SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada.
Geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-
bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam
maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Pengetahuan
atau ilmu geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan
mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga
batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, daratan–daratan di benua
hingga di dalam cekungan di bawah permukaan di bawah laut. Batuan yang terlihat
dimana–mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang
berbeda (Noor, 2009).
Batuan adalah sekumpulan mineral–mineral yang menjadi satu. Batuan bisa
terdiri dari satu macam mineral saja atau campuran beberapa mineral. Batuan dapat
mengalami perubahan dari satu tipe batuan yang lainnya. Batuan dari jenis apapun
jika tertimbun ke dalam bumi, mendapatkan energi panas hingga meleleh, kemudian
membeku kembali maka batuan tersebut akan menjadi batuan beku. Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel
ataupun di kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu proses–
proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk
di bawah permukaan bumi (Noor, 2009).
Pembelajaran tentang karakteristik batuan beku ultramafik dapat dilakukan
melalui praktikum. Praktikum dilakukan dengan cara mendeskripsikan sampel batuan
beku ultramafik. Deskripsi yang dilakukan terdiri atas warna, tekstur, struktur, bentuk,
komposisi mineralnya. Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa dapat mengamati
langsung sifat fisik batuan yang sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi batuan
terutama berdaarkan kristanilitas, tingkat granularitas dan fabrik.
2
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:
1. Mempelajari dan memahami tentang batuan beku felsik dan intermediet serta
mendeskripsikannya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
2. Menentukan nama batuan beku felsik dan intermediet serta komposisi
mineralnya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 18 September 2021 bertempat di
Laboratorium Analisis Pengolahan Bahan Galian Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Percobaan yang dilakukan tentang Batuan Beku 1, dimana
mengidentifikasi dan mengenali tentang batuan beku felsik dan intermediet
berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas dan fabrik sehingga dapat diketahui
penamaan batuan tersebut berdasarkan ciri-cirinya.
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Praktikan dapat mengenali batuan beku felsik dan intermediet.
2. Praktikan dapat mengetahui dan membedakan beku felsik dan intermediet.
3. Praktikan dapat menentukan nama batuan beku berdasarkan tingkat
kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan Beku
Dalam studi petrogenesis batuan beku, magma merupakan sumber utama
pada proses pembentukannya. Proses primer menjelaskan rangkaian kejadian
mulai dari pembentukan berbagai jenis magma hingga terbentuknya berbagai
jenis batuan beku, termasuk tatanan tektonik pembentukannya. Studi petrogenesis
ini dinilai sangat penting untuk mengetahui proses pembentukan batuan dan
keterkaitannya dengan tatanan tektonik sehingga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan di bidang ilmu geologi. Pembahasan petrogenesis batuan beku
menyangkut proses pembentukan magma, proses kristalisasi dan pertumbuhannya
menjadi batuan beku (Erzagian, dkk, 2016).
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan bumi
yang dikenal sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi yang
dikenal sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batuan beku terbentuk oleh pembekuan
magma. Batuan plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma mendingin dan
terkristalisasi perlahan di dalam kerak bumi. Salah satu contoh batuan beku plutonik
adalah granit. Sedangkan batuan beku vulkanik atau ekstrusif membeku dan terbentuk
pada saat magma keluar ke permukaan bumi sebagai lava atau fragment bekuan.
Contoh batuan beku vulkanik adalah batu apung dan basalt. Batuan beku atau igneous
rock berasal dari Bahasa Latin: (Ignis berarti api) (Zuhdi, 2019).
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari
unsur-unsur utama yaitu; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium,
Potasium dan Magnesium. Unsur unsur ini membentuk mineral silikat utama
yaitu; Felspar, Olivin, Amfibol, kuarsa dan Mika. Mineral-mineral ini menempati
lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan
menjelaskan tentang magma asal. Komposisi mineral berhubungan dengan sifat
warna batuan. Batuan yang banyak mengandung mineral silika dan alumina
(felsik) akan cenderung berwarna terang, sedangkan yang banyak mengandung
magnesium, besi dan kalsium umumnya mempunyai warna yang gelap. Hal tersebutlah
4
yang membedakan antara jenis batuan yang satu dengan yang lain seperti pada
batuan beku felsik dan intermediet (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017).
2.2 Proses Terbentuknya Batuan Beku
Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang
berasal dari selubung bumi. Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan
ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur umumnya bertambah dengan 30o
C
setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini atau magma
adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas.
Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava bumi disebut
batuan beku intrusive, dan membeku di dalam dan yang membeku dipermukaan
disebut sebagai batuan beku ekstrusif. Komposisi dari magma tergantung pada
komposisi batuan yang dileburkan. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari
berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan
pendinginan yang terjadi didalam magma dan reaksi di tempat proses pendinginan
berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari
berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal
sebagai Seri Reaksi Bowen. Seri reaksi seperti di tunjukkan pada Gambar 2.1
memberikan petunjuk pembentukan berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan
asosiasi dari beberapa mineral (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017).
Gambar 2.1. Gambar seri reaksi bowen (Tim Pengampu Geologi Umum,
2017).
5
Pada gambar 2.1 ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk
cenderung mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada
plagioklas dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-Ca (anorthite), menerus
bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi
Sodium (Na) terhadap Kalsium (Ca). Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari
mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah
olivine. Hasil reaksi selanjutnya antara olivine dan sisa larutannya membentuk piroksen
(pyroxene). Proses ini berlanjut hingga terbentuk biotite (Tim Pengampu Geologi
Umum, 2017).
Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi
(Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk batuan sebelum seluruh
seri reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan
sebagai batuan mafic, dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-Ca.
Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai tahap
akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kuarsa dan muskovit, yang dikatakan
sebagai batuan felsic. Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan
magma dapat terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional
crystallization), yaitu pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau
penyaringan (filtering), juga oleh proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan
yang terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua
magma dari komposisi yang berbeda (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017).
Wilson (1989) terdapat proses inti yang mempengaruhi komposisinya yaitu:
1. Fraksinasi kristal merupakan proses separasi kristal dalam fase liquid yang
menyebabkan sebagian kristal terbentuk lebih dahulu karena perbedaan
kondisi yang dibutuhkan untuk membentuknya.
2. Asimilasi adalah proses pencampuran antara magma dengan lempeng
yang terjadi saat magma bergerak dari dapur magma menuju permukaan.
Bila magma granitik menembus batuan gabro (mineral augit dan labradorit)
maka magma tidak akan mampu mencairkan dinding tersebut. Namun,
bila magma bersifat lebih basa dari batuan samping yang diterobos, maka
magma akan mampu mencairkan sehingga terbentuklah batuan hybrid
atau magma bersifat menengah.
3. Magma mixing diawali dengan magma primitif yang menginjeksi tubuh
magma, panasnya akan ditransmisikan secara perlahan pada bagian yang
6
terkena kontak langsung tanpa perubahan yang terjadi secara tiba-tiba.
Bagian paling bawah yang tidak terkena kontak langsung akan mengalami
fraksinasi dan bagian yang terkena kontak langsung akan berubah secara
perlahan sehingga terjadi magma mixing.
2.3 Struktur Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing -masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan
beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan.
Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku sebagai berikut
(Noor, 2009):
2.3.1 Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya (Noor, 2009):
1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
2. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
3. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
4. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi di lingkungan air.
5. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
6. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
7. Struktur aliran yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran.
2.3.2 Struktur batuan Intrusif
Batuan beku intrusive adalah batuan beku yang proses pembekuannya itu
berlangsung di bawah permukaan bumi berdasarkan kedudukannya terhadap
7
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan (Noor, 2009).
Gambar 2.2 Struktur batuan intrusif (Noor, 2009)
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,
jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu (Noor, 2009):
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolith berkisar dari 2-4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya.
2. Diskordan
Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini
memotong (tidak sejajar) perlapisan batuan di sekitarnya seperti dengan
batuan induk yang diterobosnya. Adapun jenis-jenis dari diskordan sebagai
berikut (Noor, 2009):
8
a. Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu >100 km2
dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan batolith tetapi ukurannya
lebih kecil
2.4 Tekstur Batuan Beku
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma
ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat
pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur
yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan
yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka
mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal
tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi
pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-
mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu,
sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan
mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas
tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan (Noor, 2009):
1. Tingkat kristalisasi dibagi:
a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal .
b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas
2. Ukuran butir terdiri atas:
a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral-
mineral yang berukuran kasar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus sehingga dibutuhkan alat bantu seperti lup. Contohnya
Andesit.
9
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali
biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral
yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.
c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya:
a. Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang
kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna).
b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral
dan subhedral.
c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang
berbentuk anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya:
a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama.
b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.
2.5 Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia,
tekstur, dan mineraloginya (Noor, 2009):
1. Berdasarkan tempat terbentuknya
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
sebagai berikut.
a. Batuan beku plutonik yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
b. Batuan beku Hypabisal yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi.
c. Batuan beku vulkanik yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.
2. Berdasarkan warnanya
Mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafik (gelap) seperti
olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsik (terang) seperti
