Surat At-Tahrim ayat 6 dan Surat Asy-Syu'ara ayat 214 membahas tentang objek pendidikan menurut al-Qur'an yaitu keluarga dan masyarakat secara umum. Ayat-ayat tersebut menekankan pentingnya memberikan pendidikan agama kepada keluarga dan masyarakat guna menjauhkan mereka dari azab api neraka.
1. OBJEK PENDIDIKAN
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Matakuliah :Tafsir Tarbawi I
Dosen Pengampu :Mohammad Hasan Bisyri, M.Ag
Oleh
Isna Fitrotin 2021113281
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai penduduk utama dalam pembangunan. Untuk memahami sumber
daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting, hal ini
sesuai dengan uu no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal
3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk katakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbicara masalah pendidikan, tentunya tidak lepas dari ilmu pengetahuan,
adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan tentunya
terdapat objek pendidikan pula. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
menjelaskan masalah-masalah pendidikan tersebut.
Dalam makalah ini akan sedikit membahas terkait dengan objek pendidikan
berdasarkan al-Qur’an yang terkandung dalam QS.At-Tahrim ayat 6, QS.Asy-
Syu’ara ayat 214. Objek pendidikan yang terkandung disini adalah
keluarga,kemudian masyarakat pada umumnya. Sehingga dalam kajian ini objek
pendidikan yang dimaksud bisa dikatakankan sebagai sarana untuk
mengembangkan atau mendidik karakteristik bangsa.
.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang objek pendidikan dalam makalah ini mencakup
beberapa hal yang terangkum dalam rumusan masalah berikut:
1. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. At-Tahrim ayat 6 ?
2. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. Asy-Syu’ara ayat 214 ?
3. Bagaimana kandungan surat At Tahrim ayat 6?
4. Bagaimana kandungan surat As Syu’ara ayat 214?
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat At- Tahrim Ayat 6
1. Bunyi Surat At- Tahrim ayat 6
Surat At- Tahrim ayat 6 berbunyi sebagai berikut:
2. Terjemah Surat At- Tahrim ayat 6
Terjemah Surat At- Tahrim ayat 6:
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.1
3. Asbabun Nuzul Surat At- Tahrim ayat 6
Ayat 6 Surat At-Tahrim ini memiliki hubungan yang erat dengan ayat-ayat
sebelumnya. Dalam hubungan ini al-Maraghi mengatakan bahwa setelah
Allah memerintahkan sebagian istri Rasulullah untuk bertaubat dari segala
kesalahan yang terlanjur dilakukan, dan menjelaskan kepadanya bahwa
Allahlah akan menjaga dan menolong Rasul-Nya hingga kerja sama mereka
untuk menyakitinya tidak akan membahayakannya, kemudian memperingatkan
mereka agar tidak berkepanjangan dalam menentangnya karena khawati akan
ditalakdan jatuh kedudukannya sebagai ibuibu kaum mukminin.2 Maka
selanjutnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman pada
umumnya, agar memelihara diri dan keluarganya dari siksaan api neraka yang
1 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an, Jilid XI, (Jakarta, Gema Insani), 2004, hlm.338
2 Ahmad musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Juz XXVII, (Semarang, CV Toha Putra), 1993,
hlm.260
4. kayu bakarnya terdiri dari bebatuan berhala dan manusia (kafir). Dengan
demikian, permasalahan yang menimpa pada keluarga Nabi yang dapat
menimbulkan azab agar dijadikan juga peringatan bagi kaum muslimin pada
umumnya, mengingat Rasulullah adalah sebagai panutan muslim.3
4. Makna Mufradat Surat At- Tahrim ayat 6
Jadilah dirimu itu pelindung :
dari api neraka dengan meninggalkan maksiat
Membawa keluargamu kepada hal itu dengan :
nasehat dan pelajaran
Kayu bakar : ال و ق و د
Berhala-berhala yang disembah :
Para penjaga neraka yang sembilan :
belas malaikat
: Kesal hati dan tidak mau mengasihi apabla dimintai belas kasihan
Kuat badan4 :
:
Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkannya
dan mereka :
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan5
5. Tafsir Surat At- Tahrim ayat 6
Pada ayat tersebut terdapat kata “Quu anfusakum” yang berarti buatlah
sesuatu yang dapat menjadi suatu penghalang datangnya siksaan api neraka
dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri agar tidak
mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah.
