SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
RANCANG BANGUN LOAD CELL SEBAGAI SENSOR GAYA
                     PADA SISTEM UJI

                                                   Oleh
                                             Dwi Purwanto*)


                                                  Abstrak
Makalah ini membahas tentang rancang bangun load cell sebagai komponen utama pada sistem
uji. Pembahasan mencakup pemilihan bahan, perhitungan perencanaan, penempelan strain gage
dan konfigurasi jembatan, verifikasi load cell serta metode kalibrasinya terhadap load cell
dengan kapasitas 100 kN untuk beban kerja tarik-tekan. Verifikasi terhadap load cell dilakukan
pasca fabrikasi untuk mengetahui kesesuaian antara perhitungan perencanaan dan aplikasi
dilapangan.
       Dari hasil verifikasi ditemukan bahwa terdapat penyimpangan regangan sebesar 96,838μ
atau sekitar 12,64%. Sedangkan dari hasil kalibrasi menggunakan load cell standard Carl
Schenc dengan mengacu pada British Standard 1610 part 1, 1992 dapat disimpulkan bahwa load
cell hasil rancang bangun masuk kelas 2 untuk beban kerja 10 kN sampai 100 kN dengan
ketidakpastian pengukuran Uc=0,362635 kN.

Kata kunci: rancang bangun load cell, verifikasi, metode kalibrasi.


                                                 Abstract
The main requirement of load cell as force censor beside must traceable to national or
international standard, technically it should have linier relation between the force input and
occurred tension in the area where the strain gage is set up and should be sensitive with worked
force. In this working paper, explain about 100 kN capacity of load cell structure post for press
worked.
       For knowing the appropriate between design calculation result and fabrication result
verification with measuring the amount of happened tension when loaded actually is done. We do
the calibration refer to BS 1610: 1992 Standard, using 100 kN standard load cell by Carl
Schenck with serial number 21374. From the result of calibration can be concluded that structure
post load cell is appropriate with the requirement at BS 1610:part 1: 1992 for level 2 in the 10
until 100 kN of press load, with measuring uncertainty Uc=0,362635 kN.

Keywords: load cell manufacturing, verification, calibration method.


I.       PENDAHULUAN

Kebutuhan sensor pada sistem uji akan terus meningkat dan semakin rumit sejalan
dengan kemajuan teknologi pengujian dan semakin bertambahnya jenis uji yang
dibutuhkan industri. Jenis-jenis sensor yang sering dibutuhkan dalam pengujian antara
lain sensor gaya (load cell), sensor pergeseran (displacement transducer), sensor tekanan

*)
     Peneliti Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT
(pressure gage), sensor temperatur (thermocouple), sensor getaran (accelerometer) dan
sensor lainnya. Kebutuhan akan peralatan tersebut saat ini masih banyak tergantung pada
barang-barang impor, sehingga apabila teknologi rancang bangun sensor telah dapat
diserap oleh industri maka akan berdampak pada semakin kecilnya ketergantungan kita
terhadap produk luar negeri.
      Load cell dalam aplikasinya selalu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di
lapangan. Dengan demikian kita dituntut untuk selalu melakukan inovasi mengenai
bentuk dan model dari load cell agar didapat suatu hasil pengukuran yang mendekati
kebenaran (accurate) serta handal. Atas dasar pemikiran itulah, maka pada makalah ini
disajikan cara pembuatan, verifikasi dan kalibrasi load cell dengan beban kerja tarik-
tekan sebagai dasar untuk pengembangan dan atau pembuatan load cell yang dapat
memenuhi kebutuhan pengukuran atau pengujian dilapangan.


II.   TEORI DASAR

Load cell adalah sebuah transducer gaya yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi
sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja. (1), untuk menentukan
tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan
antara tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut regangan[2]. Regangan
ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga memungkinkan untuk diukur
menggunakan sensor regangan atau strain gage




                        Gambar 1 Strain Gage Satu Sumbu
      Strain gage adalah transducer pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis
menjadi perubahan tahanan[3]. Strain gage logam dibuat dari kawat tahanan berdiameter
kecil atau lembaran-lembaran kawat tipis yang di-etsa. Tahanan dari foil kawat atau
logam ini berubah terhadap panjang jika bahan pada mana “gage” disatukan mengalami
tarikan atau tekanan. Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan
dan diukur dengan sebuah jembatan wheat-stone yang dipakai secara khusus. Sensitivitas
sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut gage factor, yang
didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi perubahan satuan panjang[3].
            ΔR
       k=        R                                [1]
            ΔL
                 L
Oleh karena ΔL        adalah regangan ε, sehingga persamaan dapat dituliskan sebagai:
                  L
            ΔR
       k=         R                                   [2]
              ε
Perubahan ΔR pada konduktor yang panjangnya L dapat dihitung menggunakan
persamaan tahanan:
               L   ρL
       R=ρ       =                             [3]
               A π d2
                   4
     Tarikan terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang ΔL dan
pengurangan diameter Δd secara bersamaan, demikian juga sebaliknya. Dengan
demikian tahanan konduktor berubah dan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

     Rs = ρ
                (L + ΔL )
              π (d − Δd )2
               4

     Rs = ρ
                        (
                      L 1 + ΔL
                            L
                                 )
            π (d 2 − 2dΔd + Δd 2 )
              4
                    L(1 + ΔL / L )
     Rs = ρ
                   2⎛       Δd Δd 2 ⎞
            π / 4 d ⎜ 1 − 2d 2 + 2 ⎟
                    ⎜
                    ⎝       d      d ⎟
                                     ⎠
                     L(1 + ΔL / L )
     Rs = ρ
                        ⎛        Δd    ⎞
              π / 4 d 2 ⎜1 − 2 d
                        ⎜           + 0⎟
                                       ⎟
                        ⎝        d2    ⎠
                   L(1 + ΔL / L )
     Rs = ρ                                    [4]
                                Δd
              π / 4 d 2 ⎛ 1 − 2d 2 ⎞
                        ⎜          ⎟
                        ⎝       d ⎠
      Persamaan diatas dapat disederhanakan menggunakan bilangan poisson rasio µ,
sehingga persamaan menjadi:
                   L(1 + ΔL / L )
     Rs = ρ                                    [5]
                        ⎛        ΔL ⎞
              π / 4 d 2 ⎜1 − 2 μ    ⎟
                        ⎝         L ⎠
     Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan diukur
dengan sebuah jembatan wheatstone yang dipakai secara khusus.
Gambar 2 Jembatan Wheatstone
       Jembatan disebut setimbang bila beda potensial pada G (galvanometer) adalah 0 V.
Kondisi ini terjadi bila tegangan dari node 1 ke 2 sama dengan tegangan dari node 4 ke 2.
Atau dengan mendasarkan pada terminal lainnya, jika tegangan diari node 1 ke 3 sama
dengan tegangan dari node 4 ke 3.
Jadi jembatan dalam keadaan setimbang jika:
       I 1 R1 = I 4 R4                             [6]

Jika arus galvanometer adalah 0 V, kondisi berikut juga dipenuhi:
                       V
       I1 = I 2 =                                  [7]
                    R1 + R2
                       V
       I4 = I3 =                                   [8]
                    R3 + R4

Dengan mensubstitusi persamaan-persamaan diatas diperoleh:
         I 1 R1 = I 4 R4
            V            V
                 R1 =         R4
         R1 + R2      R3 + R4
            R1     R4
Atau            =
         R1 + R2 R3 + R4
         R1 (R3 + R4 ) = R4 (R1 + R2 )
         R1 R3 + R1 R4 = R4 R1 + R4 R2
                              R1 R4
         R1 R3 = R2 R4 atau     =                  [9]
                              R2 R3

Persamaan diatas merupakan bentuk yang telah dikenal dalam kesetimbangan jembatan
Wheatstone(3).


