SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Protozoa

Protozoa adalah binatang ber sel tunggal / satu yang terdiri dari nucleus atau inti atau
sitoplasma.Golongan ini belum ada pembagian pekerjaan.Selain itu Protozoa berbeda dengan
golongan Metazoa yang terdiri dari banyak sel serta golongan ini sudah ada pembagian
pekerjaan.Tidak semua golongan Protozoa ini bersifat patogen.
Filum Protozoa yang mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
A. Kelas Rhizopoda
B. Kelas Ciliata
C. Kelas Mastigophora ( Flagellata )
D. Kelas Sporozoa

Trypanosoma

Genus Trypanosoma dapat menyebabkan penyakit Trypanosomiasis dan genus ini mempunyai
spesies yang penting dalam ilmu kedokteran yaitu :
1. Trypanosoma Gambiense
2. Trypanosoma Rhodisiense
3. Trypanosoma Cruzi

1
Genus Trypanosoma dalam siklus hidupnya mempunyai empat bentuk stadium yaitu :
1. Bentuk stadium Trypanosoma
2. Bentuk stadium Kritidia
3. Bentuk stadium Leptomonas
4. Bentuk stadium Leismania

Siklus hidup Trypanosomiasis mempunyai dua tuan rumah yang berbeda yaitu :
1. Tuan rumah vertebrata ( vertebrata host )
Dalam tuan rumah yang vertebrata hanya didapatkan untuk Trypanosoma, kecuali pada
Trypanosoma Cruzi yang dapat diperoleh bentuk stadium :


Trypanosome



Kritidia ( kadang – kadang )



Leismania

2. Tuan rumah invertebrate
Dalam tuan rumah invertebrata dapat ditemukan bentuk stadium :
a.

Bentuk stadium Trypanosoma
 Berukuran 14 – 33 x 1,5 – 3,5 mikron dan rata – rata 15 – 20 mikron.
 Membrane bergelombang terdapat diseluruh tubuh.
 Kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema.
 Letak nucleus di tengah – tengah ( sentral ).
 Bentuk ini terdapat pada tuan rumah perantara maupun sebenarnya.
 Trypanosome masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu menghisap darah
sebagai makanannya.
 Didalam tubuh manusia trypanosome hidup ekstraseluler dalam darah, limfe,
dan cairan otak.
 Terdapat Granula spesifik.
 Tidak berwarna, bergerak aktif, berkembang biak membelah memanjang.
 Bila diwarnai dengan giemza / wright, inti akan berwarna merah udang dan
sitoplasma berwarna biru.

b.

Bentuk stadium Kritidia
 Berukuran 15 – 20 mikron dan rata – rata 15 mikron.
 Membrane bergelombang terdapat pada bagian tubuh ke anterior.
 Kinetoplas letaknya ke tengah dengan axonema.
 Letak nucleus di tengah – tengah
 Terdapat granula spesifik ( seperti Trypanosoma ).

2
 Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat genus Glosssina sp. Untuk
Tripanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense sedangkan untuk
Trypanosoma cruzi adalah serangga genus Triatoma.
 Berkembang biak membelah dua dan memanjang.
 Didalam kelenjar liur lalat Glossina tadi, Kritidia tersebut mengalami
metamorphose menjadi Trypanosoma yang siap untuk ditularkan.

Siklus hidup umum
1. Siklus hidup Trypanosomiasis sebagian besar terjadi berganti – ganti tuan rumah hospes
vertebrata dan invertebrate.
2. Penularan infeksi pada vertebrata dapat secara :
Penularan tidak langsung Trypanosoma harus mengalami pertumbuhan siklik di dalam
tubuh serangga penghisap darah sebelum menjadi infektif.

Pertumbuhan siklik ada dua macam yakni :
a. Anterior station


Pada species Trypanosona gambiense dan Trypanosoma rhodesiense yang tertelan
lalat Glossina ( lalat tse – tse ) mula – mula Trypanosoma tumbuh di dalam alat
pencernaan dan menjadi infektif setelah sampai di dalam kelenjar liur lalat
tersebut.



Bila Glossina itu mengambil makanan / darah bentuk parasit infektif dimasukkan
bersama dengan air liur.



Pertumbuhan di dalam usus tengah dan usus akhir, menghasilkan sejumlah bentuk
– bentuk lebar, yang berubah menjadi bentuk panjang dan langsing di dalam
proventikulus, lalu pindah melalui oesofagus, hifofaring dan saluran kelenjar liur.



Disini parasit berubah menjadi bentuk Kristidia.

b. Posterior station


Pada Trypanosoma cruzi bentuk Trypanosoma yang tertelan dan terdapat di dalam
usus tengah ( midgud ) dalam tubuh vector Triatoma ( Famili Reduvidae ) mula –
mula berubah menjadi pendek, gemuk, lalu menjadi bentuk Trypanosoma
metasiklik yang infektif didalam usus akhir dan rectum.



Bila Tryatoma mengambil makanan / darah, bentuk infektif dikeluarkan bersama
dengan feces / tinja, terjadilah penularan secara posterior station ( melalui feces )

3
Diagnosa laboratorium
1. Pada penderita yang sedang mengalami demam yang hebat, dapat dilakukan pemeriksaan
darah, dibuat preparat dengan sederhana dengan menggunakan pertolongan pertama,
maka akan didapatkan Trypanosome.
2. Pemeriksaan darah tetes / hapus dengan pewarnaan giemsa atau dengan wright.
3. Pemeriksaan getah dari bagian tubuh yang membengkak, kemudiaan obat preparat
langsung / pewarnaan.
4. Pemeriksaan bahan – bahan dari sternum fungsi.
5. Pemeriksaan Cerebro Spinal ( CSF Fluid dengan sidimenter dulu )
6. Inokulasi pada binatang percobaan atau disuntikan darah manusia / penderita 2 – 10 cc,
bahan – bahan dari fungsi ke dalam marmot / tikus, anjing kemudian sesudah satu
minggu akan didapatkan parasit – parasit tersebut pada binatang percobaan.

