoyah, meskipun seluruh kebutuhan
ekonomi keluarga relatif dapat tercukupi.
Sementara itu istri yang bekerja yang
pendapatannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan makan keluarga saja,
maka ia akan tetap fungsional bagi
pekerjaan-pekerjaan rumahtangga,
ketergantungan ekonomisnya kepada suami
juga tetap tinggi.
Sementara itu sikap kemandiriannya
berada dalam kategori rendah, saling
ketergatantungan suami-istri tetap tinggi,
dan keluarganya nampak berada dalam
kategori harmonis.
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
53
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arif Budiman, 1985, Pembagian Kerja Secara Seksual, Jakarta, PT Gramedia
Berry, David, 1982, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, Disunting dan diantar oleh :
Drs. Paulus Wirusutomo MSc, Jakarta, CV Rajawali
Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1 dan 2, diindonesiakan
oleh Robert MZ Lawang, Jakarta, PT Gramedia.
Koentjaraningrat, 1985, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia
Poloma, Margaret M, 1984, Sosiologi Konteporer, Penerjemah Yacogama, Jakarta, CV
Rajawali
Ritzer, George, 1985, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, penyadur
Alimandan, Jakarta, CV Rajawali.
Muflich Nurhadi
Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga

More Related Content

Similar to pdf 3

Makalah Peran Wanita
Makalah Peran Wanita Makalah Peran Wanita
Makalah Peran Wanita
Wiwit Alfyan
 
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtfPapper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
wuri sulistyaningsih
 
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahanPerubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Canang Bagus
 
Kajian sosial (Keluarga)
Kajian sosial (Keluarga)Kajian sosial (Keluarga)
Kajian sosial (Keluarga)
PAKLONG CIKGU
 
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilanGambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
Septian Muna Barakati
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadianMakalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Septian Muna Barakati
 
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHYFAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
ridzuangrik
 

Similar to pdf 3 (20)

Suku batak
Suku batakSuku batak
Suku batak
 
Makalah Peran Wanita
Makalah Peran Wanita Makalah Peran Wanita
Makalah Peran Wanita
 
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
 
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtfPapper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
Papper sosiologi teori struktural fungsional.rtf
 
Makalah Prosocial Behavior
Makalah Prosocial BehaviorMakalah Prosocial Behavior
Makalah Prosocial Behavior
 
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxKEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
 
Modul 7
Modul 7Modul 7
Modul 7
 
Alokasi Waktu dan Uang
Alokasi Waktu dan UangAlokasi Waktu dan Uang
Alokasi Waktu dan Uang
 
Pai
PaiPai
Pai
 
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahanPerubahan sosial dan dinamika pemerintahan
Perubahan sosial dan dinamika pemerintahan
 
Kuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanianKuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanian
 
Pluralisme dan gender
Pluralisme dan genderPluralisme dan gender
Pluralisme dan gender
 
Kajian sosial (Keluarga)
Kajian sosial (Keluarga)Kajian sosial (Keluarga)
Kajian sosial (Keluarga)
 
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilanGambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
Gambaran sikap ibu hamil trimester 3 tentang hubungan seksual selama kehamilan
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadianMakalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
 
Insani vol 3_no_1_jun_2016_e_endang_p_stisip_widuri-cb206-2142_529
Insani vol 3_no_1_jun_2016_e_endang_p_stisip_widuri-cb206-2142_529Insani vol 3_no_1_jun_2016_e_endang_p_stisip_widuri-cb206-2142_529
Insani vol 3_no_1_jun_2016_e_endang_p_stisip_widuri-cb206-2142_529
 
World Tugas Ilmu sosial Dasar 3
World Tugas Ilmu sosial Dasar 3World Tugas Ilmu sosial Dasar 3
World Tugas Ilmu sosial Dasar 3
 
Tugas ilmu sosial dasar pembahasan 3
Tugas ilmu sosial dasar pembahasan 3Tugas ilmu sosial dasar pembahasan 3
Tugas ilmu sosial dasar pembahasan 3
 
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHYFAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
FAMILY CONSEPT IN FAMILY THERAPHY
 
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi IslamIsu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
 

More from kimerfan (8)

pptx 2
pptx 2pptx 2
pptx 2
 
pdf 5
pdf 5pdf 5
pdf 5
 
pdf 4
pdf 4pdf 4
pdf 4
 
ppt Komik sejarah
ppt Komik sejarahppt Komik sejarah
ppt Komik sejarah
 
pdf 2
pdf 2pdf 2
pdf 2
 
Pdf1
Pdf1Pdf1
Pdf1
 
00. kontrak perkuliahan
00. kontrak perkuliahan00. kontrak perkuliahan
00. kontrak perkuliahan
 
02. proses pada so
02. proses pada so02. proses pada so
02. proses pada so
 

Recently uploaded

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 

Recently uploaded (20)

Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 

pdf 3

  • 1. 42 Jurnal Sosiologi DILEMA Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga PERUBAHAN PERAN IBU RUMAH TANGGA PENGARUHNYA TERHADAP HARMONISASI RUMAH TANGGA Muflich Nurhadi Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126 ABSTRACT Approach which is used in this research is approach of sosiologis, with pursuant to x’self at emphasis of sociology concepts of Robert K merton. Analysis unit which is used in this research is family, while data collected to through survey. Meanwhile analysis technique weared that is by presenting the tables of frequency.This population research goals is husband/ wife spouse ( family ) which is its wife work. From amount of family which [is] its wife work existingly, taken by a number of 30 husband/wife spouse ( 60 responder ), by paying attention directive intake of raised by sampel is Kontjaraningrat ( 1985 : 106).Resultof obtained research namely : At laboring wife, where its earnings can answer the demand of entire/all requirement of family, hence of disfunfsional to family businesss, depended economic to its husband become to lower, its independence attitude become highly, so that mount family harmonisasi become to tend to groggyly. The situation at variance with found situation at family where wife work during one month, its earnings only enough fulfill requirement eat just family. Obtained by result of that at this couple, though functional laboring wife still to work of kerumah-tanggaan, in the reality ditemukan that depended economics to its high husband still also. Thereby though wife independence attitude at this group stay in low category, but in the reality at this familys more look to stay in harmonious category A. Pendahuluan Pada menjelang wafatnya, Aguste Comte membisikkan sebuah kalimat pendek : “Ibu dari anakmu.” Bapak Sosiologi yang juga dikenal sebagai Bapak Positivisme ini, pada saat-saat menjelang dijemput sakaratul-maut telah memberikan status sakral kepada kaum wanita, dengan meninggikan status sosial wanita dan meluhurkan peranan wanita sebagai ibu rumahtangga. Sejalan dengan pernyataan Comte di atas, di Indonesia, RA Kartini pernah menyatakan, bahwa kaum ibu mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat. Karena menurut “dia” di bahu kaum ibulah terletak tanggungjawab asuhan generasi muda. Dengan sebuah kaliman pendek RA Kartini menulis:”kaum ibu adalah pengemban peradaban masyarakat.” Untuk dapat mengemban peradaban masyarakat (menurut RA Kartini) serta berperan sebagaiibu rumahtangga (menurut Comte), secara efektif baru dapat dilakukan wanita setelah wanita itu menjalani pernikahan. Sementara itu bagi masyarakat Jawa, pada umunya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, pernikahan pada dasarnya merupakan manifestasi dari ikrar bathiniyah yang ditetapkan olehseorang pria dan wanita (yang bukan muhrimnya) untuk menyatu di dalam kehidupan rumahtangga. Ikrar tersebut secara simbolik digambarkan dengan sebuah telur yang pecah, yang kemudian tidak mungkin untuk dibuat untuk utuh kembali. Demikian juga dengan janji saling mencinta untuk bersatu tersebut, diikrarkan untuk tidak diingkari. Pada tingkat filsafati, upacara : “ pecah telur “
  • 2. 43 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga pada perkawinan adat Jawa merupakan lambang dari leburnya “kedirian” pria dan wanita yang saling mencinta untuk “bersatu” kedalam mahligai rumahtangga. August Comte, RA Kartini dan masyarakat Jawa pada umumnya, meskipun mungkin dengan alasan yang berbeda, nampaknya berada dalam “satu perahu” dengan para pengikut teori “Nature.” Kaum Naturalis sangat percaya bahwa pembagian kerja secara seksual, yaitu suami mencari nafkah dan istri sebagai ibu rumahtangga, adalah sesuatu yang wajar, karena bersumber pada perbedaan struktur genetis antara pria dan wanita. Ide semacam ini secara tersirat juga diyakini oleh para penganut agama samawi di dunia, karena adanya “mitos” penciptaan “hawa” yang terbuat dari tulang rusuk “Adam.” Secara biologis, wanita memang berbeda dengan pria, wanita mempunyai pinggul dan buah dada yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan pria. Alat kelamin wanita juga berbeda dengan alat kelamin pria. “Punya” wanita biasa disebut dengan “dompet,” sedangkan “punyanya” pria biasa disebut dengan “manuk.” Yang “dompet” kedalam, sedangkan “manuknya” keluar. Itulan sebabnya banyak orang percaya, sudah sewajarnya atau bahkan seharusnya jika wanita bekerja atau berperan “kedalam” rumah sedangkan pria mempunyai peranan “keluar “ rumah. Kepercayaan ini semakin kuat karena fakta menunjukkan bahwa wanitalah yang mengandung, melahirkan dan “menyusui” bayi, sehingga wanita dianggap cocok berperan sebagai ibi yang bekerja di dalam rumah. Penganut teori Fungsionalis juga meyakini bahwa pembagian kerja secara seksual tersebut adalah merupakan kebutuhan masyarakat dan untuk kepentingan keluarga secara keseluruhan, bukan untuk kepentingan pria/suami. Karena pembagian kerja ini sudah berjalan ribuan tahun, maka “ia” telah menjadi sebuah lembaga kemasyarakatan yang cukup tua umurnya, yang sampai sekarang masih dapat bertahan, meskipun sudah nampak mulai goyah. Karena mekanisme pembagian kerja secara seksual yang telah mapan tersebut, secara pelan-pelan tapi pasti, mulai digugat oleh sebagian warga masyarakat pada umunya dan kaum wanita pada khususnya. Menurut mereka, mekanisme pembagian kerja yang demikian itu, dapat menempatkan wanita ibu rumah tangga menjadi rendah diri. ‘Karena pekerjaan kerumahtanggaan” tidak memiliki nilai tukar ekonomis. Sebab tugas kerumahtanggaaan memang bukan merupakan bagian dari sistem pasar, otomatis pekerjaan itu tidak dapat mendatangkan materi. Meskipun kalau di Indonesia ada nilai tukar ekonomisnya yaitu tunjangan untuk istri, tetapi jumlahnya berada di bawah gaji seorang pembantu rumah tangga yang belum berpengalaman sekalipun, meskipun di tahun 1992 ini telah dinaikkan 10 %. Itulah sebabnya penganut teoriNurture (yang berseberangan dengan pada pengikut teoriNature) berpendapat bahwa pembagian kerja secara seksual yang menempatkan wanita di pekerjaan kerumahtanggaan, seperti mengurusianak, menyiapkan makan dan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan lainnya, dapat menjadikan para wanita ibu rumah tangga tidak dapat berkembang sebagai manusia. Mereka akan dapat menjadi kerdil untuk seumur hidupnya, karena dunianya serba terbatas. Sementara itu para pria yang berkecimpung dengan kehidupan di luar rumah, akan relatif mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Para penganut teoriNurture ini sangat yakin bahwa spesialisasi pembagian kerja tersebut tercipta melalui proses belajar dari lingkungannya ( sosialisasi budaya), bukan karena ditentukan faktor perbedaan biologis antara pria dan wanita.
  • 3. 44 Jurnal Sosiologi DILEMA Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga Konflik dua paradigma tersebut nampaknya sudah menjalar ke Indonesia, akibatnya pembagian kerja secara seksual tradisional yang telah menjadi lembaga kemasyarakatan yang mapan, sekarang dalam keadaan “gelisah.” Suami sebagai kepala rumahtangga yang dahulu berperan sebagai pencari nafkah tunggal keluarga, sedang istri berperan sebagai ibu rumah tangga, gejalanya sudah nampak mulai berubah. Para wanita ibu rumahtangga dan calon ibu rumahtangga secara beramai- ramai mulai “melirik” pasar kerja untuk dapat merebut posisi agar ia dapat bekerja. Gerak masyarakat nampaknya berpihak kepada wanita, dengan memberi peluang kepada wanita untuk menempati posisi- posisi kerja sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Dan realita menunjukkan bahwa ada posisi kerja tertentu yang lebih pas jika diisi oleh wanita daripada jika diisi oleh pria. Perubahan peran wanita ibu rumahtangga ini tentulah memiliki berbagai akibat, diantaranya adalah terhadap harmonisasi rumah tangga. Topik penelitian ini dipilih dalam rangka ingin mendiskripsikan masalah tersebut. B. Rumusan Masalah Sebagai unit terkecil masyarakat, keluarga akan dilihat sebagai sebuah sistem yang memiliki bagian-bagian, yang masing- masing memiliki fungsi dan sekaligus saling fungsional secara timbal balik. Dengan melihat keluarga dari sudut pandang itu maka konsekuensi masalah penelitiannya yang telah dipilih akan diurai dengan menggunakan pendekatan sosiologi, khususnya dengan menggunakan teori Sistem dan teori Fungsionalnya Robert K Merton, serta teori-teorilain yang separigma dengan kedua teori di atas, yang dianggap akan dapat membantu untuk mendiskripsikan masalah penelitian berikut, yakni : “sejauh mana fungsi ibu rumahtangga yang berkarier terhadap harmonisasi rumah tangga?’ C. Tujuan Penelitian Ingin mengetahui ibu rumahtangga yang bekerja dalam kaitannya terhadap harmonisasi rumah tangga. D. Manfaat Penelitian Untuk melihat kehistorisan teori Struktural Fungsional, serta menguji teori yang bersangkutan. Disamping itu juga bermanfaat sebagai bahan untuk merumuskan hipotesa penelitian yang lebih meyakinkan/ lebih tajam. E. Tinjauan Pustaka Menurut wawasan sistem sosial, bahwa kehidupan sosial itu diatur sedemikian rupa sehingga setiap aspek dari kehidupan sosial, meskipun secara rumit dan secara tidak langsung, berhubungan satu sama lain. Wawasan ini adalah deterministis dalam arti perubahan pada unsur apapun dalam suatu sistem ditentukan oleh unsur- unsur lainnya, dan demikian pula setiap unsur adalah merupakan unsur determinan lainnya. Sehingga perubahan dan perkembangan di dalam suatu aspek kegiatan sosial tertentu akan dapat menghasilkan perubahan atau perkembangan, atau memiliki atau menimbulkan reaksi pada aspek kehidupan lainnya. Ada dua bentuk utama bagaimana unsur-unsur yang beraneka ragam dalam sistem sosial saling mempengaruhi satu sama lain. Yang pertama, dimana suatu perubahan yang disengaja dalamsuatu aspek kehidupan tertentu menghasilkan reaksi- reaksipada aspek-aspek lainnya, sedemikian rupa sehingga sistem tersebut kembali kepada keadaan semula. Sementara itu bentuk interaksi yang kedua adalah dimana suatu aspek kehidupan tertentu menghasilkan akibat pada aspek-aspek yang lain sedemikian rupa, sehingga memperbesar perubahan yang terjadi dalam sistem ( Berry : 1981 : 14-16 ).