feldspar, muskovit dan feldspatoid. Klasifikasi batuan beku berdasarkan
warnanya yaitu:
10
a. Leucocratic rock memiliki kandungan mineral mafik <30%.
b. Mesocratic rock memiliki kandungan mineral mafik 30%-60%.
c. Melanocratic rock memiliki kandungan mineral mafik 60%-90%.
d. Hypermalanic rock memiliki kandungan mineral mafik>90%.
3. Berdasarkan kandungan kimianya:
Berdasarkan kandungan SiO2 batuan beku dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Batuan beku asam (acid) memiliki kandungan SiO2 >65%, contohnya Granit,
Ryolit.
b. Batuan beku menengah (intermediate) memiliki kandungan SiO2 65%-52%.
Contohnya Diorit, Andesit.
c. Batuan beku basa (basic) memiliki kandungan SiO2 52%-45%, contohnya
Gabro, Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (ultra basic) memiliki kandungan SiO2 <30%.
2.6 Batuan Beku Asam
Batuan beku asam adalah batuan yang terbentuk dari magma asal yang
bersifat asam yang umumnya berasal dari batas lempeng konvergen yang mengalami
partial melting pada kerak bagian bawah (lower crust). Termasuk golongan ini bila
batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari 66%. Contoh batuan ini
adalah granit dan ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna
terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan
kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit (Marlina, 2019).
Kenampakan batuan ini memperlihatkan warna terang atau dominan putih,
merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butiran mineral halus kasar bahkan
ada yang sangat halus menyerupai kaca seperti obsidian, akibat pembentukan yang
sangat lambat. Selain itu dapat juga ditemukan ukuran yang sangat kasar seperti
pegmatite. Batuan beku dapat dijumpai dalam bentuk batholith, laccolith, lappolith dan
intrusi besar lainnya. Batuan beku asam cenderung membentuk tubuh intrusi besar
karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi sehingga tidak bisa melalui celah-celah
yang sempit dalam bentuk dike atau sill. Ciri khas batuan beku asam yakni kaya akan
unsur alkali dan sedikit mengandung unsur kalsium (Chaerul, 2017).
Batuan beku asam terbagi menjadi 2 yaitu batuan beku asam plutonik dan
batuan beku asam vulkanik. Batuan beku asam plutonik terbentuk ketika magma yang
meleleh kemudian mendingin di bawah permukaan bumi. Hal itu disebabkan oleh
11
pergerakan tektonik lempeng yang saling bergerak danbertumbukkan satu dengan
yang lainnya. Magma terperangkap di bawah permukaan bumi didasar lempeng, lalu
magma tersebut akan mendingin dengan sangat lambat. Sedangkan batuan beku
vulkanik umumnya berasal dari lava yang bersifat asam dan banyakIdiketahui derajat
kristalisasinya yang sangat buruk, dan tipikal teksturnya berbutir halus sampai glassy.
Batuan beku asam vulkanik memiliki kandungan silika yang tinggi (>65%) namun
terbentuk pada temperatur yang rendah dipermukaan bumi. Karena pendinginan yang
cepat maka tekstur batuannya cenderung berbutir halus, yang termasuk kedalam
batuan beku asam vulkanik adalah riolit, dasit, dan riodasit (Nurmasita, 2012).
2.7 Batuan Beku Intermediet
Batuan beku intermediet merupakan batuan beku yang memiliki kandungan
silica antara 52%-66%. Kenampakan batuan ini memperlihatkan warna yang agak
gelap dibandingkan batuan beku asam. Warna umumnya abu-abu hingga abu-abu
kehitaman. Mempunyai ukuran butir mineral dari halus hingga kasar. Bentuk intrusi
dari batuan beki intermediet kebanyakan adalah laccolith, lapolith, dike dan sill.
Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh kekentalan magmanya yang menengah.
Sebagian ada yang dapat melalui celeh yang agak sempit dalam bentuk dike dan sill
(Chaerul, 2017).
Batuan beku intermediet sering memperlihatkan kenampakan pelapukan
spheroidal karena banyak mengandung mineral feldspar. Mineral-mineral feldspar yang
telah mengalami pelapukan tersebut dapat berubah menjadi mineral kaolin. Gejala
spheroidal weathering dan kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku yang telah
mengalami pensesaran. Ciri khas batuan intermediet yakni warna batuan dari terang
hingga agak gelap, perbandingan antara mineral alkali, kapur dan feromagnesium
sudah mulai Nampak. Misalnya Granodiorite, Dasite, Diorite, Monzonite, Anorthosite,
Andesite, dan lain-lain (Chaerul, 2017).
Batuan beku intermediet dibagi atas batuan beku intermediet vulkanik dan
batuan beku plutonik. Batuan beku intermediate vulkanik adalah batuan yang
terbentuk dari pembekuan magma secara ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah
permukaan dimana proses pembekuan berada di daerah vulkanik (di permukaan
bumi), proses pembekuan sangat cepat dengan temperatur yang tinggi sehingga
umumnya butiran pada batuan ini lebih halus. Sedangkan Batuan beku intemediate
plutonik batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara intrusi atau hasil
12
pembekuan di daerah dalam dimana proses pembekuan berada di daerah plutonik (di
perut bumi), proses pembekuan memerlukan waktu cukup lama dengan temperature
yang tinggi (Nurmasita, 2012).
13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Berikut adalah nama, gambar serta fungsi dari alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum batuan beku.
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Literatur (Buku Rock & Minerals) sebagai sumber referensi praktikum.
Gambar 3.1 Buku Rock & Minerals
2. Lup untuk membantu dalam mengamati struktur dan tekstur batuan.
Gambar 3.2 Lup
14
3. Kamera untuk mengambil dokumentasi praktikum.
Gambar 3.3 Kamera
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel batuan sebagai objek pengamatan praktikum.
Gambar 3.4 Sampel batuan
2. Lembar deskripsi sebagai lembar identifikasi batuan.
Gambar 3.5 Lembar deskripsi
15
3. Kertas HVS sebagai median untuk membuat laporan sementara dan membantu
sebagai background dokumentasi sampel.
Gambar 3.6 Kertas HVS
3.2 Metode Praktikum
Langkah kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsi sampel berdasarkan lembar deskripsi menggunakan alat
praktikum yang diperlukan.
2. Menentukan nama dari batuan yang telah di deskripsi.
3. Mengulangi langkah 1–2 pada sampel berikutnya.
4. Membuat laporan sementara.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Stasiun 1
Gambar 4.1 Sampel stasiun 1
Stasiun 1 dengan nomor sampel BB-06 memiliki warna segar putih dan warna
lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin karena pada sampel ini
terdapat yang kristal dan glass jadi tingkat kristanilitasnya yaitu hipokristalin,
granularitasnya adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah anhedral dengan
