2.
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri
atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua
objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek
tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet
kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi,
dan jutaan benda langit (meteor, asteroid,komet)
lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet
bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian
luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk
Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan
terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu
kali di luar bagian yang terluar.
3.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet
Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108
juta km), Bumi(150 juta km), Mars (228 juta
km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta
km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta
km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa
yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit
planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh
dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut
ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906
juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake
(6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima
planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masingmasing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin
planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
4. Banyak hipotesis tentang asal usul
Tata Surya telah dikemukakan para
ahli, beberapa di antaranya adalah :
5.
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel
Swedenborg (1688-1772)tahun 1734 dan disempurnakan
oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun1775. Hipotesis
serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de
Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini,
yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih
berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es,
dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian
besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan
arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi
bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus
menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas
dan es terlontar ke sekeliling Matahari.
Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring
dengan penurunan suhunya dan membentuk planet
dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit
berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan
konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
6. Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas
C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900.
Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup
dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan
Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya
tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses
internal Matahari, menarik materi berulang kali dari
Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan
terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari
Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali,
sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat,
dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka
sebut planetisimal dan beberapa yang besar
sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari
waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan
asteroid.
7. Hipotesis pasang surut bintang pertama kali
dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917.
Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya
bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang
hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang
lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama
mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi
planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun
1929 membantah bahwa tabrakan yang
sedemikian itu hampir tidak mungkin
terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris
Russell mengemukakan keberatannya atas
hipotesis tersebut.
8.
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan
oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis
kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang
berputar membentuk cakram raksasa.
9.
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001)
pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan
bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua
bintang yang hampir sama ukurannya dan
berdekatan yang salah satunya meledak
meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai
mengelilinginya.
10.
Lima planet terdekat ke Matahari
selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan
Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena
mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.
Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri
untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit
terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya
mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam"
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa
diamati melalui mata telanjang.
11.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih
tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan
bentuk penampakan Venus, seperti Venus
Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari.
Penalaran Venus mengitari Matahari makin
memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa
Matahari adalah pusat alam semesta, bukan
Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus
Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris
adalah Matahari dikelilingi
oleh Merkurius hingga Saturnus.
12.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan
lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang
menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada
hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan
perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit
dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes
Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan
puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727)
dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori
perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian
dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822)
menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Neptunus ditemukan pada
Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak
cukup menjelaskan gangguan orbit
Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
13.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah
Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang
mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat
dikira sebagai planet yang sebenarnya karena
ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000
objek kecil lainnya yang letaknya melampaui
Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga
mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar
100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk
Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek
trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam
Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km
pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret
2000), Sedna(1.800 km pada Maret
2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003
EL (1.500 km pada Mei 2004).
14.
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan
karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun
berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan
puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km
pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto,
objek ini juga memiliki satelit.
15.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari,
sebuah bintang deret utama kelas G2 yang
mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan
mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya.Yupiter dan Saturnus, dua komponen
terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira
90 persen massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit
Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang
umumnya dinamai ekliptika. Semuaplanet terletak
sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan
objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda
sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga
mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan
arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara
Matahari, terkecuali Komet Halley.
16.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari
objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti
bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya.
Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayornya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada
orbit elips, jarak antara objek dengan Matahari bervariasi
sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari
dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari
dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di
titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet
bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet,
asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya
berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata
Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu
dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa
perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari
Matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur
edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar
sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius,
sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter,
dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah
dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum
Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
17.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya
juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan
adalah benda pengorbit alami yang disebut
satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran
lebih besar dari planet. Hampir semua satelit
alami yang paling besar terletak di orbit
sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke
arah planet induknya secara permanen. Empat
planet terbesar juga memliki cincin yang berisi
partikel-partikel kecil yang mengorbit secara
serempak.
18.
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga
daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet
kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang
lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas
planet raksasa. Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian
terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri
yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek yang
mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.
Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan
mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan
diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya.
Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan
planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus,
dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya
karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek
Sabuk Kuiper.
19.
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang
mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup
untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat
membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata
Surya memiliki lima buah planet
kerdil:Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Objek
lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet
kerdil adalah: Sedna,Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang
memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut
"plutoid". Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari
Matahari adalah benda kecil Tata Surya.