  • 4. 45 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga Pola-pola perubahan dalam elemen- elemen sistem sebagaiakibat dari perubahan pada suatu elemen sistem tertentu, akan dijelaskan dengan pendekatan teori Fungsional sebagai berikut : Pertama kali perlu dijelaskan bahwa Robert K Merton sangat yakin bahwa integrasi sosial atau keseimbangan sistem yang benar total atau tuntas, tidak mungkindapat diharapkan akan terjadi. Karena setiap elemen kultural dalam sebuah sistem akan dapat fungsional pada elemen tertentu, tetapi disfungsional terhadap elemen lainnya. Fungsi atau konsekuensi objektif dapat berupa konsekuensiatau Fungsimanifest dan fungsi latent. Selanjutnya Merton memperingatkan bahwa analisa yang baik dari kaum fungsionalis, seharusnya tidak hanya mengamati fungsi dan disfungsi, tetapi juga harus memperhatikan fungsi latent dan fungsi manifest dan alternatif fungsi di dalam setiap analisanya (Poloma, 1984 : 38- 40 ). Yang dimaksud dengan fungsi adalah konsekuensi dari setiap kegiatan sosial yang tertuju pada adaptasi suatu struktur tertentu daribagiankomponenya, sedangkan dengan disfungsi dimaksudkan sebagai konsekuensi yang tertuju pada disintegrasi (Coser dan Rosenberg) dalam Poloma, ibid : 29). Sementara itu fungsi dapat berupa fungsi manifest, yaitu konsekuensi objektif dari suatu praktek kultural yang membantu penyesuaian dari sistem dan disadari oleh para partisipan dalam sistem tersebut. Disamping itu, fungsi juga dapat berupa fungsi latent., yaitu suatu praktek kebudayaan yang tidak disadari atau tidak dimaksudkan terjadinya. F. Metode Penelitian Memilih salah satu teori sosiologi secagai landasan untuk kerangka teori suatu penelitian, didalamnya terkandung suatu keputusan utnuk menggunakan metode penelitian tertentu yang ditujui oleh teori tersebut ( George Hitzer, 1980, 67 ) Menyesuaikan dengan pendapat diatas, penelitian yang lebih bersifat diskriptif, ini lebih menitikberatkan pada pendekatan kuantitatitf , dengan menggunakan kuisener dan interview sebagai alat pengambilan data kuisener yang sifatnya tertutup, akan diwawancarakan untuk mengambil data primer, sedangkan gejala yang akan ditelusuri dengan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisener bervariasi dari gejala nominal, ordinal dan interval. Dalam hal yang kedua, utnuk menjaring informasi sebanyak-banyaknya, interview dilakukan dengan tanpa pedoman interview yang ketat. Sebagai alat bantu, juga akan digunakan observasi, baik untuk membantu penggalian data sekunder, dan apabila dimungkinkan juga akan digunakan sebagai alat kontrol data primer yang diambil dengan kuisener. Observasi disini, dimaksudkan sebagai observasi non partisipasi. G. Populasi Dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang suami-istri secara bersama- sama bertugas mencarinafkah. Karakteristik keluarga yang dimikian itu nampak tidak tercatat dalam monografidesa. Untuk dapat mengindentifikasikan populasi yang demikian itu, maka dibutuhkan metode observasi. Dan dari hasil observasi dapat diketahui bahwa keluarga yang suami dan istri secara bersama-sama mencari nafkah, ternyata memeliki banyak varian. Karena beberapa varian masih belum’mantab’ maka akan diambil empat varian yang nampak dominan dilokasi penelitian yaitu : a. Suami dan istri masing-amsing sebagai Pegawai Negeri. b. Suami sebagai Pegawai Negeri, dan istrinya sebagai Pedagang. c. Suami dan istri masing-masing sebagai Pedagang yang berdiri sendiri. d. Suami dan istri secara bersama-sama menekuni suatu usaha perdagangan.
  • 5. 46 Jurnal Sosiologi DILEMA Karena keterbatasan waktu dan dana, maka jumlah populasi yang sempat diindentifikasi sebanyak 153 KK, dengan perbandingan sbb : Untuk varian yang keluarga yang suami dan istri masing- masing sebagai Pegawai sebanyak : 39 KK, untuk varian keluarga yang suami sebagai Pegawai dan istrinya sebagai Pedagang sebanyak : 42 KK, sedangkan suami dan istri secara sendiri –sendiri memiliki usaha dagang yang terpisah sebanyak : 41 KK, dan varian keluarga yang suami dan istri secara bersama-sama menekuni suatu usaha perdagangan sebanyak : 31 KK. Untuk itu maka perbandingan masing-masing varian kurang lebih : 4 : 4 : 4 : 3. Kalau 10 % dari populasi sudah dianggap cukup sebagai sampel, maka dalam penelitian ini akan diambil 20 % dari populasi yaitu 60 responden, atau 30 pasang suami istri. Untuk varian yang suami istri pegawai negeri sebanyak 8 keluarga, suami pegawai negeri dan istri pedagang 8 keluarga, suami dan istri masing-masing pedagang tapi terpisah 8 keluarga, dan yang untuk suami dan istri secara bersam-sama menekuni suatu usaha perdagangan sebanyak 3 keluarga yang masing-masing telah terpilih secara random. Untuk itu maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratifikasi proporsional random sampling. H. Analisa Data Karena penelitian diskriptif ini masih sebatas tahap ingin melihat kecenderungan fungsi wanita yang berkerja dalam kaitannya dengan integrasi