SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
Download to read offline
MODUL DAN PANDUAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK 2
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DISUSUN OLEH :
DR. IAN KURNIAWAN, S.T., M.ENG.
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG SUMATERA SELATAN
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Panduan Praktikum Kiman 2 untuk mahasiswa/i program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Panduan praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum
Kiman 2 yang merupakan penunjang pada program studi DIV Analis Kesehatan. Panduan
praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/I dalam mempersiapkan dan
melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah dam terencana. Pada setiap topic telah
ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh
mahasiswa/I serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa/I mengenai
materi yang dibahas.
Panduan praktikum ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu
daftar pustaka untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan
tetap untuk mempelajari buku-buku dasar lain guna menambah pengetahuan dan memperkuat
pemahaman atas modul-modul yang dikerjakan. Penyusun menyakini bahwa dalam
pembuatan panduan praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan panduan praktikum ini
dimasa yang akan datang.
Mudah-mudahan panduan praktikum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukannya. Sebagai penutup, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut membantu dalam mewujudkan panduan praktikum ini.
Palembang,
Tim penyusun
v
PETUNJUK UMUM KESELAMATAN DI LABORATORIUM
1. Praktikan wajib memakai jas praktikum dan alas kaki atau sepatu yang tertutup.
2. Rambut panjang harus diikat rapi ke belakang
3. Praktikan wajib membawa lap atau serbet atau keperluan lain yang dibutuhkan untuk
praktikum
4. Praktikan dilarang keras merokok, makan dan minum didalam ruangan laboratorium
5. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau
merangsang harus dilakukan dalam lemari asam.
6. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan atau terhisap uapnya
selama praktikum.
7. Jauhkan semua senyawa organic yang mudah menguap seperti alcohol, eter, kloroform,
aseton dan spritus dari api secara terbuka karena bahan-bahan demikian mudah terbakar.
8. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spritus, nyalakan
lampu pembakar spritus dengan korek api biasa. Jangan menyalakan lampu spritus dengan
lampu spritus lain yang sudah menyala untuk menghindari terjadinya letupan api.
9. Matikan api pada lampu spritus dengan menutup sumbunya. Jangan matikan lampu
dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakara atau letupan api.
10. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari mulut
tabung. Namun kipaslah terlebih dahulu uap kearah muka.
11. Jangan sekali-kali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau
basa kaut, asam asetat glacial, NH4OH. Gunakan pipet dengan bola penghisap untuk
memindahkan bahan-bahan demikian atau bahan beracun lainnya ke dalam alat yang
digunakan.
12. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah
terjadinya inhalasi bahan-bahan.
13. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau basa pekat, dimeja
kerja atau pada lantai. Bila hal ini terjadinya, segera laporkan pada dosen dan asisten
PERCOBAAN I dan 2
HIDRASI AIR
I. TUJUAN
1. Mempelajari senyawa-senyawa berhidrat
2. Mempelajari reaksi bolak balik
3. Menetukan prosentase air dalam suatu hidrat
II. PERTANYAAN PRAPERCOBAAN
1. Definisikan apa yang dimaksud dengan hidrat ?
2. Bila 300 gr suatu sampel seng sulfat hidrat dipanaskan hingga bobotnya tetap yaitu 169,2
gr. Bagaimana rumus garam hidrat ini ?
III. DASAR TEORI
Beberapa reaksi yang dilakukan di laboratorium selalu berkenan dengan larutan.
Beberapa diantarannya bekerja dengan pelarut air. Ketika air diuapkan, sehingga hasil reaksi
dapat diisolasi dan sering dalam bentuk padatan. Ada kemungkinan produk padatan ini
mengandung molekul air sebagai bagian dari komposisinya. Sebagai contoh, jika Nikel (II)
oksida dilarutkan dalam asam sulfat akan terbentuk nikel (II) sulfat sesuai reaksi sebagai
berikut :
NiO(s) + H2SO4(aq) NiSO4 (aq) + H2O(l)
Bila air diuapkan, terbentuklah Kristal berwarna hijau gelap. Ketika dianilisis Kristal
tersebut mengandung 6 mol air untuk setiap mol Nikel (II) sulfat. Senyawa ini dinamakan
hidrat atau garam hidrat dan air yang merupakan bagian terpenting dari komposisinya
disebut air hidrat.
Beberapa bahan akan menyerap sedikit air jika ditempatkan di atmosfer yang
mengandung banyak uap air. Penambahan air akan membentuk hidrat dan kehilangan air
akan membentuk zat anhidrat, dan proses ini merupakan proses bolak-balik. Sebagai contoh
hidrat nikel (II) sulfat bila dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (II) anhidrat.
Nikel (II) anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan dikristalkan ulang sebagai
senyawa hidrat.
NiSO4.6H2O NiSO4 (aq) + H2O(l)
Perubahan kimia pada reaksi kedua juga berlangsung spontan tanpa penambahan
panas atau penambahan larutan air. Pada kelembaban relative tinggi zat anhidrat yang
higroskopis dapat menyerap air dari atmosfir. Zat yang menyerap air sering digunakan
sebagai pengering atau pengawet gas atau cairan. Jika jumlah air diserap terlalu banyak, zat
tersebut akan meleleh dan dapat menghilang secara spontan bila ditempatkan pada
kelembaban yang rendah. Zat ini dinamakan zat pemekar (efloresensi). Hal ini sering
ditandai oleh hancurnya Kristal hidrat yang terbentuk dari serbuk anhidrat padat.
Persentase air pada beberapa sampel dapat ditentukan secara tak langsung.
Pemanasan akan menguapkan air sehingga terjadi penyusutan bobot sampel. Besarnya
penyusutan merupakan bobot air yang ada dan dalam hal ini dianggap tidak ada gas lain
yang dihasilkan dalam proses ini. Jika dilakukan pada senyawa yang diketahui, rumus
hidratnya dapat diketahui
Pada percobaan ini, saudara akan menentukan persentase air pada sampel hidrat,
membuat pengamatan kualitas yang menarik pada proses hidrasi dan mengamati penyusutan
air pada pembahasan sejumlah sampel
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat
๏ถ Cawan porselin dan tutupnya
๏ถ Kaki tiga
๏ถ Bunsen
Bahan
๏ถ HNO3 6 M
๏ถ CuSO4.5H2O
๏ถ ZnSO4.7H2O
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Penentuan kualitas prosentase air dalam senyawa hidrat
1. Periksa cawan porselin dan tutupnya , apakah masih baik. Cuci cwan dengan sabun
dan air, bilas dengan larutan HNO3 6 M dan bilas dengan air suling sekali lagi.
Keringkan dan tempatkan cawan pada segitiga penyangga.
2. Atur ketinggian kaki tiga sehingga bagian tengah cawan tepat pada bagian panas pada
pembakar. Pentup s
3. edikit terbuka pada saat pemanasan.
4. Panaskan cawan dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan terlihat membara.
Pertahankan pemanasan selama 5 menit.
5. Hentikan pemanasan dan dinginkan dalam desikator selama 10 โ€“ 15 menit. Timbang
cawan kembali beserta penutupnya sebanyak 3 kali.
6. Dapatkan sampel dari asisten, catat bobotnya. Tempatkan kira-kira 1 gr sampel dalam
cawan, timbang beserta tutupnya. Letakkan cawan pada segitiga dengan penutup
sedikit terbuka sehingga uap air dapat keluar.
7. Panaskan cawan selama 1 menit dengan pembakar di bawahnya, kemudian naikkan
panas sehingga atas cawan terlihat merah. Biarakan pemanasan selama 10 menit.
8. Hentikan pemanasan, tutup cawan, biarkan dingin pada suhu kamar kemudian
timbang.
9. Ulangi pemanasan sampai didapatkan bobot tetap. Hitung persentase air dalam sampel
dan tentukan rumus hidratnya.
B. Reaksi bolak-balik hidrat
1. Masukkan ยฝ spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) ke dalam cawan
porselin. Amati sampel ini dan catat warnanya.
2. Tutup cawan dengan kaca arloji, kemudian panaskan (jangan terlalu panas). Sampel
akan berubah menjadi pucat dan akhirnya putih. Catat hasilnya
3. Hentikan pemanasan, setelah dingin teteskan air yang terkumpul pada kaca arloji ke
dalam cawan, apa yang terjadi ? (jika tidak terkumpul dapat ditambahkan air lain).
Catatan : tembaga sulfat jangan dibuang.
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK
DENGAN METODE GRAVIMETRI
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar air dalam minyak
II. Dasar teori
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal,
sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, khususnya
minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat,
dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D,
E dan K.
Minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
berbeda-beda. Tetapi minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan
dengan berbagai tujuan. Dalampengolahan bahan pangan, minyak berfungsi sebagai
media penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega dan margarin. Minyak goreng
adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng yang kitakonsumsi sehari-hari sangat erat
kaitannya dengan kesehatan kita. Masyarakat kita sangat majemuk dengan tingkat
ekonomi yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya
untuk sekali pakai, namun ada juga masyarakat yang menggunakan minyak goreng untuk
berkali-kali pakai. Untuk itu ingin diteliti kualitas dari minyak goreng yang belum
pernah dipakai, minyak goreng yang sudah dipakai satu kali, dan minyak goreng yang
sudah dipakai dua kali dengan parameter viskositas dan indeks bias. Parameter kualitas
minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik minyak meliputi warna, bau,
kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot
melting point; bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik
asap, titik nyala dan titik api.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat
pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media
penggorengan sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Minyak dapat
bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan
minyak biji bunga matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan, misalnya ikan
sarden, ikan paus, dan lain-lain. (S. Ketaren, 1986)
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas minyak adalah kandungan air
yang terdapat di dalam minyak, contohnya pada proses produksi di pabrik pengolahan
minyak goreng. Air yang bercampur pada minyak berasal dari proses penyulingan selain
itu juga dari pengembunan karena suhu dingin. Standar kadar air minyak goreng
menurut SNI 01- 3555 - 1998 maksimal 0.4 %. Jika kadar air di dalam minyak sangat
tinggi akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak ini
akan menghasilkan asam lemak yang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap.
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu :
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan
bilangan peroksida. Kandungan air dalam minyak dapat diketahui dengan menggunakan
metode gravimetric.
III. Alat dan bahan
Alat
๏ถ Cawan penguapan
๏ถ Neraca analitik
๏ถ Dry heat oven
๏ถ Desikator
๏ถ Pipet volume
๏ถ Gelas ukur
Bahan
๏ถ Minyak sayur tanpa merk
IV. Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbah cawan pengupan dalam keadaan bersih sebanyak 5 kaliโ€™
3. Isilah cawan pengupan dengan 25 ml sampel minyak. Kemudian timbang sebanyak 5
kali dan catat sebagai A
4. Masukkan cawan penguapan dengan minyak kedalam DHO selama 1 jam dengan
suhu 105 o
C.
5. Keringkan dalam desikator selama 15 menit.
6. Timbang berat cawan penguapan setelah pemanasan dan catat sebagai B
7. Hitunglah kadar air dalam sampel minyak tersebut dengan rumusan
Berat air = Berat A โ€“ Berat B
% Air dalam minyak = Berat air / Berat minyak X 100%
PRAKTIKUM IV
ANALISA MELALUI PENGENDAPAN (GRAVIMETRI)
I. Tujuan
1. Mengendapkan BaCl2 dan menetukan prosentase hasil BaCrO4
2. Menentukan prosentase BaCl2 dalam campuran
3. Mendalami hukum stoikiometri
4. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan
II. Pertanyaan Pra Praktek
1. Berikan defenisi untuk : Filtrasi, % komposisi, endapan, stoikiometri, supernatant,
hasil teoritis ?
2. Bagaimana menguji endapan telah sempurna ?
3. Apa yang terjadi jika endapan tidak sempurna ?
4. Apa yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrate ?
III. Dasar Teori
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya
secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari
pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk
memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya.
Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat โ€“ zat lain
dengan metode pengendapan.
Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan
diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut
maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang
enginer. Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa
gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai
insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting.
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari laruta, berfase padat,
terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu zat yang akan mengendap jika hasil kali
kelarutan ion-ionnya lebih besar daripada Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dari
zat lain, dan endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan perhitungan
stoikiometri. Cara ini dikenal dengan nama gravimetric.
Gravimetric berdasarkan pada reaksi berikut :
aA + rR AaRr
Dengan :
A = Molekul analit A
R = Molekul analit R
AaRr = zat yang mengendap
Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan. Keberhasilan
analisa gravimetric bergantung pada :
1. Kesempurnaan proses pemisahan hingga kuantitas yang tidak mengendap tak
ditemukan (biasanya 0,1 mg)
2. Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui dan murni
IV. Alat dan Bahan
Alat
๏ถ Gelas kimia
๏ถ Corong
๏ถ Kertas saring whatman no 1
Bahan
๏ถ BaCl2 1 gr
๏ถ K2CrO4 0,2 M
V. Prosedur Percobaan
A. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil
1. Timbang gelas piala 50 ml dan catat bobotnya
2. Masukkan kira-kira 1 g BaCl2 ke dalam gelas piala dan timbang
3. Lalu tambahkan 25 ml air suling, aduk hingga homogen, lalu tambahkan lagi 25
ml K2CrO4 0,2 M, aduk dan amati endapan yang terbentuk. Ujilah dengan
memberikan K2CrO4 beberapa tetes, apakah endapan terbentuk.
4. Jika endapan BaCrO4 masih terbentuk, tambahkan terus hingga endapannya
hilang.
5. Panaskan hingga mendidih, jauhkan dari api dan saring dengan kertas saring yang
telah diketahui beratnya. Keringkan dan catat bobotnya.
6. Hitunglah hasil teoritis endapan BaCrO4 dan persen hasilnya.
B. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil
1. Dapatkan campuran yang mengandung BaCl2. Catat bobotnya
2. Ulangi prosedur A
3. Hitung massa dan prosentase BaCl2 dalam campuran itu.
PRAKTIKUM VI
PENETAPAN KADAR NATRIUM TETRABORAX DALAM LARUTAN
(ALKALIMETRI)
I. Tujuan Percobaan
1. Mengenal titrasi alkalimetri
2. Dapat memahami dan dapat melakukan standarisasi
3. Dapat memahami dan melakukan penentuan kadar natrium tetraborax dalam larutan
II. Dasar Teori
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks
berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur
boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak
berbau, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di
pasaran. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki
performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya
pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam
piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin
putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam
dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan
pada 1000
C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400
C dihasilkan asam piroborat.
Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam
borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa.
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam-
logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam
dan dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita memakai
larutan natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
1) Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun asam ortoborat
(H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika asam
klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O โ†’ 4 H3BO3 โ†‘ + 2 Na+
+ S
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O โ†’ 4 H3BO3 โ†“ + 2 Na+
+ Cl-
2) Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api).
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml methanol atau etanol
(yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen
kecil, dan alcohol ini dinyalakan ; alcohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya
hijau, disebabkan oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua
ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa.
H3BO3 + 3 CH3OH โ†’ B(OCH3)3 โ†‘ + 3 H2O
3) Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan dengan asam
klorida encer. Lalu dikeringkan pada 1000
C, kertas ini menjadi coklat-kemerah-merahan.
Kertas dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi
mulut suatu tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3 menit.
Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam-
kebiruan atau hitam-kehijauan. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain
mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
4) Larutan Perak Nitrat
Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang cukup pekat, yang larut
baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan mendidihkan endapan
dengan air, endapan dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak oksida.
Endapan coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer.
B4 + 4Ag+
+ H2O โ†’ 4AgBO2 โ†“+ 2H+
2AgBO2 โ†“ + 3H2O โ†’ Ag2O โ†“ + 2 H3BO3
Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi.
5) Larutan Barium Klorida
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat, endapan
larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam
ammonium. Larutan kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa.
B4 + 2Ba2+
H2O โ†’ 2Ba(BO2)2 โ†“ + 2H+
6) Kerja oleh panas
Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau
diatas sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu menyusut,
meninggalkan suatu keeping kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini
mempunyai sifat melarutkan banyak oksida ketika dipanaskan, dengan membentuk
metaborat, yang sering mempunyai warna-warna yang khas. Ini merupakan dasar dari uji
manik boraks terhadap berbagai logam.
Asam borat merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida
(HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot
hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan
pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
III. Alat dan bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
COOK
COOH
COOK
COONa
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (Kalium Biftalat) 0,1 N
Baku Sekunder (Natrium Hidroksida )
Sampel yang mengandung natrium tetraborax
Indikator Phenolptalin
IV. Prosedur percobaan
1. Pembakuan larutan baku sekunder
๏ƒ˜ Isi buret dengan NaOH
๏ƒ˜ Pipet secara volumetric 10 mL kalium biftalat, masukkan kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan indicator PP 3 tetes
๏ƒ˜ Titrasi dengan NaOH sampai berwarna pink, lakukan titrasi sebanyak 3 x
2. Penetapan kadar natrium tetraborax dalam larutan
a. Persiapan sampel
๏‚ท Pindahkan sampel yang mengandung natrium tetraborax secara kuantitatif
kedalam labu takar 100 ml
๏‚ท Tambahkan air hingga 100 ml. kocok hingga larut
b. Penetapan kadar
๏‚ท Pipet 10,0 ml sampel dan masukkan dalam erlemeyer
๏‚ท Tambahkan 5 ml gliserin kocok hingga larut
๏‚ท Tambahkan 3 tetes indicator PP
๏‚ท Titrasi dengan NaOH hingga berwarna pink, lakukan titrasi sebanyak 3 x
V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan
1. Reaksi Pembakuan
NaOH + + H2O
2. Reaksi penentapan kadar
glyserin
NaOH + Na2B4O7.10H2O 4.NaBO2 + 10. H2O
3. Titrasi Pembakuan NaOH dengan Asam oksalat
No Volume kalium biftalat (dlm mL) Volume NaOH (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
4. Titrasi penetapan kadar sampel asam salisilat
No Volume natrium tetra borax (dlm
mL)
Volume NaOH (dalam mL)
1
2
3
Rata-
rata
5. Perhitungan
๏ถ Normalitet Baku Primer (Kalium biftalat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
Massa kalium biftalat =
๏ถ Normalitet baku sekunder (Natrium Hidroksida)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
N NaOH =
๏ถ Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚
โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™
Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ dalam sampel (b/b) =
VI. Daftar pustaka
Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif
makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta
Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta.
R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
PRAKTIKUM VII DAN VIII
PENETAPAN KADAR NATRIUM KARBONAT ANHIDRAT DALAM LARUTAN
SECARA ASIDIMETRI
I. Tujuan percobaan
๏ƒ˜ Mahasiswa memahami prinsip titrasi asidimetri
