SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BENTUKAN
ASAL VOLKANISME
Oleh :
Dian Handiana
Mustika Wiratri
klasifikasi satuan bentuk lahan yang digunakan dalam uraian ini
berdasarakan atas genetik, proses dan batuan seperti
dikemukakan Verstappen. Pada dasarnya, bentang lahan yang
kompleks di permukaan bumi ini dapat dibedakan menjadi 10
satuan bentukan asal bentuk lahan, yaitu :
1. satuan bentuk lahan asal volkanis,
2. asal struktural,
3. asal proses denudasional,
4. asal proses pelarutan,
5. asal proses marin,
6. asal proses angin,
7. asal proses pelarutan,
8. asal proses glasial,
9. asal proses kegiatan organisme (organik), dan
10.asal proses antropogenik.
MENGINGATKAN KEMBALI
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan
gerakan magma naik ke permukaan bumi.
Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan yang secara
makro disebut bentukan volkanik. Bentuk lahan bentukan
asal volkanis ini lebih didasarkan pada material/batuan
penyusun berupa batuan volkanis dengan berbagai
jenisnya.
KENAPA TERBENTUK BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME ??
Di dalam mempelajari kegunungapian dikenal beberapa istilah
yang berkaitan dengan bentukan asal volkanis ini.
1. Volkanisme (Kegunungapian) yaitu berbagai fenomena yang
berkaitan dengan gerakan magma ke permukaan bumi.
2. Volcanoes (Gunungapi) yaitu gundukan atau kerucut yang
tersusun dari batuan beku lelehan atau bahan volkanis lepas
(klastis).
3. Erupsi yakni proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena
tekanan dari dalam, melalui retakan atau lobang kepundan.
Menurut sifat keluarnya magma ada yang bersifat
letusan (explosive) dan lelehan (effusive).
4. Lava merupakan bahan/massa batuan dalam keadaan cair pijar
dan kental yang keluar ke permukaan bumi dengan
temperatur sangat tinggi.
5. Piroklastik merupakan fragmen hasil letusan gunungapi dengan
berbagai ukuran abu, debu, pasir, lapili, bom dan bongkah.
SIFAT MAGMA DAN TIPE GUNUNG API
DI INDONESIA
Pada umumnya sifat magma gunung api di Indonesia adalah
intermedier, sehingga magma yang dikeluarkan dapat bersifat
asam dan bersifat basa.
tipe gunung api di Indonesia sebagian besar adalah strato, yang
tersusun dari selang-seling endapan lava, aglomerat, bom, lapili, pasir
dan tuff.
Kemiringan lereng gunung api berbeda-beda tergantung pada material
penyusunnya. Pada umumnya gunungapi strato di Indonesia yang
mempunyai banyak silikat (asam) mempunyai lereng terjal dengan
kemiringan minimal (angle of reposed) 32°. Akan tetapi bagi
gunungapi yang tersusun terutama dari magma basa yang berarti
kurang silikat (basalt, gelap) berlereng lebih landai dengan
kemiringan 6° - 10°.
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi
menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya.
Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney
(1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3
zone, yakni
1. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api,
2. Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan
3. Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling
gunung api. Namun dalam uraiannya,
kedua penulis tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga
menjadi Central Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies. Pembagian
fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies
(1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat
kelompok, yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies,
dan Distal Facies
Fasies Gunung Api
daerah puncak (fasies sentral), lereng atas (fasies proksimal), lereng
bawah (fasies medial), dan kaki serta dataran (fasies distal)
Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi
(fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka
masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi
berdasarkan data:
1. inderaja dan geomorfologi
2. stratigrafi batuan gunung api
3. vulkanologi fisik
4. struktur geologi
5. petrologi-geokimia
Gambar.