keluarga, disamping itu juga terdapatnya keterbatasan waktu, maka data yang terkumpul akan dianalisa denga ntehnik prosentase I. Hasil Penelitian 1.Potret Istri Yang Bekerja Beserta Fungsinya Ada dua fungsi yang harus dikembangkan secara khusus dalam suatu keluarga, yaitu mendidik anak dan memproduksi makanan. Karena keluarga terdiri dari seorang pria dans eorang wanita, maka akan sangat menguntungkan kalaus alah satu fungsi diberikan kepada salah satu jenis seks, dan fungsi lainnya diberikan kepada jenis seks lainnya. Secara tradisional jenis seks wanita mendapatkan fungsi di rumahtangga, sedangkan jenis seks pria bertugas mencari nafkah ke luar rumah. Dengan adanya pembagian kerja seksual tersebut, pria dan wanita sudah dapat dididik ke arah fungsi (pendidikan seks). Yang akan mereka mainkan nantinya apabila mereka membentuk rumahtangga. Tetapi setelah arus materialisme berkembang, mekanisme pembagian kerja secara seksual mulai dipersoalkan, sebab nilai perilaku seseorang dalam suatu proses interaksi sosial, akan dikur dari berapa besar “ganjaran“ yang diterima sebagai imbalan dari perilakunya, dalam bentuk materi atau uang. Sementara itu karena pekerjaan rumahtangga tidak merupakan bagian dari sistem pasar, maka „ia” tidak mempunyai nilai tukar atau bahkan tidak akan mungkin bisa diukur menurut harga pasar.Akibatnya pekerjaan wanita di dalam rumahtangga cenderung akan menjadi pekerjaan yang kurang berharga bila dibandingkan dengan pekerjaan pria yang dapat menghasilkan uang. Di dalam jaman tareialisme ini harga sosial seseorang akan cenderung untuk dihubungkan dengan kesanggupannya mencari dan menumpuk uang. Oleh karena pekerjaan dan tugas kerumahtanggaan tidak mempunyai nilai tukar ekonomis, maka tugas itu cenderung dianggap rendah.Anggapan itu nampaknya mampu “menyihir” para wanita yang melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga menjadi merasa kurang berharga. Di samping berkembangnya arus materialisme, arus individualisme nampaknya juga berhasil menunjukkan Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 6. 47 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 bagaimana “menjungkir balikkan” cara berfikir warga masyarakat di indonesia pada umumnya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, terutama jika diukur dari budaya bangsa Indonesia. Pendapat individualisme nampak terwakili oleh John struat Mill sebagai berikut : Semua wanita sejak mula-mula, dibesarkan dengan kepercayaan bahwa sifat-sifat yang luhur dari mereka adalah sifat-sifat yang bertentangan dengan laki- laki. Wanita tidak memiliki keinginannya sendiri, atau bahkan untuk memiliki hidup mereka sendiri (Arief Budiman, 1982 : 5). Mill sebenarnya ingin mengatakan bahwa istri yang bekerja sebagai ibu rumahtangga seakan-akan dipenjarakan di suatu dunia yang tidak menyenangkan dan tidak merangsang perkembangan kedirian dan kepribadiannya.Sehingga mereka bisa menjadi kerdil seumur hidupnya, karena dunianya serba terbatas, dan pada gilirannya sikap kemandiriannya sebagai individu yang bebas dan mandiri akan terbatas atau bahkan tertindas. Pengaruh dua idiologi di atas itulah yang diduga ikut mendorong terjadinya “pemberontakan” sebagian wanita terhadap pembagian kerja secara seksual yang tradisional. Dan pemberontakan ini nampaknya mendapat dukungan masyarakat, sehingga secara perlahan- lahan tetapi pasti pembagian kerja seksual yang secara tradisional tersebut nampak mulai retak. Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya wanita yang bekerja mencari nafkah, baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berbagai jenis pekerjaan yang secara tradisional biasa diperankan oleh pria, secara perlahan-lahan sudah mulai diisi oleh para wanita. Uraian pada bab ini berusaha mendiskripsikan fungsi istri yang bekerja mencari nafkah bagi keluarganya di daerah lokasi penelitian yang telah dipilih. Selanjutnya untuk melakukan hal tersebut akandibantu dengan menunjukkan tabel-tabel pendukung. Pada bagian awal ini akan ditunjukkkan keadaan dari peran yang dilakukan istri menurut jenis pekerjaan pokok yang dipilihnya. Dari data yang terkumpul tersebut dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar (56,6 %) istri yang terpilih sebagai responden kerja sebagai pegawai. Kalau dirinci lagiternyata 36,6 % dari seluruh responden istriyang bekerja sebagai pegawai negeri sedangkan selebihnya yakni 20 % bekerja sebagai pegawai swasta. Yang menjadipengusaha, termasuk di dalamnya sebagaipedagang sebanyak 13,33 %. Sementara itu jumlah selebihnya yakni sebesar 30 % bekerja sebagai buruh serta lain-lain. Selanjutnya akan dilihat tentang kaitan antara pendapatan pokok dengan kecenderungan pemenuhan kebutuhan pokok rumahtangga hariannya, sebagaimana akan ditampilkan oleh tabel berikut : Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 7. 