๏ƒ˜ Mahasiswa mampu menentukan kadar natrium karbonat anhidrat dalam larutan
II. Dasar teori
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan
mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku
asam (asidimetri)
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri adalah ;
natrium karbonat anhidrat, amfetamin sulfat, ammonia, asam asetat, asam asetil salisilat,
asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam tartrat,
asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan, butyl paraben, efidrin, etanzinamida, etil
paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamid, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat,
klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linesterol, magnesium hidroksida, magnesium oksida,
meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen, natrium bikarbonat,
natrium hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat, sakarin natrium dan zink
oksida.
III. Alat dan bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (natrium karbonat anhidrat) 0,1 N
Baku Sekunder (asam klorida)
Sampel yang mengandung natrium karbonat anhidrat
Indikator metil jingga
IV. Prosedur percobaan
1. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ Isi buret dengan asam klorida
๏ƒ˜ Pipet 10,0 ml natrium karbonat anhidrat 0,1 N hasil penimbangan, masukkan
kedalam erlemeyer.
๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes
๏ƒ˜ Titrasi dengan asam klorida hingga berwarna jingga, lakukan titrasi sebanyak 3
kali
2. Penetapan kadar
a) Persiapan sampel
๏ƒ˜ pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ larutkan dengan air, kocok hingga larut. Tambahkan air hingga 100 mL
b) Penetapan kadar
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL natrium karbonat anhidrat, masukan kedalam erlemeyer.
๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes
๏ƒ˜ Titrasi menggunakan asam klorida sehingga berwarna jingga. Lakukan titrasi
3 kali
V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan
1. Reaksi Pembakuan
2 HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3
2. Reaksi penentapan kadar
HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3
3. Titrasi Pembakuan HCl dengan natrium karbonat
No Volume natrium karbonat (dlm
mL)
Volume HCl (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
4. Titrasi penetapan kadar sampel natrium karbonat
No Volume natrium karbonat (dlm
mL)
Volume asam klorida (dalam
mL)
1
2
3
Rata-
rata
5. Perhitungan
๏ถ Normalitet Baku Primer (Natrium karbonat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
Massa Natrium Karbonat =
๏ถ Normalitet baku sekunder (asam klorida)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
N HCl =
๏ถ Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ฏ๐‘ช๐’
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ฏ๐‘ช๐’
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’•
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’•
Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• dalam sampel (b/b) =
VI. Daftar pustaka
Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif
makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta
Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta.
R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
PRAKTIKUM IX
PENETAPAN KADAR NATRIUM HIDROGEN KARBONAT ANHIDRAT DALAM
LARUTAN SECARA ASIDIMETRI
I. Tujuan percobaan
๏ƒ˜ Mahasiswa memahami prinsip titrasi asidimetri
๏ƒ˜ Mahasiswa mampu menentukan kadar natrium karbonat anhidrat dalam larutan
II. Dasar teori
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan
mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku
asam (asidimetri)
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri adalah ;
natrium karbonat anhidrat, amfetamin sulfat, ammonia, asam asetat, asam asetil salisilat,
asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam tartrat,
asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan, butyl paraben, efidrin, etanzinamida, etil
paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamid, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat,
klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linesterol, magnesium hidroksida, magnesium oksida,
meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen, natrium bikarbonat,
natrium hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat, sakarin natrium dan zink
oksida.
III. Alat dan bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (natrium karbonat anhidrat) 0,1 N
Baku Sekunder (asam klorida)
Sampel yang mengandung natrium hydrogen karbonat anhidrat
Indikator metil jingga
IV. Prosedur percobaan
1. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ Isi buret dengan asam klorida
๏ƒ˜ Pipet 10,0 ml natrium karbonat anhidrat 0,1 N hasil penimbangan, masukkan
kedalam erlemeyer.
๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes
๏ƒ˜ Titrasi dengan asam klorida hingga berwarna jingga, lakukan titrasi sebanyak 3
kali
2. Penetapan kadar
a) Persiapan sampel
๏ƒ˜ pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ larutkan dengan air, kocok hingga larut. Tambahkan air hingga 100 mL
b) Penetapan kadar
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL natrium karbonat anhidrat, masukan kedalam erlemeyer.
๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes
๏ƒ˜ Titrasi menggunakan asam klorida sehingga berwarna jingga. Lakukan titrasi
3 kali
V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan
1. Reaksi Pembakuan
2 HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3
2. Reaksi penentapan kadar
HCl + NaHCO3 NaCl + H2CO3
3. Titrasi Pembakuan HCl dengan natrium karbonat
No Volume natrium karbonat (dlm
mL)
Volume HCl (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
4. Titrasi penetapan kadar sampel natrium karbonat
No Volume natrium hydrogen
karbonat (dlm mL)
Volume asam klorida (dalam
mL)
1
2
3
Rata-
rata
5. Perhitungan
๏ถ Normalitet Baku Primer (Natrium karbonat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
๏ถ Normalitet baku sekunder (asam klorida)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
๏ถ Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ฏ๐‘ช๐’
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ฏ๐‘ช๐’
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’•
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚
โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’•
Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• dalam sampel (b/b) =
VI. Daftar pustaka
Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif
makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta
Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta.
R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
PRAKTIKUM X DAN XI
PENETAPAN KADAR HALIDA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI
METODE MOHR
I. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi
Argentometri
b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Argentometri metode Mohr
c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi
Argentometri Mohr
II. Dasar Teori
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di
mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri disebut juga
sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Argentometri merupakan metode umum
untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Salah satu jenis titrasi
pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang
melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-
, Br-
, I-
) atau anion lainnya (CN-
, CNS-
) dengan
ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida
(AgX).
Konstanta kesetimbangan reaksi pengendapan untuk reaksi tersebut adalah ;
Ksp AgX = [Ag+] [X-
]
Gambar 1.1 Kurva Titrasi Argentometri
A. Titrasi Argentometri Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan
setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah
dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang
alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan
CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :
๏‚ท Bromida dan Klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi
untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena
endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat,
sehingga memberikan titik akhir yang kacau.
๏‚ท Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
๏‚ท Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
๏‚ท Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
๏‚ท Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan
amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada
saat titk akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan
muncul.
B. Prinsip Titrasi Argentometri Metode Mohr
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna
putih. Bila semua Cl-
sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan
sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-
dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini
berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan
Ag2CrO4.
Reaksinya:
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi
dengan metode Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian
indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-
, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang
dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+
akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3
sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
III. Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang dipakai :
1. Labu Ukur
2. Pipet Volume
3. Erlenmeyer
4. Buret
5. Pengaduk
6. Set Peralatan Titrasi (Stattif dan Klem)
7. Oven
Bahan yang digunakan :
1. NaCl
2. Aquadest
3. AgNO3
4. K2CrO4
5. Garam Dapur
6. Air Laut
IV. Prosedur Percobaan
1. STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDARD
NaCl (MENGGUNAKAN METODE MOHR).
๏ƒ˜ Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara melarutkan 5,80
gram NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110o
C selama 1 jam) dengan
aquades di dalam labu ukur 1000 ml.
๏ƒ˜ Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara melarutkan
9,00 gram AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL.
๏ƒ˜ Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250
ml, tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali
terbentuk warna merah bata.
๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali
๏ƒ˜ Hitung normalitas AgNO3 dengan persamaan :
2. PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR
Tujuan
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan
garam dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode Mohr (Garam
dapur telah dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 110o
C
Cara Kerja :
๏ƒ˜ Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
๏ƒ˜ Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer
250 mL, tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata.
๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali
๏ƒ˜ Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.
FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini 250/25
3. PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM AIR LAUT
Tujuan
Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara menstandardisasi larutan
air laut dengan larutan standar AgNO3.
Cara Kerja
๏ƒ˜ Larutkan 5,00 mL sampel air laut dengan aquades ยฑ 25 mL didalam
erlenmeyer 250 mL
๏ƒ˜ Tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator
๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna
merah bata.
๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali
๏ƒ˜ Hitung molaritas (M) ion khlorida dalam air laut.
PRAKTIKUM XII DAN XIII
PENENTUAN KADAR MAGNESIUM SULFAT DALAM LARUTAN
(KOMPLEKSOMETRI)
I. Tujuan percobaan
1. Mahasiswa mengenal prinsip titrasi kompleksometri
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar magnesium sulfat dalam larutam
II. Dasar teori
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan).
Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titirimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi
ion logam, sebuah kation dengan sebuah anion atau molekul netral (basset, 1994)
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan kompleks ataupun molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
kompleks biasa seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri seperti menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat
disebut ligan dan dalam pelarut air rekasinya dapat dinyatakan oleh persamaan
M(H2O)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O
Titrasi kompleksometri dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari reaksi yang terjadi
antara senyawa uji dengan baku primer atau baku sekunder diantaranya : titrasi langsung,
titrasi balik, titrasi subtitusi, titrasi tak langsung dan titrasi alkalimetri
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-
oksidasi). Reaksinya merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi
(proses oksidasi ) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan
elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat.
Reaksi oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi
sebaliknya.
III. Alat dan bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (seng sulfat) 0,1 N
Baku Sekunder (Na2EDTA)
Sampel yang mengandung magnesium sulfat
Indikator Eriokrom black T (EBT)
Buffer pH 10-11
IV. Prosedur percobaan
1. Pembuatan buffer salmiak
๏ƒ˜ Timbang amonium klorida dengan timbangan analitik, masukkan kedalam
erlemeyer bertutup, tambahkan air secukupnya hingga larut. (lakukan dilemari
asam)
๏ƒ˜ Masukkan kertas indikator, tambahakan amonia melalui dinding erlemeyer,
sedikit demi sedikit sehingga mencapai pH 10-11
๏ƒ˜ Tambahkan air 200 mL
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ Isi buret dengan NaEDTA
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL seng sulfat, dan masukkan dalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan 5 mL larutan buffer (salmiak)
๏ƒ˜ Tambahkan indikator EBT seujung sendok
๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang
๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x
3. Penetapan kadar
๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 ml
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 ml, kocok hingga larut.
๏ƒ˜ Pipet secara volumetri 10,0 ml sampel dari 100 ml sampel dan masukkan
kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahalan 5 mL larutan buffer (salmiak)
๏ƒ˜ Tambahakan EBT seujung sendok
๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang
๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x
V. Reaksi dan perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
Zn+2
+ H2Y-2
ZnY-2
+ 2 H+
2. Reaksi penetapan kadar
Mg+2
+ H2Y2-
MgY2-
+ 2H+
3. Data hasil pembakuan sekunder
a. Normalitet Baku Primer (seng sulfat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
No Volume seng sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-rata
b. Normalitet baku sekunder (NaEDTA)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’”๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘บ๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’•
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
4. Data penetapan kadar
No Volume magnesium sulfat (dlm
mL)
Volume NaEDTA (dalam
mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
a. Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’†๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’†๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’•
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚
โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’•
Kadar magnesium sulfat dalam sampel (b/b) =
PRAKTIKUM XIV
PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM LARUTAN
(KOMPLEKSOMETRI)
I. Tujuan percobaan
1. Mahasiswa mengenal prinsip titrasi kompleksometri
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar kalsium dalam larutam
II. Dasar teori
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan).
Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA).
Kompleks-kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion logam yang
disebut sebagai kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks
itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat kepada atom pusat disebut ligan. Banyaknya
ikatan yang dibentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi logam tersebut.
(underwood, 1986)
Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan magnesium. Meskipun
tidak berbahaya untuk diminum, air sadah kurang baik dipakai untuk mencuci dan dipakai
untuk mencuci pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan sebagainya. Kesadahan atau hardness
adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah
karena adanya ion-ion Ca2+
, Mg2+
atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari
polivalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.
Kesadahan air adalah keampuan air mengendapkan sabun dimana sabun ini di
endapkan oleh ion-ion Ca2+
dan Mg2+
. Karena penyebab utama kesadahan adalah Ca2+
dan
Mg2+
, khususnya Ca2+
, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat atau karakteristik air
yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+
dan Mg2+
yang dinyatakan sebagai
CaCO3. Air sadah membentuk kerak itu bukan9 penghantar panas yang baik, maka hal ini
menyebabkan pemborosan bahan bakar. Air sadah banyak kita jumpai di daerah pegunungan
kapur atau di daerah pesisir pantai.
III. Alat dan bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (seng sulfat) 0,1 N
Baku Sekunder (Na2EDTA)
Sampel air sumur
Indikator Eriokrom black T (EBT)
Buffer pH 10-11
Larutan NaOH 1N
IV. Prosedur percobaan
1. Pembuatan buffer salmiak
๏ƒ˜ Timbang amonium klorida dengan timbangan analitik, masukkan kedalam
erlemeyer bertutup, tambahkan air secukupnya hingga larut. (lakukan dilemari
asam)
๏ƒ˜ Masukkan kertas indikator, tambahakan amonia melalui dinding erlemeyer,
sedikit demi sedikit sehingga mencapai pH 10-11
๏ƒ˜ Tambahkan air 200 mL
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ Isi buret dengan NaEDTA
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL seng sulfat, dan masukkan dalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan 5 mL larutan buffer (salmiak)
๏ƒ˜ Tambahkan indikator EBT seujung sendok
๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang
๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x
3. Penetapan kesadahan total
๏ƒ˜ Pipet secara volumetri 25 ml sampel air sumur, masukkan kedalam labu
erlemeyer ukuran 250 mL
๏ƒ˜ Tambahalan 5 mL larutan buffer (salmiak)
๏ƒ˜ Tambahakan EBT seujung sendok
๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang
๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x
4. Penentuan kadar kalsium (Ca)
๏ƒ˜ Pipet secara volumetri sampel air sumur, masukkan kedalam labu erlemeyer
ukuran 250 ml
๏ƒ˜ Tambahkan 3 mL larutan NaOH 1 N kemudian tambahkan sedikit indikator
murexide
๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan NaEDTA hingga berubah warna dari merah muda menjadi
ungu.
๏ƒ˜ Lakukan Titrasi sebanyak 3 kali
V. Reaksi dan perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
Zn+2
+ H2Y-2
ZnY-2
+ 2 H+
2. Reaksi penetapan kadar
Ca+2
+ H2Y2-
CaY2-
+ 2H+
3. Data hasil pembakuan sekunder
a. Normalitet Baku Primer (seng sulfat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
No Volume seng sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-rata
b. Normalitet baku sekunder (NaEDTA)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’”๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘บ๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’•
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
4. Data penetapan kadar
No Volume kalsium sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam
mL)
1 25
2 25
3 25
Rata-
rata
a. Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’•
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚
โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’•
Kadar Calsium karbonat dalam sampel (b/b) =
PRAKTIKUM XV dan XVI
PENETAPAN KADAR FERRO SULFAT DALAM LARUTAN
(PERMANGANOMETRI)
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi
permanganometri
b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi permanganometri
c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi
permanganometri
II. Dasar Teori
Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan
dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diingat bahwa larutan
kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi
terlebih dahulu, untuk mestandarisasi kalium permanganat dapat dipergunakan zat reduktor
seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat dan lain-lain.
Larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan dalam 3 jenis titrasi
yaitu :
a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion
yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah Fe+2
, Sn+2
, Vo+2
, C2O4
-2
,
SO3, H2O2, Mo+3
, Ti+3
, As+3
Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai berikut :
MnO4
-
+ 8H+
+ 5e-
Mn+2
+ 4H2O
Potensial standar dalam larutan asam ini sebesar 1,51 volt. Jadi kalium permanganat
merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa
berat ekivalen dari kalium permanganat adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap
mol kalium permanganat setara dengan 5 mol elektron sehingga valensinya 5.
b. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat
direduksi (oksidator). Dalam tiap-tiap penentuan, sejumlah tertentu reduktor
ditambahkan dengan larutan oksidator yang akan dianalisa setelah reduksi sempurna.
Kelebihan reduktor dototrasi dengan larutan kalium permanganat standar. Beberapa
zat yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain : MnO4
-,
Cr2O7
-2
, MnO2
c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal
ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan. Beberapa zat yang
dapat ditentukan dengan cara ini adalah Mn+2
, HCOOH
Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika
digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi dibawah ini :
2MnO4
-
+ 16 H+
+ 10 Cl-
2 Mn+2
+ 5Cl2 + 8H2O
Dengan demikian sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi ini
terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat
peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan
mangan dioksida sehingga penguraian bertambah cepat.
Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan
pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah dioksidasi.
III. Alat dan Bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (Asam Oksalat) 0,1 N
Baku Sekunder (KMnO4)
Sampel yang mengandung ferro sulfat
Asam Sulfat 10%
Asam sulfat 20 %
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan asam sulfat 10 % dan 20 %
๏ƒ˜ Siapkan erlemeyer, isi dengan air terlebih dahulu
๏ƒ˜ Takar 10 ml asam sulfat pekat dan masukan dalam erlemeyer yang telah berisi air
sedikit
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Untuk asam sulfat 20 %, ambil 20 mL asam sulfat pekat secara volumetric ,
masukan kedalam labu takar 100 mL tambahkan air hingga tanda batas
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ isi buret dengan KMnO4
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL asam oksalat, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat
10 % sebanyak 10 mL.
๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O
C
๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink
๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali
3. Penetapan kadar
๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 20 % sebanyak 10 mL
๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O
C
๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink
๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali
V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 4 H2O + 5e-
5 H2C2O4 + 5e-
10 CO2 + 5H2O
2 KMnO4 + 3H2SO4 + 5 H2C2O4 K2SO4 + 2MnSO4 + 10 CO2 + 8
H2O
2. Reaksi penetapan kadar
2 KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2MnO2 + 3 H2O + 5e-
10 FeSO4 + 5e-
+ 5H2SO4 5 Fe2(SO4)3 + 5 H2O
10 FeSO4 + KMnO4 + 8 H2SO4 K2SO4 + 2MnO2 + 5Fe2(SO4)2 + 8 H2O
3. Data hasil pembakuan sekunder
a. Normalitet Baku Primer (asam oksalat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
No Volume asam oksalat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
Normalitet baku sekunder (KMnO4)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
4. Data penetapan kadar
No Volume ferro sulfat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐…๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’™ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ
Kadar ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ dalam sampel (b/b) =
PRAKTIKUM XVII
PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM LARUTAN
(PERMANGANOMETRI)
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi
permanganometri
b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi permanganometri
c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi
permanganometri
II. Dasar Teori
Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan
dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diingat bahwa larutan
kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi
terlebih dahulu, untuk mestandarisasi kalium permanganat dapat dipergunakan zat reduktor
seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat dan lain-lain.
Larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan dalam 3 jenis titrasi
yaitu :
a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion
yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah Fe+2
, Sn+2
, Vo+2
, C2O4
-2
,
SO3, H2O2, Mo+3
, Ti+3
, As+3
Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai berikut :
MnO4
-
+ 8H+
+ 5e-
Mn+2
+ 4H2O
Potensial standar dalam larutan asam ini sebesar 1,51 volt. Jadi kalium permanganat
merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa
berat ekivalen dari kalium permanganat adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap
mol kalium permanganat setara dengan 5 mol elektron sehingga valensinya 5.
b. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat
direduksi (oksidator). Dalam tiap-tiap penentuan, sejumlah tertentu reduktor
ditambahkan dengan larutan oksidator yang akan dianalisa setelah reduksi sempurna.
Kelebihan reduktor dototrasi dengan larutan kalium permanganat standar. Beberapa
zat yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain : MnO4
-,
Cr2O7
-2
, MnO2
c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal
ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan. Beberapa zat yang
dapat ditentukan dengan cara ini adalah Mn+2
, HCOOH
Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika
digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi dibawah ini :
2MnO4
-
+ 16 H+
+ 10 Cl-
2 Mn+2
+ 5Cl2 + 8H2O
Dengan demikian sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi ini
terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat
peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan
mangan dioksida sehingga penguraian bertambah cepat.
Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan
pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah dioksidasi.
III. Alat dan Bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (Asam Oksalat) 0,1 N
Baku Sekunder (KMnO4)
Sampel yang mengandung hydrogen peroksida
Asam Sulfat 10%
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan asam sulfat 10 % dan 20 %
๏ƒ˜ Siapkan erlemeyer, isi dengan air terlebih dahulu
๏ƒ˜ Takar 10 ml asam sulfat pekat dan masukan dalam erlemeyer yang telah berisi air
sedikit
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Untuk asam sulfat 20 %, ambil 20 mL asam sulfat pekat secara volumetric ,
masukan kedalam labu takar 100 mL tambahkan air hingga tanda batas
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ isi buret dengan KMnO4
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL asam oksalat, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat
10 % sebanyak 10 mL.
๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O
C
๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink
๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali
3. Penetapan kadar
๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 20 % sebanyak 10 mL
๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O
C
๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink
๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali
V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
2 KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 3 H2O + 5e-
5 H2C2O4 + 5e-
10 CO2 + 5H2O
2 KMnO4 + 3H2SO4 + 5 H2C2O4 K2SO4 + 2MnSO4 + 10 CO2 +
8 H2O
2. Reaksi penetapan kadar
2 KMnO4 + 16 H2SO4 + 10 e-
K2SO4 + 2MnSO4 + 2 H2O
H2O2 5 O2 + 10e-
2 KMnO4 + 5H2O2 + 16 H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 5O2
3. Data hasil pembakuan sekunder
a. Normalitet Baku Primer (asam oksalat)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
No Volume asam oksalat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
b. Normalitet baku sekunder (KMnO4)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
4. Data penetapan kadar
No Volume hydrogen peroksida (dlm
mL)
Volume KMnO4 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-rata
5. Perhitungan
a. Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’™ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚
โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š
Kadar ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š dalam sampel (b/b) =
PRAKTIKUM XVIII DAN XIX
PENETAPAN KADAR CUPRI SULFAT DALAM LARUTAN
(IODOMETRI)
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi
Iodometri
b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Iodometri
c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi
iodometri
II. Dasar Teori
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem
iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O . Pada
iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat.
Banyaknya volume natrium thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
banyaknya sampel.
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih
kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis, iodium bereaksi dengan hidroksida
membentuk iodida dan hipoyodit yang selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan
mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga rekasi berjalan tidak kuantitatif. Adanya
konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai
oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan
pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalanya reaksi dalam oksidasi atau reduksi suatu
senyawa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum. Amilum tidak mudah
larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi air, membentuk kompleks yang sukar larut
dalam air bila bereaksi dengan iodium sehingga tidak boleh ditambahakan pada awal titrasi.
Penambahan amilum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening
III. Alat dan Bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (KIO3) 0,1 N
Baku Sekunder (Na2S2O3)
Sampel yang mengandung Cupri sulfat
Indikator kanji
Serbuk KI
Asam Sulfat 10%
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan indicator kanji
๏ƒ˜ Timbang 500 mg kanji masukkan dalam beker gelas, tambakan air 5 mL sambil
diaduk
๏ƒ˜ Didihkan 100 mL air diatas api bebas, setelah mendidih masukan larutan kanji
kedalamnya, aduk terus hingga jernih
๏ƒ˜ Setelah jernih dinginkan lalu disaring
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ isi buret dengan Na2S2O3
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL KIO3, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 %
sebanyak 5 mL, tambahkan 1 gr serbuk KI.
๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat
๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda.
๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
๏ƒ˜ Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
3. Penetapan kadar
๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL dan tambahkan 1 gr serbuk KI
๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat
๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3hingga berwarna kuning muda
๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
๏ƒ˜ Lakukan titrasi hingga warna putih susu. Lakukan tritrasi sebanyak 3 kali
V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
KIO3 + KI + 6 H+
2K+
+ I2 + 3H2O
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 +
KIO3 + KI + 6H+
+ Na2S2O3 2K+
+ 2NaI + Na2S4O6 + 3 H2O
2. Reaksi penetapan kadar
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 +
CuSO4 + KI + 6H+
+ Na2S2O3 CuI + 2K+
+ 2NaI + Na2S4O6
3. Data hasil pembakuan sekunder
No Volume KIO3 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
4. Data penetapan kadar
No Volume CuSO4 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
5. Perhitungan
a. Normalitet Baku Primer (KIO3)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
b. Normalitet baku sekunder (Na2S2O3)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
c. Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’™ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’
Kadar CuSO4dalam sampel (b/b) =
PRAKTIKUM XX
PENETAPAN KADAR METHAMPYRON DALAM SACCHARUM LACTIS
(IODOMETRI)
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi
Iodometri
b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Iodometri
c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi
iodometri
II. Dasar Teori
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem
iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O . Pada
iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat.
Banyaknya volume natrium thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
banyaknya sampel.
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih
kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis, iodium bereaksi dengan hidroksida
membentuk iodida dan hipoyodit yang selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan
mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga rekasi berjalan tidak kuantitatif. Adanya
konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai
oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan
pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalanya reaksi dalam oksidasi atau reduksi suatu
senyawa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum. Amilum tidak mudah
larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi air, membentuk kompleks yang sukar larut
dalam air bila bereaksi dengan iodium sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi.
Penambahan amilum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening
III. Alat dan Bahan
Alat
Statif 1 Set
Buret 50 ml 1 buah
Pipet Gondok 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Erlemeyer 250 ml 6 buah
Pipet 2 buah
Labu takar 100 ml 1 buah
Bahan
Baku Primer (KIO3) 0,1 N
Baku Sekunder (Na2S2O3)
Sampel yang mengandung methampyron
Indikator kanji
Serbuk KI
Asam Sulfat 10%
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan indicator kanji
๏ƒ˜ Timbang 500 mg kanji masukkan dalam beker gelas, tambakan air 5 mL sambil
diaduk
๏ƒ˜ Didihkan 100 mL air diatas api bebas, setelah mendidih masukan larutan kanji
kedalamnya, aduk terus hingga jernih
๏ƒ˜ Setelah jernih dinginkan lalu disaring
2. Pembakuan baku sekunder
๏ƒ˜ isi buret dengan Na2S2O3
๏ƒ˜ pipet 10,0 mL KIO3, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 %
sebanyak 5 mL, tambahkan 1 gr serbuk KI.
๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat
๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda.
๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
N
N
CH3
O3SNa2
CH3
NH
CH3
O
N
NH
CH3
CH3
NH
CH3
O
๏ƒ˜ Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
3. Penetapan kadar
๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL
๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya
๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL
๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer
๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL dan tambahkan 1 gr serbuk KI
๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat
๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3hingga berwarna kuning muda
๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
๏ƒ˜ Lakukan titrasi hingga warna putih susu. Lakukan tritrasi sebanyak 3 kali
V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan
1. Reaksi pembakuan baku sekunder
KIO3 + KI + 6 H+
2K+
+ I2 + 3H2O
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 +
KIO3 + KI + 6H+
+ Na2S2O3 2K+
+ 2NaI + Na2S4O6 + 3 H2O
2. Reaksi penetapan kadar
I2 + H2O 2HI
+ H2O + NaHSO3
3. Data hasil pembakuan sekunder
No Volume KIO3 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
4. Data penetapan kadar
No Volume metampyron (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL)
1 10,0
2 10,0
3 10,0
Rata-
rata
5. Perhitungan
a. Normalitet Baku Primer (KIO3)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ =
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š
๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’
b. Normalitet baku sekunder (Na2S2O3)
๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ =
๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“
๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“
c. Penetapan kadar sampel
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘
๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’™ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘
๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง
= ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’
Kadar ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง dalam sampel (b/b) =
Praktikum XXI
Penurunan Titik Beku Larutan (โˆ†Tf)
I. Tujuan praktikum
Menentukan massa molekul relatif suatu sampel menggunakan metode penurunan
titik beku
II. Dasar teori
Titik beku merupakan suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap padatnya,dengan kata lain titik beku adalah suhu dimana pada suhu tersebut, zat
cair berubah menjadi padat. Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung
pada konsentrasi zat terlarut dan sifat pelarut tersebut, pada tekanan 1 atm, air
membeku pada suhu 0ยบc karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap
es. suatu zat cair adalah suhu di mana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan uap
pelarut murninya. Titik beku normal air adalah 0o
C yang diukur pada tekanan 1 atm.
Adanya zat terlarut mengakibatkan suatu pelarut semakin sulit membeku, akibatnya
titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murninya.
Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut murninya disebut penurunan
titik beku larutan.
โˆ†Tf = Tf
o โ€“ Tf
Keterangan :
โˆ†Tf : Penurunan titik beku
Tf : Titik beku larutan
Tfยบ : Titik beku pelarut murni
Titik beku tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi tergantung pada
konsentrasi atau jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Semakin besar konsentrasi
larutan, maka semakin besar penurunan titik bekunya.
โˆ†Tf ~ m
Untuk larutan nonelektrolit berlaku persamaan :
โˆ†Tf = Kf . m
โˆ†Tf = penurunan titik beku larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku zat pelarut
m = molal larutan
Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan :
โˆ†Tf = Kf . m . i = Kf . m . [ 1 + (n โ€“ 1) ฮฑ ]
Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan sifat pelarut tersebut. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0ยฐ
karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Keberadaan zat
terlarut dalam suatu larutan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap jenuh
pelarutnya dalam larutan tersebut dan hal ini menyebabkan titik beku larutan
berkurang. Besarnya pengurangan titik beku suatu pelarut dalam larutannya tersebut
kemudian dikenal sebagai penurunan titik beku. Jika zat terlarutnya merupakan zat non
elektrolit, maka penurunan titik bekunya sebanding dengan molalitas larutan.
Titik beku pelarut murni lebih tinggi dari pada titik beku larutan. Ini diakibatkan
karena sebagian partikel air dan sebagian partikel-artikel terlarut membentuk ikatan
baru. Sehingga ketika membeku, yang memilili titik beku paling tinggi yaitu air akan
membeku terlebih dahulu kemudian diikuti oleh molekul larutan. Penambahan zat
terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang
mengakibatkan semakin rendah titik bekunya. Jadi, makin besar molaritas larutan,
makin tinggi kenaikan titik didih larutan dan semakin tinggi pula penurunan titik beku
larutan. Jumlah partikel yang lebih banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar
membeku, sehingga membutuhkan suhu yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal
inilah yang membuat titik beku larutan elektrolit lebih rendah.
III. Alat dan Bahan
1) Alat yang dipakai :
a. Termometer
b. kertas timbang
c. tabung reaksi
d. sendok plastik
e. becker gelas
f. spatula
g. gabus
h. gelas ukur
i. Timbangan analitik
2) Bahan yang digunakan :
a. Es Batu
b. Garam dapur
c. Aquades
d. Zat X (1,5 gr dalam 100 mL)
IV. Prosedur Percobaan
ddddsf
Menimbang zat X sebanyak 1,5 gr, larutkan dengan
aquades 100 mL
Memasukkan ke dalam tabung reaksi sampai ยฝ
volumenya beri termometer lalu tutup dengan gabus
Menyiapkan becker gelas 500 ml, yang di isi
dengan es batu
Memasukkan tabung reaksi dan termometer ke
dalam tabung
Tentukanlah Senyawa X tersebut dengan melihat
nilai Mr dari Senyawa tersebut, kemudian hitung
% Kesalahannya
Amatilah suhu yang tercapai ketika terjadi proses
pembekuan zat tersebut
PRAKTIKUM XXII
Pengukuran Massa Jenis Suatu Larutan
1. Tujuan
๏ƒ˜ Praktikan dapat menghitung massa jenis air
๏ƒ˜ Praktikan dapat menghitung massa jenis urine
2. Dasar teori
Massa jenis merupakan banyaknya massa tiap satuan volume. Suatu larutan
memiliki massa jenis tertentu. Massa jenis bergantung pada jenis larutan dan kepekatan
yang dimiliki masing-masing larutan. Massa jenis bernilai tetap meskipun dalam volume
yang berbeda. Rumus untuk menghitung massa jenis suatu larutan adalah :
V
m
๏€ฝ๏ฒ
Dengan diketahui : m = massa
ฯ = massa jenis
V = volume
Urine adalah larutan hasil ekskresi sistem perkemihan. Urine diproduksi di ginjal
