2. SENI KRIYA
Merupakan jenis karya seni terapan yang meliputi: seni keramik,
seni ukir, seni tekstil, ataupun kerajinan. Salah satu hasil karya
seni terapan adalah batik.
Batik dikenal pertama kali pada abad XVII yang motifnya di
tuliskan pada daun lontar berbentuk binatang dan tumbuhan,
yang lambat laun menjadi motif abstrak dan bentuknya
menyerupai bentuk awan, relief candi, wayang beber dan
sebagainya. Di indonesia perkembangan batik berkaitan dengan
perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Di
masa kerajaan Mataram batik juga banyak dibuat dan digunakan,
dan juga pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Awalnya batik
hanya di gunakan dan dikerjakan terbatas di dalam kraton saja
untuk pakaian raja dan keluarganya serta pengikutnya. Karena
pengikut raja tinggal di luar kraton, maka kesenian batik dibawa
oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempat masing-
masing. Yang lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
3. Batik pekalongan diperkirakan sudah ada sejak tahun 1800.
Perkembangan yang signifikan diperkirakan setelah terjadi perang
besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang disebut
perang Diponegoro atau perang Jawa. Perjumpaan masyarakat
Pekalongan dengan bangsa Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan
Jepang pada masa lampau telah mewarnai kasanah perbatikan di
Pekalongan, baik motif maupun warnanya. Jenis batik hasil
pengaruh dari berbagai negara kemudian dikenal sebagai identitas
batik Pekalongan. Jeninis-jenisnya antara lain batik Jlamprang
pengaruh dari India dan Arab, batik Encim dan Klengenan
dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Pagi sore oleh Belanda,
dan batik Hokokai tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Daerah perkembanganya di sekitar daerah Pantai, yaitu
Pekalongan kota, daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
4. Seni kriya adalah sebuah karya seni yang di buat dengan
keterampilan tangan (hand skill) yang mencakup segala aspek
dengan tetap memperhatikan fungsi dan nilai pada kriya
tersebut sehingga seni kriya termasuk dalam kategori seni rupa
terapan nusantara. Penciptaanya sendiri tidak cuma di dasarkan
pada aspek fungsional (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga
pemenuhan kebutuhan dalam ke indahan emosionalnya.
Pada perkembangan yang terus kian maju, seni kriya pun mulai
di identikan dengan seni kerajinan, baik itu lokal maupun luar
daerah. Hal ini disebebkan karena pembuatan seni kriya tidak
terlepas dari teknik pengerjaan tangan (hand made) dengan
segala aspek dan fungsionalnya. Benda- benda tradisi seni
kriya ini telah ada sejak jaman prasejarah terdahulu. Dari
beberapa temuan itu diketahui bahwa, manusia mulai menetap
pada jaman batu muda (Neolitikum). Dari situ mereka mulai
membuat benda-benda fungsional untuk menunjang
aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu contohnya
adalah tembikar yang terbuat dari tanah lempung dan berfungsi
5. Hal itu terus berjalan hingga pada perkembangan berikutnya,
seni kriya pun mengalami perkembangan yang begitu pesat.
Perubahan ini tidak hanya pada spek fungsi semata, tetapi
merambah pada peningkatan kualitas bahan dan bentuk sesuai
corak hiasannya masing-masing. Awalnya benda-benda
tersebut memiliki bentuk yang rumit dan beraneka ragam
variasi. Begitupun juga pada hiasan yang terus meningkat,
semakin banyak, detail dan bervariasi.
6. Istilah “seni kriya‟ ini berasal dari kata “krya‟ (bahasa Sanskrta)
yang berarti “mengerjakan‟, dari akar kata tersebut selanjutnya
berubah menjadi kata kriya, karya, kerja. Dalam
pengertian artihusus yakni, mengerjakan sesuatu untuk
mengubah suatu benda atau objek. Sedangkan pada pengertian
lain, seluruh hasil tugas termasuk juga beragam
keteknikannya dinamakan “seni kriya”. ( Timbul Haryono, 2002).
Dalam bahasa Indonesia kata “kriya‟ adalah pekerjaan(kerajinan
tangan). Sedangkan dalam bahasa Inggris dinamakan craft yg
mengandung arti kemampuan atau energi, pengertian
lain sebuah ketrampilan bisa di artikan mengerjakan atau
menciptakan sesuatu. Istilah itu termasuk ketrampilan yang
sering dikaitkan pada profesi yang tampak dalam pengrajin
craftsworker. Pada kenyataannya seni kriya tidak jarang
dimaksudkan juga sebagai karya yg dihasilkan, sebab skill atau
ketrampilan satu orang; sama seperti didapati bahwa
seluruhkerja & ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam
persepsi kesenian yg berakar terhadap adat Jawa, dikenal
sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan
7. Penjelasan itu menunjukan posisi & pentingnya ketrampilan
dalam membuat(mengubah) benda sehari-hari, disamping
wawasan & kepekaan (bakal keindahan). Oleh karenanya,
suatu karya (seni) dalam proses penggarapannya tak
berdasarkan terhadap kepekaan & ketrampilan yg baik
(mumpuni), sehingga tidak ingin ada peluang bagi kita untuk
menikmati karya tersebut yang merupakan karya seni ( I
Made Bandem, 2002 ). Umumnya seni kriya sering
dimaksudkan sebagai karya yang menghasilkan skill atau
keterampilan seseorang, sebagaimana di ketahui bahwa
ekspresi dan kerja seni membutuhkan keterampilan.
Persepsinya, semua orang mengartikan bahwa, kesenian
berakar pada tradisi Jawa yang dikenal dengan sebutan
“kagunan“.