Pembiakan
1. Parasit – parasit dari genus Trypanosoma ini yang sudah dapat dibiakan hanyalah species
Trypanosoma cruzi, dari species yang lain seperti Trypanosoma gambiense dan
Trypanosoma rhodesiense masih belum bias.
2. Media – media yang dapat digunakan seperti berikut ini :


NNN media ( Novy mac Neal Nicolle )



Tissu culture ( digunakan untuk diagnosa serta untuk penyelidikan virulensi )



Embrio ayam



Embrio tikus

A. Trypanosoma gambiense
Trypanosoma gambiense ini merupakan penyebab penyakit sleeping sickness, dan daerah
penyebarannya di daerah afrika barat, sedangkan nama penyakit yang disebabkan oleh
Trypanosoma gambiense dapat disebut gambie trypanosomiasis, dan vector penyebarannya
adalah lalat glossina palpalis.Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan
oleh Trypanosoma gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika
organisme ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungai
Gambia ( Kean dkk, 1978 ).


Morfologi
Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk (morfologi) yang berbeda, yaitu :
1.

Bentuk Amastigot (Leismanial form).
Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak
mempunyai flagela.Bersifat intraseluler.Besarnya 2-3 mikron.

4
2.

Bentuk Promastigot (Leptomonas form)
Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang
keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai
membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.

3.

Bentuk Epimastigot (Critidial form)
Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah
mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan
tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.

4.

Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)
Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung
posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang,
ukurannya 20-30 mikron.

Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk
yang berbeda, yaitu :
1.

Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella

2.

Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela.
Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.Trypanosoma

gambiense mengalami perubahan bentuk morfologi selama siklus hidupnya. Pleomorfik
trypanosoma, yang merupakan bentuk infektif, akan terhisap bersama darah , saat lalat
tsetse menggigit penderita.
Parasit akan masuk ke dalam saluran pencernaan korban dan mengalami beberapa kali
perubahan bentuk dan multiflikasi. Dalam waktu 3 minggu, parasit akan berubah menjadi
bentuk Epimastigot. Bentuk Epimastigot juga mengalami perubahan menjadi bentuk
metacyclic form dan memenuhi kelenjar air liur lalat.Metacyclic form merupakan bentuk
infektif pada vektor dan siap untuk ditularkan ke korban selanjutnya.Waktu yang
diperlukan parasit ini untuk berkembang menjadi bentuk infektif dalam tubuh vektor
adalah 20-30 hari. Lalat yang mengandung bentuk infektif ini akan tetap infektif seumur
hidupnya. Lalat tsetse menggigit manusia / hewan vertebrata biasanya pada siang hari.
 Ciri-ciri
1.

Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan
serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre
trypanosomal yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse.

2.

Bentuk tripomastigot berkembang biak secara belah pasang longitudinal.

3.

Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah dapat terlihat aneka
bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 µm atau lebih,
langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot ), sampai pada bentuk yang
pendek kurang lebih 15 µm, gemuk tanpa flagel yang bebas.

5
4.

Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara
sel darah merah.

5.

Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang bererak
lambat.

6.

Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 µm dan lebar 1,5 sampai 3,5 µm.
dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan
granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di
tengah berwarna kemerahan.

7.

Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna kemerahan. Kinetoplas
berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin dibedakan. Flagel
muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang.

8.

Flagel berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran
bergelombang bersatu dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme.
Pada titik ini flagel menjadi bebas melewati badan trypanosoma.

9.

Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah.
Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat.
Setelah kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah
melalui hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada
sel epitel saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk epimastigot.
Pada bentuk epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda dengan
tripomastigot, dimana inti terletak anterior dari kinetoplas.

 Siklus hidup
Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5
hari

dalam

kelenjar

ludah

lalat tsetse,.Dengan

terbentuknya

metasiklik,

lalat tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah
ke dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan
dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan
oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan
dapat menularkan penyakit ini.
Pada

waktu

darah

mamalia

dihisap,

oleh

lalat tse

tse yang

infektif

(genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan
kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah
(1).di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran
darah. (2), dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain
(e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission
(3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra

6
seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah ketika
mengisap darah mamalia yang terinfeksi (4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit
berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak dengan binary fission (6),
meninggalkan alat penghisap, dan berubah menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya
akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan binary fission (8). Siklus
dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.Manusia merupakan
reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan
pada binatang.


Gejala klinis
Gejala penyakit ialah demam, sakit kepala, insomnia, pembengkakan kelenjar
limfe tanpa rasa sakit, berat badan menurun. Jika parasit ini dapat masuk ke sistem saraf
manusia, penderita akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan tidur,
dan akhirnya koma sebelum meninggal dunia. Parasit Trypanosoma brucei ini juga dapat
menyebabkan radang otak secara perlahan-lahan yang mampu selama beberapa bulan
sehingga beberapa tahun menyebabkan kejang, lembam (stupor), koma, dan
kematian.Kemudian penderita dapat mengalami anemia, gagal ginjal, dan pembengkakan
jantung.
Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik
yang masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi
peradangan setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul
atau chancre (3-4 cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2
minggu, nodul ini seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk
setempat di daerah endemi.
Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut.Bentuk
tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa
gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan.Pada keadaan ini, parasit
mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal.Selama masa
ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe.
Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti
dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari.
Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang
berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang
waktunya bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak
tripomastiot ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa
demam jumlahnya sedikit.Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak
nyeri.Meskipun dapat mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah

7
servikal posterior merupakan tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom)
Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar.Selain kelenjar
limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati.
Pada Trypanosomiasis gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun–
tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit
berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema
multiforme dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam
beberapa jam, dan timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi
terhadap rasa sakit pada pasien dapat berkurang.
Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf pusat
(SSP).Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–gejala
trypanosomiasis Gambia adalah

meningoensepalitis

progresif,

apati,

kebingungan,

kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen.Pada fase terminal penyakitnya, pasien
menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder.
Penekanan daya tahan tubuh pada pasien Trypanosomiasis gambia ditunjukkan dengan
menurunnya kekebalan seluler dan humoral.


Epidemiologi
1. Distribusi parasit T. gambiense ini terutama di daerah afrika barat, biasanya pada
daerah pedalaman
2. Insiden penyakit ini berkisar antara 3 – 43 %
3.

Lebih banyak didapatkan pada laki – laki daripada perempuan, terutama pada usia
antara 20 – 40 tahun



Diagnose
1. Pada daerah endemis apabila didapatkan gejala – gejala yang khas seperti tersebut
di atas maka diagnosenya suspect Trypanosoma trypanosomiasis
2. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
 Rasio albumin / globulin yang terbaik
 LED yang meningkat

3.

Perubahan cairan CSF ( Cerebro Spinal Fluid )

Untuk diagnose pasti harus ditemukan adanya parasit
 Dari serum penderita
 Dari cairan limfe
 Dari CSF

8


Dari bone marrow ( sumsum tulang )
Yang kemudian dapat diperiksa secara langsung atau tidak langsung ataupun
secara inokulasi pada hewan – hewan tertentu

4.