dan disimpan dalam kandung kemih. Urine merupakan sisa-sisa dari penyaringan plasma
di ginjal. Urine mengandung komponen-komponen tertentu antara lain :
Komposisi Gram/24 jam
Air 12,00 - 14,00
Urea 25,00 - 28,50
Asam urat 0,60
Kreatin 1,50
Amonia 0,70
Asam kipurat 0,60
Allantoin 0,01
Hidrat arang 0,90
Asam oksalat 0,02
Asam laktat 0,01
Keton (aseton) 0,01
Asam amino 3,00
Klorida 12,00
Asam fosfat 2,30
Asam sulfat 1,80
K+
2,00
Na+
6,00
Ca+
0,20
Mg2-
0,20
Fe3+
0,01
Kurnadi (2008) menyatakan bahwa komposisi, pH, dan volume urin seseorang
bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh (homeostatis) akan zat-zat tertentu,
pengeluaran racun, dan pengeluaran asam tubuh yang tergantung jenis makanan dan
volume air yang diminum. Menurut Sasmita (1986), urin normal biasanya berwarna
jernih, atau sedikit kuning yang disebabkan oleh pigmen urokrom (bilirubin dan
biliverdin). Massa jenis urin yaitu ยฑ 1,005-1,04. Lebih lanjut Kurnadi (2008)
menjelaskan bahwa semakin pekat urin yang ditunjukkan dengan warna makin kuning
hingga coklat berarti makin tinggi berat jenisnya. Urin yang keruh biasanya
menunjukkan adanya kristal-kristal garam atau lendir. Berat jenis lendir yang normal
yaitu antara 1,002-1,035. Bila dibiarkan beberapa lama urin akan berbau pesing karena
terbentuk amoniak (NH3
) dari urin atau dari amonium. Volume urin yang normal pada
manusia dewasa adalah 900-2100 cc per hari dengan pH normal antara 4,50-8,00.
Menurut Kurnadi (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi volume urine yakni:
1. Kekentalan cairan tubuh
2. Suhu udara
3. Obat-obatan diuretika
4. Kondisi stress
5. Konsumsi alkohol, kopi, aminophyllin (obat asthma) dan digitalis (obat jantung) dapat
meningkatkan volume urin.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
๏ƒ˜ Piknometer
๏ƒ˜ Neraca Analitik
๏ƒ˜ Dry Heat Oven
๏ƒ˜ Wadah sampel(Pot Urine)
๏ƒ˜ Corong
b. Bahan
๏ƒ˜ Aquades
๏ƒ˜ Urine A
๏ƒ˜ Urine B
4. Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Lakukan penimbangan piknometer sebanyak 3 kali
3. Mengisi piknometer dengan aquades sampai penuh kemudian
menghangatkannya dengan suhu 310
C selama 10 menit
4. Lakukan penimbangan pikonometer yang berisi aquades sebanyak 3 kali
5. Hitunglah selisih berat aquades, berat aquades deugunakan untuk mencari
massa jenis aquades
6. Melakukan hal yang sama untuk menghitung massa jenis urine A dan urine B
5. Tabel Data Percobaan
No Berat
Piknometer
Kosong
Berat
Aquades +
Piknometer
๏ฒ
Aquades
Berat
Urine A +
Piknometer
๏ฒ
Urine
A
Berat
Urine B +
Piknometer
๏ฒ
Urine
B
1 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
2 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
3 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
Jumlah ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
Rata-
rata
........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
Volume Piknometer adalah 50 ml
PRAKTIKUM XXIII
Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari Pengaruh Perubahan Suhu Pada Laju Reaksi
II. Dasar Teori
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat reaksi-reaksi kimia dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti
petasanyang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti
pengkaratan besi. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat reaksi menjadi produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah pereaksinya akan semakin
sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
perubahan konsentrasi per satuan waktu. Waktu yang digunakan dapat berupa detik,
menit, jam, hari, bulan, maupun tahun, tergantung pada lamanya reaksi berlangsung.
Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu konsentrasi,
suhu, luas permukaan, tekanan dan katalis.
Cepat lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung disebut laju reaksi. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per
satuan waktu.
Laju reaksi = Perubahan konsentrasi
Satuan waktu
Laju reaksi juga dapat di percepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya.
Ketika suhunya dinaikkan maka laju reaksi akan meningkat pula. Sebagai perkiraan
kasar, sebagai perkiraan besar, sebagai reaksi berlangsung dengan suhu ruangan maka
laju reaksi akan berlipat ganda setiap kenaikan 100
C
Perkiraan ini bukan keadaan yang mutlak dan tidak bisa diterapkan pada
seluruh reaksi. Bahkan bila pun mendekati benar, laju reaksi akan berlipat ganda
setiap 90
C atau 110
C atau setiap suhu tertentu. Angka dari derajat suhu yang
diperlukan untuk melipat gandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring
dengan meningkatnya suhu. Beberapa reaksi pada hakikatnya sangat cepat, sebagai
contoh reaksi perpanasan melibatkan ion yang terlarut menjadi zat padat yang tidak
larut, atau reaksi ion hidrogen dengan asam dan ion hidroksi dari Alkali didalam
larutan, sehingga memanaskan salah satu dari contoh ini tidak memperoleh perbedaan
laju reaksi yang baik di laboratorium maupun industri akan berlangsung lebih cepat
apabila di panaskan.
Percobaan ini bersifat semi kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan
pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi. Reaksi yang diamati adalah reaksi
pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat direaksikan dengan
asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang diperlukan agar koloid
belerang mencapai intensitas tertentu. Reaksi pengendapan belerang dapat ditulis
sebagai berikut:
S2O3
2-
(aq) + 2H+
(aq) H2O(I) + SO2(g) + S(s)
Pengaruh suhu adalah dengan bertambahnya suhu, bila suhu dinaikkan maka semakin
cepat laju reaksi kimianya. Karena dengan bertambahnya suhu maka partikel zat
reaktan akan semakin cepat bergerak atau dengan kata lain kemungkinan terjadi
tumbukan antar partikel semakin besar.
V =k.[A]x
.[B]y
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi untuk A
y = orde reaksi untuk B
Laju Reaksi (v)Relatif = 1/waktu
III. Alat dan Bahan
Alat yang dipakai :
a) Tabung reaksi
b) Beker glas
c) Kertas
d) Alat pemanas
e) Spatula
f) Penjepit
g) Termometer
Bahan yang digunakan :
a) Na-tiosulfat
b) HCL
IV. Prosedur Percobaan
1. Tempatkan 25 ml natrium tiosulfat x M dalam gelas ukur yang mempunyai alas
rata.
2. Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih tepat diatas tanda silang
hitam yang dibuat pada kertas putih tsb, sehingga ketika dilihat dari atas melalui
larutan tiosulfat, tanda silang itu jelas terlihat.
3. Tambahkan 25 ml x M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan stop
watch. Larutan diaduk agar pencampuran menjadi merata, sementara
pengamatan dari atas tetap dilakukan.
4. Catat waktu yanag diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari
atas.
V. Data Hasil Percobaan :
Kelompok 25 mL Na2S2O3 25 mL HCl t (Waktu)
detik
1 0,1 M 0,1 M ...
2 0,1 M 0,2 M ...
3 0,2 M 0,2 M ...
4 0,4 M 0,2 M ...
5 0,4 M 0,4 M ...
6 0,5 M 0,4 M
TUGAS PERHITUNGAN
1. Perkirakanlah waktu yang dibutuhkan pada proses pencampuran 25 ml Na2S2O3 0,6 M
dengan 25 mL HCl 0,4 M !
PRAKTIKUM XXIV
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan
I. TUJUAN :
a. Percobaan I
Mengamati pergeseran kesetimbangan pada senyawa Fe3SCN dengan penambahan
salah satu komponennya
Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan asas Le Chatelier
b. Percobaan II
Untuk membuktikan adanya reaksi dapat balik.
c. Percobaan III
Mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap sistem kesetimbangan.
II. DASAR TEORI:
a. Asas La Chatelier
Asas La Chatelier menyatakan: โ€œBila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka
sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-
kecilnya.โ€
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru
akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.
b. Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
Apabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika
konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.
c. Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan.
Pengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh pada zat yang berwujud gas. Dan
jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil reaksi.
Jika tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang kecil.
Jika tekanan di perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang besar.
d. Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan.
Menurut Vant Haff, Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
Bila suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
III. ALAT DAN BAHAN
1. Percobaan I
ALAT:
1. Gelas ukur 25 ml
2. Gelas kimia 100 ml
3. Pengaduk
4. Tabung reaksi
5. Pipa tetes
BAHAN:
1. KSCN I M
2. FeCl3 1 M
3. FeCl3 pekat
4. KSCN pekat
5. Kristal dinatrium hydrogen fosfat (Na2HPO4)
2. Percobaan II
Alat
1. Tabung reaksi + rak
2. Spatula
3. Pipa tetes
4. Silinder ukur
5. Neraca
Bahan
1. Aquadest
2. PbSO4 padat
3. Larutan KI 1 M
4. Larutan K2SO4 1 M
3. Percobaan III
Alat
1. Cawan Penguap
2. Bunsen, kaki tiga, kawat kasa
3. Gabus
4. Neraca
Bahan
1. Padatan CuSO45H2O
2. Air
IV. PROSEDUR KERJA
1. Percobaan I
a. Masukkan 25 ml air ke dalam gelas kimia. Tambahkan 2 tetes larutan KSCN 1 M dan 2
tetes larutan FeCl3 1 M. Aduk larutan, kemudian bagi larutan sama banyak ke dalam 5
tabung reaksi. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai pembanding.
b. Tambahkan kedalam 4 tabung reaksi, masing-masing :
๏‚ท 1 tetes larutan pekat KSCN pada tabung reaksi 2
๏‚ท 1 tetes larutan pekat FeCl3 pada tabung reaksi 3
๏‚ท Sedikit Kristal Na2HPO4 pada tabung reaksi 4
๏‚ท 5 ml air pada tabung reaksi 5
c. Guncangkan tabung reaksi-tabung reaksi tersebut dan bandingkan warna larutan dari
tiap-tiap tabung reaksi dengan tabung reaksi 1 (lihat dari atas tabung reaksi ke bawah)
2. Percobaan II
a. Masukkan 1 spatula PbSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5 mL larutan
KI 1 M. Aduk campuran dan catat hasil pengamatan anda
b. Dekantasi (mengendapkan larutan kemudian membuangnya), kemudian cuci endapan
dengan aquades dan endapkan kemudian buang larutannya sebanyak 10 kali
c. Kemudian tambahkan larutan K2SO4 1 M sebanyak 5 mL,kemudian aduk dan hasil
pengamatan
d. Dekantasi lagi larutannya,dan cuci dengan aquades kemudian tambahkan dengan larutan
Kl 1 M
3. Percobaan III
a. Panaskan 10 gr CuSO45H2O dalam cawan penguap. Amati perubahan warna yang
terjadi.
b. Biarkan padatan mendingin, setelah dingin, tetesi dengan air. Amati perubahan yang
terjadi.
c. Tuliskan pengamatan anda dalam bentuk table.
PERCOBAAN XXV DAN XXVI
UJI KINERJA, KALIBRASI
DAN PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS MINI 1240
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat melakukn uji kinerja dan mengkalibrasi spektrofotometer sebelum
digunakan untuk praktikum selanjutnya
2. Mahasiswa mahir menggunakan spektrofotometer
II. Dasar teori
Dalam bidang kimia, pengukuran analitik memiliki peranan yang sangat penting
.Tujuan dari pengukuran analitik ini adalah untuk menentukan โ€œnilai sebenarnyaโ€dari suatu
parameter kuantitas kimia, seperti konsentrasi, pH, nilai absorbansi maupun transmittance
dari pengukuran dengan spektrofotometer UV-VIS.
โ€œNilai sebenarnyaโ€ adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar
dan didefenisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut diukur.
Beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik adalah konsentrasi, pH,
temperature, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain-lain.
Dalam pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat
terlepas dari factor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu
perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut ini hanya bias diperoleh jika
semua penyebab kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas.
Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain adalah
๏‚ท factor bahan kimia,
๏‚ท peralatan, analis,
๏‚ท kondisi pengukuran dan lain-lain. .
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran
analitik ini adalah dengan proses kalibrasi
Apa perbedaan Validasi, Verifikasi dan Kalibrasi?
Salah satu hal yang dilakukan setelah membuat suatu metode analisis baru adalah
melakukan validasi. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan
mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya.
Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan
dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misalnya
dari AOAC, ASTM dan lainnya) , namun baru pertama kali akan digunakan di laboratorium
tertentu , biasanya tidak perlu dilakukan validasi, hanya verifikasi.Tahapan verifikasi mirip
dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi.
Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam metode validasi adalah :
1. Akurasi ( kecermatan )
2. Presisi ( keseksamaan )
3. Selektivitas
4. Lineanitas dan rentang
5. Batas deteksi dan batas kuantitasi
6. Ketangguhan metode ( ruggedness )
7. Kekuatan (robustness )
Sedangkan pengertian kalibrasi menurut ISO / EC Guide 17025:2005 dan
Vocabulary of International Metrology (VIM ) adalah serangkaian kegiatan yang
membentuk hubungan antara nilai yang di tunjukkan oleh instrumen ukur atau system
pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah di
ketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu telusur ( traceable ) ke standar nasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil
pengukuran dapat dikaitkan atau di telusur sampai ke standar yang lebih tinggi atau teliti (
standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
Manfaat kalibrasi adalah :
1. Mendukung system mutu yang di terapkan di berbagai industry pada peralatan
laboratorium dan produksi yang di miliki.
2. Mengetahui seberapa jauh perbedaan ( penyimpangan) antara harga benar dengan
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Prinsip Dasar Kalibrasi
1. Obyek ukur ( Unit Under test)
2. Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur/ Metode standar ( Mengacu ke standar
kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium
yang sudah teruji (diverifikasi) )
3. Operator /teknisi ( Dipersyaratkan operator / teknisi yang mempunyai kemampuan
teknis kalibrasi (bersertifikat) )
4. Lingkungan yang dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, gangguan
factor lingkungan luar selalu diminimalkanโ€”-sumber ketidakpastian pengukuran)
Sementara internal kalibrasi adalah :
1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodic
2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian dan
pemeliharaan
3. Bisa dinyatakan dalam berbagai cara yaitu : dengan waktu kalender dan dengan waktu
pemakaian kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu
tercapai.
Bagaimana mengkalibrasi Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometer UV-VIS banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi senyawa-
senyawa yang dapat menyerap radiiasi pada daerah ultraviolet (200 โ€“ 400 nm) atau daerah
sinar tampak ( 400 โ€“ 800 nm) (Sastromidjojo,1991). Analisis dengan instrument ini dilakukan
dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah aplikasi dari hukum Lambert-Beer, yaitu
:
A = - log T = - log I / I = x. b. C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
x = Koefisien ekstingsi
T = Transmitansi
b = Tebal kuvet yang digunakan
I = Intensitas sinar masuk
I = Intensitas sinar yang diteruskan
C = konsentrasi dari sampel
Faktor penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spectrophotometer adalah :
1. Adanya serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain
komponen yang akan dianalisis.
2. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang dapat digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Kuvet kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini
dapat diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran dan bahan kuvet yang sama untuk tempat
blanko dan sample.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi.
Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi , sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan )
III. Alat dan bahan
Alat
Spektrofotometer UV-VIS mini 1240
Bahan
Larutan H2SO4 0,005 M 1 liter
Larutan K2Cr2O7
Larutan H2SO4 1 % 1 liter
Larutan CuSO4 0,08 M 1 liter
IV. Prosedur percobaan
PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM III
PEMBUATAN REAGENSIA
๏ƒ˜ H2SO4 0,005 M
Ukur 0,05 ml H2SO4 pekat, encerkan dengan aquades hingga 1 liter.
๏ƒ˜ Larutan K2Cr2O7
Timbang 60 mg ยฑ 0,25 mg K2Cr2O7 kemudian larutkan dalam 1000 ml H2SO4 0,005 M.
๏ƒ˜ H2SO4 1 %
Ukur 10 ml H2SO4 pekat, encerkan dengan aquades dalam 1000 ml aquades.
๏ƒ˜ Larutan CuSO4
Timbang 20,0 gram CuSO4.5H2O, kemudian larutkan dalam 1000 ml H2SO4 1 %.
PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS MINI UV
PHOTOMETRIC
fungsi : untuk mengukur absorban atau % transmittan pada panjang gelombang tertentu
Prosedur :
1) Tekan [1] PHOTOMETRIC pada keypad
2) Tekan [GO TO WL] ๏ƒ  masukkan numeric panjang gelombang yang diinginkan ๏ƒ 
[ENTER]
3) Tekan [F1] untuk mengubah mode pengukuran dari ABS ke %T dan sebaliknya
4) Masukkan kuvet yang berisi larutan blangko ke dalam kompartemen sampel
5) Tekan [AUTOZERO] untuk mengenolkan sinyal
6) Ganti kuvet yang berisi larutan blangko dengan kuvet yang berisi sampel yang akan
dianalisa
7) Tekan [START] untuk membaca nilai absorban (ABS) atau transmittannya (%T)
8) Ulangi langkah 6 โ€“ 7 untuk sampel berikutnya
SPECTRUM
fungsi : scanning sampel pada range panjang gelombang tertentu untuk mengukur besarnya
panjang gelombang dimana absorban atau % transmittan maksimal dari sampel
Prosedur :
1) Tekan [2] SPECTRUM pada keypad
2) Ganti parameter sesuai kebutuhan :
1. Meas Mode : untuk memilih mode pengukuran (ABS, %T, atau E)
Tekan [1] ๏ƒ  Pilih dengan menekan tombol โ†‘ atau โ†“ ๏ƒ  [ENTER]
2. ๏ฌ Range : Tekan [2] ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur range panjang gelombang tertinggi
๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur panjang gelombang terendah ๏ƒ [ENTER]
3. Rec Range : untuk mengatur skala sumbu y (ABS, %T, atau E) yang akan
ditampilkan. Tekan [3] ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur range terendah ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ 
atur range tertinggi ๏ƒ  [ENTER]
4. Scan Speed : Tekan [4] ๏ƒ  Pilih kecepatan scan (very slow โ€“ very fast) dengan
menekan tombol โ†‘ atau โ†“ ๏ƒ  [ENTER]
5. No. Of Scan : untuk mengatur banyaknya pengukuran yang akan dilakukan.
Tekan [5] ๏ƒ  [1] / [2] / [3], dst ๏ƒ  [ENTER]
6. Display Mode : untuk mengatur macam tampilan pada layar. Tekan [6] ๏ƒ 
Sequential / Overlay
3) Masukkan kuvet yang berisi larutan blangko ke dalam kompartemen sampel
4) Tekan [F1] (BassCorr) untuk melakukan koreksi baseline ๏ƒ  tunggu hingga selesai
5) Ganti kuvet dengan kuvet yang berisi larutan sampel ๏ƒ  [START]
6) Untuk mencetak spektrum tekan [PRINT]
7) Untuk melihat puncak spektrum hasil analisa tekan [F2] PEAK
8) Untuk mengubah ke tabel lembah tekan [F4] VALLEY
QUANTITATIVE
fungsi : digunakan untuk analisa kuantitatif sampel dengan cara :
a) membandingkan sampel terhadap satu konsentrasi standar (single point calibration
curve method)
b) membandingkan sampel dengan kurva standar yang dibuat dengan lebih dari satu
konsentrasi standar ( multi point calibration method)
c) membandingkan standar dengan suatu kurva yang telah diketahui nilai K dan B-nya
terlebih dahulu (K-Faktor Method)
Prosedur :
1) Tekan [3] QUANTITATIVE pada keypad
2) Ubah parameter analisa :
1. MEAS : Tekan [1] ๏ƒ tekan [1] 1 ๏ฌ / [2] 2 ๏ฌ / [3] 3 ๏ฌ ๏ƒ  masukkan numeric
panjang gelombang ๏ƒ  [ENTER]
2. METHOD : Tekan [2] ๏ƒ  pilih metode yang diinginkan
a. K-Faktor ( C = K*ABS + B )
Tekan [1] ๏ƒ  isi nilai K ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  isi nilai B ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ 
masukkan kuvet berisi larutan blangko ๏ƒ  [AUTOZERO] ๏ƒ  lanjut
ke prosedur 3)
b. Single Point (C = K*ABS, K diperoleh dari satu konsentrasi standar)
Tekan [2] ๏ƒ  isi konsentrasi standar ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  bila nilai
absorbansi standar sudah diketahui tekan [1] (Key In) ๏ƒ  masukkan
nilai absorbansi ๏ƒ  [ENTER];
bila nilai absorbansi belum diketahui tekan [2] (Measure)
๏ƒ masukkan kuvet berisi larutan blangko ๏ƒ  [AUTOZERO] ๏ƒ 
masukkan kuvet berisi larutan standar ๏ƒ  [START] ๏ƒ  lanjut ke
prosedur 3)
c. Multi Point
Tekan [3] ๏ƒ  isi jumlah konsentrasi standar yang akan digunakan ๏ƒ 
[ENTER] ๏ƒ  [1] (order) ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  pilih melewati nol (zero
intercept) atau tidak ๏ƒ  [START] ๏ƒ  isi konsentrasi standar yang
digunakan ๏ƒ  isi nilai absorban dengan menekan [1] bila nilainya
sudah diketahui atau [2] bila belum diketahui ๏ƒ  lanjut ke prosedur
3)
3. No of Meas : Tekan [3] ๏ƒ  isi banyaknya pengulangan yang akan dilakukan ๏ƒ 
[ENTER]
4. Unit : Tekan [4] ๏ƒ  pilih unit pengukuran yang diinginkan dengan menekan
numeriknya ๏ƒ  [ENTER]
5. Data Print : Tekan [5] ๏ƒ  YES (bila hasil langsung diprint) / NO (bila hasil
tidak diprint)
Langkah 3) โ€“ 4) hanya untuk multipoint method, untuk K-faktor dan single point langsung
langsung ke 5)
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020
Modul kimia analitik ii 2020