Pembagian fasies
gunung api menjadi
fasies sentral, fasies
proksimal, fasies
medial, dan fasies distal
beserta komposisi
batuan penyusunnya
(Bogie & Mackenzie,
1998)
IDENTIFIKASI BERDASARKAN
INDRAJA DAN GEOMORFOLOGI
Gambar 1. Bentang alam fasies sentral gunung api Tersier Gunung
Bungkuk di sebelah barat Ponorogo. Morfologi kerucut mengindikasikan
batuan keras atau tahan erosi, sedang bentuk lembah ditempati
oleh batuan lunak.
Gambar 2. Morfologi lereng-kaki selatan Gunung Jeruk, yang
diperkirakan sebagai fasies sentral-proksimal-medial
Gambar 3. Citra landsat daerah Bandung dan sekitarnya yang
memperlihatkan bentuk bentang alam kerucut gunung api muda
Gunung api muda dicirikan oleh bentuk kerucut yang relatif masih utuh
dengan pola aliran memancar dari pusat erupsi.
Semakin tua relief gunung apinya semakin kasar sebagai akibat erosi yang
semakin lanjut dan aliran sungai cenderung ke pola mendaun.
IDENTIFIKASI BERDASARKAN STRATIGRAFI BATUAN
GUNUNG API
Gambar 1. Perlapisan aliran lava dan breksi gunung api Kuarter pada fasies
proksimal Gunung Galunggung, Tasikmalaya-Jawa Barat.
Perhatikan bahwa tebal perlapisan sangat beragam dan sebaran lateralnya
juga tidak selalu menerus, seperti halnya terjadi pada perlapisan kue lapis
(layered cake geology).
Gambar 2. Perlapisan aliran lava sebagai bagian dari fasies proksimal
gunung api Tersier di Kali Ngalang, Gunungkidul - Yogyakarta
IDENTIFIKASI BERDASARKAN STRUKTUR GEOLOGI
Gambar 1. Aliran lava basal berstruktur
bantal di Kali Opak – Watuadeg,
Berbah, Sleman – Yogyakarta
Gambar 2. Struktur lontaran balistik bom gunung api (bomb sag
structure) yang berasal dari kawah pada waktu terjadi letusan. Lontaran
bom jatuh miring atau menyudut terhadap bidang perlapisan endapan
tefra yang tertimpanya. Sebagai akibatnya endapan itu melesak ke
bawah, secara tidak simetri sesuai dengan arah sudut lontaran.
Singkapan ini terletak sekitar 300 m di sebelah timur kawah Gunung
Tangkubanparahu di tepi jalan menuju ke puncak.
APLIKASI DI BIDANG MINERAL
Penelitian fasies gunung api dapat dimanfaatkan untuk
pencarian sumber baru mineralisasi logam sulfida
berdasarkan konsep pusat erupsi gunung api sebagai
strategi untuk penelitian emas (Volcanic Center Concept for
Gold Exploration Strategy, Bronto & Hartono, 2003; Bronto,
2003b). Interaksi antara gas asam, unsur logam, dan
pancaran panas dari magma dengan air meteorik di dalam
konduit gunung api membentuk fluida hidrotermal yang
pada akhirnya menghasilkan batuan ubahan dan
mineralisasi. Konduit atau istilah lain diatrema, vent dan
korok gunung api terletak di bawah kawah dan di atas
dapur magma. Ini berarti bahwa endapan mineralisasi
terdapat di dalam fasies pusat gunung api.
APLIKASI DI BIDANG LINGKUNGAN DAN
KEBENCANAAN
1. Kawasan gunung api, yang pada umumnya berupa daerah tinggian,
merupakan daerah tangkapan sekaligus resapan air hujan yang
sangat baik. Dalam rangka pengelolaan sumber daya air tanah
perlu diketahui karakter aliran air bawah permukaan yang
dimulai dari fasies sentral dan fasies proksimal menuju ke fasies
medial dan fasies distal.
2. Berdasarkan pengamatan terhadap proses dan produk erupsi gunung
api aktif masa kini, maka jenis bahaya gunung api pada setiap fasies
gunung api dapat diperkirakan. Di dalam fasies sentral dan proksimal
gunung api, jenis bahaya yang dapat terjadi adalah lontaran batu
pijar (bom/blok gunung api), hujan abu, gas beracun, awan
panas (aliran piroklastika), aliran lava, dan guguran kubah
lava. Pada fasies medial jenis bahaya gunung api adalah awan
panas, hujan abu, aliran lahar, sedangkan bahaya pada fasies
distal berupa hujan abu, aliran lahar, dan banjir. Informasi ini
sangat penting dalam rangka menyusun peta kawasan rawan
bencana gunung api yang mempunyai potensi untuk meletus pada
masa mendatang, sekaligus penataan lingkungan hidup di wilayah
tersebut (Bronto, 1992; 1994; 1995; 2000, 2001).
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to ASAL VOLKANISME

DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik'Oke Aflatun'
 
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.pptAlvinF2
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1AllikaFadia
 
geologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfgeologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfPenikmatkuliner
 
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI Asmawi Abdullah
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxevangeologi
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahMektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahShaleh Afif Hasibuan
 
Paket 2 Litosfer Kelas X
Paket 2 Litosfer Kelas XPaket 2 Litosfer Kelas X
Paket 2 Litosfer Kelas Xmervin27
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Verani Nurizki
 

Similar to ASAL VOLKANISME (20)

DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
Bab 1 fixxx.pdf
Bab 1 fixxx.pdfBab 1 fixxx.pdf
Bab 1 fixxx.pdf
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
 
Geologi Rekayasa
Geologi RekayasaGeologi Rekayasa
Geologi Rekayasa
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
 
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
 
Makalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman RahmanhataMakalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman Rahmanhata
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
 
Geo litosfer
Geo litosferGeo litosfer
Geo litosfer
 
Bumi.ppt
Bumi.pptBumi.ppt
Bumi.ppt
 
geologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfgeologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdf
 
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI
Kuliah 7 -PROSES ENDOGENIK: LIPATAN, GELINCIRAN DAN GUNUNG BERAPI
 
Tugas geologi laut
Tugas geologi lautTugas geologi laut
Tugas geologi laut
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahMektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
 
Paket 2 Litosfer Kelas X
Paket 2 Litosfer Kelas XPaket 2 Litosfer Kelas X
Paket 2 Litosfer Kelas X
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
 
Paleogeomorfologi
PaleogeomorfologiPaleogeomorfologi
Paleogeomorfologi
 
Laporan museum merapi
Laporan museum merapiLaporan museum merapi
Laporan museum merapi
 

More from ichsan41

Bentuk Lahan EOLIN.ppt
Bentuk Lahan EOLIN.pptBentuk Lahan EOLIN.ppt
Bentuk Lahan EOLIN.pptichsan41
 
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.ppt
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.pptBentang Alam Hasil Vulkanisma.ppt
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.pptichsan41
 
Bentang Alam Pantai.ppt
Bentang Alam Pantai.pptBentang Alam Pantai.ppt
Bentang Alam Pantai.pptichsan41
 
biosfir.ppt
biosfir.pptbiosfir.ppt
biosfir.pptichsan41
 
GIS_Grafik.ppt
GIS_Grafik.pptGIS_Grafik.ppt
GIS_Grafik.pptichsan41
 
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdf
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdfPJ Sistem Thermal_2021_upload.pdf
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdfichsan41
 
segmentasi.ppt
segmentasi.pptsegmentasi.ppt
segmentasi.pptichsan41
 
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxKonsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxichsan41
 

More from ichsan41 (8)

Bentuk Lahan EOLIN.ppt
Bentuk Lahan EOLIN.pptBentuk Lahan EOLIN.ppt
Bentuk Lahan EOLIN.ppt
 
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.ppt
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.pptBentang Alam Hasil Vulkanisma.ppt
Bentang Alam Hasil Vulkanisma.ppt
 
Bentang Alam Pantai.ppt
Bentang Alam Pantai.pptBentang Alam Pantai.ppt
Bentang Alam Pantai.ppt
 
biosfir.ppt
biosfir.pptbiosfir.ppt
biosfir.ppt
 
GIS_Grafik.ppt
GIS_Grafik.pptGIS_Grafik.ppt
GIS_Grafik.ppt
 
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdf
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdfPJ Sistem Thermal_2021_upload.pdf
PJ Sistem Thermal_2021_upload.pdf
 
segmentasi.ppt
segmentasi.pptsegmentasi.ppt
segmentasi.ppt
 
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxKonsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
 