Untuk melihat parasit – parasit dapat menggunakan dengan cara :
 Wet aresh film


5.

Pengecatan giemsa / wright

Pemeriksaan serologi
 CFT


Formal gel test
Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk

menegakkan diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur,
pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang
dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda
Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS.
Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda–
beda dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot.
Selain sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi
“buffy coat“ untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat
ditemukan dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih
dari 100/ml dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan
tabung penukar anion (anion exchange columm) Lumsden dkk, 1981.
Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge.Bila jumlah
tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat
ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya
secara histopatologi tidaklah praktis.Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama
pengobatan dan 1 hingga 2 bulan setelah pengobatan.
Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi
adalah tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak
langsung (Kakoma et.all, 1985; de Raadt dan Seed, 1977). Masalah besar pada
serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang
tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia.
Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik.

9
Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium
yang kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang
dapat menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostic


Pencegahan
1. Pemberantas vector dengan insektisida
2. Personal hygine
3.



Aktif imunisa pada parasit ini tidak efektif

Distribusi penyakit
Penyakit ini menyebar didaerah tropis benua Afrika antara 150LU dan 200LS, sesuai
dengan daerah penyebaran lalat tsetse. Di daerah endemis 0,1% - 2% penduduk terinfeksi.
Pada saat terjadi wabah penyakit ini bisa mencapai 70%. KLB dapat terjadi apabila
karena sesuatu hal terjadi peningkatan intensitas kontak antara manusia dan lalat tsetse
atau strain tripanosoma yang virulen masuk kedaerah dimana densitas lalat tsetse sangat
padat. Masuknya strain virulen dimungkinkan oleh karena adanya pergerakan hospes
manusia atau lalat tsetse yang terinfeksi ke suatu daerah.
Lalat Glossina palpalis merupakan vector utama, dibagian barat dan bagian tengah
Afrika. Infeksi biasanya terjadi disepanjang aliran sungai atau anak sungai yang
berbatasan dengan daerah yang berhutan.
Di Afrika bagian timur dan danau victoria vector utamanya adalah kelompok G.
Morsitans, infeksi terjadi didaerah savana yang kering.
G. fuscipes yang termasuk dalam kelompok palpalis merupakan vector penular
penyakit pada saat KLB penyakit tidur jenis rhodiense yang terjadi di Kenya dan Zaire
dan vector ini juga sejak tahun 1976 diketahui sebagai vector pada penularan
peridomestik di Uganda.



Penularan penyakit
Penularan terjadi melalui gigitan lalat tsetse Glossina infektif. Di alam terdapat 6
spesies yang berperan sebagai vektor utama, G. Palpalis, G. Tachinoides, G. Morsitans,
G. Pallidipes, G. Swynnertoni dan G.fuscipes. Lalat tsetse terinfeksi karena menghisap
darah manusia atau binatang yang mengandung trypanosoma.
Parasit berkembang biak dalam tubuh lalat selama 12-30 hari, tergantung pada
suhu dan faktor-faktor lain, sampai terjadi bentuk infektif didalam kelenjar-kelenjar
ludahnya. Sekali terinfeksi lalat tsetse akan tetap infektif selama hidupnya (rata-rata 3
bulan, bisa sampai 10 bulan). Infeksi pada lalat tidak diturunkan ke generasi lalat
berikutnya. Kemudian lalat tsetse yang telah terinfeksi jika menggigit manusia dapat
menyebabkan penyakit tidur ini.

10
Penularan kongenital dapat terjadi pada manusia. Penularan langsung secara
mekanis dapat terjadi melalui darah pada probosis Glossina dan serangga penggigit
lainnya, seperti lalat kuda, atau karena kecelakaan di laboratorium.
Penularan kepada lalat tsetse terjadi selama ada parasit didalam darah manusia
dan hewan yang terinfeksi. Parasitemia muncul dengan intensitas bervariasi pada saatsaat tertentu pada kasus-kasus yang tidak di obati, parasitemia terjadi pada semua stadium
tahapan

penyakit.

Pada

suatu

penelitian

yang

dilakukan

terhadap

penyakitrhodesiense, parasitemia ditemukan hanya pada 60 % kasus infeksi.
Reservoir (tempat parasit berkembang) ialah manusia, dan binatang buas terutama
babi

hutan

dan

sapi

peliharaan

merupakan

reservoir

Trypanosoma

brucei

rhodiense.Trypanosoma mempunyai trik untuk mengatasi sitem imunisasi tubuh. Setiap
gelombang peningkatan parasit di dalam darah penderita mewakili generasi baru parasit
dengan bentuk tubuh yang berbeda. Pembentukan parasit ini menyebabkan peningkatan
sistem antibodi penderita. Sistem antibodi pada mulanya dapat mempertahankan diri,
namun karena terlalu keras bekerja dalam tempo waktu yang panjang, sistem antibodi
akan menjadi semakin lemah. Apalagi terkadang sitem antibodi ini menyerang sel-sel
tubuh sendiri ketika berusaha memusnahkan parasit yang selalu berubah bentuk.


Masa inkubasi
Masa inkubasi infeksi T.b. rhodiensiense yang lebih virulen, biasanya 3 hari
sampai dengan beberapa minggu. Masa inkubasi infeksi T.b gambiense yang lebih kronik,
berlangsung lebih lama yaitu beberapa bulan sampai bahkan beberapa tahun.



Kerentaan dan kekebalan
Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Kadang kala terjadi infeksi tanpa
gejala baik pada infeksi T b. Gambiensemaupun infeksi T.b. rhodesiense. Pernah ada
yang melaporkan bahwa ada penderita dengan infeksi jenis gambience tanpa gejala SSP
yang sembuh spontan namun laporan ini belum terbukti kebenarannya.



Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara Pencegahan
Memilih cara pencegahan yang tepat harus di dasari pada pengetahuan dan
pengenalan ekologi dari vektor dan penyebab penyakit disuatu wilayah. Dengan
pengetahuan tersebut, maka suatu daerah dengan keadaan geografis tertentu, dapat
dilakukan satu atau beberapa langkah berikut sebagai langkah prioritas dalam upaya
pencegahan :

11
1.

Berikan Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara perlindungan diri
terhadap gigitan lalat tsetse.

2.