“Wa ahlikum”, maksudnya adalah keluargamu yang terdiri atas istri,
anak, pembantu dan budak, dan diperintahkan kepada mereka agar menjaganya
dengan cara memberikan bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka.
Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibn al-Munzir,
al-Hakim, dan oleh riwayat lain dari Ali r.a. ketika menjelaskan ayat tersebut,
3 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada), 2009, hlm. 199
4 Ahmad musthafa al-Maraghi, Op.Cit., hlm.259
5 Imam Jalaluddin al-Mahalli, Imam Jalaluddin as -Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul,
Jilid 2, (Bandung, Sinar Baru Algensindo), 2010, hlm. 1119
5. maksudnya adalah berikanlah pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan
dirimu dan keluargamu.
Kemudian “al-Waqud”, adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalakan api.6
“Al-hijarah” dalam ayat ini ada yang mengatakan sebagai patung-patung
yang mereka disembah. Ibnu Mas’ud dan yang lain mengatakan, “batu
belerang”. Dan ditambahkan oleh Mujahid, “batu yang baunya lebih busuk dari
bangkai.” Demikianlah diriwayatkan dari Abi Hatim.
“Penjaganya malaikat yang kasar” yaitu tabiatnya kasar. Allah mencabut
dari hati-hati mereka kasih sayang terhadap orang-orang kafir. 7 Yakni juru
kunci neraka itu malaikat-malaikat yang jmlahnya sembilan belas.
“Ghiladzun” (yang kasar) lafadz ini diambil dari asal kata ghiladzul
qalbi, yakni kasar hatinya. “Syidaadun” (yang keras) sangat keras
hantamannya.8 Susunan tubuh mereka sangat keras, tebal,dan penampilannya
mengerikan. Wajah-wajah mereka hitam dan taring-taring mereka menakutkan.
Allah berfirman, “tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” Yaitu, mereka tidak menangguhkan bila datang perintah Allah
walaupun sekejap mata,padahal mereka bisa saja melakukan hal itu dan mereka
tidak mengenal lelah.mereka itulah para malaikat Zabaniah—kita berlindung
kepada Allah dari mereka.9
6. Kandungan Aspek Tarbawi Surat At- Tahrim ayat 6
Surat at-Tahrim ayat 6, memiliki beberapa pokok kandungan aspek
tarbawi sebagai berikut:
1. Ayat tersebut berisi perintah atau kewajiban kepada keluarga agar
mendidik hukum-hukum agama kepada mereka. Pengertian tentang
pentingnya membina keluarga agar terhindar dari siksaan api neraka
ini tidak hanya semata-mata diartikan api neraka nanti, melainkan
termasuk pula berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan,
6 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm.198
7 Muhammad Nasib Ar-Rifai, Ringkasan tafsir Ibnu Katsir, (Depok: Gema Insani),2006, hlm.752
8 Imam Jalaluddin al-Mahalli, Imam Jalaluddin as -Suyuthi, Op.Cit.,hlm.1119
9 Muhammad Nasib Ar-Rifai, Op.Cit., hlm.752
6. merugikan, dan merusak citra pribadi seseorang, dan merugikan orang
lain.10
2. Al-qur’an mewanti-wanti orang yang beriman agar menunaikan
kewajiban mereka di dalam rumah tangga mereka baik menyangkut
pendidikan, pengarahan, maupun peringatan. Sehingga mereka dapat
menyelamatkan diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka.
Kemudian ia mengajak NabiSAW untuk berjihad melawan orang-orang
kafir dan munafik.
3. Sesungguhnya beban tanggung jawab seorang mukmin dalam dirinya
dan keluarganya merupakan beban yang sangat berat dan menakutkan.
Sebab, neraka telah menantinya disana, dan dia besarta keluarganya
terancam dengannya.11
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya menjaga dirinya sendiri,
namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat melaksanakan taat
kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala perintah-Nya,
serta menjauhi segala larangan-Nya. Dan semua itu tak akan bisa terjadi tanpa
adanya pendidikan syari’at. Maka disimpulkan bahwa keluarga adalah
merupakan objek pendidikan yang utama. Karena keberhasilan menciptakan
pendidikan yang abik dalam keluarga akan memberikan pengaruh baikpula
bagi kehidupan bermasyarakat bernegara.