keseragaman butiran inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas 65% dan
biotit 35%. Batuan ini paling melimpah pada kerak samudera. Berdasarkan hasil
deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah andesit. Batuan
ini terebntuk dengan peleburan lantai samudera yang bersifat mafik dan dapat
digunakan sebagai bahan material konstruksi.
4.2 Stasiun 2
Stasiun 2 dengan nomor sampel BB-09 memiliki warna segar putih dan warna
lapuk abu-abu. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah
paneritik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular,
dengan komposisi mineral plagioklas 55%, kuarsa 20%, biotit 15% dan hornblende
10%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini
adalah riolit. Batuan ini terbentuk pada pembekuan magma asam daam permukaan
bumi, dan biasanya diunakan sebagai pendamping konstruksi bangunan.
17
Gambar 4.2 Sampel stasiun 2
4.3 Stasiun 3
Stasiun 3 dengan nomor sampel BB-03 memiliki warna segar hitam dan warna
lapuk putih. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah
fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular,
dengan komposisi mineral plagioklas 55%, biotit 15%, kuarsa 20% dan hornblende
10%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini
adalah granit. Batuan ini terbentuk dari hasil peleburan lanti samudera yang bersifat
mafik dan biasanya digunakan sebagai dekorasi dinding.
Gambar 4.3 Sampel stasiun 3
4.4 Stasiun 4
Stasiun 4 dengan nomor sampel BB-07 memiliki warna segar abu-abu dan
warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah holokristalin, granularitasnya
adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi
18
inequigranular, dengan komposisi mineral kuarsa 15%, opak 5%, plagioklas 33% dan
hornblende 21%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan
bahwa batuan ini adalah Dasit. Batuan ini berkembang di zona subsduksi biasanya
digunakan sebagai material konstruksi.
Gambar 4.4 Sampel Stasiun 4
4.5 Stasiun 5
Stasiun 5 dengan nomor sampel BB-08 memiliki warna segar putih dan warna
lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah holokristalin, granularitasnya adalah
fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular,
dengan komposisi mineral kuarsa 25%, feldspar 75%. Berdasarkan hasil deskripsi
secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah Granodiorite. Batuan ini
terbentuk dari hasil peleburan lanti samudera yang bersifat mafik dan biasanya
digunakan sebagai bahan material konstruksi terutama untuk muka bangunan.
Gambar 4.5 Sampel stasiun 5
19
4.6 Stasiun 6
Gambar 4.6 Sampel stasiun 6
Stasiun 6 dengan nomor sampel BB-04 memiliki warna segar putih dan warna
lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah
fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular,
dengan komposisi mineral amphibol 15%, ortoklas 55%, andesine 10% dan labradorit
20%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini
adalah syenit. Batuan ini terbentuk dari kerak benua tebal di zona subduksi..
4.7 Stasiun 7
Gambar 4.7 Sampel stasiun 7
Stasiun 7 dengan nomor sampel BB-05 memiliki warna segar abu-abu dan warna
lapuk cokelat. Kristanilitas dari samp el ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah
fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular,
dengan komposisi mineral plagioklas 65% dan olivine 30%. Berdasarkan hasil deskripsi
secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah diorit.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mengenali batuan beku felsik dan intermediet dengan melalui sifat fisik dar
batuan tersebut seperti warna dan teksturnya terutama tentang granularitas,
kristanilitas dan fabriknya. Dimana setiap jenis batuan memiliki perbedaan
tekstur (granularitas, kristanilitas dan fabrik). Batuan beku felsik yaitu batuan
beku dimana komposisi mineralnya didominasi mineral-mineral felsik yang
bersifat asam, mempunyai warna terang dengan indeks warna antara 10%-
40%. Sedangkan batuan beku intermediet adalah batuan beku yang komposisi
mineralnya didominasi mineral-mineral yang mempunyai kandungan silica 52%-
66%, mempunyai warna sedikit gelap dengan indeks warna 40%-70%.
2. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh nama-nama batuannya antara
lain stasiun 1 (sampel BB 06) yaitu andesit, stasiun 2 (sampel BB 09) yaitu
riolit, stasiun 3 (sampel BB 03) yaitu granit, stasiun 4 (sampel BB 07) yaitu
dasit, stasiun 5 (sampel BB) 08 yaitu granodiorit, stasiun 6 (sampel BB 04) yaitu
syenit, dan stasiun 7 (sampel BB 05) yaitu diorite. Salah satu sampel yang
termasuk batuan beku felsik yaitu Granit (sampel BB 03). Granit memiliki
kristanilitas hipokristalin dengan granularitas fanerik dan keseragaman ukuran
butirannya (relasi) yaitu inequigranular. Kemudian, salah satu sampel yang
termasuk batuan beku intermediet adalah andesit (sampel BB 06). Sampel ini
terdapat kristal dan glass jadi tingkat kristanilitasnya yaitu hipokristalin,
granularitasnya adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah anhedral
dengan keseragaman butiran inequigranular.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini sebaiknya laboratorium tetap dijaga
kebersihannya tetap dipertahankan dan jumlah sampel untuk deskripsi lebih ditambah
sampelnya agar praktikan dapat mengamati sampel dengan baik. Adapun untuk
21
asisten dalam praktikum kali ini adalah lebih detail dalam menjelaskan materi dalam
praktikum dan tetap mempertahankan sikap profesionalitas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Chaerul, Muhammad. 2017. Pengantar Ilmu Batuan. Jakarta: Publisher.
Erzagian, Egy, dkk. 2016. Studi Karakteristik dan Petrogenesis Batuan Beku di Daerah
Singkawang dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Barat. Proceeding, Seminar
Nasional Kebumian: Vol ke-9.
Marlina K. 2019. Analisis Perubahan Batuan Dasar sebagai Pembentuk Keasaman di
Sekitar Lokasi Penambangan Batubara di PT BNJM Site Bahalang Desa Lalap
Kabupaten Barito Timur. Jurnal intekna: volume 19 No.2.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor: Universitas Pakuan.
Sari, Winda Permata. 2018. Analisis Struktur Batuan Berdasarkan Data Golistrik
Tahanan Jenis Konfigurasi Schumberger dan Konfigurasi Dipole-Dipole di
Kecamatan Malalak Kabupaten Agam. Pillar of Physics: Vol. 11 No. 2.
Tim Pengampu Geologi Umum. 2017. Buku Panduan Praktikun Geologi Umum.
Pontianak: Universitas Tanjung Pura.
Zudi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.
23
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerDiki Prasetya
 
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanikTugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanikjariri arroah manda
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional 'Oke Aflatun'
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaFauzan Barnanda
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimenWahidin Zuhri
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanMahdi Salam
 
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastikAlviyanda Whoost
 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaandesra99
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 

What's hot (20)

Fosil
FosilFosil
Fosil
 
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
 
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanikTugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Peta geologi
Peta geologiPeta geologi
Peta geologi
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
 
Batuan sediment
Batuan sedimentBatuan sediment
Batuan sediment
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimen
 
Ppt piropilit
Ppt piropilitPpt piropilit
Ppt piropilit
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 
Mineral part2
Mineral part2 Mineral part2
Mineral part2
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluan
 
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik
3 bab ii batuan sub batuan beku & piroklastik
 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaan
 
Piroksen
PiroksenPiroksen
Piroksen
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 

Similar to Bab 1 fixxx.pdf

Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptxevangeologi
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxevangeologi
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Nanda Reda
 
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan PemanfaatannyaMacam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan Pemanfaatannyasangdamar
 
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahMektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahShaleh Afif Hasibuan
 
Batuan Pembentuk Muka Bumi
Batuan Pembentuk Muka BumiBatuan Pembentuk Muka Bumi
Batuan Pembentuk Muka Bumidieart
 
Laporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasLaporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasNor Laili Razali
 
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIYogiShidiq
 
01(h33) petrologi batuan beku 2011
01(h33) petrologi batuan beku 201101(h33) petrologi batuan beku 2011
01(h33) petrologi batuan beku 2011dikaanis_
 

Similar to Bab 1 fixxx.pdf (20)

Petrologi batuan beku
Petrologi batuan bekuPetrologi batuan beku
Petrologi batuan beku
 
Juli 1
Juli 1Juli 1
Juli 1
 
Bagaimana batuan beku_terbentuk
Bagaimana batuan beku_terbentukBagaimana batuan beku_terbentuk
Bagaimana batuan beku_terbentuk
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 03 -Magmatisme & Volkanisme.pptx
 
Makalah-batuan-beku
Makalah-batuan-bekuMakalah-batuan-beku
Makalah-batuan-beku
 
geologi umum
geologi umum geologi umum
geologi umum
 
Geologi Rekayasa
Geologi RekayasaGeologi Rekayasa
Geologi Rekayasa
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 01 -Variabel Petrogenesis Batuan Beku.pptx
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
 
(147654721) struktur batuan
(147654721) struktur batuan(147654721) struktur batuan
(147654721) struktur batuan
 
(147654721) struktur batuan
(147654721) struktur batuan(147654721) struktur batuan
(147654721) struktur batuan
 
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan PemanfaatannyaMacam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
 
Litsfer
LitsferLitsfer
Litsfer
 
Batuan
BatuanBatuan
Batuan
 
Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
 
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanahMektan bab 1 proses pembentukan tanah
Mektan bab 1 proses pembentukan tanah
 
Batuan Pembentuk Muka Bumi
Batuan Pembentuk Muka BumiBatuan Pembentuk Muka Bumi
Batuan Pembentuk Muka Bumi
 
Laporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasLaporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelas
 
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGI
 
01(h33) petrologi batuan beku 2011
01(h33) petrologi batuan beku 201101(h33) petrologi batuan beku 2011
01(h33) petrologi batuan beku 2011
 

Recently uploaded

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 

Recently uploaded (9)

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 

Bab 1 fixxx.pdf

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada. Geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan- bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Pengetahuan atau ilmu geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, daratan–daratan di benua hingga di dalam cekungan di bawah permukaan di bawah laut. Batuan yang terlihat dimana–mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda (Noor, 2009). Batuan adalah sekumpulan mineral–mineral yang menjadi satu. Batuan bisa terdiri dari satu macam mineral saja atau campuran beberapa mineral. Batuan dapat mengalami perubahan dari satu tipe batuan yang lainnya. Batuan dari jenis apapun jika tertimbun ke dalam bumi, mendapatkan energi panas hingga meleleh, kemudian membeku kembali maka batuan tersebut akan menjadi batuan beku. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun di kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu proses– proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan bumi (Noor, 2009). Pembelajaran tentang karakteristik batuan beku ultramafik dapat dilakukan melalui praktikum. Praktikum dilakukan dengan cara mendeskripsikan sampel batuan beku ultramafik. Deskripsi yang dilakukan terdiri atas warna, tekstur, struktur, bentuk, komposisi mineralnya. Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa dapat mengamati langsung sifat fisik batuan yang sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi batuan terutama berdaarkan kristanilitas, tingkat granularitas dan fabrik.
  • 2. 2 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah: 1. Mempelajari dan memahami tentang batuan beku felsik dan intermediet serta mendeskripsikannya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik. 2. Menentukan nama batuan beku felsik dan intermediet serta komposisi mineralnya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik. 1.3 Ruang Lingkup Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 18 September 2021 bertempat di Laboratorium Analisis Pengolahan Bahan Galian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Percobaan yang dilakukan tentang Batuan Beku 1, dimana mengidentifikasi dan mengenali tentang batuan beku felsik dan intermediet berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas dan fabrik sehingga dapat diketahui penamaan batuan tersebut berdasarkan ciri-cirinya. 1.4 Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum ini adalah: 1. Praktikan dapat mengenali batuan beku felsik dan intermediet. 2. Praktikan dapat mengetahui dan membedakan beku felsik dan intermediet. 3. Praktikan dapat menentukan nama batuan beku berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batuan Beku Dalam studi petrogenesis batuan beku, magma merupakan sumber utama pada proses pembentukannya. Proses primer menjelaskan rangkaian kejadian mulai dari pembentukan berbagai jenis magma hingga terbentuknya berbagai jenis batuan beku, termasuk tatanan tektonik pembentukannya. Studi petrogenesis ini dinilai sangat penting untuk mengetahui proses pembentukan batuan dan keterkaitannya dengan tatanan tektonik sehingga dapat bermanfaat dan menambah wawasan di bidang ilmu geologi. Pembahasan petrogenesis batuan beku menyangkut proses pembentukan magma, proses kristalisasi dan pertumbuhannya menjadi batuan beku (Erzagian, dkk, 2016). Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan bumi yang dikenal sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batuan beku terbentuk oleh pembekuan magma. Batuan plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan di dalam kerak bumi. Salah satu contoh batuan beku plutonik adalah granit. Sedangkan batuan beku vulkanik atau ekstrusif membeku dan terbentuk pada saat magma keluar ke permukaan bumi sebagai lava atau fragment bekuan. Contoh batuan beku vulkanik adalah batu apung dan basalt. Batuan beku atau igneous rock berasal dari Bahasa Latin: (Ignis berarti api) (Zuhdi, 2019). Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur utama yaitu; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium. Unsur unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu; Felspar, Olivin, Amfibol, kuarsa dan Mika. Mineral-mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal. Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang, sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya mempunyai warna yang gelap. Hal tersebutlah
  • 4. 4 yang membedakan antara jenis batuan yang satu dengan yang lain seperti pada batuan beku felsik dan intermediet (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017). 2.2 Proses Terbentuknya Batuan Beku Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari selubung bumi. Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur umumnya bertambah dengan 30o C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini atau magma adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava bumi disebut batuan beku intrusive, dan membeku di dalam dan yang membeku dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif. Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan yang terjadi didalam magma dan reaksi di tempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen. Seri reaksi seperti di tunjukkan pada Gambar 2.1 memberikan petunjuk pembentukan berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa mineral (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017). Gambar 2.1. Gambar seri reaksi bowen (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017).
  • 5. 5 Pada gambar 2.1 ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk cenderung mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada plagioklas dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-Ca (anorthite), menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi Sodium (Na) terhadap Kalsium (Ca). Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivine. Hasil reaksi selanjutnya antara olivine dan sisa larutannya membentuk piroksen (pyroxene). Proses ini berlanjut hingga terbentuk biotite (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017). Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi (Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk batuan sebelum seluruh seri reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan sebagai batuan mafic, dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-Ca. Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai tahap akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kuarsa dan muskovit, yang dikatakan sebagai batuan felsic. Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda (Tim Pengampu Geologi Umum, 2017). Wilson (1989) terdapat proses inti yang mempengaruhi komposisinya yaitu: 1. Fraksinasi kristal merupakan proses separasi kristal dalam fase liquid yang menyebabkan sebagian kristal terbentuk lebih dahulu karena perbedaan kondisi yang dibutuhkan untuk membentuknya. 2. Asimilasi adalah proses pencampuran antara magma dengan lempeng yang terjadi saat magma bergerak dari dapur magma menuju permukaan. Bila magma granitik menembus batuan gabro (mineral augit dan labradorit) maka magma tidak akan mampu mencairkan dinding tersebut. Namun, bila magma bersifat lebih basa dari batuan samping yang diterobos, maka magma akan mampu mencairkan sehingga terbentuklah batuan hybrid atau magma bersifat menengah. 3. Magma mixing diawali dengan magma primitif yang menginjeksi tubuh magma, panasnya akan ditransmisikan secara perlahan pada bagian yang
  • 6. 6 terkena kontak langsung tanpa perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Bagian paling bawah yang tidak terkena kontak langsung akan mengalami fraksinasi dan bagian yang terkena kontak langsung akan berubah secara perlahan sehingga terjadi magma mixing. 2.3 Struktur Batuan Beku Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing -masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku sebagai berikut (Noor, 2009): 2.3.1 Struktur batuan beku ekstrusif Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya (Noor, 2009): 1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam. 2. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan 3. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil. 4. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal- gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi di lingkungan air. 5. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan. 6. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit. 7. Struktur aliran yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran. 2.3.2 Struktur batuan Intrusif Batuan beku intrusive adalah batuan beku yang proses pembekuannya itu berlangsung di bawah permukaan bumi berdasarkan kedudukannya terhadap
  • 7. 7 perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan (Noor, 2009). Gambar 2.2 Struktur batuan intrusif (Noor, 2009) 1. Konkordan Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu (Noor, 2009): a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya. b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith berkisar dari 2-4 mil dengan kedalaman ribuan meter. c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter. d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. 2. Diskordan Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini memotong (tidak sejajar) perlapisan batuan di sekitarnya seperti dengan batuan induk yang diterobosnya. Adapun jenis-jenis dari diskordan sebagai berikut (Noor, 2009):
  • 8. 8 a. Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter. b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu >100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar. c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan batolith tetapi ukurannya lebih kecil 2.4 Tekstur Batuan Beku Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral- mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan (Noor, 2009): 1. Tingkat kristalisasi dibagi: a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal . b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas 2. Ukuran butir terdiri atas: a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral- mineral yang berukuran kasar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus sehingga dibutuhkan alat bantu seperti lup. Contohnya Andesit.
  • 9. 9 3. Bentuk kristal Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu: a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna. b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna. c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna. 4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya: a. Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna). b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral. c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral. 5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya: a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama. b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama. 2.5 Klasifikasi Batuan Beku Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan mineraloginya (Noor, 2009): 1. Berdasarkan tempat terbentuknya Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut. a. Batuan beku plutonik yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi. b. Batuan beku Hypabisal yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan bumi. c. Batuan beku vulkanik yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. 2. Berdasarkan warnanya Mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafik (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsik (terang) seperti feldspar, muskovit dan feldspatoid. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
  • 10. 10 a. Leucocratic rock memiliki kandungan mineral mafik <30%. b. Mesocratic rock memiliki kandungan mineral mafik 30%-60%. c. Melanocratic rock memiliki kandungan mineral mafik 60%-90%. d. Hypermalanic rock memiliki kandungan mineral mafik>90%. 3. Berdasarkan kandungan kimianya: Berdasarkan kandungan SiO2 batuan beku dibagi menjadi 4 yaitu: a. Batuan beku asam (acid) memiliki kandungan SiO2 >65%, contohnya Granit, Ryolit. b. Batuan beku menengah (intermediate) memiliki kandungan SiO2 65%-52%. Contohnya Diorit, Andesit. c. Batuan beku basa (basic) memiliki kandungan SiO2 52%-45%, contohnya Gabro, Basalt. d. Batuan beku ultra basa (ultra basic) memiliki kandungan SiO2 <30%. 2.6 Batuan Beku Asam Batuan beku asam adalah batuan yang terbentuk dari magma asal yang bersifat asam yang umumnya berasal dari batas lempeng konvergen yang mengalami partial melting pada kerak bagian bawah (lower crust). Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari 66%. Contoh batuan ini adalah granit dan ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit (Marlina, 2019). Kenampakan batuan ini memperlihatkan warna terang atau dominan putih, merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butiran mineral halus kasar bahkan ada yang sangat halus menyerupai kaca seperti obsidian, akibat pembentukan yang sangat lambat. Selain itu dapat juga ditemukan ukuran yang sangat kasar seperti pegmatite. Batuan beku dapat dijumpai dalam bentuk batholith, laccolith, lappolith dan intrusi besar lainnya. Batuan beku asam cenderung membentuk tubuh intrusi besar karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi sehingga tidak bisa melalui celah-celah yang sempit dalam bentuk dike atau sill. Ciri khas batuan beku asam yakni kaya akan unsur alkali dan sedikit mengandung unsur kalsium (Chaerul, 2017). Batuan beku asam terbagi menjadi 2 yaitu batuan beku asam plutonik dan batuan beku asam vulkanik. Batuan beku asam plutonik terbentuk ketika magma yang meleleh kemudian mendingin di bawah permukaan bumi. Hal itu disebabkan oleh
  • 11. 11 pergerakan tektonik lempeng yang saling bergerak danbertumbukkan satu dengan yang lainnya. Magma terperangkap di bawah permukaan bumi didasar lempeng, lalu magma tersebut akan mendingin dengan sangat lambat. Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya berasal dari lava yang bersifat asam dan banyakIdiketahui derajat kristalisasinya yang sangat buruk, dan tipikal teksturnya berbutir halus sampai glassy. Batuan beku asam vulkanik memiliki kandungan silika yang tinggi (>65%) namun terbentuk pada temperatur yang rendah dipermukaan bumi. Karena pendinginan yang cepat maka tekstur batuannya cenderung berbutir halus, yang termasuk kedalam batuan beku asam vulkanik adalah riolit, dasit, dan riodasit (Nurmasita, 2012). 2.7 Batuan Beku Intermediet Batuan beku intermediet merupakan batuan beku yang memiliki kandungan silica antara 52%-66%. Kenampakan batuan ini memperlihatkan warna yang agak gelap dibandingkan batuan beku asam. Warna umumnya abu-abu hingga abu-abu kehitaman. Mempunyai ukuran butir mineral dari halus hingga kasar. Bentuk intrusi dari batuan beki intermediet kebanyakan adalah laccolith, lapolith, dike dan sill. Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh kekentalan magmanya yang menengah. Sebagian ada yang dapat melalui celeh yang agak sempit dalam bentuk dike dan sill (Chaerul, 2017). Batuan beku intermediet sering memperlihatkan kenampakan pelapukan spheroidal karena banyak mengandung mineral feldspar. Mineral-mineral feldspar yang telah mengalami pelapukan tersebut dapat berubah menjadi mineral kaolin. Gejala spheroidal weathering dan kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku yang telah mengalami pensesaran. Ciri khas batuan intermediet yakni warna batuan dari terang hingga agak gelap, perbandingan antara mineral alkali, kapur dan feromagnesium sudah mulai Nampak. Misalnya Granodiorite, Dasite, Diorite, Monzonite, Anorthosite, Andesite, dan lain-lain (Chaerul, 2017). Batuan beku intermediet dibagi atas batuan beku intermediet vulkanik dan batuan beku plutonik. Batuan beku intermediate vulkanik adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah permukaan dimana proses pembekuan berada di daerah vulkanik (di permukaan bumi), proses pembekuan sangat cepat dengan temperatur yang tinggi sehingga umumnya butiran pada batuan ini lebih halus. Sedangkan Batuan beku intemediate plutonik batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara intrusi atau hasil
  • 12. 12 pembekuan di daerah dalam dimana proses pembekuan berada di daerah plutonik (di perut bumi), proses pembekuan memerlukan waktu cukup lama dengan temperature yang tinggi (Nurmasita, 2012).
  • 13. 13 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan Berikut adalah nama, gambar serta fungsi dari alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum batuan beku. 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Literatur (Buku Rock & Minerals) sebagai sumber referensi praktikum. Gambar 3.1 Buku Rock & Minerals 2. Lup untuk membantu dalam mengamati struktur dan tekstur batuan. Gambar 3.2 Lup
  • 14. 14 3. Kamera untuk mengambil dokumentasi praktikum. Gambar 3.3 Kamera 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Sampel batuan sebagai objek pengamatan praktikum. Gambar 3.4 Sampel batuan 2. Lembar deskripsi sebagai lembar identifikasi batuan. Gambar 3.5 Lembar deskripsi
  • 15. 15 3. Kertas HVS sebagai median untuk membuat laporan sementara dan membantu sebagai background dokumentasi sampel. Gambar 3.6 Kertas HVS 3.2 Metode Praktikum Langkah kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsi sampel berdasarkan lembar deskripsi menggunakan alat praktikum yang diperlukan. 2. Menentukan nama dari batuan yang telah di deskripsi. 3. Mengulangi langkah 1–2 pada sampel berikutnya. 4. Membuat laporan sementara.
  • 16. 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Stasiun 1 Gambar 4.1 Sampel stasiun 1 Stasiun 1 dengan nomor sampel BB-06 memiliki warna segar putih dan warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin karena pada sampel ini terdapat yang kristal dan glass jadi tingkat kristanilitasnya yaitu hipokristalin, granularitasnya adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah anhedral dengan keseragaman butiran inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas 65% dan biotit 35%. Batuan ini paling melimpah pada kerak samudera. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah andesit. Batuan ini terebntuk dengan peleburan lantai samudera yang bersifat mafik dan dapat digunakan sebagai bahan material konstruksi. 4.2 Stasiun 2 Stasiun 2 dengan nomor sampel BB-09 memiliki warna segar putih dan warna lapuk abu-abu. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah paneritik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas 55%, kuarsa 20%, biotit 15% dan hornblende 10%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah riolit. Batuan ini terbentuk pada pembekuan magma asam daam permukaan bumi, dan biasanya diunakan sebagai pendamping konstruksi bangunan.
  • 17. 17 Gambar 4.2 Sampel stasiun 2 4.3 Stasiun 3 Stasiun 3 dengan nomor sampel BB-03 memiliki warna segar hitam dan warna lapuk putih. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas 55%, biotit 15%, kuarsa 20% dan hornblende 10%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah granit. Batuan ini terbentuk dari hasil peleburan lanti samudera yang bersifat mafik dan biasanya digunakan sebagai dekorasi dinding. Gambar 4.3 Sampel stasiun 3 4.4 Stasiun 4 Stasiun 4 dengan nomor sampel BB-07 memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah holokristalin, granularitasnya adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi
  • 18. 18 inequigranular, dengan komposisi mineral kuarsa 15%, opak 5%, plagioklas 33% dan hornblende 21%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah Dasit. Batuan ini berkembang di zona subsduksi biasanya digunakan sebagai material konstruksi. Gambar 4.4 Sampel Stasiun 4 4.5 Stasiun 5 Stasiun 5 dengan nomor sampel BB-08 memiliki warna segar putih dan warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah holokristalin, granularitasnya adalah fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular, dengan komposisi mineral kuarsa 25%, feldspar 75%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah Granodiorite. Batuan ini terbentuk dari hasil peleburan lanti samudera yang bersifat mafik dan biasanya digunakan sebagai bahan material konstruksi terutama untuk muka bangunan. Gambar 4.5 Sampel stasiun 5
  • 19. 19 4.6 Stasiun 6 Gambar 4.6 Sampel stasiun 6 Stasiun 6 dengan nomor sampel BB-04 memiliki warna segar putih dan warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari sampel ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular, dengan komposisi mineral amphibol 15%, ortoklas 55%, andesine 10% dan labradorit 20%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah syenit. Batuan ini terbentuk dari kerak benua tebal di zona subduksi.. 4.7 Stasiun 7 Gambar 4.7 Sampel stasiun 7 Stasiun 7 dengan nomor sampel BB-05 memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat. Kristanilitas dari samp el ini adalah hipokristalin, granularitasnya adalah fanerik. Adapun bentuk fabriknya adalah subhedral dengan relasi inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas 65% dan olivine 30%. Berdasarkan hasil deskripsi secara langsung dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah diorit.
  • 20. 20 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Mengenali batuan beku felsik dan intermediet dengan melalui sifat fisik dar batuan tersebut seperti warna dan teksturnya terutama tentang granularitas, kristanilitas dan fabriknya. Dimana setiap jenis batuan memiliki perbedaan tekstur (granularitas, kristanilitas dan fabrik). Batuan beku felsik yaitu batuan beku dimana komposisi mineralnya didominasi mineral-mineral felsik yang bersifat asam, mempunyai warna terang dengan indeks warna antara 10%- 40%. Sedangkan batuan beku intermediet adalah batuan beku yang komposisi mineralnya didominasi mineral-mineral yang mempunyai kandungan silica 52%- 66%, mempunyai warna sedikit gelap dengan indeks warna 40%-70%. 2. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh nama-nama batuannya antara lain stasiun 1 (sampel BB 06) yaitu andesit, stasiun 2 (sampel BB 09) yaitu riolit, stasiun 3 (sampel BB 03) yaitu granit, stasiun 4 (sampel BB 07) yaitu dasit, stasiun 5 (sampel BB) 08 yaitu granodiorit, stasiun 6 (sampel BB 04) yaitu syenit, dan stasiun 7 (sampel BB 05) yaitu diorite. Salah satu sampel yang termasuk batuan beku felsik yaitu Granit (sampel BB 03). Granit memiliki kristanilitas hipokristalin dengan granularitas fanerik dan keseragaman ukuran butirannya (relasi) yaitu inequigranular. Kemudian, salah satu sampel yang termasuk batuan beku intermediet adalah andesit (sampel BB 06). Sampel ini terdapat kristal dan glass jadi tingkat kristanilitasnya yaitu hipokristalin, granularitasnya adalah porfiritik. Adapun bentuk fabriknya adalah anhedral dengan keseragaman butiran inequigranular. 5.2 Saran Adapun saran dalam praktikum ini sebaiknya laboratorium tetap dijaga kebersihannya tetap dipertahankan dan jumlah sampel untuk deskripsi lebih ditambah sampelnya agar praktikan dapat mengamati sampel dengan baik. Adapun untuk
  • 21. 21 asisten dalam praktikum kali ini adalah lebih detail dalam menjelaskan materi dalam praktikum dan tetap mempertahankan sikap profesionalitas.
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Chaerul, Muhammad. 2017. Pengantar Ilmu Batuan. Jakarta: Publisher. Erzagian, Egy, dkk. 2016. Studi Karakteristik dan Petrogenesis Batuan Beku di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Barat. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian: Vol ke-9. Marlina K. 2019. Analisis Perubahan Batuan Dasar sebagai Pembentuk Keasaman di Sekitar Lokasi Penambangan Batubara di PT BNJM Site Bahalang Desa Lalap Kabupaten Barito Timur. Jurnal intekna: volume 19 No.2. Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor: Universitas Pakuan. Sari, Winda Permata. 2018. Analisis Struktur Batuan Berdasarkan Data Golistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schumberger dan Konfigurasi Dipole-Dipole di Kecamatan Malalak Kabupaten Agam. Pillar of Physics: Vol. 11 No. 2. Tim Pengampu Geologi Umum. 2017. Buku Panduan Praktikun Geologi Umum. Pontianak: Universitas Tanjung Pura. Zudi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.