More Related Content

What's hot

Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratSafira Amalia Fardiana
ย 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada Organisme
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada OrganismeLaporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada Organisme
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada OrganismeDhiarrafii Bintang Matahari
ย 
73732690 laporan-biologi-hati-ayam
73732690 laporan-biologi-hati-ayam73732690 laporan-biologi-hati-ayam
73732690 laporan-biologi-hati-ayamThursy Anag Thoyyibb
ย 
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9eftikurnia
ย 
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9ennyshevioletha
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
ย 
Enzim katalase asli
Enzim katalase asliEnzim katalase asli
Enzim katalase asliLelly Luckitasari
ย 
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoPraktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoSMA Negeri 1 Dringu
ย 
Laporan uji enzim katalase
Laporan uji enzim katalaseLaporan uji enzim katalase
Laporan uji enzim katalaseNilma Himawati
ย 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1erwantihutri
ย 
HIDROKARBON
HIDROKARBONHIDROKARBON
HIDROKARBONAlfinGanesa
ย 
KERJA ENZIM KATALASE
KERJA ENZIM KATALASEKERJA ENZIM KATALASE
KERJA ENZIM KATALASEkarinapermata
ย 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIARaden Saputra
ย 
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)nisha althaf
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
ย 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseAffandi Arrizandy
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
ย 

What's hot (20)

Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
ย 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada Organisme
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada OrganismeLaporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada Organisme
Laporan Resmi Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase Pada Organisme
ย 
73732690 laporan-biologi-hati-ayam
73732690 laporan-biologi-hati-ayam73732690 laporan-biologi-hati-ayam
73732690 laporan-biologi-hati-ayam
ย 
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
ย 
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
Tugas pembelajaran elektronik kelmpok 9
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ย 
Enzim katalase
Enzim katalaseEnzim katalase
Enzim katalase
ย 
Enzim katalase asli
Enzim katalase asliEnzim katalase asli
Enzim katalase asli
ย 
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoPraktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
ย 
Laporan uji enzim katalase
Laporan uji enzim katalaseLaporan uji enzim katalase
Laporan uji enzim katalase
ย 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
ย 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1
ย 
HIDROKARBON
HIDROKARBONHIDROKARBON
HIDROKARBON
ย 
Fermentasi anaerob
Fermentasi anaerobFermentasi anaerob
Fermentasi anaerob
ย 
KERJA ENZIM KATALASE
KERJA ENZIM KATALASEKERJA ENZIM KATALASE
KERJA ENZIM KATALASE
ย 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
ย 
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)
Mikrobiologi farmasi (fermentasi alkohol)
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ย 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalase
ย 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ย 

Similar to Modul kimia analitik ii 2020

Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hariLaporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hariAjeng Putri
ย 
Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Tillapia
ย 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPLinda Rosita
ย 
Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1iankurniawan019
ย 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetriIndriati Dewi
ย 
Buku organik
Buku organikBuku organik
Buku organikAde Risnandar
ย 
Percobaan ingenhousz 1
Percobaan ingenhousz 1Percobaan ingenhousz 1
Percobaan ingenhousz 1nuansawangi
ย 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Dwi Mirda
ย 
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan)
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan) Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan)
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan) Erwin Eka Saputra
ย 
Laporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseLaporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseHilya Auliya
ย 
Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis PlasmolisisLaporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis PlasmolisisTri Hapsari Meilani
ย 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
ย 
Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiErnalia Rosita
ย 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidHafni Zuhroh
ย 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
ย 
laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)Fadly SaNdi
ย 
Metode Klmiah dan Keselamatan Kerja
Metode Klmiah dan Keselamatan KerjaMetode Klmiah dan Keselamatan Kerja
Metode Klmiah dan Keselamatan KerjaKadek Yuliya Dewi Astuti
ย 
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.ppt
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.pptPPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.ppt
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.pptDeliaPuspita6
ย 
Osmosis dan difusi
Osmosis dan difusiOsmosis dan difusi
Osmosis dan difusiNida Shafiyanti
ย 

Similar to Modul kimia analitik ii 2020 (20)

Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hariLaporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
ย 
Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)
ย 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
ย 
Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1
ย 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri
ย 
Buku organik
Buku organikBuku organik
Buku organik
ย 
Percobaan ingenhousz 1
Percobaan ingenhousz 1Percobaan ingenhousz 1
Percobaan ingenhousz 1
ย 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
ย 
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan)
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan) Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan)
Presentation iii (dampak pencemaran lingkungan)
ย 
Laporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseLaporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim Katalase
ย 
Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis PlasmolisisLaporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
ย 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
ย 
Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum Destilasi
ย 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
ย 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
ย 
laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)
ย 
Metode Klmiah dan Keselamatan Kerja
Metode Klmiah dan Keselamatan KerjaMetode Klmiah dan Keselamatan Kerja
Metode Klmiah dan Keselamatan Kerja
ย 
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.ppt
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.pptPPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.ppt
PPT Alat Laboratorium Dasar dan Peraturan Keselamatan Kerja.ppt
ย 
Osmosis dan difusi
Osmosis dan difusiOsmosis dan difusi
Osmosis dan difusi
ย 
Enzim katalase
Enzim katalaseEnzim katalase
Enzim katalase
ย 