Recently uploaded

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 

Recently uploaded (20)

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 

ASAL VOLKANISME

  • 1. BENTUKAN ASAL VOLKANISME Oleh : Dian Handiana Mustika Wiratri
  • 2. klasifikasi satuan bentuk lahan yang digunakan dalam uraian ini berdasarakan atas genetik, proses dan batuan seperti dikemukakan Verstappen. Pada dasarnya, bentang lahan yang kompleks di permukaan bumi ini dapat dibedakan menjadi 10 satuan bentukan asal bentuk lahan, yaitu : 1. satuan bentuk lahan asal volkanis, 2. asal struktural, 3. asal proses denudasional, 4. asal proses pelarutan, 5. asal proses marin, 6. asal proses angin, 7. asal proses pelarutan, 8. asal proses glasial, 9. asal proses kegiatan organisme (organik), dan 10.asal proses antropogenik. MENGINGATKAN KEMBALI
  • 3. Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan yang secara makro disebut bentukan volkanik. Bentuk lahan bentukan asal volkanis ini lebih didasarkan pada material/batuan penyusun berupa batuan volkanis dengan berbagai jenisnya. KENAPA TERBENTUK BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME ??
  • 4. Di dalam mempelajari kegunungapian dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan bentukan asal volkanis ini. 1. Volkanisme (Kegunungapian) yaitu berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma ke permukaan bumi. 2. Volcanoes (Gunungapi) yaitu gundukan atau kerucut yang tersusun dari batuan beku lelehan atau bahan volkanis lepas (klastis). 3. Erupsi yakni proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena tekanan dari dalam, melalui retakan atau lobang kepundan. Menurut sifat keluarnya magma ada yang bersifat letusan (explosive) dan lelehan (effusive). 4. Lava merupakan bahan/massa batuan dalam keadaan cair pijar dan kental yang keluar ke permukaan bumi dengan temperatur sangat tinggi. 5. Piroklastik merupakan fragmen hasil letusan gunungapi dengan berbagai ukuran abu, debu, pasir, lapili, bom dan bongkah.
  • 5. SIFAT MAGMA DAN TIPE GUNUNG API DI INDONESIA Pada umumnya sifat magma gunung api di Indonesia adalah intermedier, sehingga magma yang dikeluarkan dapat bersifat asam dan bersifat basa. tipe gunung api di Indonesia sebagian besar adalah strato, yang tersusun dari selang-seling endapan lava, aglomerat, bom, lapili, pasir dan tuff. Kemiringan lereng gunung api berbeda-beda tergantung pada material penyusunnya. Pada umumnya gunungapi strato di Indonesia yang mempunyai banyak silikat (asam) mempunyai lereng terjal dengan kemiringan minimal (angle of reposed) 32°. Akan tetapi bagi gunungapi yang tersusun terutama dari magma basa yang berarti kurang silikat (basalt, gelap) berlereng lebih landai dengan kemiringan 6° - 10°.
  • 6. Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni 1. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, 2. Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan 3. Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies. Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies Fasies Gunung Api daerah puncak (fasies sentral), lereng atas (fasies proksimal), lereng bawah (fasies medial), dan kaki serta dataran (fasies distal)
  • 7. Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan data: 1. inderaja dan geomorfologi 2. stratigrafi batuan gunung api 3. vulkanologi fisik 4. struktur geologi 5. petrologi-geokimia Gambar. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie, 1998)
  • 8. IDENTIFIKASI BERDASARKAN INDRAJA DAN GEOMORFOLOGI Gambar 1. Bentang alam fasies sentral gunung api Tersier Gunung Bungkuk di sebelah barat Ponorogo. Morfologi kerucut mengindikasikan batuan keras atau tahan erosi, sedang bentuk lembah ditempati oleh batuan lunak.