III. RANCANG BANGUN LOAD CELL KAPASITAS 100 kN
Optimasi bentuk dan dimensi load cell dilakukan dengan memperhatikan dimensi ruang
yang tersedia serta gaya atau beban yang akan bekerja. Untuk keperluan analisis tegangan
dilakukan menggunakan simulasi metoda elemen hingga (finite element method). Beban
yang diberikan pada model adalah beban kerja tekan sesuai dengan peruntukannya,
sehingga dapat diketahui daerah paling besar terjadi konsentrasi tegangan serta beban
maksimum yang masih diijinkan




                   Gambar 3 Analisa Tegangan Menggunakan FEM

Penampang load cell untuk beban kerja tekan dihitung dengan persamaan:
          F
      σ=                             [10]
           A
      σ = εE                         [11]
dimana:
       σ = Tegangan                         [N/mm2]
       ε = Regangan                  [microstrain]
      E = Modulus Elastisitas        [N/mm2]
Dari substitusi persamaan [10] dan [11] dapat dihitung luas penampang load cell ( A )
sebagai berikut
          F                  F
            = εE       A=                   [12]
          A                 εE
Load cell untuk beban kerja tarik-tekan adalah seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 4 Load Cell untuk Beban Tekan
      Penampang load cell dibuat berbentuk cincin dengan maksud selain untuk
memperbesar permukaan load cell juga untuk memudahkan komponen lain terpasang
dalam satu sumbu. Sedangkan lubang ulir M-8 digunakan untuk menghubungkan load
cell dengan choosen plate agar load cell lebih fleksibel dipasang pada peralatan uji.
      Material yang dipilih adalah ASSAB 760,(2) yang memiliki karakteristik mekanik
material sebagai berikut:
Tensile Strength             = 65–80 kg/mm2
Yield Point           = 35–45 kg/mm2
Elasticity Modul             = 210.103 N/mm2
      Perhitungan penampang load cell untuk beban rencana 100 kN, dengan regangan
yang diharapkan (ε) = 0,1 %, dilakukan dengan memasukan harga F, ε dan E pada
persamaan [12].
           F
     A=
          εE
              100.000N
     =
       210.10 N    3
                     .1000.10 −6
                mm 2
     = 476,190mm 2
Diameter load cell dihitung dengan persamaan:
              π
         A=       (D2 − d 2 )                      [13]
              4
Jika diameter lobang load cell (d) diambil 28 mm, maka diameter load cell (D), dapat
diperoleh dengan memasukan harga A dan d kepersamaan:

                  A
         D=               + d2                     [14]
                  π
                      4
Maka diperoleh diameter load cell (D) = 37,290 mm.
Dari persamaan [10], diperoleh harga tegangan yang bekerja pada beban
maksimum:
            F          F
       σ=     =
            A π
                  4
                      (D   2
                               − d2)

       σ = 160,826 N / mm 2 .
Sedang dari persamaan [11] diperoleh harga regangan:
       σ = εE
          σ
       ε = x106 μ = 765,838μ =.
            E
Daerah elastis bahan umumnya terjadi pada tegangan yang menyebabkan regangan 0,2%
atau 2000 µ(5)


IV.   PEMASANGAN STRAIN GAGE

Pada pembebanan murni seperti tekan, tarik, bending dan puntir dalam praktek jarang
terjadi secara sendiri-sendiri, melainkan bekerja secara bersama-sama. Untuk kasus
pembebanan kombinasi seperti ini diperlukan cara pemasangan strain gage dan
pemilihan konfigurasi jembatan yang tepat. Selain itu pengaruh temperatur disekeliling
juga harus diperhatikan. Perubahan temperatur akan menyebabkan load cell mengerut
atau mengembang dan efeknya akan terlihat pada regangan yang terbaca pada alat ukur.
Jika tidak dilakukan kompensasi regangan akibat perubahan temperatur, maka regangan
akibat pembebanan tidak dapat dibedakan dari regangan akibat temperatur. Akibatnya
hasil pengukuran tidak dapat dijamin keabsahannya. Untuk mengatasi hal tersebut pada
penempelan strain gage ini dipakai konfigurasi jembatan penuh [3], yang dalam hal ini
regangan akibat momen bending dan temperatur jika ada akan ikut terukur selain
regangan akibat beban tekan ataupun tarik.




            Gambar 5 Penempelan Strain Gage & Konfigurasi Jembatan
Gambar 6 Penempelan Strain Gage pada Load Cell


V.   SENSITIVITAS LOAD CELL

Sensitivitas load cell terhadap gaya yang bekerja dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Jika beban F diberikan maka regangan normal atau regangan longitudinal yang terjadi
besarnya adalah:
       F
          = εE
       A
             F
       εn =                                 [15]
             AE
Sedang regangan transversal atau regangan lateral besarnya adalah:
                εt
       μ=−
                εn
       ε t = − με n
                μF
       εt = −                               [16]
                AE
Perubahan regangan yang terjadi ini sebanding dengan perubahan tahanan pada strain
gage, sehingga dapat diukur dengan jembatan wheatstone(4) seperti berikut ini:
Gambar 4 Load Cell & Tegangan Eksitasi
      Jika pada node 2 & 3 dihubungkan dengan tegangan eksitasi Vs, maka pada node 1
& 4 akan timbul tegangan keluaran Vo. Perbandingan antara tegangan keluaran Vo dan
tegangan eksitasi Vs, disebut sensitivitas load cell. Sedangkan harga Vo tergantung pada
rasio R1 : R2 dan R3 : R4. Secara umum persamaannya adalah sebagai berikut:
        Vo       R1         R4
            =          −
        Vi R1 + R2 R3 + R4
       Vo    R1 R3 − R2 R4
          =                                           [17]
       Vi (R1 + R2 )(R3 + R4 )
Dalam keadaan setimbang:
      Vo
          =0                                          [18]
       Vi
Keadaan ini dicapai jika:
     R1 = R2 = R3 = R4
Atau     R1 : R2 = R3 : R4
Jika     R1 , R2 , R3 , R4 bervariasi maka:
     Vo 1 ⎡ ΔR1 ΔR2 ΔR3 ΔR4 ⎤
        =        −      +     −
     Vi 4 ⎢ R1
           ⎣        R2     R3   R4 ⎥
                                   ⎦
Dengan mensubstitusikan harga
         ΔR
            = kε , sehingga diperoleh:
          R
       Vo 1
         = [ε 1 − ε 2 +ε 3−ε 4 ].k
       Vi 4
                                                 F
Dimana           ε1 = ε 3 = ε n           εn =
                                                 AE
ε2 = ε4 = εt                          μ.F
                                            εt = −
                                                     A.E
Maka:
        Vo 1 ⎡ kF μkF kF μkF ⎤
          =      +   +  +
        Vi 4 ⎢ AE AE AE AE ⎥
             ⎣               ⎦
               =   1 ⎡ kF    μkF ⎤
                       2  +2
                   4 ⎢ AE
                     ⎣       AE ⎥⎦

               = 1 .2 kF (1 + μ )
                   4    AE
                1 kF
               =      (1 + μ )
                2 AE
                k
               = εn(1 + μ )
                2
                k
               = (1 + μ ).ε n
                2
Harga poison rasio (μ ) untuk baja adalah 0,30. Harga faktor gage (k ) untuk strain gage
tipe FLA-6-11adalah 2,11.
Dengan demikian sensitivitas load cell adalah:
      Vo k
        = (1 + μ )ε n
      Vs 2

           = 2,11 (1 + 0,30 ).765 ,809 μs
               2
               = 1,050 mV
                         V
Artinya: Jika load cell diberi tegangan eksitasi (Vs) sebesar 1 Volt pada beban
maksimum (10 ton), load cell akan mengeluarkan out put (Vo) sebesar 1,050 mV. Jika
tegangan eksitasi (Vs) sebesar 5 Volt, maka out putnya sebesar 5,25 mV.