B. Surat As-Syu’araa ayat 214
1. Bunyi Surat As-Syu’araa Ayat 214
Surat As-Syu’araa ayat 214:
2. Terjemah Surat As-Syu’araa Ayat 214
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”12
3. Asbabun Nuzul Surat As-Syu’araa Ayat 214
Dikemukakan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij yang
berkata: “Ketika diturunknnya ayat “Wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiina” (Juz 19,
Asy-Syu’araa ayat 214), Nabi memulai dakwahnya kepada keluarga serumah,
10 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 199-200
11 Sayyid Qutb, Op.Cit., hlm. 338-339
12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol 10, (Jakarta, Lentera Hati), 2002, hlm. 159
7. kemudian keluarga terdekat. Sikap beliau itu memberatkan hati kaum muslimin
(karena merasa diabaikan). Maka Allah menurunkan ayat “wakhfidl janaahaka
limanittaba’aka minal muminiina” (Juz 19, Asy-Syu’araa ayat 215), yang
menerangkan perintah agar beliau juga memperhatikan kaum muslimin pada
secara umum.13
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits riwayat Abu Hurairah, dia
berkata, “ketika surat As-Syu’araa ayat 214 ini turun, ‘Dan berilah peringatan
kepada kerabatmu yang terdekat,’ Rasulullah SAW mengundang seluruh orang-orang
Quraisy, dan mereka pun berdatangan memenuhi undangannya dan
Rasulullah SAW pun menyeru mereka secara umum maupun personal.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Wahai bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai bani Murah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.Wahai
bani Abdus Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi
Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai bani Hasyim,
selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai bani Abdul Muthalib,
selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fathimah, selamatkanlah
dirimu dari api neraka. Sesungguhya aku tidak berkuasa atas kalian sedikitpun
dari kekuasaan Allah SWT kepada kalian, kecuali rasa kasih sayangku kepada
kalian yang akan aku limpahkan kepada kalian semua.” 14
Hadis ini menerangkan bagaimana Rasulullah menyambut seruan itu, dan
bagaimana Rasulullah berusaha menyampaikannya kepada kerabatnya yang
terdekat. Beliau tidak dapat berbuat apa–apa dalam pembelaa terhadap urusan
mereka, dan hanya dapat menyandarkan kepada Allah seluru urusan akhirat
mereka. Rasulullah menjelaskan bahwa hubungan kerabat tidak bermanfaat
sama sekali bila tidak diikuti dengan ikut serta dalam amal shaleh.15
4. Makna Mufrodat Surat As-Syu’araa Ayat 214
dan berilah peringatan :
: anggota keluarga/ suku
yang terdekat:
13 Jalaluddin As-Suyuthi, Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul , (Rembang:Darul Ihya), hlm. 426
14 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam), 2009, hlm.360
15 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an, Jilid VIII, (Jakarta, Gema Insani), 2004, hlm. 372
8. 5. Tafsir Surat As-Syu’araa Ayat 214
Kata ) عشيرة ( ‘asyirah berarti anggota suku yang terdekat.ia terambil
dari kata ) عاشر ) ‘asyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang
terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari bergaul.
Kata ( الاقربين ) ‘al-aqrabiin yang menyifati kata ‘asyiirah merupakan
penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang yang
dekat dari mereka yang terdekat.16
Setelah memerintahkan Nabi Muhammad SAW menghindari
kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh
oleh kemusyrikan, kini ayat 214 berpesan lagi kepada beliau bahwa: Hindarilah
segala hal yang dapat mengundang murka Allah, dan berilah peringatan kepada
kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih, dan rendahkanlah dirimu yakni
berlaku lemah lembut dan rendah hatilah terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang mukmin, baik kerabatmu atau bukan. Bagi Ibn
‘Asyur ayat ini tertuju kepada Nabi Muhammad SAW.17
Pertama, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.” Kerabat-kerabat dekat Rasulullah SAW mendapat perhatian pertama
dan utama untuk mendapat peringatan, untuk mencegah sikap mereka dan
orang-orang diluar mereka dalam memusuhi Rasulullah karena perbuatan syirik
mereka.
Kedua, pada hadits dan ayat ini terdapat dalil bahwa kekerabatan dan
keturunan tidak berkaitan dengan sebab-sebab seorang menjadi seorang hamba.