48 Jurnal Sosiologi DILEMA Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pendapatan istridaripekerjaan pokok mereka, ternyata lebih banyak menyebar diantara Rp. 500,000,- sampai dengan Rp. 1,000,000,-. Kecenderungan tersebut dinyatakan dalam tabel sebesar 53,3 %. Sementara itu mereka yang berpenghasilan kurangd ari Rp. 500,000,- ditunjukkan oleh tabel di atas yakni sebesar 26,6 %. Mereka yang berpenghasilan di antara Rp. 1,000,000,- sampai dengan Rp. 1,500,000,- ditunjukkan oleh tabel sebesar 16,6 %. Sementara itu ditunjukkan pula oleh tabel tersebut, bahwa selebihnya sebesar 3,3 % berpendapatan di atas Rp. 1,500,000,- Selain data tersebut, dari hasil wawancara dengan beberapa ibu rumahtangga di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan minimal kebutuhan rumahtangga sehari-hari, khususnya pada sektor makan, kurang lebih sebanyak Rp. 500,000,- per bulan. Sementara itu pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada sektor lainnya membutuhkan biaya berkisar Rp. 500,000,- Dengan demikian pada setiap bulannya kebutuhan harian dariibu rumahtangga yang diteliti yakni sebesar Rp. 1,000,000,- Selanjutnya pada bagian ini akan diungkap tentang bagaimana sikap istri terhadap penghasilan yang diterima setiap bulannya. Untuk itu perhatikan tabel berikut : Berdasarkan data dari tabel di atas ternyata mereka yang menyatakan pendapatnya tentang penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, yakni sebesar 16,7 %. Sementara itu dari tabel sebelumnya ( tabel 7 ), dapat diduga kalau mereka yang berpenghasilan antara Rp. 1,001,000,- sampai dengan Rp. 1,500,000,- saja sudah sebesar 16,6 %, sedangkan mereka yang penghasilannya di atas Rp. 1,500,000,- adalah sebesar 3,33 %, maka tentunya pada kelompok inilah yang kiranya akan memberikan pendapatannya pada kategori cukup. Untuk itu istri yang akan menyatakan pendapatannya setiap bulannya cukup untuk kebutuhan sehari- harinya adalah sebesar 19,93 %. Ternyata hasil penelitian ini menunjukkan angka prosentase yang lebih rendah dari dugaan sebelumnya, barangkali memang ada kriteria lain yang dipandang mempengaruhi mereka untuk menentukan kriteria cukup itu sendiri. Sementara itu dari data pada tabel tersebut dapat ditunjukkan bahwa mereka yang menyatakan pendapatnya tidak begitu mencukupinya pendapatan yang diterima setiap bulannya untuk kebutuhan harian rumahtangganya, adalah sebesar 23,3 %. Selanjutnya dapat ditunjukkan pula bahwa jumlah selebihnya ( 60 % ) merasa bahwa pendapatan yang diperolehnya untuk kebutuhan harian rumahtangga setiap bulannya adalah tidak mencukupi. Pada bagian ini akan ditunjukkan bagaimana pendapat istri tentang pembelanjaan pendapatan mereka setiap bulannya guna pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya. Hal itu akan ditunjukkkan oleh tabel berikut : Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 8. 49 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang menyatakan pendapatnya tentang bagaimana sikap mereka terhadap pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya dari pendapatan yang mereka perolehnya. Mereka yang menyatakan cukup untuk mencukupinya pendapatan yang diperolehnya untuk kebutuhan makan setiap bulannya yakni sebesar 36,66 %. Sementara itu dari seluruh istri yang bekerja yang menyatakan itu dari seluruh istri yang bekerja yang menyatakan bahwa pendapatannya kurang begitu mencukupi buat pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya adalah sebesar 26,66 %. Sementara itu dari tabel tersebut selebihnya yakni sebesar 36,66 % menyatakan bahwa pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan makan setiap bulannya buat keluarganya. Selanjutnya pada bagian ini akan ditunjukkan bagaimana pendapat suami terhadap pemenuhan kebutuhan rumahtangganya dengan hadirnya istri yang terlibat dalam mencari nafkah. Untuk itu penjelasannya dapat dibantu dengan menggunakan tabel berikut : Dari pertanyaan yang diberikan kepada para suami yang istrinya dijadikan responden dalam penelitian ini, khususnya tentang bagaimana peran pendapatan istrinya dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangganya, dapat dilihat dari hasil jawaban dari pertanyaan kuisioner no.18 sebagaimana ditunjukkan oleh tabel di atas. Separo lebih (53,3 %) dari seluruh responden suami, menyatakan bahwa kebutuhan sehari-hari keluarga sudah dapat tercukupi, meskipun istrinya tidak bekerja. Sedangkan yang 30 % menyatakan bahwa tanpa pendapatan istrinya, kebutuhan sehari- harinya kurang dapat tercukupi. Sementara itu selebihnya yakni sebesar 16,6 % secara tegas menyatakan bahwa jika istrinya tidak bekerja maka kebutuhan harian rumahtangganya tidak tercukupi. Kesimpulan yang dapat diambil dari data di atas yakni bahwa sebagian besar responden istri yang bekerja ternyata secara ekonomis masih tetap tergantung pada pendapatan suaminya, karena sebagian responden istri menyatakan pendapatnya bahwa pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumahtangganya. Dan hal itu juga disadari oleh para suami mereka. Sementara itu data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian suami maupun istri, secara tidak langsung menyatakan bahwa dengan bekerjanya sang istri ternyata juga tidak fungsional bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangga. Selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana keadaan tugas-tugas kerumahtanggaan dari istri yang bekerja, sebagaimana akan ditunjukkan oleh tabel berikut : Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 9. 