VI. VERIFIKASI

Verifikasi dilakukan dengan cara mengukur besarnya regangan yang terjadi pada load
cell ketika dibebani secara aktual, agar diketahui kesesuaian antara hasil perhitungan
dalam perencanaan dengan hasil fabrikasi. Pengambilan material yang tidak sesuai
dengan spesifikasinya atau kegagalan dalam fabrikasi yang tidak saja disebabkan oleh
faktor manusia (human error) akan tetapi lebih disebabkan oleh ketidak presisian
peralatan maupun peralatan ukur yang digunakan dalam fabrikasi adalah menjadi
penyebab utama ketidak sesuaian antara hasil perhitungan dalam perencanaan dengan
hasil aktual dilapangan.
Metoda yang dilakukan untuk pengukuran regangan pada load cell adalah sebagai
berikut:
a.    Load Cell hasil fabrikasi diletakan pada mesin tekan 980 kN, Tipe KP 100, Merk
      Bley Geratebau Eschwege.




                      Gambar 8 Verifikasi Load Cell Hasil Fabrikasi
b.     Hubungkan pengkondisi sinyal dengan kalibrator menggunakan kabel load cell.




                    Gambar 9 Hubungan Pengkondisi Sinyal & Kalibrator
c.     Sesuaikan penunjukan jumlah chanel, satuan beban dan regangan, tipe jembatan, k
       factor strain gage dll pada pengkondisi sinyal.
d.     Posisikan switch selector kalibrator pada 1 mv/v dan posisi 100 %. Penunjukan
       harga pada pengkondisi sinyal harus sesuai dengan harga regangan yang terjadi
       dengan system konfigurasi yang digunakan load cell yaitu:
                    1      4 Vo
       ε = εn =           . .
                 2(1 + μ ) k Vs
        Vo
Jika       = 1mV / V atau   ⎛ 1 ⎞,
                            ⎜      ⎟
                                       maka
        Vs                  ⎝ 1000 ⎠

                      1      4 1     1 4 1      2
       ε = εn =                    =   . .    =     .10 −6 = 769 μ .
                  2(1 + 0,3) 2 1000 2,6 2 1000 2600
Jika penunjukan tidak sesuai, maka program coefisient factor pada data pengkondisi
sinyal harus diubah.
e.    Setelah prosedur 2 s/d 4 seslesai, selanjutnya kabel yang terhubung ke kalibrator
      dilepas dan dihubungkan ke load cell hasil fabrikasi.
Gambar 10 Hubungan Pengkondisi Sinyal & Load Cell Fabrikasi

f.   Nol kan posisi pengkondisi sinyal untuk mendapatkan harga nol dari load cell, dan
     pengukuran regangan siap dilaksanakan.
g.   Berikan 3 (tiga) seri pembebanan tekan secara bertahap sedangka tiap seri
     pembebanan terdiri dari 10 kN s/d 100 kN.
h.   Untuk setiap tahap pembebanan hasilnya di catat sesuai dengan yang ditunjukan
     pengkondisi sinyal. Hasil pengukuran ditunjukan pada Tabel 1.
                           Tabel 1 Hasil Pengukuran Regangan
        Beban                                  Regangan (μ)
        ( kN )                    I                 II                   III
          10                     70                 69                    70
          20                    137                137                   137
          30                    204                204                   204
          40                    270                270                   270
          50                    336                337                   337
          60                    403                403                   403
          70                    469                469                   469
          80                    535                536                   536
          90                    602                602                   602
         100                    669                668                   669
      Nilai regangan pada Tabel 1, adalah merupakan nilai yang sudah tidak lagi
terpengaruh oleh adanya panas temperature kamar dan panjangnya kabel antara load cell
dan peralatan pengkondisi sinyal, sehingga tidak perlu lagi dikoreksi perbedaan sistem
kepekaan strain gage (gage factor) dan sistem alat, (device factor), oleh sebab koreksi
kedua sistem tadi sudah dimasukan pada saat memprogram pengkondisi sinyal. Dari data
hasil pengukuran regangan, untuk beban maksimum 100 kN adalah 669 μ. Sedangkan
dari hasil perhitungan untuk beban 100 kN besarnya regangan adalah 765,838 μ. Disini
terdapat selisih regangan sebesar 96,838 μ atau sekitar 12,64 %.
      Dari data hasil pengukuran untuk beban 100 kN tegangan yang terjadi pada load
cell adalah:
     σ = Eε ,
     σ = 210.103 N          669.10−6
                     mm2
       = 140,49 N
                    mm 2
Sedangkan dalam perhitungan desain tegangan yang terjadi adalah sebesar 160,82
N/mm . Disini ada selisih tegangan sebesar 20,33 N/mm2. Dengan demikian dari hasil
      2

verifikasi didapat adanya ketidaksesuaian antara perhitungan desain dengan pengukuran
beban aktual dilapangan. Kemungkinan penyebabnya adalah:
•     Proses pembubutan dilakukan hanya dengan menggunakan mesin bubut
      konvensional.
•     Penempelan strain gage dilakukan hanya dengan menggunakan kekuatan
      penekanan ibu jari.



VII. KALIBRASI

Untuk dapat diaplikasikan sebagai sensor pada sistem uji, sensor hasil fabrikasi harus
dikalibrasi menggunakan peralatan kalibrasi yang tertelusur (traceable) ke standar
nasional maupun internasional.




                          Gambar 11 Kalibrasi Load Cell
Langkah-langkah kalibrasi:
a.   Buat rangkaian sistem kalibrasi sedemikian rupa sehingga keseluruhan gaya
     aksial dapat diterima secara merata, seperti ditunjukan pada gambar berikut ini.




                     Gambar 11 Rangkaian Sistem Kalibrasi
b.   Hidupkan tegangan listrik ±10 menit hingga penunjukan pengkondisi sinyal stabil.
c.   Kalibrasi load cell standar dengan menggunakan kalibrator dengan susunan seperti
     ditunjukan pada gambar berikut ini.
Gambar 12 Rangkaian Kalibrasi Load Cell Standar Menggunakan Kalibrator
        Oleh karena sensitivitas load cell standar 100 kN = 1,474 mv/v, Maka, Jika load
cell diberi sinyal kalibrasi 1 mv/v, pengkondisi.
sinyal harus menunjukan.
           1
               × 100kN = 67,84
        1,474
Jika tidak, putar gain sampai pengkondisi sinyal menunjukan 67.84. Nolkan kalibrator,
pengkondisi sinyal harus nol, jika tidak nolkan dan ulangi lagi hingga didapat harga yang
diinginkan.
d.    Hubungkan kabel pengkondisi sinyal ke load cell standar serta pengkondisi sinyal
      ke load cell hasil fabrikasi, seperti ditunjukan pada gambar berikut, kemudian
      keduanya di nolkan. (zero setting).




                 Gambar 13 Rangkaian Kalibrasi Load Cell Fabrikasi
e.     Lakukan pembebanan ±50% dari beba maksimal (50 kN). Penunjukan pada
       pengkondisi sinyal hasil fabrikasi harus 50,00 kN. Jika tidak putar gain sampai
       didapat harga 50,00 kN.
f.     Nolkan beban sampai load cell standar menunjukan harga 0,00 pada pengkondisi
       sinyalnya. Saat beban nol, load cell hasil fabrikasi harus nol. JIka tidak, nolkan dan
       ulangi tahap pembebanan 50 % hingga didapat harga yang diinginkan.
g.     Lakukan pemanasan 3 (tiga) kali dengan cara membebani load cell sampai
       kapasitas maksimumnya, sambil mengamati penunjukan load cell pada pengkondisi
       sinyal. Jika menyimpang ulangi poin 5 (lima).
h.    Lakukan pembebanan tahap demi tahap sebanyak tiga seri pembebanan, dengan
      tiap seri terdiri dari 10 taha pembebanan.
i.    Catat data hasil kalibrasi.
                              Tabel 2 Data Kalibrasi Load Cell
                        Penunjukan Standar                  Penunjukan Alat
                              ( kN )                    I         II       III
                                   0                  0,00      0,00      0,00
                                  10                  10,20     10,19     10,19
                                  20                  20,24     20,21     20,21
                                  30                  30,15     30,10     30,12
                                  40                  39,94     39,92     39,94
                                  50                  49,66     49,67     49,70
                                  60                  59,37     59,37     59,37
                                  70                  69,05     69,02     69,02
                                  80                  78,70     78,69     78,71
                                  90                  88,34     88,35     88,37
                                 100                  98,00     98,01     98,01
                                  0                   0,03      0,02      0,02