More from iankurniawan019

Pengembangan diri
Pengembangan diriPengembangan diri
Pengembangan diriiankurniawan019
ย 
Visiting scientist
Visiting scientistVisiting scientist
Visiting scientistiankurniawan019
ย 
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019iankurniawan019
ย 
Diklat penunjang lain
Diklat penunjang lainDiklat penunjang lain
Diklat penunjang lainiankurniawan019
ย 
Apresiasi pemakalah
Apresiasi pemakalahApresiasi pemakalah
Apresiasi pemakalahiankurniawan019
ย 
Narsum kemahasiswaan
Narsum kemahasiswaanNarsum kemahasiswaan
Narsum kemahasiswaaniankurniawan019
ย 
PKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah MahasiswaPKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah Mahasiswaiankurniawan019
ย 
Ayo project 2019
Ayo project 2019Ayo project 2019
Ayo project 2019iankurniawan019
ย 
LOA ICOHOSST 2020
LOA ICOHOSST 2020LOA ICOHOSST 2020
LOA ICOHOSST 2020iankurniawan019
ย 
Rps biokimia 2 genap 2020
Rps biokimia 2 genap 2020Rps biokimia 2 genap 2020
Rps biokimia 2 genap 2020iankurniawan019
ย 
Rps kimia analitik 1 gazal 2019
Rps kimia analitik 1 gazal 2019Rps kimia analitik 1 gazal 2019
Rps kimia analitik 1 gazal 2019iankurniawan019
ย 
St reviewer jja d3 kebidanan
St reviewer jja d3 kebidananSt reviewer jja d3 kebidanan
St reviewer jja d3 kebidananiankurniawan019
ย 
St reviewer jja s1 kep
St reviewer jja s1 kepSt reviewer jja s1 kep
St reviewer jja s1 kepiankurniawan019
ย 
Sk pembimbing akademik
Sk pembimbing akademikSk pembimbing akademik
Sk pembimbing akademikiankurniawan019
ย 
Bap tracer study
Bap tracer studyBap tracer study
Bap tracer studyiankurniawan019
ย 
Dirjen dikti linieritas
Dirjen dikti linieritasDirjen dikti linieritas
Dirjen dikti linieritasiankurniawan019
ย 
Modul statistik 2019 2020
Modul statistik 2019 2020 Modul statistik 2019 2020
Modul statistik 2019 2020 iankurniawan019
ย 
Absensi zoom daring
Absensi zoom daringAbsensi zoom daring
Absensi zoom daringiankurniawan019
ย 

More from iankurniawan019 (20)

Pengembangan diri
Pengembangan diriPengembangan diri
Pengembangan diri
ย 
PII BKU KIMIA
PII BKU KIMIAPII BKU KIMIA
PII BKU KIMIA
ย 
Visiting scientist
Visiting scientistVisiting scientist
Visiting scientist
ย 
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019
Pedoman penilaian-bkd-tahun-2019
ย 
Diklat penunjang lain
Diklat penunjang lainDiklat penunjang lain
Diklat penunjang lain
ย 
Apresiasi pemakalah
Apresiasi pemakalahApresiasi pemakalah
Apresiasi pemakalah
ย 
Narsum kemahasiswaan
Narsum kemahasiswaanNarsum kemahasiswaan
Narsum kemahasiswaan
ย 
PKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah MahasiswaPKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah Mahasiswa
ย 
Ayo project 2019
Ayo project 2019Ayo project 2019
Ayo project 2019
ย 
LOA ICOHOSST 2020
LOA ICOHOSST 2020LOA ICOHOSST 2020
LOA ICOHOSST 2020
ย 
Rps biokimia 2 genap 2020
Rps biokimia 2 genap 2020Rps biokimia 2 genap 2020
Rps biokimia 2 genap 2020
ย 
Rps kimia analitik 1 gazal 2019
Rps kimia analitik 1 gazal 2019Rps kimia analitik 1 gazal 2019
Rps kimia analitik 1 gazal 2019
ย 
St reviewer jja d3 kebidanan
St reviewer jja d3 kebidananSt reviewer jja d3 kebidanan
St reviewer jja d3 kebidanan
ย 
St reviewer jja s1 kep
St reviewer jja s1 kepSt reviewer jja s1 kep
St reviewer jja s1 kep
ย 
Sk pembimbing akademik
Sk pembimbing akademikSk pembimbing akademik
Sk pembimbing akademik
ย 
Bap tracer study
Bap tracer studyBap tracer study
Bap tracer study
ย 
Dirjen dikti linieritas
Dirjen dikti linieritasDirjen dikti linieritas
Dirjen dikti linieritas
ย 
Modul statistik 2019 2020
Modul statistik 2019 2020 Modul statistik 2019 2020
Modul statistik 2019 2020
ย 
Absensi zoom daring
Absensi zoom daringAbsensi zoom daring
Absensi zoom daring
ย 
Ka pbl 2018
Ka pbl 2018Ka pbl 2018
Ka pbl 2018
ย 

Recently uploaded

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
ย 
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptxKennisRozana3
ย 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxEmmyKardianasari
ย 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxantonkustanto
ย 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxsd1patukangan
ย 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankYunitaReykasari
ย 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docxNiWayanEkaLansuna1
ย 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxRizkya19
ย 
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis GrafPenyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf2021515943
ย 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.pptsulistyaningsih20
ย 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021AdeImot
ย 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxEmmyKardianasari
ย 

Recently uploaded (12)

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
ย 
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
ย 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
ย 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
ย 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
ย 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
ย 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
ย 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
ย 
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis GrafPenyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
ย 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
ย 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
ย 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
ย 