Mereka (para kerabat) tidak memiliki hak berlebih atas kekerabatan Rasul,
karena semua adalah hamba Allah, tidak ada perbedaan antara keluarga atau
orang lain. Itu artinya, Nabi dan kerabat tidak kebal hukum, tidak juga
terbebaskan dari kewajiban.18 Dan terdapat dalil yang menunjukkan bolehnya
menjalin hubungan dengan non-muslim serta memberinya pengajaran dan
nasihat. Dasarnya adalah sabda Nabi: “Rasa kasih sayangku kepada kalian
yang akan aku limpahkan kepada kalian semua.dan firman Nya:
16 M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 150
17 M. Quraish Shihab, Loc.Cit
18 M. Quraish Shihab, Op.Cit.,hlm. 152
9. “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangimu karena agama.”19
6. Kandungan Aspek Tarbawi Surat As-Syu’araa Ayat 214
Surat As-Syu’araa ayat 214 dilihat dari perspektif pendidikan dapat
disederhanakan dalam beberapa poin penting diantaranya:
a. jika ayat yang pertama diatas direlasikan dengan yang sebelumnya yaitu :
213. Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah,
yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang di'azab. (As -Syu’araa ayat 213)
Pada hakekatnya, seruan tersebut adalah untuk ummat Muhammad.
Karena salah satu sikap etis al-Qur’an jika ingin menyampaikan pesan
kepada ummat, khitabnya terlebih dahulu ditunjukkan kepada
pemimpinnya.
b. gaya retorik tersebut memberikan isyarat bahwa dalam pandangan alqur’an
bahwa tanggung jawab pendidikan bukan terbatas pada wilayah
kekuasaan, baik formal maupun non formal, tetapi juga termasuk
konsistensi apa yang disampaikan dengan kondisi perilaku yang
menyampaikan. Oleh karena itu, segala sesuatunya pendidik harus terlebih
dahulu memberikan teladan yang baik bagi peserta didiknya.
c. Sesuai dengan kondisi psikologis manusia, maka dalam pendidikan konsep
tabsyir (reward) lebih didahulukan daripada konsep indzar (ancaman).
d. Kata indzar dalam ayat tersebut disebutkan secara mandiri, bukan berarti
mengabaikan aspek psikologis, tetapi lebih pada penekanan urgensi
masalah yang akan disampaikan.
e. Kata indzar yang direlasikan dengan kata asyiir dan aqrab, menunjukkan
bahwa hubungan kedekatan, kekeluargaan serta nasab dalam pendidikan
jangan sampai disalahgunakan sebagai faktor peningkatan kualitas peserta
didik yang menafikan proses dan hukum sebab akibat.
19 Al Qurthubi, Op.Cit., hlm 359-361
10. f. Dalam pendidikan, keseriusan dalam menyampaikan suatu masalah
tidaklah menghalangi untuk bersikap ramah dan lemah lembut, serta
senantiasa menghindari sikap emosional.
g. Ayat 214 menunjukkan bahwa dalam pendidikan harus bersikap adil,
dimana setiap peserta didik mempunyai hak yang sama dari pendidik.
h. Dalam menyampaikan sebuah pesan kepada peserta didik, jika segala
upaya dan cara telah ditempuh, ternyata belum menghasilkan apa yang
diharapkan oleh pendidik, maka pendidik harus sadar bahwa hasil tersebut
bukan hak veto manusia, melainkan hak prerogatif Allah.20
20 Ahmad Munir, Op.Cit., hlm.135-136
11. BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Surat At-Tahrim ayat 6 memiliki makna peringatan kepada orang mukmin
untuk menjaga dan memelihara keluarganya dari api neraka, dari segala
keburukan yang menimpa di dunia. Dengan cara memberikan pengetahuan,
bimbingan, nasehat kepada keluarga tentang agama. Hal ini menjadi
kewajiban yang sangat urgen mengingat keluarga adalah satuan terkecil
kehidupan masyarakat yang dapat menentukan baik tidaknya suatu kaum.
Dari keluargalah seseorang tumbuh dan dididik. Oleh karena itu, keluarga
merupakan objek pendidikan yang penting.
2. Surat As-Syu’araa ayat 214 juga masih berbicara tentang objek pendidikan,
yaitu kerabat terdekat. Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa
menyerukan agama islam, dimulai dari kerabat terdekat, kemudian barulah
kepada masyarakat sekitar kita. Hal ini karena kerabat adalahorang terdekat
yang hidup bersama kita, dan yang dapat dipercaya. Kewajiban mendidik
amar makruf nahi munkar ini harus senantiasa kita laksanakan untuk manjaga
agama kita tercinta.