VIII. ANALISA HASIL KALIBRASI

Dari data kalibrasi dapat dihitung antara lain:
a.    Rata-rata penunjukan alat.
           Χ1 + Χ 2 + Χ 3
        Χ =
                 3
b.     Kesalahan relative.
         Χ1 − Χ
      Fc =      × 100%
           Χ
c.     Mampu ulang relative.
           Χ maks − Χ min
      b=                    × 100%
                 Χ
                               Tabel 3 Analisa Hasil Kalibrasi

                                 (Χ)         ( Fc )           (b ) %
                                  0          0,00              0,00
                                10,19        -1,93             0,10
                                20,22        -0,10             0,15
                                30,12        -0,41             0,17
                                39,93        0,17              0.05
                                49,68        0,65              0,08
                                59,37        1,05              0,00
                                69,03        1,39              0,04
78,70       1,63         0,03
                                 88,35       1,83         0,03
                                 98,01       1,99         0,01
                                 0,05        0,05         0,00


          Tabel 4 Klasifikasi Alat Menurut B S 1610 Part 1; Tahun 1992(5)
                             Nilai maksimum yang diijinkan terhadap alat
        Kelas             Mampu ulang     Kesalahan relative Kesalahan titik
                          Relative (%)          (%)                  nol
                                                                Relative (%)
          0,5                 0,5               ± 0,5               ± 0,1
           1                  1,0               ± 1,0               ± 0,2
           2                  2,0               ± 2,0               ± 0,4

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa load cell hasil masuk kelas 2 untuk beban 10 kN
hingga 100 kN sesuai dengan klasifikasi alat menurut B S 1610 part 1; tahun 1992.
d.    Nilai gaya sebenarnya dapat diperoleh dengan memasukan nilai X (nilai standar) ke
      persamaan regresi derajat 3.
       Y = 3E - 0,6X3 - 0,0008X2 +1,023X + 0,0281
e.    Sedang residual (r), diperoleh dengan mengurangi setiap hasil penunjukan load cell
      dengan nilai Y, seperti terlihat pada Tabel 5, dibawah ini.
                           Tabel 5 Analisa Polinom Derajat 3
                         Y = 3E – 0,6X3 – 0,0008X2 + 1,023X + 0,0281
     Nilai regresi      Nilai regresi                     Residual ^2
       standar              Alat               I                II          III
          0,00                0,03          0,001            0,001         0,001
         10,00               10,18          0,000            0,000         0,000
         20,00               20,19          0,002            0,000         0,000
         30,00               30,08          0,005            0,000         0,002
         40,00               39,86          0,006            0,004         0,006
         50,00               49,55          0,011            0,014         0,022
         60,00               59,18          0,038            0,038         0,038
         70,00               68,75          0,092            0,074         0,074
         80,00               78,28          0,173            0,165         0,181
         90,00               87,81          0,286            0,297         0,319
        100,00               97,33          0,451            0,465         0,465


f.   Standar deviasi (σ), diperoleh dengan menggunakan rumus:
       σ (x ) =   {Σr (x1 ) / V A }
σ (x ) =   {(Χ   1
                             2        2              2
                                                         ) }
                                 + Χ 2 + ....... + Χ n / V A
        σ (x ) = 0,34586415.
        dimana: V A = n – 3
                n = jumlah data.
                3 = koefisien regresi.
g.    Ketidakpastian Tipe A ( U A ), yakni sama dengan standar deviasi.
        U A = 0,34586415.

h.    Ketidakpastian Tipe B ( U B ), diperoleh dari harga load cell standard dibagi kc
      (faktor cakupan) yang dicari dalam selebaran –T student.
        U B = 0,109005
i.    Ketidakpastian Tipe C, dihitung menggunakan rumus:

      Uc =     {(U   A   )2 + (U resolusi )2 + (U B )2 }
      Uc = 0,362635
      dimana:
      U resolusi = Resolusi /2 / V3.
j.    Ketidakpastian dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95%, (U95), dicari
      menggunakan rumus:
        U 95 = kc .Uc
      U 95 = 0,73978
k.    Derajat kebebasan efektif (Vef) dengan tingkat keandalan 20 % adalah

       Veff =
                            (Uc )4
              (U A )4 + (U B )4 + ..... (U N )4
                     VA        VB               VN
      Veff = 31,9493


IX.   KESIMPULAN

Dari hasil rancang bangun diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Teknologi rancang bangun load cell sudah harus dikembangkan pada sektor
      industri dalam negeri.
2.    Untuk mengeleminir ketidaksesuaian antara perhitungan perencanaan dan aplikasi
      dilapangan pembuatan load cell harus dilakukan menggunakan mesin atau
      peralatan presisi tinggi (Computer Numerical Control).
3.   Hasil rancang bangun load cell dengan kapasitas 100 kN untuk beban kerja tarik-
     tekan masuk kedalam kelas 2, sesuai dengan B S 1610 part 1; tahun 1992 dengan
     Nilai ketidakpastian pengukuran Uc = 0.362635 kN.
4.   Untuk dapat diaplikasikan di industri kalibrasi terhadap load cell harus dilakukan di
     Laboratorium Kalibrasi yang sudah terakreditasi, sehingga mendapatkan sertifikat
     kalibrasi sebagai legal formal terhadap penggunaan load cell tersebut.



                                DAFTAR PUSTAKA

1.   Sutanto, " Teknik Instrumentasi", Dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, UI
     PRESS 1999.
2.   "Assab Machinery Steel" PT.TIRA AUSTENITE INDUSTRIAL ESTATE
     PULOGADUNG, 2000.
3.   Weni Wijatmoko Harjoprayitno, Dr., “Analisa Tegangan Eksperimental Dengan
     MeToda Strain Gage”. Laboratoria Uji Konstruksi, 2002.
4.   Mardianto, Dr., "Mata Kuliah Instrumentasi Electric", Sekolah Tinggi Teknologi
     Mutu Muhammadiyah, 2004.
5.   British Standard, “Material Testing Machines and Force Verification Equipment”,
     BS 1610: Part 1; 1992.

More Related Content

What's hot

Rangkaian Clipper
Rangkaian ClipperRangkaian Clipper
Rangkaian ClipperToro Jr.
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplacedwiprananto
 
Makalah transistor
Makalah transistorMakalah transistor
Makalah transistorAnnis Kenny
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbangSimon Patabang
 
3 engineer sebagai profesional
3 engineer sebagai profesional3 engineer sebagai profesional
3 engineer sebagai profesionalReza4646
 
Makalah Arduino
Makalah ArduinoMakalah Arduino
Makalah ArduinoWahyus31
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik TransistorRyan Aryoko
 
Desai Sistem Kendali dengan root locus
Desai Sistem Kendali dengan root locusDesai Sistem Kendali dengan root locus
Desai Sistem Kendali dengan root locusRumah Belajar
 
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan Aplikasinya
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan AplikasinyaSemikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan Aplikasinya
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan AplikasinyaAmir Muwahid
 
makalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendalimakalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendaliRandi Putra
 
aplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Laplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Lrezon arif
 
Bab 7 rangkaian orde dua
Bab 7 rangkaian orde duaBab 7 rangkaian orde dua
Bab 7 rangkaian orde duaRumah Belajar
 
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy ginting
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy gintingModul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy ginting
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy gintingMuhammad Kennedy Ginting
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
 