Modul kimia analitik ii 2020

  • 1. MODUL DAN PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS DISUSUN OLEH : DR. IAN KURNIAWAN, S.T., M.ENG. DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG SUMATERA SELATAN
  • 2. ii
  • 3. iii
  • 4. iv KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Panduan Praktikum Kiman 2 untuk mahasiswa/i program studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Panduan praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum Kiman 2 yang merupakan penunjang pada program studi DIV Analis Kesehatan. Panduan praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/I dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah dam terencana. Pada setiap topic telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/I serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa/I mengenai materi yang dibahas. Panduan praktikum ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar pustaka untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan tetap untuk mempelajari buku-buku dasar lain guna menambah pengetahuan dan memperkuat pemahaman atas modul-modul yang dikerjakan. Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan panduan praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan panduan praktikum ini dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan panduan praktikum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya. Sebagai penutup, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam mewujudkan panduan praktikum ini. Palembang, Tim penyusun
  • 5. v PETUNJUK UMUM KESELAMATAN DI LABORATORIUM 1. Praktikan wajib memakai jas praktikum dan alas kaki atau sepatu yang tertutup. 2. Rambut panjang harus diikat rapi ke belakang 3. Praktikan wajib membawa lap atau serbet atau keperluan lain yang dibutuhkan untuk praktikum 4. Praktikan dilarang keras merokok, makan dan minum didalam ruangan laboratorium 5. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau merangsang harus dilakukan dalam lemari asam. 6. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan atau terhisap uapnya selama praktikum. 7. Jauhkan semua senyawa organic yang mudah menguap seperti alcohol, eter, kloroform, aseton dan spritus dari api secara terbuka karena bahan-bahan demikian mudah terbakar. 8. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spritus, nyalakan lampu pembakar spritus dengan korek api biasa. Jangan menyalakan lampu spritus dengan lampu spritus lain yang sudah menyala untuk menghindari terjadinya letupan api. 9. Matikan api pada lampu spritus dengan menutup sumbunya. Jangan matikan lampu dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakara atau letupan api. 10. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari mulut tabung. Namun kipaslah terlebih dahulu uap kearah muka. 11. Jangan sekali-kali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau basa kaut, asam asetat glacial, NH4OH. Gunakan pipet dengan bola penghisap untuk memindahkan bahan-bahan demikian atau bahan beracun lainnya ke dalam alat yang digunakan. 12. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan. 13. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau basa pekat, dimeja kerja atau pada lantai. Bila hal ini terjadinya, segera laporkan pada dosen dan asisten
  • 6. PERCOBAAN I dan 2 HIDRASI AIR I. TUJUAN 1. Mempelajari senyawa-senyawa berhidrat 2. Mempelajari reaksi bolak balik 3. Menetukan prosentase air dalam suatu hidrat II. PERTANYAAN PRAPERCOBAAN 1. Definisikan apa yang dimaksud dengan hidrat ? 2. Bila 300 gr suatu sampel seng sulfat hidrat dipanaskan hingga bobotnya tetap yaitu 169,2 gr. Bagaimana rumus garam hidrat ini ? III. DASAR TEORI Beberapa reaksi yang dilakukan di laboratorium selalu berkenan dengan larutan. Beberapa diantarannya bekerja dengan pelarut air. Ketika air diuapkan, sehingga hasil reaksi dapat diisolasi dan sering dalam bentuk padatan. Ada kemungkinan produk padatan ini mengandung molekul air sebagai bagian dari komposisinya. Sebagai contoh, jika Nikel (II) oksida dilarutkan dalam asam sulfat akan terbentuk nikel (II) sulfat sesuai reaksi sebagai berikut : NiO(s) + H2SO4(aq) NiSO4 (aq) + H2O(l) Bila air diuapkan, terbentuklah Kristal berwarna hijau gelap. Ketika dianilisis Kristal tersebut mengandung 6 mol air untuk setiap mol Nikel (II) sulfat. Senyawa ini dinamakan hidrat atau garam hidrat dan air yang merupakan bagian terpenting dari komposisinya disebut air hidrat. Beberapa bahan akan menyerap sedikit air jika ditempatkan di atmosfer yang mengandung banyak uap air. Penambahan air akan membentuk hidrat dan kehilangan air akan membentuk zat anhidrat, dan proses ini merupakan proses bolak-balik. Sebagai contoh hidrat nikel (II) sulfat bila dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (II) anhidrat. Nikel (II) anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan dikristalkan ulang sebagai senyawa hidrat. NiSO4.6H2O NiSO4 (aq) + H2O(l)
  • 7. Perubahan kimia pada reaksi kedua juga berlangsung spontan tanpa penambahan panas atau penambahan larutan air. Pada kelembaban relative tinggi zat anhidrat yang higroskopis dapat menyerap air dari atmosfir. Zat yang menyerap air sering digunakan sebagai pengering atau pengawet gas atau cairan. Jika jumlah air diserap terlalu banyak, zat tersebut akan meleleh dan dapat menghilang secara spontan bila ditempatkan pada kelembaban yang rendah. Zat ini dinamakan zat pemekar (efloresensi). Hal ini sering ditandai oleh hancurnya Kristal hidrat yang terbentuk dari serbuk anhidrat padat. Persentase air pada beberapa sampel dapat ditentukan secara tak langsung. Pemanasan akan menguapkan air sehingga terjadi penyusutan bobot sampel. Besarnya penyusutan merupakan bobot air yang ada dan dalam hal ini dianggap tidak ada gas lain yang dihasilkan dalam proses ini. Jika dilakukan pada senyawa yang diketahui, rumus hidratnya dapat diketahui Pada percobaan ini, saudara akan menentukan persentase air pada sampel hidrat, membuat pengamatan kualitas yang menarik pada proses hidrasi dan mengamati penyusutan air pada pembahasan sejumlah sampel IV. ALAT DAN BAHAN Alat ๏ถ Cawan porselin dan tutupnya ๏ถ Kaki tiga ๏ถ Bunsen Bahan ๏ถ HNO3 6 M ๏ถ CuSO4.5H2O ๏ถ ZnSO4.7H2O V. PROSEDUR PERCOBAAN A. Penentuan kualitas prosentase air dalam senyawa hidrat 1. Periksa cawan porselin dan tutupnya , apakah masih baik. Cuci cwan dengan sabun dan air, bilas dengan larutan HNO3 6 M dan bilas dengan air suling sekali lagi. Keringkan dan tempatkan cawan pada segitiga penyangga.
  • 8. 2. Atur ketinggian kaki tiga sehingga bagian tengah cawan tepat pada bagian panas pada pembakar. Pentup s 3. edikit terbuka pada saat pemanasan. 4. Panaskan cawan dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan terlihat membara. Pertahankan pemanasan selama 5 menit. 5. Hentikan pemanasan dan dinginkan dalam desikator selama 10 โ€“ 15 menit. Timbang cawan kembali beserta penutupnya sebanyak 3 kali. 6. Dapatkan sampel dari asisten, catat bobotnya. Tempatkan kira-kira 1 gr sampel dalam cawan, timbang beserta tutupnya. Letakkan cawan pada segitiga dengan penutup sedikit terbuka sehingga uap air dapat keluar. 7. Panaskan cawan selama 1 menit dengan pembakar di bawahnya, kemudian naikkan panas sehingga atas cawan terlihat merah. Biarakan pemanasan selama 10 menit. 8. Hentikan pemanasan, tutup cawan, biarkan dingin pada suhu kamar kemudian timbang. 9. Ulangi pemanasan sampai didapatkan bobot tetap. Hitung persentase air dalam sampel dan tentukan rumus hidratnya. B. Reaksi bolak-balik hidrat 1. Masukkan ยฝ spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) ke dalam cawan porselin. Amati sampel ini dan catat warnanya. 2. Tutup cawan dengan kaca arloji, kemudian panaskan (jangan terlalu panas). Sampel akan berubah menjadi pucat dan akhirnya putih. Catat hasilnya 3. Hentikan pemanasan, setelah dingin teteskan air yang terkumpul pada kaca arloji ke dalam cawan, apa yang terjadi ? (jika tidak terkumpul dapat ditambahkan air lain). Catatan : tembaga sulfat jangan dibuang.
  • 9. PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK DENGAN METODE GRAVIMETRI I. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar air dalam minyak II. Dasar teori Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K. Minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalampengolahan bahan pangan, minyak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega dan margarin. Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng yang kitakonsumsi sehari-hari sangat erat kaitannya dengan kesehatan kita. Masyarakat kita sangat majemuk dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya untuk sekali pakai, namun ada juga masyarakat yang menggunakan minyak goreng untuk berkali-kali pakai. Untuk itu ingin diteliti kualitas dari minyak goreng yang belum pernah dipakai, minyak goreng yang sudah dipakai satu kali, dan minyak goreng yang sudah dipakai dua kali dengan parameter viskositas dan indeks bias. Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik minyak meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.
  • 10. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak biji bunga matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan, misalnya ikan sarden, ikan paus, dan lain-lain. (S. Ketaren, 1986) Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas minyak adalah kandungan air yang terdapat di dalam minyak, contohnya pada proses produksi di pabrik pengolahan minyak goreng. Air yang bercampur pada minyak berasal dari proses penyulingan selain itu juga dari pengembunan karena suhu dingin. Standar kadar air minyak goreng menurut SNI 01- 3555 - 1998 maksimal 0.4 %. Jika kadar air di dalam minyak sangat tinggi akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak ini akan menghasilkan asam lemak yang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap. Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Kandungan air dalam minyak dapat diketahui dengan menggunakan metode gravimetric. III. Alat dan bahan Alat ๏ถ Cawan penguapan ๏ถ Neraca analitik ๏ถ Dry heat oven ๏ถ Desikator ๏ถ Pipet volume ๏ถ Gelas ukur Bahan ๏ถ Minyak sayur tanpa merk IV. Prosedur Percobaan 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbah cawan pengupan dalam keadaan bersih sebanyak 5 kaliโ€™ 3. Isilah cawan pengupan dengan 25 ml sampel minyak. Kemudian timbang sebanyak 5 kali dan catat sebagai A
  • 11. 4. Masukkan cawan penguapan dengan minyak kedalam DHO selama 1 jam dengan suhu 105 o C. 5. Keringkan dalam desikator selama 15 menit. 6. Timbang berat cawan penguapan setelah pemanasan dan catat sebagai B 7. Hitunglah kadar air dalam sampel minyak tersebut dengan rumusan Berat air = Berat A โ€“ Berat B % Air dalam minyak = Berat air / Berat minyak X 100%
  • 12. PRAKTIKUM IV ANALISA MELALUI PENGENDAPAN (GRAVIMETRI) I. Tujuan 1. Mengendapkan BaCl2 dan menetukan prosentase hasil BaCrO4 2. Menentukan prosentase BaCl2 dalam campuran 3. Mendalami hukum stoikiometri 4. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan II. Pertanyaan Pra Praktek 1. Berikan defenisi untuk : Filtrasi, % komposisi, endapan, stoikiometri, supernatant, hasil teoritis ? 2. Bagaimana menguji endapan telah sempurna ? 3. Apa yang terjadi jika endapan tidak sempurna ? 4. Apa yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrate ? III. Dasar Teori Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya. Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat โ€“ zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer. Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting. Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari laruta, berfase padat, terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu zat yang akan mengendap jika hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar daripada Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya
  • 13. Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dari zat lain, dan endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan perhitungan stoikiometri. Cara ini dikenal dengan nama gravimetric. Gravimetric berdasarkan pada reaksi berikut : aA + rR AaRr Dengan : A = Molekul analit A R = Molekul analit R AaRr = zat yang mengendap Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan. Keberhasilan analisa gravimetric bergantung pada : 1. Kesempurnaan proses pemisahan hingga kuantitas yang tidak mengendap tak ditemukan (biasanya 0,1 mg) 2. Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui dan murni IV. Alat dan Bahan Alat ๏ถ Gelas kimia ๏ถ Corong ๏ถ Kertas saring whatman no 1 Bahan ๏ถ BaCl2 1 gr ๏ถ K2CrO4 0,2 M V. Prosedur Percobaan A. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil 1. Timbang gelas piala 50 ml dan catat bobotnya 2. Masukkan kira-kira 1 g BaCl2 ke dalam gelas piala dan timbang 3. Lalu tambahkan 25 ml air suling, aduk hingga homogen, lalu tambahkan lagi 25 ml K2CrO4 0,2 M, aduk dan amati endapan yang terbentuk. Ujilah dengan memberikan K2CrO4 beberapa tetes, apakah endapan terbentuk. 4. Jika endapan BaCrO4 masih terbentuk, tambahkan terus hingga endapannya hilang.
  • 14. 5. Panaskan hingga mendidih, jauhkan dari api dan saring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya. Keringkan dan catat bobotnya. 6. Hitunglah hasil teoritis endapan BaCrO4 dan persen hasilnya. B. Penentuan endapan teoritis dan persen hasil 1. Dapatkan campuran yang mengandung BaCl2. Catat bobotnya 2. Ulangi prosedur A 3. Hitung massa dan prosentase BaCl2 dalam campuran itu.
  • 15. PRAKTIKUM VI PENETAPAN KADAR NATRIUM TETRABORAX DALAM LARUTAN (ALKALIMETRI) I. Tujuan Percobaan 1. Mengenal titrasi alkalimetri 2. Dapat memahami dan dapat melakukan standarisasi 3. Dapat memahami dan melakukan penentuan kadar natrium tetraborax dalam larutan II. Dasar Teori Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di pasaran. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat. Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000 C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400 C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa. Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam- logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita memakai larutan natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
  • 16. 1) Asam Sulfat Pekat Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun asam ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap. Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O โ†’ 4 H3BO3 โ†‘ + 2 Na+ + S Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O โ†’ 4 H3BO3 โ†“ + 2 Na+ + Cl- 2) Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api). Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml methanol atau etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alcohol ini dinyalakan ; alcohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau, disebabkan oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa. H3BO3 + 3 CH3OH โ†’ B(OCH3)3 โ†‘ + 3 H2O 3) Uji Kertas Kunyit (turmerik) Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan dengan asam klorida encer. Lalu dikeringkan pada 1000 C, kertas ini menjadi coklat-kemerah-merahan. Kertas dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3 menit. Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam- kebiruan atau hitam-kehijauan. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu. 4) Larutan Perak Nitrat Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang cukup pekat, yang larut baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan mendidihkan endapan dengan air, endapan dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer. B4 + 4Ag+ + H2O โ†’ 4AgBO2 โ†“+ 2H+
  • 17. 2AgBO2 โ†“ + 3H2O โ†’ Ag2O โ†“ + 2 H3BO3 Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi. 5) Larutan Barium Klorida Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat, endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam ammonium. Larutan kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa. B4 + 2Ba2+ H2O โ†’ 2Ba(BO2)2 โ†“ + 2H+ 6) Kerja oleh panas Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau diatas sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu menyusut, meninggalkan suatu keeping kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan banyak oksida ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering mempunyai warna-warna yang khas. Ini merupakan dasar dari uji manik boraks terhadap berbagai logam. Asam borat merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. III. Alat dan bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah
  • 18. COOK COOH COOK COONa Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (Kalium Biftalat) 0,1 N Baku Sekunder (Natrium Hidroksida ) Sampel yang mengandung natrium tetraborax Indikator Phenolptalin IV. Prosedur percobaan 1. Pembakuan larutan baku sekunder ๏ƒ˜ Isi buret dengan NaOH ๏ƒ˜ Pipet secara volumetric 10 mL kalium biftalat, masukkan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan indicator PP 3 tetes ๏ƒ˜ Titrasi dengan NaOH sampai berwarna pink, lakukan titrasi sebanyak 3 x 2. Penetapan kadar natrium tetraborax dalam larutan a. Persiapan sampel ๏‚ท Pindahkan sampel yang mengandung natrium tetraborax secara kuantitatif kedalam labu takar 100 ml ๏‚ท Tambahkan air hingga 100 ml. kocok hingga larut b. Penetapan kadar ๏‚ท Pipet 10,0 ml sampel dan masukkan dalam erlemeyer ๏‚ท Tambahkan 5 ml gliserin kocok hingga larut ๏‚ท Tambahkan 3 tetes indicator PP ๏‚ท Titrasi dengan NaOH hingga berwarna pink, lakukan titrasi sebanyak 3 x V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan 1. Reaksi Pembakuan NaOH + + H2O 2. Reaksi penentapan kadar
  • 19. glyserin NaOH + Na2B4O7.10H2O 4.NaBO2 + 10. H2O 3. Titrasi Pembakuan NaOH dengan Asam oksalat No Volume kalium biftalat (dlm mL) Volume NaOH (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata 4. Titrasi penetapan kadar sampel asam salisilat No Volume natrium tetra borax (dlm mL) Volume NaOH (dalam mL) 1 2 3 Rata- rata 5. Perhitungan ๏ถ Normalitet Baku Primer (Kalium biftalat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ Massa kalium biftalat = ๏ถ Normalitet baku sekunder (Natrium Hidroksida) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ N NaOH = ๏ถ Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ
  • 20. ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ต๐’‚๐‘ถ๐‘ฏ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’•๐’†๐’•๐’“๐’ƒ๐’๐’“๐’‚๐’™ dalam sampel (b/b) = VI. Daftar pustaka Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta. R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
  • 21. PRAKTIKUM VII DAN VIII PENETAPAN KADAR NATRIUM KARBONAT ANHIDRAT DALAM LARUTAN SECARA ASIDIMETRI I. Tujuan percobaan ๏ƒ˜ Mahasiswa memahami prinsip titrasi asidimetri ๏ƒ˜ Mahasiswa mampu menentukan kadar natrium karbonat anhidrat dalam larutan II. Dasar teori Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri) Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri adalah ; natrium karbonat anhidrat, amfetamin sulfat, ammonia, asam asetat, asam asetil salisilat, asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam tartrat, asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan, butyl paraben, efidrin, etanzinamida, etil paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamid, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat, klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linesterol, magnesium hidroksida, magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen, natrium bikarbonat, natrium hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat, sakarin natrium dan zink oksida. III. Alat dan bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (natrium karbonat anhidrat) 0,1 N
  • 22. Baku Sekunder (asam klorida) Sampel yang mengandung natrium karbonat anhidrat Indikator metil jingga IV. Prosedur percobaan 1. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ Isi buret dengan asam klorida ๏ƒ˜ Pipet 10,0 ml natrium karbonat anhidrat 0,1 N hasil penimbangan, masukkan kedalam erlemeyer. ๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes ๏ƒ˜ Titrasi dengan asam klorida hingga berwarna jingga, lakukan titrasi sebanyak 3 kali 2. Penetapan kadar a) Persiapan sampel ๏ƒ˜ pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ larutkan dengan air, kocok hingga larut. Tambahkan air hingga 100 mL b) Penetapan kadar ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL natrium karbonat anhidrat, masukan kedalam erlemeyer. ๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes ๏ƒ˜ Titrasi menggunakan asam klorida sehingga berwarna jingga. Lakukan titrasi 3 kali V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan 1. Reaksi Pembakuan 2 HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3 2. Reaksi penentapan kadar HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3 3. Titrasi Pembakuan HCl dengan natrium karbonat No Volume natrium karbonat (dlm mL) Volume HCl (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-
  • 23. rata 4. Titrasi penetapan kadar sampel natrium karbonat No Volume natrium karbonat (dlm mL) Volume asam klorida (dalam mL) 1 2 3 Rata- rata 5. Perhitungan ๏ถ Normalitet Baku Primer (Natrium karbonat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ Massa Natrium Karbonat = ๏ถ Normalitet baku sekunder (asam klorida) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ N HCl = ๏ถ Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• dalam sampel (b/b) = VI. Daftar pustaka Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta. R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
  • 24. PRAKTIKUM IX PENETAPAN KADAR NATRIUM HIDROGEN KARBONAT ANHIDRAT DALAM LARUTAN SECARA ASIDIMETRI I. Tujuan percobaan ๏ƒ˜ Mahasiswa memahami prinsip titrasi asidimetri ๏ƒ˜ Mahasiswa mampu menentukan kadar natrium karbonat anhidrat dalam larutan II. Dasar teori Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri) Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri adalah ; natrium karbonat anhidrat, amfetamin sulfat, ammonia, asam asetat, asam asetil salisilat, asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam tartrat, asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan, butyl paraben, efidrin, etanzinamida, etil paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamid, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat, klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linesterol, magnesium hidroksida, magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen, natrium bikarbonat, natrium hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat, sakarin natrium dan zink oksida. III. Alat dan bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (natrium karbonat anhidrat) 0,1 N
  • 25. Baku Sekunder (asam klorida) Sampel yang mengandung natrium hydrogen karbonat anhidrat Indikator metil jingga IV. Prosedur percobaan 1. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ Isi buret dengan asam klorida ๏ƒ˜ Pipet 10,0 ml natrium karbonat anhidrat 0,1 N hasil penimbangan, masukkan kedalam erlemeyer. ๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes ๏ƒ˜ Titrasi dengan asam klorida hingga berwarna jingga, lakukan titrasi sebanyak 3 kali 2. Penetapan kadar a) Persiapan sampel ๏ƒ˜ pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ larutkan dengan air, kocok hingga larut. Tambahkan air hingga 100 mL b) Penetapan kadar ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL natrium karbonat anhidrat, masukan kedalam erlemeyer. ๏ƒ˜ Tambahkan indikator metil jingga sebanyak 3 tetes ๏ƒ˜ Titrasi menggunakan asam klorida sehingga berwarna jingga. Lakukan titrasi 3 kali V. Reaksi, hasil percobaan dan perhitungan 1. Reaksi Pembakuan 2 HCl + Na2CO3 NaCl + H2CO3 2. Reaksi penentapan kadar HCl + NaHCO3 NaCl + H2CO3 3. Titrasi Pembakuan HCl dengan natrium karbonat No Volume natrium karbonat (dlm mL) Volume HCl (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-
  • 26. rata 4. Titrasi penetapan kadar sampel natrium karbonat No Volume natrium hydrogen karbonat (dlm mL) Volume asam klorida (dalam mL) 1 2 3 Rata- rata 5. Perhitungan ๏ถ Normalitet Baku Primer (Natrium karbonat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ ๏ถ Normalitet baku sekunder (asam klorida) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ ๏ถ Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ต. ๐‘ฏ๐‘ช๐’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• Kadar ๐’๐’‚๐’•๐’“๐’Š๐’–๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’“๐’๐’ˆ๐’†๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• dalam sampel (b/b) = VI. Daftar pustaka Shevla,G. Diterjemahkan oleh Ir.Setiono.1979. Vogel : buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro bagian i dan ii. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta Hardi, W. 1986. Ilmu kimia analitik dasar. PT.Gramedia : Jakarta. R Day & A.L Underwood. 1996. Analisa kimia kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