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu
untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata
Surya. Batudigunakan untuk menamai bahan bertitik lebur
tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan
batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian
dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir
semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahanbahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium,
dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah
tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan
Saturnus.
20.
Sedangkan es,
seperti air, metana, amonia dan karbon
dioksida, memiliki titik lebur sekitar ratusan
derajat kelvin. Bahan ini merupakan
komponen utama dari sebagian besar satelit
planet raksasa. Ia juga merupakan komponen
utama Uranus dan Neptunus (yang sering
disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil
yang terletak di dekat orbit Neptunus.
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik
didih rendah (kurang dari ratusan kelvin),
yang termasuk gas dan es; tergantung pada
suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai
es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata
Surya.
21.
22.
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya
dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak
dari Matahari 57,9 × 106 km, atau
0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km,
0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan
Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara
4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara
3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang
disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan
mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya
berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan
beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres,
bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar
960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit
asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa
menyimpangiMerkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).
23.
Pada zona planet luar, terdapat planet gas
raksasa Yupiter (778,3 × 106 km,
5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA)
dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan
massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan
Matahari bisa diperkirakan dengan
menggunakan baris matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit
ini kemungkinan merupakan efek resonansi
sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di
baris matematis Titus-Bode, yang membuat
para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus
merupakan hasil tabrakan kosmis.
24. Matahari adalah bintang
induk Tata Surya dan
merupakan komponen
utama sistem Tata Surya
ini. Bintang ini
berukuran 332.830
massa bumi.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning
(tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa
menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan
dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima
Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang.
Bintang diklasifikasikan dengan diagram HertzsprungRussell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan
hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap
suhu permukaannya.
25.
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian
(terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang
padat, hampir tidak mempunyai atau tidak
mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem
cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat
yang membentuk kerak dan selubung, dan logam
seperti besi dan nikel yang membentuk intinya.
Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars)
memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah
meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang
letaknya di antara Matahari dan bumi
(Merkurius dan Venus) disebut juga planet
inferior.
26. Merkurius (0,4 SA dari
Matahari) adalah planet
terdekat dari Matahari
serta juga terkecil (0,055
massa bumi).
Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya
di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed
ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan
pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang
hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas
dari permukaannya karena semburan angin
surya.Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius
masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan
hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi
tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya
terhambat oleh energi awal Matahari
27. Venus (0,7 SA dari
Matahari) berukuran
mirip bumi (0,815 massa
bumi).
Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit
silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga
tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet
ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan
kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit.
Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan
mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan
jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam
atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum
dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan
magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga
sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
28. Bumi (1 SA dari Matahari)
adalah planet bagian
dalam yang terbesar dan
terpadat
satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi
dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki
mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di
antara planet-planet kebumian dan juga merupakan
satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng
tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan
planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan
21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satusatunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata
Surya.
29. Mars (1,5 SA dari Matahari)
berukuran lebih kecil
dari bumi dan Venus
(0,107 massa bumi).
Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan
utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang
dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus
Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris,
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai
baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna
karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua
satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga
merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
30. Yupiter (5,2 SA), dengan
318 kali massa bumi,
adalah 2,5 kali massa
dari gabungan seluruh
planet lainnya.
Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya
beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai
contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh
yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang
terbesar, Ganymede, Callisto, Io,
dan Europa menampakan kemiripan dengan planet
kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang
panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di
Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
31. Saturnus (9,5 SA) yang
dikenal dengan sistem
cincinnya, memiliki
beberapa kesamaan
dengan Yupiter, sebagai
contoh komposisi
atmosfernya
Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter,
planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau
95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang
paling tidak padat di Tata Surya. Titan berukuran lebih
besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di
Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
32. Uranus (19,6 SA) yang
memiliki 14 kali massa
bumi, adalah planet
yang paling ringan di
antara planet-planet
luar.
Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari
Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika.
Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan
gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan
energi panas.Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui,
yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan
Miranda.
33. Neptunus (30 SA)
meskipun sedikit lebih
kecil dari Uranus,
memiliki 17 kali massa
bumi, sehingga
membuatnya lebih
padat.
Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak
sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13
satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya
aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.Triton adalah
satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah
(retrogade).