Resistor
ResistorResistor
ResistorPTIK BB
 

What's hot (20)

Rangkaian Clipper
Rangkaian ClipperRangkaian Clipper
Rangkaian Clipper
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplace
 
Diktat sistem-linier
Diktat sistem-linierDiktat sistem-linier
Diktat sistem-linier
 
Makalah transistor
Makalah transistorMakalah transistor
Makalah transistor
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
3 engineer sebagai profesional
3 engineer sebagai profesional3 engineer sebagai profesional
3 engineer sebagai profesional
 
Makalah Arduino
Makalah ArduinoMakalah Arduino
Makalah Arduino
 
Transformator
TransformatorTransformator
Transformator
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik Transistor
 
Desai Sistem Kendali dengan root locus
Desai Sistem Kendali dengan root locusDesai Sistem Kendali dengan root locus
Desai Sistem Kendali dengan root locus
 
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan Aplikasinya
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan AplikasinyaSemikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan Aplikasinya
Semikonduktor, Pengertian, Penjelasan dan Aplikasinya
 
makalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendalimakalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendali
 
aplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Laplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1L
 
Bab 7 rangkaian orde dua
Bab 7 rangkaian orde duaBab 7 rangkaian orde dua
Bab 7 rangkaian orde dua
 
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy ginting
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy gintingModul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy ginting
Modul pembelajaran rangkaian listrik by muhammad kennedy ginting
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
 
TURBIN AIR
TURBIN AIRTURBIN AIR
TURBIN AIR
 
Makalah Kutub Empat
Makalah Kutub Empat Makalah Kutub Empat
Makalah Kutub Empat
 
Laporan pk t
Laporan pk tLaporan pk t
Laporan pk t
 
Resistor
ResistorResistor
Resistor
 

Similar to RANGBANG LOAD CELL

Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptssuser97aaa8
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptxKelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptxMuhammadRiovanza
 
Hukum Ohm.ppt
Hukum Ohm.pptHukum Ohm.ppt
Hukum Ohm.pptDhonjiTV
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajamoses hadun
 
jembatan wheatstone
jembatan wheatstonejembatan wheatstone
jembatan wheatstoneZara Neur
 
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)university of Indonesia
 
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenanggawibisono91
 
Materi listrik statis
Materi listrik statisMateri listrik statis
Materi listrik statisari sudibjo
 
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
 
Unit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikUnit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikIndra S Wahyudi
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balikSimon Patabang
 
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan Aris Widodo
 
Modul 5 Kuliah fisika.pptx
Modul 5 Kuliah fisika.pptxModul 5 Kuliah fisika.pptx
Modul 5 Kuliah fisika.pptxYamiYugi15
 

Similar to RANGBANG LOAD CELL (20)

Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Bab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kudaBab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kuda
 
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptxKelompok ll  Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
Kelompok ll Instalasi Tegangan Tinggi.pptx
 
Hukum ohm
Hukum ohmHukum ohm
Hukum ohm
 
Hukum ohm
Hukum ohmHukum ohm
Hukum ohm
 
! 7 kapasitansi
! 7 kapasitansi! 7 kapasitansi
! 7 kapasitansi
 
Lab report 2
Lab report 2Lab report 2
Lab report 2
 
Hukum Ohm.ppt
Hukum Ohm.pptHukum Ohm.ppt
Hukum Ohm.ppt
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
jembatan wheatstone
jembatan wheatstonejembatan wheatstone
jembatan wheatstone
 
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)
Laporan praktikum lr01 nila ulya (1206258452)
 
Soal eks osn2009-final
Soal eks osn2009-finalSoal eks osn2009-final
Soal eks osn2009-final
 
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
 
Materi listrik statis
Materi listrik statisMateri listrik statis
Materi listrik statis
 
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
 
Unit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikUnit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrik
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik
 
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan
Pengukuran Kapasitans dengan Metode Jembatan
 
Modul 5 Kuliah fisika.pptx
Modul 5 Kuliah fisika.pptxModul 5 Kuliah fisika.pptx
Modul 5 Kuliah fisika.pptx
 