Menurunkan populasi parasit melalui survei masyarakat untuk menemukan
mereka yang terinfeksi, obati mereka yang terinfeksi.

3.

Bila perlu hancurkan habitat lalat tsetse, namun tidak dianjurkan untuk
menghancurkan vegetasi secara tidak merata. Membersihkan semak-semak dan
memotong rumput disekitar desa sangat bermanfaat pada saat terjadi penularan
peridomestik. Apabila pada wilayah yang telah dibersihkan dari vegetasi liar
dilakukan reklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian maka masalah
vektor teratasi untuk selamanya.

4.

Mengurangi kepadatan lalat dengan menggunakan perangkap dan kelambu yang
sudah dicelup dengandeltametrin serta dengan penyemprotan insektisida residual
(perythroid sintetik 5%, DDT, dan dieldrin 3% merupakan insektidida yang
efektif). Dalam situasi darurat gunakan insektisida aerosol yang disemprotkan dari
udara.

5.

Melarang orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah
endemis di Afrika untuk menjadi donor darah.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
1.

Laporan kepada Instansi Kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu,
kembangkan sistem pencatatan dan pelaporan. Dan galakkan upaya pencegahan
dan pemberantasan. Disebagian besar negara penyakit ini bukan penyakit yang
wajib di laporkan kelas 3 B (lihat tentang pelaporan Penyakit Menular).

2.

Isolasi:

Tidak

dilakukan.

penderita trypanosomiasis.

Cegahlah
Di

agar

beberapa

lalat

negara,

tsetse

tidak

menggigit

diberlakukan

peraturan

pembatasan gerak dari pasien-pasien yang tidak diobati.
3.

Disinfeksi serentak: Tidak dilakukan

4.

Karantina: Tidak dilakukan

5.

Imunisasi terhadap kontak: Tidak dilakukanCreated by microsoft

6.

Investigasi kontak dan sumber infeksi : Bila penderita merupakan anggota dari
rombongan wisatawan merupakan anggota dari rombongan wisatawan, maka
anggota lain dari rombongan tersebut harus diberi tahu agar berhati-hati dan
terhadap mereka dilakukan investigasi.

7.

Pengobatan spesifik: Bila tidak terjadi perubahan gambaran sel dan kadar protein
pada

LCS, suraminmerupakan

obat

pilihan

untuk

infeksi T.b.

rhodiense danpentamidine untuk infeksi T.b. gambiense. Namun obat-obat ini
tidak dapat menembus barier darah otak.

12


Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi,
selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai
30 hari.



Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200
mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak
menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.



Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.



Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke
1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg.
Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi
oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan
juga

oleh

karena

reaksi

penghancuran

dari

Trypanosma

(reactive

enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus dihentikan.
C. Penanggulangan Wabah
Dalam keadaan KLB lakukkan survei massal yang terorganisasikan dengan baik
dan berikan pengobatan bagi penderita yang ditemukan serta lakukan pengendalian
lalattsetse.
Bila terjadi lagi KLB di daerah yang sama walaupun sudah melaksanakan
upaya-upaya pemberantasan, maka upaya-upaya yang tercantum pada butir 9A harus
dilakukan dengan lebih giat.
D. Implikasi bencana: Tidak ada.
E. Penanganan Internasional :
Meningkatkan upaya kerjasama lintas sektor di daerah endemis. Penyebar luasan
informasi dan meningkatkan tersedianya bahan dan alat diagnosa sederhana untuk
skrining dan upaya sederhana pengendalian vektor.
Kembangkan sistem yang efektif pendistribusian reagen dan obat-obatan.
Kembangkan sistem pelatihan pada tingkat nasional dan internasional. Manfaatkan
pusat-pusat kerjasama WHO. Kenya sedang mengembangkan perlakuan radiasi pada
lalat tsetse jantan agar tidak dapat membuahi lalat betina sehingga populasi lalat
tsetse semakin berkurang. Hal ini dilakukan dibawah naungan Lembaga Penelitian
Trypanosoma Kenya (Trypanosomiasis Research Institute/TRI).
F. Penemuan Baru
Ilmuwan Korea Selatan Lee Soo-hee menemukan penyembuhan penyakit
yang disebabkan parasit termasuk penyakit tidur Afrika.
Lee (27) saat ini memimpin tim di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins.
Risetnya dipublikasikan sebagai cerita sampul jurnal biologi “Cell” terbitan 25

13
Agustus. Penemuannya dipuji sebagai terobosan bagi pengembangan obat baru untuk
memerangi penyakit tidur Afrika dan penyakit lainnya.
Lee mengatakan cara pembentukan asam lemak dari lapisan luar sel hewan
baru ditemukan setelah penelitian selama tiga tahun. Parasit bernama trypanosome
menggunakan enzim yang disebut elongase untuk mengubah lapisan luar mereka,
dalam proses dia membubuhkan jejak elongase, untuk menyembunyikannya dari
sistem

kekebalan

manusia.

Penemuan itu dapat membuka jalan bagi pengobatan penyakit yang disebabkan
parasit lainnya seperti penyakit tidur, kata Lee.
Penyakit tidur, yang menjadi target utama penelitian Lee, ditularkan melalui
gigitan lalat tsetse. Jika parasit berhasil masuk ke sistem saraf manusia, penderita
akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan tidur dan akhirnya
koma sebelum meninggal dunia. Penyakit tidur mengancam lebih dari 60 juta rakyat
di 26 negara di Sub Sahara, Afrika. Diperkirakan 300.000 hingga 500.000 orang
menderita penyakit ini.

14

More Related Content

What's hot

Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Power Point Protozoa
Power Point ProtozoaPower Point Protozoa
Power Point ProtozoaImawaty Yulia
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1Awe Wardani
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESdewisetiyana52
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGIEDIS BLOG
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiIrawati Nurani
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiFarida Sihotang
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coliArini Utami
 

What's hot (20)

Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
 
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan NegatifLaporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Power Point Protozoa
Power Point ProtozoaPower Point Protozoa
Power Point Protozoa
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologiLaporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologi
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Bakteriologi
BakteriologiBakteriologi
Bakteriologi
 
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan
 
Mikroorganisme
MikroorganismeMikroorganisme
Mikroorganisme
 
Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
 

Similar to Trypanosoma brucei gambiense

Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesImawaty Yulia
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Kurnia Wati
 
The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1bvann
 
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptx
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptxPROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptx
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptxSyarifahMiftahulELJa1
 