Sehingga, penjelasan ini menunjukan posisi dan pentingnya
sebuah keterampilan dalam mengubah benda atau objek
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, di samping
8. JENIS-JENIS SENI KRIYA
Adalah sebuah keharusan untuk kamu yang mau
mengenal lebih jauh tantang jenis sebuah karya
dari beragam macam bentuk dan gaya yang di
keluarkan oleh seni kriya nusantara. Bahan-bahan
karya itu langsung di ambil dari alam, semua di
manfaatkan dengan baik. Dari semua seni kriya
nusantara tersebut, banyak juga dari mereka para
pengrajin yang tetap mempertahankan ragam hias
tradisional sesuai dengan tuntutan pasar.
Jenis-jenis bahan yang biasa di gunakan dari seni
karya adalah sebagai berikut:
9. A. KRIYA KAYU
Kriya kayu adalah suatu bidang seni kriya yang pekerjaannya
membuat benda atau memiliki nilai fungsional maupun hiasan yang
menggunakan bahan-bahan dasar kayu. Dalam kriya kayu ada istilah
dasar yang biasa menjadi pekerjaan untuk tingkat pemula, sebuah
permualaan yang harus di kuasai. Karena banyak sekali kerajinan
yang terbuat dari kayu,diantaranya seperti wayang golek, furniture,
topeng, patung, dan hiasan ukiran-ukiran kayu lainnya.
11. C. KRIYA KERAMIK
Bahan-bahan dasar pembuatan keramik adalah tanah liat. Benda yang
di bentuk pun beragam namun, tetap menyesuaikan pada setiap
bentuk yang akan di olah, antara lain melalui teknik lempeng, pilin,
pijit dan biasa yang kita tahu itu adalah teknik cetak. Bila keramik
telah terbentuk, mulai dari proses pengeringan dan dibakar dengan
suhu tertentu, biasanya langsung diberi hiasan. Karena keramik,
diproduksi sebagai penghias dalam setiap benda yang ada atau
benda siap pakai dengan ragam macam bentuk misalnya, pot bunga,
vas bunga, guci dan lain sebagainya. Ada beberapa daerah penghasil
keramik yang tersebar luas di Nusantara, yaitu kota Malang,
Yogyakarta, Purwokerto dan Cirebon.
12. D. KRIYA LOGAM
Kriya logam adalah seni kriya yang khusus mengolah logam
menjadi macam benda kerajinan. Cara mengolanyapun tidak
begitu sulit (rumit), hanya mengecor logam hingga menjadi panas
lalu di cetak melalui cetakan. Contoh umum yang biasa kita
ketahui tentang karya logam adalah perak, besi, perunggu, emas,
almunium, tembaga, dan kuningan. Begitupun pada produk yang
dihasilkan, misalnya perhiasan perak, emas senta tajam, patung
dari perunggu, peralatan rumah tangga dan biasanya untuk alat
musik gamelan. Bahkan sudah banyak kriya logam yang dibuat
dengan berbagai macam veriasi.
Yang perlu kita ketahui, ada dua teknik cara membuat karya dari
seni kriya logam, Yaitu teknik bivalve dan teknik a cire perdue.
Teknik bivalve atau setangkap, yaitu sebuah cara dengan
menggunakan cetakan yang di tangkupkan pada cetakan logam,
13. Sedangkan teknik a cire perdue atau cetakan lilin, adalah dengan cara
membuat bentuk benda dari lilin sesuai dengan yang kita kehendaki.
Jika sudah membuat modelnya, cetakan model lilin tersebut langsung
ditutup dengan menggunakan tanah, kemudian dibuatkan lubang
dari atas dan di bawahnya. Setelah itu cetakan dibakar, sehingga lilin
yang terbungkus dengan tanah hingga mencair, dan akan keluar
melalui lubang bagian bawah. Selanjutnya melalui lubang bagian atas
dimasukkan pada cairan perunggu. Jika sudah dingin, cetakan
tersebut bisa langsung dipecah sehingga keluarlah benda yang
diinginkan.
14. E. KRIYA KULIT
Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya dari
kulit. Kulit yang digunakan pun bervariasi, mulai dari kulit sapi,
kerbau, kambing, ular dan buaya. Namun sebelum dipakai,
terlebih dahulu kulit harus mengalami proses pengolahan yang
panjang. Mulai dari pemisahan dari daging beserta kulitnya,
pembersihannya, pencucian pada cairan tertentu, pewarnaan
dengan warna yang diinginkan, perendaman dengan zat kimia
tertentu (penyamakan), pengeringan, penghalusan dan
perentangan supaya tidak mengkerut. Setelah melalui beberapa
tahapan itu, kulisa bisa di langsung dipotong-potong sesuai
dengan ukuran yang ditentukan. Hasil kriya kulit nantinya bisa
berupa sepatu, tas, pakaian (jaket), wayang kulit, dompet,
tempat HP, ikat pinggang, alat musik rebana dan beberapa jenis
15. F. KRIYA BATU
Ternyata batu pun memiliki karya seni yang memiliki nila tinggi. Dari
teksturnya yang keras dan cenderung kaku untuk dibentuk, ternyata
dapat diolah menjadi sebuah seni karya yang indah. Salah satu
kerajinannya berasal dari daerah Sukaraja, Sukabumi. Di daerah ini
dapat di jumpai berbagai material batu yang sudah di olah menjadi
hiasan dekorasi rumah. Ada banyak macam bentuk kerajinan dari
batu-batu tersebut, diantaranya batu fosil, jesper, akik dan batu-batu
permata lainnya yang dibentuk menjadi hiasan dengan motif flora
dan fauna.