RANGBANG LOAD CELL

  • 1. RANCANG BANGUN LOAD CELL SEBAGAI SENSOR GAYA PADA SISTEM UJI Oleh Dwi Purwanto*) Abstrak Makalah ini membahas tentang rancang bangun load cell sebagai komponen utama pada sistem uji. Pembahasan mencakup pemilihan bahan, perhitungan perencanaan, penempelan strain gage dan konfigurasi jembatan, verifikasi load cell serta metode kalibrasinya terhadap load cell dengan kapasitas 100 kN untuk beban kerja tarik-tekan. Verifikasi terhadap load cell dilakukan pasca fabrikasi untuk mengetahui kesesuaian antara perhitungan perencanaan dan aplikasi dilapangan. Dari hasil verifikasi ditemukan bahwa terdapat penyimpangan regangan sebesar 96,838μ atau sekitar 12,64%. Sedangkan dari hasil kalibrasi menggunakan load cell standard Carl Schenc dengan mengacu pada British Standard 1610 part 1, 1992 dapat disimpulkan bahwa load cell hasil rancang bangun masuk kelas 2 untuk beban kerja 10 kN sampai 100 kN dengan ketidakpastian pengukuran Uc=0,362635 kN. Kata kunci: rancang bangun load cell, verifikasi, metode kalibrasi. Abstract The main requirement of load cell as force censor beside must traceable to national or international standard, technically it should have linier relation between the force input and occurred tension in the area where the strain gage is set up and should be sensitive with worked force. In this working paper, explain about 100 kN capacity of load cell structure post for press worked. For knowing the appropriate between design calculation result and fabrication result verification with measuring the amount of happened tension when loaded actually is done. We do the calibration refer to BS 1610: 1992 Standard, using 100 kN standard load cell by Carl Schenck with serial number 21374. From the result of calibration can be concluded that structure post load cell is appropriate with the requirement at BS 1610:part 1: 1992 for level 2 in the 10 until 100 kN of press load, with measuring uncertainty Uc=0,362635 kN. Keywords: load cell manufacturing, verification, calibration method. I. PENDAHULUAN Kebutuhan sensor pada sistem uji akan terus meningkat dan semakin rumit sejalan dengan kemajuan teknologi pengujian dan semakin bertambahnya jenis uji yang dibutuhkan industri. Jenis-jenis sensor yang sering dibutuhkan dalam pengujian antara lain sensor gaya (load cell), sensor pergeseran (displacement transducer), sensor tekanan *) Peneliti Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT
  • 2. (pressure gage), sensor temperatur (thermocouple), sensor getaran (accelerometer) dan sensor lainnya. Kebutuhan akan peralatan tersebut saat ini masih banyak tergantung pada barang-barang impor, sehingga apabila teknologi rancang bangun sensor telah dapat diserap oleh industri maka akan berdampak pada semakin kecilnya ketergantungan kita terhadap produk luar negeri. Load cell dalam aplikasinya selalu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di lapangan. Dengan demikian kita dituntut untuk selalu melakukan inovasi mengenai bentuk dan model dari load cell agar didapat suatu hasil pengukuran yang mendekati kebenaran (accurate) serta handal. Atas dasar pemikiran itulah, maka pada makalah ini disajikan cara pembuatan, verifikasi dan kalibrasi load cell dengan beban kerja tarik- tekan sebagai dasar untuk pengembangan dan atau pembuatan load cell yang dapat memenuhi kebutuhan pengukuran atau pengujian dilapangan. II. TEORI DASAR Load cell adalah sebuah transducer gaya yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja. (1), untuk menentukan tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan antara tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut regangan[2]. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga memungkinkan untuk diukur menggunakan sensor regangan atau strain gage Gambar 1 Strain Gage Satu Sumbu Strain gage adalah transducer pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan[3]. Strain gage logam dibuat dari kawat tahanan berdiameter kecil atau lembaran-lembaran kawat tipis yang di-etsa. Tahanan dari foil kawat atau logam ini berubah terhadap panjang jika bahan pada mana “gage” disatukan mengalami tarikan atau tekanan. Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan diukur dengan sebuah jembatan wheat-stone yang dipakai secara khusus. Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut gage factor, yang didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi perubahan satuan panjang[3]. ΔR k= R [1] ΔL L
  • 3. Oleh karena ΔL adalah regangan ε, sehingga persamaan dapat dituliskan sebagai: L ΔR k= R [2] ε Perubahan ΔR pada konduktor yang panjangnya L dapat dihitung menggunakan persamaan tahanan: L ρL R=ρ = [3] A π d2 4 Tarikan terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang ΔL dan pengurangan diameter Δd secara bersamaan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian tahanan konduktor berubah dan dapat dihitung dengan persamaan berikut: Rs = ρ (L + ΔL ) π (d − Δd )2 4 Rs = ρ ( L 1 + ΔL L ) π (d 2 − 2dΔd + Δd 2 ) 4 L(1 + ΔL / L ) Rs = ρ 2⎛ Δd Δd 2 ⎞ π / 4 d ⎜ 1 − 2d 2 + 2 ⎟ ⎜ ⎝ d d ⎟ ⎠ L(1 + ΔL / L ) Rs = ρ ⎛ Δd ⎞ π / 4 d 2 ⎜1 − 2 d ⎜ + 0⎟ ⎟ ⎝ d2 ⎠ L(1 + ΔL / L ) Rs = ρ [4] Δd π / 4 d 2 ⎛ 1 − 2d 2 ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ d ⎠ Persamaan diatas dapat disederhanakan menggunakan bilangan poisson rasio µ, sehingga persamaan menjadi: L(1 + ΔL / L ) Rs = ρ [5] ⎛ ΔL ⎞ π / 4 d 2 ⎜1 − 2 μ ⎟ ⎝ L ⎠ Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan diukur dengan sebuah jembatan wheatstone yang dipakai secara khusus.
  • 4. Gambar 2 Jembatan Wheatstone Jembatan disebut setimbang bila beda potensial pada G (galvanometer) adalah 0 V. Kondisi ini terjadi bila tegangan dari node 1 ke 2 sama dengan tegangan dari node 4 ke 2. Atau dengan mendasarkan pada terminal lainnya, jika tegangan diari node 1 ke 3 sama dengan tegangan dari node 4 ke 3. Jadi jembatan dalam keadaan setimbang jika: I 1 R1 = I 4 R4 [6] Jika arus galvanometer adalah 0 V, kondisi berikut juga dipenuhi: V I1 = I 2 = [7] R1 + R2 V I4 = I3 = [8] R3 + R4 Dengan mensubstitusi persamaan-persamaan diatas diperoleh: I 1 R1 = I 4 R4 V V R1 = R4 R1 + R2 R3 + R4 R1 R4 Atau = R1 + R2 R3 + R4 R1 (R3 + R4 ) = R4 (R1 + R2 ) R1 R3 + R1 R4 = R4 R1 + R4 R2 R1 R4 R1 R3 = R2 R4 atau = [9] R2 R3 Persamaan diatas merupakan bentuk yang telah dikenal dalam kesetimbangan jembatan Wheatstone(3). III. RANCANG BANGUN LOAD CELL KAPASITAS 100 kN
  • 5. Optimasi bentuk dan dimensi load cell dilakukan dengan memperhatikan dimensi ruang yang tersedia serta gaya atau beban yang akan bekerja. Untuk keperluan analisis tegangan dilakukan menggunakan simulasi metoda elemen hingga (finite element method). Beban yang diberikan pada model adalah beban kerja tekan sesuai dengan peruntukannya, sehingga dapat diketahui daerah paling besar terjadi konsentrasi tegangan serta beban maksimum yang masih diijinkan Gambar 3 Analisa Tegangan Menggunakan FEM Penampang load cell untuk beban kerja tekan dihitung dengan persamaan: F σ= [10] A σ = εE [11] dimana: σ = Tegangan [N/mm2] ε = Regangan [microstrain] E = Modulus Elastisitas [N/mm2] Dari substitusi persamaan [10] dan [11] dapat dihitung luas penampang load cell ( A ) sebagai berikut F F = εE A= [12] A εE Load cell untuk beban kerja tarik-tekan adalah seperti terlihat pada Gambar 3.