Yise mifdiani+nor baiti
Yise mifdiani+nor baitiYise mifdiani+nor baiti
Yise mifdiani+nor baitiYudi Yatma
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumBadut II
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesKaoruShinomori
 
01 protozoa (trichomonas gallinae)
01 protozoa (trichomonas gallinae)01 protozoa (trichomonas gallinae)
01 protozoa (trichomonas gallinae)Fitroh NH
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Ghins GO
 

Similar to Trypanosoma brucei gambiense (20)

Lalat tsets1
Lalat tsets1Lalat tsets1
Lalat tsets1
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Biologi - Sporozoa
Biologi - SporozoaBiologi - Sporozoa
Biologi - Sporozoa
 
plantyhelminthes X
 plantyhelminthes X plantyhelminthes X
plantyhelminthes X
 
Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point Platyhelminthes
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )
 
The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1
 
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptx
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptxPROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptx
PROTOZOA-Giardia dan Trichomonas .pptx
 
Xmia6 mastigophora
Xmia6 mastigophoraXmia6 mastigophora
Xmia6 mastigophora
 
Yise mifdiani+nor baiti
Yise mifdiani+nor baitiYise mifdiani+nor baiti
Yise mifdiani+nor baiti
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
 
Platyhelminthes
PlatyhelminthesPlatyhelminthes
Platyhelminthes
 
01 protozoa (trichomonas gallinae)
01 protozoa (trichomonas gallinae)01 protozoa (trichomonas gallinae)
01 protozoa (trichomonas gallinae)
 
Helmintologi copy
Helmintologi   copyHelmintologi   copy
Helmintologi copy
 
8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida
 
filum Platyhelminthes
filum Platyhelminthesfilum Platyhelminthes
filum Platyhelminthes
 
Protista
Protista Protista
Protista
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
 

More from ganish anggraeni

More from ganish anggraeni (9)

Perilaku jujur
Perilaku jujurPerilaku jujur
Perilaku jujur
 
biologi (ganish anggraeni,14,xipa9)
biologi (ganish anggraeni,14,xipa9)biologi (ganish anggraeni,14,xipa9)
biologi (ganish anggraeni,14,xipa9)
 
Teks procedure Bahasa Indonesia
Teks procedure Bahasa IndonesiaTeks procedure Bahasa Indonesia
Teks procedure Bahasa Indonesia
 
Teks prosedur kompleks
Teks prosedur kompleksTeks prosedur kompleks
Teks prosedur kompleks
 
Sistem periodik unsur pendek
Sistem periodik unsur pendekSistem periodik unsur pendek
Sistem periodik unsur pendek
 
Monera cyanobacteria
Monera cyanobacteriaMonera cyanobacteria
Monera cyanobacteria
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologiRuang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
 
Kelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organismeKelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organisme
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 