  • 9. Gambar 2. Morfologi lereng-kaki selatan Gunung Jeruk, yang diperkirakan sebagai fasies sentral-proksimal-medial
  • 10. Gambar 3. Citra landsat daerah Bandung dan sekitarnya yang memperlihatkan bentuk bentang alam kerucut gunung api muda Gunung api muda dicirikan oleh bentuk kerucut yang relatif masih utuh dengan pola aliran memancar dari pusat erupsi. Semakin tua relief gunung apinya semakin kasar sebagai akibat erosi yang semakin lanjut dan aliran sungai cenderung ke pola mendaun.
  • 11. IDENTIFIKASI BERDASARKAN STRATIGRAFI BATUAN GUNUNG API Gambar 1. Perlapisan aliran lava dan breksi gunung api Kuarter pada fasies proksimal Gunung Galunggung, Tasikmalaya-Jawa Barat. Perhatikan bahwa tebal perlapisan sangat beragam dan sebaran lateralnya juga tidak selalu menerus, seperti halnya terjadi pada perlapisan kue lapis (layered cake geology).
  • 12. Gambar 2. Perlapisan aliran lava sebagai bagian dari fasies proksimal gunung api Tersier di Kali Ngalang, Gunungkidul - Yogyakarta
  • 13. IDENTIFIKASI BERDASARKAN STRUKTUR GEOLOGI Gambar 1. Aliran lava basal berstruktur bantal di Kali Opak – Watuadeg, Berbah, Sleman – Yogyakarta
  • 14. Gambar 2. Struktur lontaran balistik bom gunung api (bomb sag structure) yang berasal dari kawah pada waktu terjadi letusan. Lontaran bom jatuh miring atau menyudut terhadap bidang perlapisan endapan tefra yang tertimpanya. Sebagai akibatnya endapan itu melesak ke bawah, secara tidak simetri sesuai dengan arah sudut lontaran. Singkapan ini terletak sekitar 300 m di sebelah timur kawah Gunung Tangkubanparahu di tepi jalan menuju ke puncak.
  • 15. APLIKASI DI BIDANG MINERAL Penelitian fasies gunung api dapat dimanfaatkan untuk pencarian sumber baru mineralisasi logam sulfida berdasarkan konsep pusat erupsi gunung api sebagai strategi untuk penelitian emas (Volcanic Center Concept for Gold Exploration Strategy, Bronto & Hartono, 2003; Bronto, 2003b). Interaksi antara gas asam, unsur logam, dan pancaran panas dari magma dengan air meteorik di dalam konduit gunung api membentuk fluida hidrotermal yang pada akhirnya menghasilkan batuan ubahan dan mineralisasi. Konduit atau istilah lain diatrema, vent dan korok gunung api terletak di bawah kawah dan di atas dapur magma. Ini berarti bahwa endapan mineralisasi terdapat di dalam fasies pusat gunung api.
  • 16. APLIKASI DI BIDANG LINGKUNGAN DAN KEBENCANAAN 1. Kawasan gunung api, yang pada umumnya berupa daerah tinggian, merupakan daerah tangkapan sekaligus resapan air hujan yang sangat baik. Dalam rangka pengelolaan sumber daya air tanah perlu diketahui karakter aliran air bawah permukaan yang dimulai dari fasies sentral dan fasies proksimal menuju ke fasies medial dan fasies distal. 2. Berdasarkan pengamatan terhadap proses dan produk erupsi gunung api aktif masa kini, maka jenis bahaya gunung api pada setiap fasies gunung api dapat diperkirakan. Di dalam fasies sentral dan proksimal gunung api, jenis bahaya yang dapat terjadi adalah lontaran batu pijar (bom/blok gunung api), hujan abu, gas beracun, awan panas (aliran piroklastika), aliran lava, dan guguran kubah lava. Pada fasies medial jenis bahaya gunung api adalah awan panas, hujan abu, aliran lahar, sedangkan bahaya pada fasies distal berupa hujan abu, aliran lahar, dan banjir. Informasi ini sangat penting dalam rangka menyusun peta kawasan rawan bencana gunung api yang mempunyai potensi untuk meletus pada masa mendatang, sekaligus penataan lingkungan hidup di wilayah tersebut (Bronto, 1992; 1994; 1995; 2000, 2001).