  • 6. Gambar 4 Load Cell untuk Beban Tekan Penampang load cell dibuat berbentuk cincin dengan maksud selain untuk memperbesar permukaan load cell juga untuk memudahkan komponen lain terpasang dalam satu sumbu. Sedangkan lubang ulir M-8 digunakan untuk menghubungkan load cell dengan choosen plate agar load cell lebih fleksibel dipasang pada peralatan uji. Material yang dipilih adalah ASSAB 760,(2) yang memiliki karakteristik mekanik material sebagai berikut: Tensile Strength = 65–80 kg/mm2 Yield Point = 35–45 kg/mm2 Elasticity Modul = 210.103 N/mm2 Perhitungan penampang load cell untuk beban rencana 100 kN, dengan regangan yang diharapkan (ε) = 0,1 %, dilakukan dengan memasukan harga F, ε dan E pada persamaan [12]. F A= εE 100.000N = 210.10 N 3 .1000.10 −6 mm 2 = 476,190mm 2 Diameter load cell dihitung dengan persamaan: π A= (D2 − d 2 ) [13] 4 Jika diameter lobang load cell (d) diambil 28 mm, maka diameter load cell (D), dapat diperoleh dengan memasukan harga A dan d kepersamaan: A D= + d2 [14] π 4 Maka diperoleh diameter load cell (D) = 37,290 mm.
  • 7. Dari persamaan [10], diperoleh harga tegangan yang bekerja pada beban maksimum: F F σ= = A π 4 (D 2 − d2) σ = 160,826 N / mm 2 . Sedang dari persamaan [11] diperoleh harga regangan: σ = εE σ ε = x106 μ = 765,838μ =. E Daerah elastis bahan umumnya terjadi pada tegangan yang menyebabkan regangan 0,2% atau 2000 µ(5) IV. PEMASANGAN STRAIN GAGE Pada pembebanan murni seperti tekan, tarik, bending dan puntir dalam praktek jarang terjadi secara sendiri-sendiri, melainkan bekerja secara bersama-sama. Untuk kasus pembebanan kombinasi seperti ini diperlukan cara pemasangan strain gage dan pemilihan konfigurasi jembatan yang tepat. Selain itu pengaruh temperatur disekeliling juga harus diperhatikan. Perubahan temperatur akan menyebabkan load cell mengerut atau mengembang dan efeknya akan terlihat pada regangan yang terbaca pada alat ukur. Jika tidak dilakukan kompensasi regangan akibat perubahan temperatur, maka regangan akibat pembebanan tidak dapat dibedakan dari regangan akibat temperatur. Akibatnya hasil pengukuran tidak dapat dijamin keabsahannya. Untuk mengatasi hal tersebut pada penempelan strain gage ini dipakai konfigurasi jembatan penuh [3], yang dalam hal ini regangan akibat momen bending dan temperatur jika ada akan ikut terukur selain regangan akibat beban tekan ataupun tarik. Gambar 5 Penempelan Strain Gage & Konfigurasi Jembatan
  • 8. Gambar 6 Penempelan Strain Gage pada Load Cell V. SENSITIVITAS LOAD CELL Sensitivitas load cell terhadap gaya yang bekerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Jika beban F diberikan maka regangan normal atau regangan longitudinal yang terjadi besarnya adalah: F = εE A F εn = [15] AE Sedang regangan transversal atau regangan lateral besarnya adalah: εt μ=− εn ε t = − με n μF εt = − [16] AE Perubahan regangan yang terjadi ini sebanding dengan perubahan tahanan pada strain gage, sehingga dapat diukur dengan jembatan wheatstone(4) seperti berikut ini:
  • 9. Gambar 4 Load Cell & Tegangan Eksitasi Jika pada node 2 & 3 dihubungkan dengan tegangan eksitasi Vs, maka pada node 1 & 4 akan timbul tegangan keluaran Vo. Perbandingan antara tegangan keluaran Vo dan tegangan eksitasi Vs, disebut sensitivitas load cell. Sedangkan harga Vo tergantung pada rasio R1 : R2 dan R3 : R4. Secara umum persamaannya adalah sebagai berikut: Vo R1 R4 = − Vi R1 + R2 R3 + R4 Vo R1 R3 − R2 R4 = [17] Vi (R1 + R2 )(R3 + R4 ) Dalam keadaan setimbang: Vo =0 [18] Vi Keadaan ini dicapai jika: R1 = R2 = R3 = R4 Atau R1 : R2 = R3 : R4 Jika R1 , R2 , R3 , R4 bervariasi maka: Vo 1 ⎡ ΔR1 ΔR2 ΔR3 ΔR4 ⎤ = − + − Vi 4 ⎢ R1 ⎣ R2 R3 R4 ⎥ ⎦ Dengan mensubstitusikan harga ΔR = kε , sehingga diperoleh: R Vo 1 = [ε 1 − ε 2 +ε 3−ε 4 ].k Vi 4 F Dimana ε1 = ε 3 = ε n εn = AE
  • 10. ε2 = ε4 = εt μ.F εt = − A.E Maka: Vo 1 ⎡ kF μkF kF μkF ⎤ = + + + Vi 4 ⎢ AE AE AE AE ⎥ ⎣ ⎦ = 1 ⎡ kF μkF ⎤ 2 +2 4 ⎢ AE ⎣ AE ⎥⎦ = 1 .2 kF (1 + μ ) 4 AE 1 kF = (1 + μ ) 2 AE k = εn(1 + μ ) 2 k = (1 + μ ).ε n 2 Harga poison rasio (μ ) untuk baja adalah 0,30. Harga faktor gage (k ) untuk strain gage tipe FLA-6-11adalah 2,11. Dengan demikian sensitivitas load cell adalah: Vo k = (1 + μ )ε n Vs 2 = 2,11 (1 + 0,30 ).765 ,809 μs 2 = 1,050 mV V Artinya: Jika load cell diberi tegangan eksitasi (Vs) sebesar 1 Volt pada beban maksimum (10 ton), load cell akan mengeluarkan out put (Vo) sebesar 1,050 mV. Jika tegangan eksitasi (Vs) sebesar 5 Volt, maka out putnya sebesar 5,25 mV. VI. VERIFIKASI Verifikasi dilakukan dengan cara mengukur besarnya regangan yang terjadi pada load cell ketika dibebani secara aktual, agar diketahui kesesuaian antara hasil perhitungan dalam perencanaan dengan hasil fabrikasi. Pengambilan material yang tidak sesuai dengan spesifikasinya atau kegagalan dalam fabrikasi yang tidak saja disebabkan oleh faktor manusia (human error) akan tetapi lebih disebabkan oleh ketidak presisian peralatan maupun peralatan ukur yang digunakan dalam fabrikasi adalah menjadi penyebab utama ketidak sesuaian antara hasil perhitungan dalam perencanaan dengan hasil aktual dilapangan.
  • 11. Metoda yang dilakukan untuk pengukuran regangan pada load cell adalah sebagai berikut: a. Load Cell hasil fabrikasi diletakan pada mesin tekan 980 kN, Tipe KP 100, Merk Bley Geratebau Eschwege. Gambar 8 Verifikasi Load Cell Hasil Fabrikasi b. Hubungkan pengkondisi sinyal dengan kalibrator menggunakan kabel load cell. Gambar 9 Hubungan Pengkondisi Sinyal & Kalibrator c. Sesuaikan penunjukan jumlah chanel, satuan beban dan regangan, tipe jembatan, k factor strain gage dll pada pengkondisi sinyal. d. Posisikan switch selector kalibrator pada 1 mv/v dan posisi 100 %. Penunjukan harga pada pengkondisi sinyal harus sesuai dengan harga regangan yang terjadi dengan system konfigurasi yang digunakan load cell yaitu: 1 4 Vo ε = εn = . . 2(1 + μ ) k Vs Vo Jika = 1mV / V atau ⎛ 1 ⎞, ⎜ ⎟ maka Vs ⎝ 1000 ⎠ 1 4 1 1 4 1 2 ε = εn = = . . = .10 −6 = 769 μ . 2(1 + 0,3) 2 1000 2,6 2 1000 2600 Jika penunjukan tidak sesuai, maka program coefisient factor pada data pengkondisi sinyal harus diubah. e. Setelah prosedur 2 s/d 4 seslesai, selanjutnya kabel yang terhubung ke kalibrator dilepas dan dihubungkan ke load cell hasil fabrikasi.
  • 12. Gambar 10 Hubungan Pengkondisi Sinyal & Load Cell Fabrikasi f. Nol kan posisi pengkondisi sinyal untuk mendapatkan harga nol dari load cell, dan pengukuran regangan siap dilaksanakan. g. Berikan 3 (tiga) seri pembebanan tekan secara bertahap sedangka tiap seri pembebanan terdiri dari 10 kN s/d 100 kN. h. Untuk setiap tahap pembebanan hasilnya di catat sesuai dengan yang ditunjukan pengkondisi sinyal. Hasil pengukuran ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Pengukuran Regangan Beban Regangan (μ) ( kN ) I II III 10 70 69 70 20 137 137 137 30 204 204 204 40 270 270 270 50 336 337 337 60 403 403 403 70 469 469 469 80 535 536 536 90 602 602 602 100 669 668 669 Nilai regangan pada Tabel 1, adalah merupakan nilai yang sudah tidak lagi terpengaruh oleh adanya panas temperature kamar dan panjangnya kabel antara load cell dan peralatan pengkondisi sinyal, sehingga tidak perlu lagi dikoreksi perbedaan sistem kepekaan strain gage (gage factor) dan sistem alat, (device factor), oleh sebab koreksi kedua sistem tadi sudah dimasukan pada saat memprogram pengkondisi sinyal. Dari data hasil pengukuran regangan, untuk beban maksimum 100 kN adalah 669 μ. Sedangkan dari hasil perhitungan untuk beban 100 kN besarnya regangan adalah 765,838 μ. Disini terdapat selisih regangan sebesar 96,838 μ atau sekitar 12,64 %. Dari data hasil pengukuran untuk beban 100 kN tegangan yang terjadi pada load cell adalah: σ = Eε , σ = 210.103 N 669.10−6 mm2 = 140,49 N mm 2