50 Jurnal Sosiologi DILEMA Daritabeltersebut ditunjukkan bahwa ternyata istri yang bekerja tidak selamanya membutuhkan peran pembantu rumahtangga, meskipun sebagian besar rumahtangga (63,4 % ) yang dijadikan responden menyatakan memiliki anak yang berumur di bawah 10 tahun. Data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 8, ternyata sebesar 63,3 % dari seluruh responden (baik istri maupun suami) menyatakan tidak memiliki pembantu rumahtangga pada saat penelitian ini dilakukan. Selebihnya sebesar 36,7 % responden menyatakan menggaji pembantu rumahtangga untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Pada bagian berikut akan ditunjukkan siapa yang biasa melakukan pekerjaan kerumahtanggaannya, pada keluarga yang istrinya bekerja. Hal tersebut akan diperlihatkan dengan menampilkan tabel berikut : Data yang telah dikumpulkan juga menunjukkan bahwa sebagian besar p e k e r ja a n - p e k e r ja a n - p e k e r ja a n kerumahtanggaan seperti memandikan, menyiapkan pakaian anak, memberi makan anak dan belanja untuk kebutuhan sehari- hari, memasak dan lain sebagainya, ternyata masih lebih banyak dilakukan oleh istri daripada dilakukan oleh pembantu rumahtangga. Bahkan dari pertanyaan nomor 15 diketahui bahwa 83,3 % untuk responden istri dan 76,6 % untuk responden suami menyatakan bahwa tugas kerumahtanggaan dalam keluarganya dapat diselesaikan tanpa bantuan pembantu rumah tangga. Sementara itu selebihnya 16,7 % dari responden istri dan 23,3 % dari responden suami menyatakan bahwa pekerjaan- pekerjaan kerumahtanggaan dengan tanpa bantuan pembantu rumahtangga. Kesimpulan yang dapat diambil dari data diatas adalah bahwa sebagianbesar istri yang bekerja ternyata masih tetap fungsional bagi pekerjaan kerumahtanggaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari sub bab ini, yakni : Dari data tentang istri yang bekerja beserta dengan fungsinya sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka terlihat adanya kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut : - Sebagian besar (63,3 %) istri yang bekerja, ternyata pendapatannya berada pada Stratum kurang dan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan makan seluruh Keluarga, apalagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara keseluruhan. Sedangkan sebesar 36,6 % merasa pendapatannya dapat mencukupi keduanya. - Dari data penelitian terlihat adanya kecenderungan bahwa sebagian besar Istri yang bekerja nampak kurang fungsional bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangga. - Ketergantungan ekonomi istri yang bekerja tersebut kepada suaminya juga kelihatan masih cukup nampak. - Istri yang bekerja dengan pendapatan seperti telah diuraikan sebelumnya,ternyata masih cenderung tetap fungsional bagi pekerjaan kerumahtanggaan. - Sebagian responden istri yang bekerja tersebut ternyata memiliki sikap Kemandirian yang cukup kuat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kecenderungan diatas adalah bahwa, apakah istri yang bekerja itu akan fungsional atau disfungsional bagi pemenuhan kebutuhan Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 10. 51 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 ekonomi keluarga, saling ketergantungan antara suami dan istri, dan pekerjaan kerumahtanggaan, akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pendapatan istri ( Sebagai interveining variable ). Tetapi istri yang bekerja berapapun pendapatannya cenderung akan menjadi lebih mempunyai sikap kemandirian. 2. Tingkat Harmonisasi Rumah Tangga Unit terkecil masyarakat adalah keluarga, sehingga seperti halnya masyarakat, maka masyarakat juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain. Keseluruhan sistem tersebut memiliki seperangkat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masing-masing bagian yang fungsional, agar sistem tetap berada dalam keadaan seimbang atau harmoni. Bilamana tidak terpenuhi, maka kondisi tersebut akan dapat berkembang ke suatu keadaan yang bersifat patologis atau dis-harmoni. Kesatuan fungsional atau keadaan harmoni suatu sistem dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial dapat saling fungsional, sehingga dapat tercipka keselarasan dengan tanpa atau sedikit konflik yang tidak berkepanjangan dan semakin membesar. Tetapi kesatuan fungsional atau keadaan harmoni yang lokal nampaknya bertentangan dengan fakta, karena suatu bagian dari sebuah sistem bisa fungsional bagi suatu sub-sistem tertentu tetapiternyata dapat dis-fungsionalbagisub- sistem lainnya. Kondisi dimana masing-masing sub- sistem dapat saling fungsionalsatu sama lain akan mengarah pada keadaan harmoni, kesesuaian fungsi dapat tercapai kalau terdapat adanya persamaan nilai dan norma. Sebaliknya kondisi dimana masing-masing sub-sistem saling disfungsional, sebenarnya merupakan perwujudan dari tidak adanya kesepakatan atau konsensus tentang nilai dan norma. Dan hal itu akan mengarah kepada konflik dan dis harmoni. Tetapi dalam penelitian ini, konflik justru akan ditempatkan sebagai suatu proses yang bersangkut paut dengan harmoni, dalam arti bahwa konflik dianggap sebagai pembuka bagi terjadinyaproses harmonisasi. Harmonisasi dalam suatu sistem dapat dikatakan tercapai apabila : a. Tercapainya semacam konsensus mengenai nilai dan norma. b. Bagian-bagian dari sistem dapat saling fungsional atau dapat saling mengisikebutuhanyang satu dengan yang lainnya. Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, khususnya data tentang nilai dan norma yang dimiliki oleh suami dan istri yang berkaitan dengan nilai istri yang bekerja, dapat dilihat dari tabel sebagi berikut : Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa konsensus antara suami dan istri terhadap nilai istriyang bekerja pada tingkat respon yang setuju, nampak terdapat kesepakatan, yaitu masing-masing 53,33 %. Tetapi yang menyatakan kurang setuju dengan istri yang bekerja, pada varian istri sebanyak 3,33 %, artinya 3,33 % dari responden istri yang bekerja sebenarnya tidak setuju jika istri itu harus bekerja seperti dirinya. Sedangkan pada varian suami sebanyak 23,3 % menyatakan kurang setuju Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 11. 52 Jurnal Sosiologi DILEMA kepada istri yang bekerja, meskipun pada tingkat realita istri mereka juga bekera. Pada respon ini (kurang setuju) nampak tidak ada konsensus terhadap nilai istri yang bekerja, sehingga paling ridak dari seluruh responden pasangan keluarga, terdapat 20 % keluarga yang mengalami konflik nilai tentang istri yang bekerja. Tetapi jumlah prosentase yang sama ( 20 % ), nampak terlihat pada responden yang menyatakan sangat setuju yaitu 43,33 % untuk istri, dan 23,33 % untuk suami. Kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut, adalah konflik nilai nampak sangat polar, dalam arti terdapat 20 % dari seluruh responden keluarga, yang suami menyatakan kurang setuju kalau istrinya bekerja, tetapi sang istri justru menyatakan sangat setuju jika istri bekerja. Data diatas nampaknya sangat didukung oleh data yang diperoleh darijawaban pertanyaan kuisioner lainnya, sebagaimana yang akan ditampilkan dalam penjelasan berikut : Dari hasil jawaban atas pertanyaan yang khusus ditujukan kepada suami didapatkan 36,6 % suami menyatakan bahwa istri sebenarnya lebih pas untuk mengurusiurusan-urusan kerumahtanggaan. Dan 26,66 % suami menyatakan bahwa sebaiknya seorang istri memang tidak usah mencari nafkah, tetapi mendidik dan mengurusi anak-anak di rumah. Data diperoleh dari jawabanpertanyaan nomor 32 dan 33. Prosentase yang kurang lebih sama (23,33 %) dari seluruh responden suami merasa bahwa istrinya kadang-kadang dan sering bersikap kurang menyenangkan suami, dan sikap kurang menyenangkan tersebut menurut suami dikarenakan istrinya merasa juga bekerja atau dapat menghasilkan uang. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam sub bab ini adalah tingkat harmonisasi keluarga yang dijadikan sampel penelitian, sebagian besar (70 %) dapat tetap tejaga, meskipun istrinya ikut bekerja mencari nafkah. Sementara itu yang selebihnya (30 %) tingkat keharmonisan rumahtangganya nampak gelisah. J. K E S I M P U LA N Dari semua data yang telah diuraikan dapat dilihat bebrapa kecenderungan berikut : Hubungan istriyang bekerja dengan tingkat harmonisasi keluarga, terjadi melalui tingkat pendapatan istri. Dalam arti bahwa jika istri yang bekerja tersebut pendapatannya dapat untuk mencukupi seluruh kebutuhan keluarga, maka disfungsional bagi urusan-urusan kerumahtanggaan, ketergantungan ekonomis kepada suaminya menjadi rendah, sikap kemandiriannya (istri) menjadi tinggi, sehingga tingkat harmonisasi keluarga dapat menjadigoyah, meskipun seluruh kebutuhan ekonomi keluarga relatif dapat tercukupi. Sementara itu istri yang bekerja yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga saja, maka ia akan tetap fungsional bagi pekerjaan-pekerjaan rumahtangga, ketergantungan ekonomisnya kepada suami juga tetap tinggi. Sementara itu sikap kemandiriannya berada dalam kategori rendah, saling ketergatantungan suami-istri tetap tinggi, dan keluarganya nampak berada dalam kategori harmonis. Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
  • 12. 53 ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 DAFTAR PUSTAKA Arif Budiman, 1985, Pembagian Kerja Secara Seksual, Jakarta, PT Gramedia Berry, David, 1982, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, Disunting dan diantar oleh : Drs. Paulus Wirusutomo MSc, Jakarta, CV Rajawali Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1 dan 2, diindonesiakan oleh Robert MZ Lawang, Jakarta, PT Gramedia. Koentjaraningrat, 1985, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia Poloma, Margaret M, 1984, Sosiologi Konteporer, Penerjemah Yacogama, Jakarta, CV Rajawali Ritzer, George, 1985, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, penyadur Alimandan, Jakarta, CV Rajawali. Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga