1. MAKALAH
PETROGENESA DAN MINERAL
“MAGMATISME DAN VOLKANISME”
PROGRAM STUDI
MAGISTER TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2024
Oleh :
EVAN HARDIANTO
(4200232006)
2. OUTLINE
1. PENDAHULUAN
– Latar Belakang
– Maksud, Tujuan dan Manfaat
– Metode
2. DATA HASIL ANALISIS
– Volkanologi Magmatik dan Volkanologi Eksplosif
– Definisi Magma
– Genesa Batuan Beku
– Proses Kristalisasi Magma
– Tekstur Batuan Beku
– Mineral Pembentuk Batuan
– Klasifikasi Berdasarkan
Genetik dari Batuan Beku
3. PEMBAHASAN
4. KESIMPULAN
3. Latar Belakang
Uraian mengenai letusan dan produk gunung api lebih banyak
merupakan hasil pengamatan yang tampak di permukaan. Fakta ini
langsung terlihat dan relatif lebih sedikit interpretasi. Sebaliknya,
karakteristik magma lebih banyak ditafsirkan, oleh karena magma
tidak tampak di permukaan. Walaupun demikian, keduanya
merupakan satu kesatuan, karena untuk memahami karakteristik
magma diperlukan hasil pengamatan dari permukaan. Dari jenis
batuan dapat ditafsirkan berbagai fenomena yang terjadi di dalam
perut gunung api.
Aplikasi volkanologi letusan dan volkanologi magmatik memiliki
perbedaan.
volkanologi letusan lebih ditekankan kepada upaya mitigasi.
Volkanologi letusan juga menjadi latar belakang dalam eksplorasi
panas bumi.
Volkanologi magmatik menekankan pada komposisi batuan yang
dihasilkan oleh kegiatan gunung api.
Volkanologi magmatik memberikan pemahaman sebagai latar
belakang bagi eksplorasi mineral.
Dengan cara mempelajari komposisi batuan, baik mineral maupun kimiawi, maka selain kondisi masa kini
dan masa yang lalu, dapat pula diperkirakan kemungkinan di masa yang akan datang. Dalam kaitan
dengan tektonik, volkanologi magmatik mengidentifikasi posisi busur magmatik, masa kini dan masa
masa yang lalu.
4. Maksud dan Tujuan
Maksud
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah kita
diharuskan untuk mempelajari dan membaca kembali
buku-buku, makalah atau jurnal dari peneltian terdahulu
yang sudah diterbitkan yang berkaitan dengan
Magmatisme dan Volkanisme.
Tujuan
Tujuan penyusunan makalah dengan judul Magmatisme
dan Volkanisme ini adalah untuk mengetahui proses
pembentukan Magma dan produk dari hasil dari magma
sampai komposisi magma tersebut.
Metode
Metode studi yang digunakan adalah berupa pengumpulan data sekunder dari sumber buku-
buku, makalah atau jurnal ilmiah terakreditasi nasional yang kemudian dilakukan
pembahasan atau diskusi secara kualitatif.
5. DATA HASILANALISIS
Volkanologi Magmatik dan Volkanologi Eksplosif
Volkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
berbagai hal mengenai gunung api. Pemahaman
tentang gunung api meliputi bentuk fisik alamiah
(nature) gunung api, asal-usul (origin) dan bahaya
gunung api (volcanic hazards) serta penanggulangan
bahaya letusan gunung api (mitigations).
Macdonald (1972) mengemukakan definisi gunung api
sebagai berikut : “Gunung api adalah tempat atau
bukaan yang mengeluarkan batuan kental pijar atau
gas, dan biasanya kedua-duanya, dari dalam bumi ke
permukaan dan membentuk bukit atau gunung di
sekeliling lubang yang di sebabkan oleh akumulasi
material batuan”.
Istilah yang berkaitan erat dengan gunung api adalah Volkanisme (Volcanism). Istilah volkanisme
merujuk kepada proses alamiah yang berhubungan dengan kegiatan gunung api, termasuk di dalamnya
asal mula pembentukanan magma di dalam perut bumi dan kemunculannya di permukaan
6. Definisi Magma
Secara sederhana magma didefinisikan sebagai pembentuk
batuan beku atau sebagai zat batuan yang mencair. Adapun beberapa
definisi magma dari peneliti terdahulu sebagai beriku:
1) Magma adalah batuan kental pijar yang masih berada di dalam
Bumi atau yang sudah dilontarkan kepermukaan Bumi (Macdonald,
1972);
2) Magma adalah material silika cair, termasuk di dalamnya kristal
dan gas yang terletak di bawah permukaan Bumi (Flint, 1977);
3) Magma adalah suatu subtasi ilmiah yang secara keseluruhan atau
sebagian berupa bahan kental pijar yang pada proses
pendinginannya membeku membentuk batuan beku tersusun oleh
kristal atau gelas (Williams dan McNirney, 1979);
4) Magma adalah larutan atau cairan silikat pijar yang terbentuk
secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu tinggi
antara 900o C – 1100o C dan berasal atau terbentuk pada kerak
Bumi bagian bawah hingga mantel bagian atas (Alzwar ddk, 1988);
5) Magma adalah batuan pijar yang terdiri atas tiga atau lebih komponen lelehan cair silikat, kristal padat
dan gelembung gas. Magma yang membeku di dalam bumi akan menghasilkan batuan intrusi atau
batuan plutonik. Sedangkan lava adalah magma yang membeku di permukaan bumi (Grove, 200);
6) Magma adalah campuran padat (kristalin dan fragmen batuan) multifase bersuhu tinggi, larutan silika
atau karbonatit dan gas kaya H-O-C-S-CI atau larutan yang terbentuk sebagai akibat peleburan sebagian
atau keseluruhan sumber mineral induk (Spera, 2000).
7. Genesis Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan
magma. igneous berasal dari kata ignis yang berarti api atau pijar, karena magma
merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi.
Magma merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi
dengan temperatur berkisar antara 600° C samapai 1500° C.
Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang di sebut dapur magma
(magma chamber). Karena magma relatif lebih ringan dari batuan yang ada di
sekitarnya, maka magma akan bergerak naik ke atas. Gerakan dari magma ke atas ini
kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang besar dari magma itu sendiri atau dari
tekanan disekitar dapur magma, yang menyebabkan terjadinya erupsi gunung api.
Erupsi gunung api ini kadang-kadang hanya menghasilkan lelehan lava atau disertai
dengan letusan yang hebat (eksplosif).
Lava merupakan magma yang telah mencapai permukaan bumi, dan
mempunyai komposisi yang sama dengan magma, hanya kandungan gasnya relatif
lebih kecil, lava yang membeku akan menghasilkan batuan beku luar (ekstrusif) atau
batuan volkanik. Magma yang tidak berhasil mencapai permukaan bumi dan
membeku di dalam bumi akan membentuk batuan beku dalam (intrusif) atau batuan
beku plutonik.
8. Magma yang membentuk batuan intrusi, magma yang keluar ke permukaan bumi sebagai lava,
dan magma yang dilontarkan ke udara sebagai tefra membentuk endapan piroklastika
(Hartono,2000; 2010a,b)
9. Batuan dialam secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1). Batuan beku
2). Batuan sedimen dan
3). Batuan metamorf
10. Proses Kristalisasi Magma
Karena magama merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun
magma akan bergerak bebas tak beraturan. sebaliknya pada saat magma mengalami
pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion
akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. proses ini di sebut
kristalisasi.
Kecepatann pendinginan Magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal :
Apabila pendinginan magma berlangsung denagan lambat, ion-ion mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk
kristal yang besar.
Apabila pendingan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sehingga akan menbentuk kristal yang kecil.
Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion
untuk menbentuk kristal sehingga hasil pembekuan nya akan menghasilkan atom
yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.
11. Tekstur Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan kenampakan batuan
yang didasarkan pada ukuran (sifat) dan susunan kristal-kristal penyusun batuan beku.
tekstur merupakan ciri yang sangat penting, karena tekstur dapat menggambarkan kondisi
proses pembentukan batuan beku. Tekstur terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan
beku adalah tingkat kecepatan pembekuan magma.
Batuan beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan
menunjukkan tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik.
Batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan tekstur
butiran yang kasar, yang disebut feneritik,
12. Mineral Pembentuk Batuan
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh
seorang ahli bernama Norman L. Bowen yang berdasar penyelidikannya beliau membuat
suatu Deret Reaksi suatu magma menjadi mineral berdasarkan penurunan temperatur
magmanya. Deret Reaksi terbentuknya mineral ini dinamai “ Deret Reaksi Bowen “
Gambar 2.6. Skema Reaksi Bowen (vide H.Williams, 1982)
• Deret sebelah kiri
mewakili mineral-
mineral mafik, dimana
reaksi terbentuknya
mineral adalah tidak
menerus (discontinuous)
• Deret sebelah kanan pada
awalnya terbentuk Seri
Plagioklas, reaksi
terbentuknya adalah mineral
Menerus
13. Klasifikasi Berdasarkan Ginetik dari Batuan Beku
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku,
pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan
batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :
a) Batuan Ekstrusi / batuan Vulkanik
Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan ke permukaan bumi
baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada
yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang kental dan panas yang biasa kita sebut
lava.
b) Batuan Intrusi / batuan Plutonik
Proses terbentuknya batuan beku intrusi atau disebut juga batuan plutonik, sangat berbeda
dengan kegiatan batuan beku ekstrusi atau disebut juga batuan vulkanik. Proses ini berbeda
karena perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis batuan ini.
14. Gambar 2.7. Intrusi dan batuan beku yang terbentuk (sumber:
https://musfiraakyuni.blogspot.com/)
15. Pembahasan
Berdasarkan genetiknya batuan beku dapat terbentuk baik di dalam permukaan bumi sebagai batuan intrusif maupun
terbentuk di luar permukaan bumi sebagai batuan ekstrusif. Batuan beku sendiri merupakan material yang terbentuk dari
pembekuan magma. Oleh karena itu magma yang bersifat sangat panas, pijar memiliki titik suhu pembekuan yang
berbeda-beda. Berikut tahapan proses pembentukan batuan beku :
• Tahap pertama, magma yang berada di dalam dapur magma (magma chamber) akan bergerak naik ke atas. Pergerakan
magma tersebut di pengaruhi oleh sifat magma yang lebih ringan dari batuan di sekitarnya dan karena arus konveksi
perbedaan suhu.
• Tahap kedua, magma yang telah bergerak ke atas akan mengalami tekanan yang besar baik dari magma itu sendiri
maupun tekanan dari sekitar dapur magma.
• Tahap ketiga yaitu terjadinya erupsi gunung berapi. Erupsi ini akan melelehkan magma berupa lava ke permukaan
bumi. Terkadang erupsi juga disertai dengan letusan yang dahsyat (eksplusif).
• Selanjutnya yakni tahap pendinginan atau pengkristalan magma, baik magma yang sudah berada di permukaan bumi
maupun yang tidak mencapai permukaan bumi. Pengkristalan merupakan proses menurunnya pergerakan ion- ion
magma diserta penyusunan ion menjadi bentuk yang teratur. Pengkristalan magma dipengaruhi oleh suhu permukaan
bumi yang lebih rendah dari pada suhu magma ketika berada di dalam perut bumi, dan juga komposisi serta banyaknya
kandungan bahan volatil pada magma.
• Tahap terakhir yaitu magma yang telah mengkristal akan membentuk berbagai jenis batuan beku tergantung pada
kecepatan pembekuannya.
16. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari studi variabel petrogenesis batuan beku yang disusun yaitu :
1. Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif.
2. Dalam pembentukan batuan beku erat kaitannya dan tidak akan lepas dari teori pembentukan mineral dengan
Bowen’s Reaction Series yang dimana pengkritalisasian magma dimulai pada suhu 1400°C-600°C dari seri continues
oleh plagioklas group dan seri discontinues mulai terbentuk olivin hingga kuarsa.
3. Mineral pembentuk batuan beku terdiri dari kelompok mineral felsic (asam) seperti kuarsa dan feldspar dan mineral
mafic (basa) seperti olivine dan piroksen.
4. Berdasarkan pembagian genetiknya batuan beku diklasifikasikan menjadi batuan ekstrusi / batuan vulkanik dan
batuan intrusi atau batuan plutonik.
5. Variabel petrogenesis batuan beku atau faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi peranan penting dari
terbentuknya batuan beku adalah sebagai berikut :
a) Suhu atau temperature
b) Komposisi mineral
c) Tempat atau posisi terbentuknya
d) Sifat tipe magma