  • 13. Sedangkan dalam perhitungan desain tegangan yang terjadi adalah sebesar 160,82 N/mm . Disini ada selisih tegangan sebesar 20,33 N/mm2. Dengan demikian dari hasil 2 verifikasi didapat adanya ketidaksesuaian antara perhitungan desain dengan pengukuran beban aktual dilapangan. Kemungkinan penyebabnya adalah: • Proses pembubutan dilakukan hanya dengan menggunakan mesin bubut konvensional. • Penempelan strain gage dilakukan hanya dengan menggunakan kekuatan penekanan ibu jari. VII. KALIBRASI Untuk dapat diaplikasikan sebagai sensor pada sistem uji, sensor hasil fabrikasi harus dikalibrasi menggunakan peralatan kalibrasi yang tertelusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional. Gambar 11 Kalibrasi Load Cell Langkah-langkah kalibrasi: a. Buat rangkaian sistem kalibrasi sedemikian rupa sehingga keseluruhan gaya aksial dapat diterima secara merata, seperti ditunjukan pada gambar berikut ini. Gambar 11 Rangkaian Sistem Kalibrasi b. Hidupkan tegangan listrik ±10 menit hingga penunjukan pengkondisi sinyal stabil. c. Kalibrasi load cell standar dengan menggunakan kalibrator dengan susunan seperti ditunjukan pada gambar berikut ini.
  • 14. Gambar 12 Rangkaian Kalibrasi Load Cell Standar Menggunakan Kalibrator Oleh karena sensitivitas load cell standar 100 kN = 1,474 mv/v, Maka, Jika load cell diberi sinyal kalibrasi 1 mv/v, pengkondisi. sinyal harus menunjukan. 1 × 100kN = 67,84 1,474 Jika tidak, putar gain sampai pengkondisi sinyal menunjukan 67.84. Nolkan kalibrator, pengkondisi sinyal harus nol, jika tidak nolkan dan ulangi lagi hingga didapat harga yang diinginkan. d. Hubungkan kabel pengkondisi sinyal ke load cell standar serta pengkondisi sinyal ke load cell hasil fabrikasi, seperti ditunjukan pada gambar berikut, kemudian keduanya di nolkan. (zero setting). Gambar 13 Rangkaian Kalibrasi Load Cell Fabrikasi e. Lakukan pembebanan ±50% dari beba maksimal (50 kN). Penunjukan pada pengkondisi sinyal hasil fabrikasi harus 50,00 kN. Jika tidak putar gain sampai didapat harga 50,00 kN. f. Nolkan beban sampai load cell standar menunjukan harga 0,00 pada pengkondisi sinyalnya. Saat beban nol, load cell hasil fabrikasi harus nol. JIka tidak, nolkan dan ulangi tahap pembebanan 50 % hingga didapat harga yang diinginkan. g. Lakukan pemanasan 3 (tiga) kali dengan cara membebani load cell sampai kapasitas maksimumnya, sambil mengamati penunjukan load cell pada pengkondisi sinyal. Jika menyimpang ulangi poin 5 (lima).
  • 15. h. Lakukan pembebanan tahap demi tahap sebanyak tiga seri pembebanan, dengan tiap seri terdiri dari 10 taha pembebanan. i. Catat data hasil kalibrasi. Tabel 2 Data Kalibrasi Load Cell Penunjukan Standar Penunjukan Alat ( kN ) I II III 0 0,00 0,00 0,00 10 10,20 10,19 10,19 20 20,24 20,21 20,21 30 30,15 30,10 30,12 40 39,94 39,92 39,94 50 49,66 49,67 49,70 60 59,37 59,37 59,37 70 69,05 69,02 69,02 80 78,70 78,69 78,71 90 88,34 88,35 88,37 100 98,00 98,01 98,01 0 0,03 0,02 0,02 VIII. ANALISA HASIL KALIBRASI Dari data kalibrasi dapat dihitung antara lain: a. Rata-rata penunjukan alat. Χ1 + Χ 2 + Χ 3 Χ = 3 b. Kesalahan relative. Χ1 − Χ Fc = × 100% Χ c. Mampu ulang relative. Χ maks − Χ min b= × 100% Χ Tabel 3 Analisa Hasil Kalibrasi (Χ) ( Fc ) (b ) % 0 0,00 0,00 10,19 -1,93 0,10 20,22 -0,10 0,15 30,12 -0,41 0,17 39,93 0,17 0.05 49,68 0,65 0,08 59,37 1,05 0,00 69,03 1,39 0,04
  • 16. 78,70 1,63 0,03 88,35 1,83 0,03 98,01 1,99 0,01 0,05 0,05 0,00 Tabel 4 Klasifikasi Alat Menurut B S 1610 Part 1; Tahun 1992(5) Nilai maksimum yang diijinkan terhadap alat Kelas Mampu ulang Kesalahan relative Kesalahan titik Relative (%) (%) nol Relative (%) 0,5 0,5 ± 0,5 ± 0,1 1 1,0 ± 1,0 ± 0,2 2 2,0 ± 2,0 ± 0,4 Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa load cell hasil masuk kelas 2 untuk beban 10 kN hingga 100 kN sesuai dengan klasifikasi alat menurut B S 1610 part 1; tahun 1992. d. Nilai gaya sebenarnya dapat diperoleh dengan memasukan nilai X (nilai standar) ke persamaan regresi derajat 3. Y = 3E - 0,6X3 - 0,0008X2 +1,023X + 0,0281 e. Sedang residual (r), diperoleh dengan mengurangi setiap hasil penunjukan load cell dengan nilai Y, seperti terlihat pada Tabel 5, dibawah ini. Tabel 5 Analisa Polinom Derajat 3 Y = 3E – 0,6X3 – 0,0008X2 + 1,023X + 0,0281 Nilai regresi Nilai regresi Residual ^2 standar Alat I II III 0,00 0,03 0,001 0,001 0,001 10,00 10,18 0,000 0,000 0,000 20,00 20,19 0,002 0,000 0,000 30,00 30,08 0,005 0,000 0,002 40,00 39,86 0,006 0,004 0,006 50,00 49,55 0,011 0,014 0,022 60,00 59,18 0,038 0,038 0,038 70,00 68,75 0,092 0,074 0,074 80,00 78,28 0,173 0,165 0,181 90,00 87,81 0,286 0,297 0,319 100,00 97,33 0,451 0,465 0,465 f. Standar deviasi (σ), diperoleh dengan menggunakan rumus: σ (x ) = {Σr (x1 ) / V A }
  • 17. σ (x ) = {(Χ 1 2 2 2 ) } + Χ 2 + ....... + Χ n / V A σ (x ) = 0,34586415. dimana: V A = n – 3 n = jumlah data. 3 = koefisien regresi. g. Ketidakpastian Tipe A ( U A ), yakni sama dengan standar deviasi. U A = 0,34586415. h. Ketidakpastian Tipe B ( U B ), diperoleh dari harga load cell standard dibagi kc (faktor cakupan) yang dicari dalam selebaran –T student. U B = 0,109005 i. Ketidakpastian Tipe C, dihitung menggunakan rumus: Uc = {(U A )2 + (U resolusi )2 + (U B )2 } Uc = 0,362635 dimana: U resolusi = Resolusi /2 / V3. j. Ketidakpastian dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95%, (U95), dicari menggunakan rumus: U 95 = kc .Uc U 95 = 0,73978 k. Derajat kebebasan efektif (Vef) dengan tingkat keandalan 20 % adalah Veff = (Uc )4 (U A )4 + (U B )4 + ..... (U N )4 VA VB VN Veff = 31,9493 IX. KESIMPULAN Dari hasil rancang bangun diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Teknologi rancang bangun load cell sudah harus dikembangkan pada sektor industri dalam negeri. 2. Untuk mengeleminir ketidaksesuaian antara perhitungan perencanaan dan aplikasi dilapangan pembuatan load cell harus dilakukan menggunakan mesin atau peralatan presisi tinggi (Computer Numerical Control).
  • 18. 3. Hasil rancang bangun load cell dengan kapasitas 100 kN untuk beban kerja tarik- tekan masuk kedalam kelas 2, sesuai dengan B S 1610 part 1; tahun 1992 dengan Nilai ketidakpastian pengukuran Uc = 0.362635 kN. 4. Untuk dapat diaplikasikan di industri kalibrasi terhadap load cell harus dilakukan di Laboratorium Kalibrasi yang sudah terakreditasi, sehingga mendapatkan sertifikat kalibrasi sebagai legal formal terhadap penggunaan load cell tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Sutanto, " Teknik Instrumentasi", Dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, UI PRESS 1999. 2. "Assab Machinery Steel" PT.TIRA AUSTENITE INDUSTRIAL ESTATE PULOGADUNG, 2000. 3. Weni Wijatmoko Harjoprayitno, Dr., “Analisa Tegangan Eksperimental Dengan MeToda Strain Gage”. Laboratoria Uji Konstruksi, 2002. 4. Mardianto, Dr., "Mata Kuliah Instrumentasi Electric", Sekolah Tinggi Teknologi Mutu Muhammadiyah, 2004. 5. British Standard, “Material Testing Machines and Force Verification Equipment”, BS 1610: Part 1; 1992.