Trypanosoma brucei gambiense

  • 1. Protozoa Protozoa adalah binatang ber sel tunggal / satu yang terdiri dari nucleus atau inti atau sitoplasma.Golongan ini belum ada pembagian pekerjaan.Selain itu Protozoa berbeda dengan golongan Metazoa yang terdiri dari banyak sel serta golongan ini sudah ada pembagian pekerjaan.Tidak semua golongan Protozoa ini bersifat patogen. Filum Protozoa yang mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran dapat diklasifikasikan sebagai berikut. A. Kelas Rhizopoda B. Kelas Ciliata C. Kelas Mastigophora ( Flagellata ) D. Kelas Sporozoa Trypanosoma Genus Trypanosoma dapat menyebabkan penyakit Trypanosomiasis dan genus ini mempunyai spesies yang penting dalam ilmu kedokteran yaitu : 1. Trypanosoma Gambiense 2. Trypanosoma Rhodisiense 3. Trypanosoma Cruzi 1
  • 2. Genus Trypanosoma dalam siklus hidupnya mempunyai empat bentuk stadium yaitu : 1. Bentuk stadium Trypanosoma 2. Bentuk stadium Kritidia 3. Bentuk stadium Leptomonas 4. Bentuk stadium Leismania Siklus hidup Trypanosomiasis mempunyai dua tuan rumah yang berbeda yaitu : 1. Tuan rumah vertebrata ( vertebrata host ) Dalam tuan rumah yang vertebrata hanya didapatkan untuk Trypanosoma, kecuali pada Trypanosoma Cruzi yang dapat diperoleh bentuk stadium :  Trypanosome  Kritidia ( kadang – kadang )  Leismania 2. Tuan rumah invertebrate Dalam tuan rumah invertebrata dapat ditemukan bentuk stadium : a. Bentuk stadium Trypanosoma  Berukuran 14 – 33 x 1,5 – 3,5 mikron dan rata – rata 15 – 20 mikron.  Membrane bergelombang terdapat diseluruh tubuh.  Kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema.  Letak nucleus di tengah – tengah ( sentral ).  Bentuk ini terdapat pada tuan rumah perantara maupun sebenarnya.  Trypanosome masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu menghisap darah sebagai makanannya.  Didalam tubuh manusia trypanosome hidup ekstraseluler dalam darah, limfe, dan cairan otak.  Terdapat Granula spesifik.  Tidak berwarna, bergerak aktif, berkembang biak membelah memanjang.  Bila diwarnai dengan giemza / wright, inti akan berwarna merah udang dan sitoplasma berwarna biru. b. Bentuk stadium Kritidia  Berukuran 15 – 20 mikron dan rata – rata 15 mikron.  Membrane bergelombang terdapat pada bagian tubuh ke anterior.  Kinetoplas letaknya ke tengah dengan axonema.  Letak nucleus di tengah – tengah  Terdapat granula spesifik ( seperti Trypanosoma ). 2
  • 3.  Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat genus Glosssina sp. Untuk Tripanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense sedangkan untuk Trypanosoma cruzi adalah serangga genus Triatoma.  Berkembang biak membelah dua dan memanjang.  Didalam kelenjar liur lalat Glossina tadi, Kritidia tersebut mengalami metamorphose menjadi Trypanosoma yang siap untuk ditularkan. Siklus hidup umum 1. Siklus hidup Trypanosomiasis sebagian besar terjadi berganti – ganti tuan rumah hospes vertebrata dan invertebrate. 2. Penularan infeksi pada vertebrata dapat secara : Penularan tidak langsung Trypanosoma harus mengalami pertumbuhan siklik di dalam tubuh serangga penghisap darah sebelum menjadi infektif. Pertumbuhan siklik ada dua macam yakni : a. Anterior station  Pada species Trypanosona gambiense dan Trypanosoma rhodesiense yang tertelan lalat Glossina ( lalat tse – tse ) mula – mula Trypanosoma tumbuh di dalam alat pencernaan dan menjadi infektif setelah sampai di dalam kelenjar liur lalat tersebut.  Bila Glossina itu mengambil makanan / darah bentuk parasit infektif dimasukkan bersama dengan air liur.  Pertumbuhan di dalam usus tengah dan usus akhir, menghasilkan sejumlah bentuk – bentuk lebar, yang berubah menjadi bentuk panjang dan langsing di dalam proventikulus, lalu pindah melalui oesofagus, hifofaring dan saluran kelenjar liur.  Disini parasit berubah menjadi bentuk Kristidia. b. Posterior station  Pada Trypanosoma cruzi bentuk Trypanosoma yang tertelan dan terdapat di dalam usus tengah ( midgud ) dalam tubuh vector Triatoma ( Famili Reduvidae ) mula – mula berubah menjadi pendek, gemuk, lalu menjadi bentuk Trypanosoma metasiklik yang infektif didalam usus akhir dan rectum.  Bila Tryatoma mengambil makanan / darah, bentuk infektif dikeluarkan bersama dengan feces / tinja, terjadilah penularan secara posterior station ( melalui feces ) 3
  • 4. Diagnosa laboratorium 1. Pada penderita yang sedang mengalami demam yang hebat, dapat dilakukan pemeriksaan darah, dibuat preparat dengan sederhana dengan menggunakan pertolongan pertama, maka akan didapatkan Trypanosome. 2. Pemeriksaan darah tetes / hapus dengan pewarnaan giemsa atau dengan wright. 3. Pemeriksaan getah dari bagian tubuh yang membengkak, kemudiaan obat preparat langsung / pewarnaan. 4. Pemeriksaan bahan – bahan dari sternum fungsi. 5. Pemeriksaan Cerebro Spinal ( CSF Fluid dengan sidimenter dulu ) 6. Inokulasi pada binatang percobaan atau disuntikan darah manusia / penderita 2 – 10 cc, bahan – bahan dari fungsi ke dalam marmot / tikus, anjing kemudian sesudah satu minggu akan didapatkan parasit – parasit tersebut pada binatang percobaan. Pembiakan 1. Parasit – parasit dari genus Trypanosoma ini yang sudah dapat dibiakan hanyalah species Trypanosoma cruzi, dari species yang lain seperti Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense masih belum bias. 2. Media – media yang dapat digunakan seperti berikut ini :  NNN media ( Novy mac Neal Nicolle )  Tissu culture ( digunakan untuk diagnosa serta untuk penyelidikan virulensi )  Embrio ayam  Embrio tikus A. Trypanosoma gambiense Trypanosoma gambiense ini merupakan penyebab penyakit sleeping sickness, dan daerah penyebarannya di daerah afrika barat, sedangkan nama penyakit yang disebabkan oleh Trypanosoma gambiense dapat disebut gambie trypanosomiasis, dan vector penyebarannya adalah lalat glossina palpalis.Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan oleh Trypanosoma gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika organisme ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungai Gambia ( Kean dkk, 1978 ).  Morfologi Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk (morfologi) yang berbeda, yaitu : 1. Bentuk Amastigot (Leismanial form). Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak mempunyai flagela.Bersifat intraseluler.Besarnya 2-3 mikron. 4
  • 5. 2. Bentuk Promastigot (Leptomonas form) Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15 mikron. 3. Bentuk Epimastigot (Critidial form) Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron. 4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form) Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang, ukurannya 20-30 mikron. Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu : 1. Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella 2. Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela. Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.Trypanosoma gambiense mengalami perubahan bentuk morfologi selama siklus hidupnya. Pleomorfik trypanosoma, yang merupakan bentuk infektif, akan terhisap bersama darah , saat lalat tsetse menggigit penderita. Parasit akan masuk ke dalam saluran pencernaan korban dan mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan multiflikasi. Dalam waktu 3 minggu, parasit akan berubah menjadi bentuk Epimastigot. Bentuk Epimastigot juga mengalami perubahan menjadi bentuk metacyclic form dan memenuhi kelenjar air liur lalat.Metacyclic form merupakan bentuk infektif pada vektor dan siap untuk ditularkan ke korban selanjutnya.Waktu yang diperlukan parasit ini untuk berkembang menjadi bentuk infektif dalam tubuh vektor adalah 20-30 hari. Lalat yang mengandung bentuk infektif ini akan tetap infektif seumur hidupnya. Lalat tsetse menggigit manusia / hewan vertebrata biasanya pada siang hari.  Ciri-ciri 1. Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre trypanosomal yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. 2. Bentuk tripomastigot berkembang biak secara belah pasang longitudinal. 3. Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah dapat terlihat aneka bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 µm atau lebih, langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot ), sampai pada bentuk yang pendek kurang lebih 15 µm, gemuk tanpa flagel yang bebas. 5
  • 6. 4. Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara sel darah merah. 5. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang bererak lambat. 6. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 µm dan lebar 1,5 sampai 3,5 µm. dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di tengah berwarna kemerahan. 7. Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna kemerahan. Kinetoplas berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin dibedakan. Flagel muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang. 8. Flagel berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran bergelombang bersatu dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme. Pada titik ini flagel menjadi bebas melewati badan trypanosoma. 9. Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah. Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat. Setelah kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah melalui hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada sel epitel saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk epimastigot. Pada bentuk epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda dengan tripomastigot, dimana inti terletak anterior dari kinetoplas.  Siklus hidup Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5 hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse,.Dengan terbentuknya metasiklik, lalat tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah ke dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan dapat menularkan penyakit ini. Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah (1).di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah. (2), dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra 6
  • 7. seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi (4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak dengan binary fission (6), meninggalkan alat penghisap, dan berubah menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang.  Gejala klinis Gejala penyakit ialah demam, sakit kepala, insomnia, pembengkakan kelenjar limfe tanpa rasa sakit, berat badan menurun. Jika parasit ini dapat masuk ke sistem saraf manusia, penderita akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan tidur, dan akhirnya koma sebelum meninggal dunia. Parasit Trypanosoma brucei ini juga dapat menyebabkan radang otak secara perlahan-lahan yang mampu selama beberapa bulan sehingga beberapa tahun menyebabkan kejang, lembam (stupor), koma, dan kematian.Kemudian penderita dapat mengalami anemia, gagal ginjal, dan pembengkakan jantung. Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi peradangan setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4 cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2 minggu, nodul ini seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi. Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut.Bentuk tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan.Pada keadaan ini, parasit mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal.Selama masa ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe. Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari. Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang waktunya bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak tripomastiot ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa demam jumlahnya sedikit.Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak nyeri.Meskipun dapat mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah 7
  • 8. servikal posterior merupakan tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar.Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati. Pada Trypanosomiasis gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun– tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema multiforme dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam beberapa jam, dan timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi terhadap rasa sakit pada pasien dapat berkurang. Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf pusat (SSP).Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–gejala trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan, kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen.Pada fase terminal penyakitnya, pasien menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder. Penekanan daya tahan tubuh pada pasien Trypanosomiasis gambia ditunjukkan dengan menurunnya kekebalan seluler dan humoral.  Epidemiologi 1. Distribusi parasit T. gambiense ini terutama di daerah afrika barat, biasanya pada daerah pedalaman 2. Insiden penyakit ini berkisar antara 3 – 43 % 3. Lebih banyak didapatkan pada laki – laki daripada perempuan, terutama pada usia antara 20 – 40 tahun  Diagnose 1. Pada daerah endemis apabila didapatkan gejala – gejala yang khas seperti tersebut di atas maka diagnosenya suspect Trypanosoma trypanosomiasis 2. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :  Rasio albumin / globulin yang terbaik  LED yang meningkat  3. Perubahan cairan CSF ( Cerebro Spinal Fluid ) Untuk diagnose pasti harus ditemukan adanya parasit  Dari serum penderita  Dari cairan limfe  Dari CSF 8
  • 9.  Dari bone marrow ( sumsum tulang ) Yang kemudian dapat diperiksa secara langsung atau tidak langsung ataupun secara inokulasi pada hewan – hewan tertentu 4. Untuk melihat parasit – parasit dapat menggunakan dengan cara :  Wet aresh film  5. Pengecatan giemsa / wright Pemeriksaan serologi  CFT  Formal gel test Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur, pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS. Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda– beda dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot. Selain sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi “buffy coat“ untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat ditemukan dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih dari 100/ml dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan tabung penukar anion (anion exchange columm) Lumsden dkk, 1981. Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge.Bila jumlah tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya secara histopatologi tidaklah praktis.Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2 bulan setelah pengobatan. Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi adalah tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak langsung (Kakoma et.all, 1985; de Raadt dan Seed, 1977). Masalah besar pada serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia. Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik. 9
  • 10. Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostic  Pencegahan 1. Pemberantas vector dengan insektisida 2. Personal hygine 3.  Aktif imunisa pada parasit ini tidak efektif Distribusi penyakit Penyakit ini menyebar didaerah tropis benua Afrika antara 150LU dan 200LS, sesuai dengan daerah penyebaran lalat tsetse. Di daerah endemis 0,1% - 2% penduduk terinfeksi. Pada saat terjadi wabah penyakit ini bisa mencapai 70%. KLB dapat terjadi apabila karena sesuatu hal terjadi peningkatan intensitas kontak antara manusia dan lalat tsetse atau strain tripanosoma yang virulen masuk kedaerah dimana densitas lalat tsetse sangat padat. Masuknya strain virulen dimungkinkan oleh karena adanya pergerakan hospes manusia atau lalat tsetse yang terinfeksi ke suatu daerah. Lalat Glossina palpalis merupakan vector utama, dibagian barat dan bagian tengah Afrika. Infeksi biasanya terjadi disepanjang aliran sungai atau anak sungai yang berbatasan dengan daerah yang berhutan. Di Afrika bagian timur dan danau victoria vector utamanya adalah kelompok G. Morsitans, infeksi terjadi didaerah savana yang kering. G. fuscipes yang termasuk dalam kelompok palpalis merupakan vector penular penyakit pada saat KLB penyakit tidur jenis rhodiense yang terjadi di Kenya dan Zaire dan vector ini juga sejak tahun 1976 diketahui sebagai vector pada penularan peridomestik di Uganda.  Penularan penyakit Penularan terjadi melalui gigitan lalat tsetse Glossina infektif. Di alam terdapat 6 spesies yang berperan sebagai vektor utama, G. Palpalis, G. Tachinoides, G. Morsitans, G. Pallidipes, G. Swynnertoni dan G.fuscipes. Lalat tsetse terinfeksi karena menghisap darah manusia atau binatang yang mengandung trypanosoma. Parasit berkembang biak dalam tubuh lalat selama 12-30 hari, tergantung pada suhu dan faktor-faktor lain, sampai terjadi bentuk infektif didalam kelenjar-kelenjar ludahnya. Sekali terinfeksi lalat tsetse akan tetap infektif selama hidupnya (rata-rata 3 bulan, bisa sampai 10 bulan). Infeksi pada lalat tidak diturunkan ke generasi lalat berikutnya. Kemudian lalat tsetse yang telah terinfeksi jika menggigit manusia dapat menyebabkan penyakit tidur ini. 10
  • 11. Penularan kongenital dapat terjadi pada manusia. Penularan langsung secara mekanis dapat terjadi melalui darah pada probosis Glossina dan serangga penggigit lainnya, seperti lalat kuda, atau karena kecelakaan di laboratorium. Penularan kepada lalat tsetse terjadi selama ada parasit didalam darah manusia dan hewan yang terinfeksi. Parasitemia muncul dengan intensitas bervariasi pada saatsaat tertentu pada kasus-kasus yang tidak di obati, parasitemia terjadi pada semua stadium tahapan penyakit. Pada suatu penelitian yang dilakukan terhadap penyakitrhodesiense, parasitemia ditemukan hanya pada 60 % kasus infeksi. Reservoir (tempat parasit berkembang) ialah manusia, dan binatang buas terutama babi hutan dan sapi peliharaan merupakan reservoir Trypanosoma brucei rhodiense.Trypanosoma mempunyai trik untuk mengatasi sitem imunisasi tubuh. Setiap gelombang peningkatan parasit di dalam darah penderita mewakili generasi baru parasit dengan bentuk tubuh yang berbeda. Pembentukan parasit ini menyebabkan peningkatan sistem antibodi penderita. Sistem antibodi pada mulanya dapat mempertahankan diri, namun karena terlalu keras bekerja dalam tempo waktu yang panjang, sistem antibodi akan menjadi semakin lemah. Apalagi terkadang sitem antibodi ini menyerang sel-sel tubuh sendiri ketika berusaha memusnahkan parasit yang selalu berubah bentuk.  Masa inkubasi Masa inkubasi infeksi T.b. rhodiensiense yang lebih virulen, biasanya 3 hari sampai dengan beberapa minggu. Masa inkubasi infeksi T.b gambiense yang lebih kronik, berlangsung lebih lama yaitu beberapa bulan sampai bahkan beberapa tahun.  Kerentaan dan kekebalan Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Kadang kala terjadi infeksi tanpa gejala baik pada infeksi T b. Gambiensemaupun infeksi T.b. rhodesiense. Pernah ada yang melaporkan bahwa ada penderita dengan infeksi jenis gambience tanpa gejala SSP yang sembuh spontan namun laporan ini belum terbukti kebenarannya.  Cara-cara pemberantasan A. Cara-cara Pencegahan Memilih cara pencegahan yang tepat harus di dasari pada pengetahuan dan pengenalan ekologi dari vektor dan penyebab penyakit disuatu wilayah. Dengan pengetahuan tersebut, maka suatu daerah dengan keadaan geografis tertentu, dapat dilakukan satu atau beberapa langkah berikut sebagai langkah prioritas dalam upaya pencegahan : 11
  • 12. 1. Berikan Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara perlindungan diri terhadap gigitan lalat tsetse. 2. Menurunkan populasi parasit melalui survei masyarakat untuk menemukan mereka yang terinfeksi, obati mereka yang terinfeksi. 3. Bila perlu hancurkan habitat lalat tsetse, namun tidak dianjurkan untuk menghancurkan vegetasi secara tidak merata. Membersihkan semak-semak dan memotong rumput disekitar desa sangat bermanfaat pada saat terjadi penularan peridomestik. Apabila pada wilayah yang telah dibersihkan dari vegetasi liar dilakukan reklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian maka masalah vektor teratasi untuk selamanya. 4. Mengurangi kepadatan lalat dengan menggunakan perangkap dan kelambu yang sudah dicelup dengandeltametrin serta dengan penyemprotan insektisida residual (perythroid sintetik 5%, DDT, dan dieldrin 3% merupakan insektidida yang efektif). Dalam situasi darurat gunakan insektisida aerosol yang disemprotkan dari udara. 5. Melarang orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah endemis di Afrika untuk menjadi donor darah. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya 1. Laporan kepada Instansi Kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, kembangkan sistem pencatatan dan pelaporan. Dan galakkan upaya pencegahan dan pemberantasan. Disebagian besar negara penyakit ini bukan penyakit yang wajib di laporkan kelas 3 B (lihat tentang pelaporan Penyakit Menular). 2. Isolasi: Tidak dilakukan. penderita trypanosomiasis. Cegahlah Di agar beberapa lalat negara, tsetse tidak menggigit diberlakukan peraturan pembatasan gerak dari pasien-pasien yang tidak diobati. 3. Disinfeksi serentak: Tidak dilakukan 4. Karantina: Tidak dilakukan 5. Imunisasi terhadap kontak: Tidak dilakukanCreated by microsoft 6. Investigasi kontak dan sumber infeksi : Bila penderita merupakan anggota dari rombongan wisatawan merupakan anggota dari rombongan wisatawan, maka anggota lain dari rombongan tersebut harus diberi tahu agar berhati-hati dan terhadap mereka dilakukan investigasi. 7. Pengobatan spesifik: Bila tidak terjadi perubahan gambaran sel dan kadar protein pada LCS, suraminmerupakan obat pilihan untuk infeksi T.b. rhodiense danpentamidine untuk infeksi T.b. gambiense. Namun obat-obat ini tidak dapat menembus barier darah otak. 12
  • 13.  Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.  Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.  Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.  Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke 1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus dihentikan. C. Penanggulangan Wabah Dalam keadaan KLB lakukkan survei massal yang terorganisasikan dengan baik dan berikan pengobatan bagi penderita yang ditemukan serta lakukan pengendalian lalattsetse. Bila terjadi lagi KLB di daerah yang sama walaupun sudah melaksanakan upaya-upaya pemberantasan, maka upaya-upaya yang tercantum pada butir 9A harus dilakukan dengan lebih giat. D. Implikasi bencana: Tidak ada. E. Penanganan Internasional : Meningkatkan upaya kerjasama lintas sektor di daerah endemis. Penyebar luasan informasi dan meningkatkan tersedianya bahan dan alat diagnosa sederhana untuk skrining dan upaya sederhana pengendalian vektor. Kembangkan sistem yang efektif pendistribusian reagen dan obat-obatan. Kembangkan sistem pelatihan pada tingkat nasional dan internasional. Manfaatkan pusat-pusat kerjasama WHO. Kenya sedang mengembangkan perlakuan radiasi pada lalat tsetse jantan agar tidak dapat membuahi lalat betina sehingga populasi lalat tsetse semakin berkurang. Hal ini dilakukan dibawah naungan Lembaga Penelitian Trypanosoma Kenya (Trypanosomiasis Research Institute/TRI). F. Penemuan Baru Ilmuwan Korea Selatan Lee Soo-hee menemukan penyembuhan penyakit yang disebabkan parasit termasuk penyakit tidur Afrika. Lee (27) saat ini memimpin tim di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins. Risetnya dipublikasikan sebagai cerita sampul jurnal biologi “Cell” terbitan 25 13
  • 14. Agustus. Penemuannya dipuji sebagai terobosan bagi pengembangan obat baru untuk memerangi penyakit tidur Afrika dan penyakit lainnya. Lee mengatakan cara pembentukan asam lemak dari lapisan luar sel hewan baru ditemukan setelah penelitian selama tiga tahun. Parasit bernama trypanosome menggunakan enzim yang disebut elongase untuk mengubah lapisan luar mereka, dalam proses dia membubuhkan jejak elongase, untuk menyembunyikannya dari sistem kekebalan manusia. Penemuan itu dapat membuka jalan bagi pengobatan penyakit yang disebabkan parasit lainnya seperti penyakit tidur, kata Lee. Penyakit tidur, yang menjadi target utama penelitian Lee, ditularkan melalui gigitan lalat tsetse. Jika parasit berhasil masuk ke sistem saraf manusia, penderita akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan tidur dan akhirnya koma sebelum meninggal dunia. Penyakit tidur mengancam lebih dari 60 juta rakyat di 26 negara di Sub Sahara, Afrika. Diperkirakan 300.000 hingga 500.000 orang menderita penyakit ini. 14