  • 27. PRAKTIKUM X DAN XI PENETAPAN KADAR HALIDA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI METODE MOHR I. Tujuan Praktikum a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi Argentometri b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Argentometri metode Mohr c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi Argentometri Mohr II. Dasar Teori Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl- , Br- , I- ) atau anion lainnya (CN- , CNS- ) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). Konstanta kesetimbangan reaksi pengendapan untuk reaksi tersebut adalah ; Ksp AgX = [Ag+] [X- ]
  • 28. Gambar 1.1 Kurva Titrasi Argentometri A. Titrasi Argentometri Metode Mohr Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah : ๏‚ท Bromida dan Klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga memberikan titik akhir yang kacau. ๏‚ท Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap. ๏‚ท Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer. ๏‚ท Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi. ๏‚ท Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titk akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul.
  • 29. B. Prinsip Titrasi Argentometri Metode Mohr AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4. Reaksinya: Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4- , sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan. III. Alat dan Bahan Praktikum Alat yang dipakai : 1. Labu Ukur 2. Pipet Volume 3. Erlenmeyer 4. Buret 5. Pengaduk 6. Set Peralatan Titrasi (Stattif dan Klem) 7. Oven Bahan yang digunakan : 1. NaCl 2. Aquadest 3. AgNO3
  • 30. 4. K2CrO4 5. Garam Dapur 6. Air Laut IV. Prosedur Percobaan 1. STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDARD NaCl (MENGGUNAKAN METODE MOHR). ๏ƒ˜ Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara melarutkan 5,80 gram NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110o C selama 1 jam) dengan aquades di dalam labu ukur 1000 ml. ๏ƒ˜ Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL. ๏ƒ˜ Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator. ๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali terbentuk warna merah bata. ๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali ๏ƒ˜ Hitung normalitas AgNO3 dengan persamaan : 2. PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR Tujuan Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode Mohr (Garam dapur telah dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 110o C Cara Kerja : ๏ƒ˜ Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL. ๏ƒ˜ Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator. ๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata. ๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali
  • 31. ๏ƒ˜ Hitung kadar NaCl dalam garam dapur. FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini 250/25 3. PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM AIR LAUT Tujuan Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara menstandardisasi larutan air laut dengan larutan standar AgNO3. Cara Kerja ๏ƒ˜ Larutkan 5,00 mL sampel air laut dengan aquades ยฑ 25 mL didalam erlenmeyer 250 mL ๏ƒ˜ Tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator ๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah bata. ๏ƒ˜ Percobaan diulang 3 kali ๏ƒ˜ Hitung molaritas (M) ion khlorida dalam air laut.
  • 32. PRAKTIKUM XII DAN XIII PENENTUAN KADAR MAGNESIUM SULFAT DALAM LARUTAN (KOMPLEKSOMETRI) I. Tujuan percobaan 1. Mahasiswa mengenal prinsip titrasi kompleksometri 2. Mahasiswa dapat menentukan kadar magnesium sulfat dalam larutam II. Dasar teori Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA). Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titirimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation dengan sebuah anion atau molekul netral (basset, 1994) Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan kompleks ataupun molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri seperti menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan dan dalam pelarut air rekasinya dapat dinyatakan oleh persamaan M(H2O)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O Titrasi kompleksometri dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari reaksi yang terjadi antara senyawa uji dengan baku primer atau baku sekunder diantaranya : titrasi langsung, titrasi balik, titrasi subtitusi, titrasi tak langsung dan titrasi alkalimetri Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi- oksidasi). Reaksinya merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi ) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat.
  • 33. Reaksi oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya. III. Alat dan bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (seng sulfat) 0,1 N Baku Sekunder (Na2EDTA) Sampel yang mengandung magnesium sulfat Indikator Eriokrom black T (EBT) Buffer pH 10-11 IV. Prosedur percobaan 1. Pembuatan buffer salmiak ๏ƒ˜ Timbang amonium klorida dengan timbangan analitik, masukkan kedalam erlemeyer bertutup, tambahkan air secukupnya hingga larut. (lakukan dilemari asam) ๏ƒ˜ Masukkan kertas indikator, tambahakan amonia melalui dinding erlemeyer, sedikit demi sedikit sehingga mencapai pH 10-11 ๏ƒ˜ Tambahkan air 200 mL 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ Isi buret dengan NaEDTA ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL seng sulfat, dan masukkan dalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan 5 mL larutan buffer (salmiak) ๏ƒ˜ Tambahkan indikator EBT seujung sendok ๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang ๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x
  • 34. 3. Penetapan kadar ๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif dalam labu takar 100 ml ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 ml, kocok hingga larut. ๏ƒ˜ Pipet secara volumetri 10,0 ml sampel dari 100 ml sampel dan masukkan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahalan 5 mL larutan buffer (salmiak) ๏ƒ˜ Tambahakan EBT seujung sendok ๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang ๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x V. Reaksi dan perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder Zn+2 + H2Y-2 ZnY-2 + 2 H+ 2. Reaksi penetapan kadar Mg+2 + H2Y2- MgY2- + 2H+ 3. Data hasil pembakuan sekunder a. Normalitet Baku Primer (seng sulfat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ No Volume seng sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-rata b. Normalitet baku sekunder (NaEDTA) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’”๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘บ๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ 4. Data penetapan kadar No Volume magnesium sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-
  • 35. rata a. Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’†๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’†๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• Kadar magnesium sulfat dalam sampel (b/b) =
  • 36. PRAKTIKUM XIV PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM LARUTAN (KOMPLEKSOMETRI) I. Tujuan percobaan 1. Mahasiswa mengenal prinsip titrasi kompleksometri 2. Mahasiswa dapat menentukan kadar kalsium dalam larutam II. Dasar teori Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA). Kompleks-kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion logam yang disebut sebagai kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat kepada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi logam tersebut. (underwood, 1986) Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan magnesium. Meskipun tidak berbahaya untuk diminum, air sadah kurang baik dipakai untuk mencuci dan dipakai untuk mencuci pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan sebagainya. Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+ , Mg2+ atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polivalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Kesadahan air adalah keampuan air mengendapkan sabun dimana sabun ini di endapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ . Karena penyebab utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+ , khususnya Ca2+ , maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat atau karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah membentuk kerak itu bukan9 penghantar panas yang baik, maka hal ini menyebabkan pemborosan bahan bakar. Air sadah banyak kita jumpai di daerah pegunungan kapur atau di daerah pesisir pantai.
  • 37. III. Alat dan bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (seng sulfat) 0,1 N Baku Sekunder (Na2EDTA) Sampel air sumur Indikator Eriokrom black T (EBT) Buffer pH 10-11 Larutan NaOH 1N IV. Prosedur percobaan 1. Pembuatan buffer salmiak ๏ƒ˜ Timbang amonium klorida dengan timbangan analitik, masukkan kedalam erlemeyer bertutup, tambahkan air secukupnya hingga larut. (lakukan dilemari asam) ๏ƒ˜ Masukkan kertas indikator, tambahakan amonia melalui dinding erlemeyer, sedikit demi sedikit sehingga mencapai pH 10-11 ๏ƒ˜ Tambahkan air 200 mL 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ Isi buret dengan NaEDTA ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL seng sulfat, dan masukkan dalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan 5 mL larutan buffer (salmiak) ๏ƒ˜ Tambahkan indikator EBT seujung sendok ๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang ๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x 3. Penetapan kesadahan total
  • 38. ๏ƒ˜ Pipet secara volumetri 25 ml sampel air sumur, masukkan kedalam labu erlemeyer ukuran 250 mL ๏ƒ˜ Tambahalan 5 mL larutan buffer (salmiak) ๏ƒ˜ Tambahakan EBT seujung sendok ๏ƒ˜ Titrasi dengan NaEDTA sampai warna biru terang ๏ƒ˜ Lakukan titrasi sebanyak 3 x 4. Penentuan kadar kalsium (Ca) ๏ƒ˜ Pipet secara volumetri sampel air sumur, masukkan kedalam labu erlemeyer ukuran 250 ml ๏ƒ˜ Tambahkan 3 mL larutan NaOH 1 N kemudian tambahkan sedikit indikator murexide ๏ƒ˜ Titrasi dengan larutan NaEDTA hingga berubah warna dari merah muda menjadi ungu. ๏ƒ˜ Lakukan Titrasi sebanyak 3 kali V. Reaksi dan perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder Zn+2 + H2Y-2 ZnY-2 + 2 H+ 2. Reaksi penetapan kadar Ca+2 + H2Y2- CaY2- + 2H+ 3. Data hasil pembakuan sekunder a. Normalitet Baku Primer (seng sulfat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ No Volume seng sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-rata b. Normalitet baku sekunder (NaEDTA) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’”๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘บ๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ 4. Data penetapan kadar
  • 39. No Volume kalsium sulfat (dlm mL) Volume NaEDTA (dalam mL) 1 25 2 25 3 25 Rata- rata a. Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐’™ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’‚๐’ˆ๐’๐’†๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐’”๐’–๐’๐’‡๐’‚๐’• = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐‘ต๐’‚๐‘ฌ๐‘ซ๐‘ป๐‘จ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‘ช๐’‚๐’๐’”๐’Š๐’–๐’Ž ๐‘ช๐’‚๐’“๐’ƒ๐’๐’๐’‚๐’• Kadar Calsium karbonat dalam sampel (b/b) =
  • 40. PRAKTIKUM XV dan XVI PENETAPAN KADAR FERRO SULFAT DALAM LARUTAN (PERMANGANOMETRI) I. Tujuan Percobaan a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi permanganometri b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi permanganometri c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi permanganometri II. Dasar Teori Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diingat bahwa larutan kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk mestandarisasi kalium permanganat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat dan lain-lain. Larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan dalam 3 jenis titrasi yaitu : a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah Fe+2 , Sn+2 , Vo+2 , C2O4 -2 , SO3, H2O2, Mo+3 , Ti+3 , As+3 Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai berikut : MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn+2 + 4H2O Potensial standar dalam larutan asam ini sebesar 1,51 volt. Jadi kalium permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa berat ekivalen dari kalium permanganat adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap mol kalium permanganat setara dengan 5 mol elektron sehingga valensinya 5. b. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat direduksi (oksidator). Dalam tiap-tiap penentuan, sejumlah tertentu reduktor ditambahkan dengan larutan oksidator yang akan dianalisa setelah reduksi sempurna.
  • 41. Kelebihan reduktor dototrasi dengan larutan kalium permanganat standar. Beberapa zat yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain : MnO4 -, Cr2O7 -2 , MnO2 c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan. Beberapa zat yang dapat ditentukan dengan cara ini adalah Mn+2 , HCOOH Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi dibawah ini : 2MnO4 - + 16 H+ + 10 Cl- 2 Mn+2 + 5Cl2 + 8H2O Dengan demikian sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga penguraian bertambah cepat. Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah dioksidasi. III. Alat dan Bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (Asam Oksalat) 0,1 N Baku Sekunder (KMnO4) Sampel yang mengandung ferro sulfat Asam Sulfat 10% Asam sulfat 20 %
  • 42. IV. Prosedur Percobaan 1. Pembuatan asam sulfat 10 % dan 20 % ๏ƒ˜ Siapkan erlemeyer, isi dengan air terlebih dahulu ๏ƒ˜ Takar 10 ml asam sulfat pekat dan masukan dalam erlemeyer yang telah berisi air sedikit ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Untuk asam sulfat 20 %, ambil 20 mL asam sulfat pekat secara volumetric , masukan kedalam labu takar 100 mL tambahkan air hingga tanda batas 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ isi buret dengan KMnO4 ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL asam oksalat, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 % sebanyak 10 mL. ๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O C ๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink ๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali 3. Penetapan kadar ๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 20 % sebanyak 10 mL ๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O C ๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink ๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder 2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 4 H2O + 5e- 5 H2C2O4 + 5e- 10 CO2 + 5H2O 2 KMnO4 + 3H2SO4 + 5 H2C2O4 K2SO4 + 2MnSO4 + 10 CO2 + 8 H2O 2. Reaksi penetapan kadar 2 KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2MnO2 + 3 H2O + 5e- 10 FeSO4 + 5e- + 5H2SO4 5 Fe2(SO4)3 + 5 H2O 10 FeSO4 + KMnO4 + 8 H2SO4 K2SO4 + 2MnO2 + 5Fe2(SO4)2 + 8 H2O
  • 43. 3. Data hasil pembakuan sekunder a. Normalitet Baku Primer (asam oksalat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ No Volume asam oksalat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata Normalitet baku sekunder (KMnO4) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ 4. Data penetapan kadar No Volume ferro sulfat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐…๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’™ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ Kadar ๐Ÿ๐ž๐ซ๐ซ๐จ ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐Ÿ๐š๐ญ dalam sampel (b/b) =
  • 44. PRAKTIKUM XVII PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM LARUTAN (PERMANGANOMETRI) I. Tujuan Percobaan a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi permanganometri b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi permanganometri c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi permanganometri II. Dasar Teori Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diingat bahwa larutan kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk mestandarisasi kalium permanganat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat dan lain-lain. Larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan dalam 3 jenis titrasi yaitu : a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah Fe+2 , Sn+2 , Vo+2 , C2O4 -2 , SO3, H2O2, Mo+3 , Ti+3 , As+3 Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai berikut : MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn+2 + 4H2O Potensial standar dalam larutan asam ini sebesar 1,51 volt. Jadi kalium permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa berat ekivalen dari kalium permanganat adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap mol kalium permanganat setara dengan 5 mol elektron sehingga valensinya 5. b. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat direduksi (oksidator). Dalam tiap-tiap penentuan, sejumlah tertentu reduktor ditambahkan dengan larutan oksidator yang akan dianalisa setelah reduksi sempurna. Kelebihan reduktor dototrasi dengan larutan kalium permanganat standar. Beberapa zat yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain : MnO4 -, Cr2O7 -2 , MnO2
  • 45. c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan. Beberapa zat yang dapat ditentukan dengan cara ini adalah Mn+2 , HCOOH Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi dibawah ini : 2MnO4 - + 16 H+ + 10 Cl- 2 Mn+2 + 5Cl2 + 8H2O Dengan demikian sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga penguraian bertambah cepat. Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah dioksidasi. III. Alat dan Bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (Asam Oksalat) 0,1 N Baku Sekunder (KMnO4) Sampel yang mengandung hydrogen peroksida Asam Sulfat 10% IV. Prosedur Percobaan 1. Pembuatan asam sulfat 10 % dan 20 % ๏ƒ˜ Siapkan erlemeyer, isi dengan air terlebih dahulu
  • 46. ๏ƒ˜ Takar 10 ml asam sulfat pekat dan masukan dalam erlemeyer yang telah berisi air sedikit ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Untuk asam sulfat 20 %, ambil 20 mL asam sulfat pekat secara volumetric , masukan kedalam labu takar 100 mL tambahkan air hingga tanda batas 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ isi buret dengan KMnO4 ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL asam oksalat, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 % sebanyak 10 mL. ๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O C ๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink ๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali 3. Penetapan kadar ๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 20 % sebanyak 10 mL ๏ƒ˜ panaskan diatas api kecil sampai suhu 70 O C ๏ƒ˜ dalam keadaan panas, titrasi dengan KMnO4 sampai berwarna pink ๏ƒ˜ lakukan titrasi 3 kali V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder 2 KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 3 H2O + 5e- 5 H2C2O4 + 5e- 10 CO2 + 5H2O 2 KMnO4 + 3H2SO4 + 5 H2C2O4 K2SO4 + 2MnSO4 + 10 CO2 + 8 H2O 2. Reaksi penetapan kadar 2 KMnO4 + 16 H2SO4 + 10 e- K2SO4 + 2MnSO4 + 2 H2O H2O2 5 O2 + 10e- 2 KMnO4 + 5H2O2 + 16 H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 5O2
  • 47. 3. Data hasil pembakuan sekunder a. Normalitet Baku Primer (asam oksalat) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ No Volume asam oksalat (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata b. Normalitet baku sekunder (KMnO4) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ 4. Data penetapan kadar No Volume hydrogen peroksida (dlm mL) Volume KMnO4 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-rata 5. Perhitungan a. Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐’™ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐Š๐Œ๐ง๐Ž๐Ÿ’ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š Kadar ๐ก๐ข๐๐ซ๐จ๐ ๐ž๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐จ๐ค๐ฌ๐ข๐๐š dalam sampel (b/b) =
  • 48. PRAKTIKUM XVIII DAN XIX PENETAPAN KADAR CUPRI SULFAT DALAM LARUTAN (IODOMETRI) I. Tujuan Percobaan a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi Iodometri b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Iodometri c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi iodometri II. Dasar Teori Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O . Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume natrium thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis, iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoyodit yang selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga rekasi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalanya reaksi dalam oksidasi atau reduksi suatu senyawa. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum. Amilum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium sehingga tidak boleh ditambahakan pada awal titrasi. Penambahan amilum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
  • 49. menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening III. Alat dan Bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (KIO3) 0,1 N Baku Sekunder (Na2S2O3) Sampel yang mengandung Cupri sulfat Indikator kanji Serbuk KI Asam Sulfat 10% IV. Prosedur Percobaan 1. Pembuatan indicator kanji ๏ƒ˜ Timbang 500 mg kanji masukkan dalam beker gelas, tambakan air 5 mL sambil diaduk ๏ƒ˜ Didihkan 100 mL air diatas api bebas, setelah mendidih masukan larutan kanji kedalamnya, aduk terus hingga jernih ๏ƒ˜ Setelah jernih dinginkan lalu disaring 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ isi buret dengan Na2S2O3 ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL KIO3, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL, tambahkan 1 gr serbuk KI. ๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat ๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda. ๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
  • 50. ๏ƒ˜ Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali. 3. Penetapan kadar ๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL dan tambahkan 1 gr serbuk KI ๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat ๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3hingga berwarna kuning muda ๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji ๏ƒ˜ Lakukan titrasi hingga warna putih susu. Lakukan tritrasi sebanyak 3 kali V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder KIO3 + KI + 6 H+ 2K+ + I2 + 3H2O I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 + KIO3 + KI + 6H+ + Na2S2O3 2K+ + 2NaI + Na2S4O6 + 3 H2O 2. Reaksi penetapan kadar CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4 I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 + CuSO4 + KI + 6H+ + Na2S2O3 CuI + 2K+ + 2NaI + Na2S4O6 3. Data hasil pembakuan sekunder No Volume KIO3 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata 4. Data penetapan kadar No Volume CuSO4 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0
  • 51. 3 10,0 Rata- rata 5. Perhitungan a. Normalitet Baku Primer (KIO3) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ b. Normalitet baku sekunder (Na2S2O3) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ c. Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’™ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ Kadar CuSO4dalam sampel (b/b) =
  • 52. PRAKTIKUM XX PENETAPAN KADAR METHAMPYRON DALAM SACCHARUM LACTIS (IODOMETRI) I. Tujuan Percobaan a. Untuk mengetahui gejala fisika dan kimia yang menyertai terjadinya Titrasi Iodometri b. Untuk memahami proses yang terjadi pada Titrasi Iodometri c. Untuk menentukan konsentrasi baku primer dan sekunder melalui metode Titrasi iodometri II. Dasar Teori Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O . Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume natrium thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis, iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoyodit yang selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga rekasi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalanya reaksi dalam oksidasi atau reduksi suatu senyawa. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum. Amilum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amilum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
  • 53. menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening III. Alat dan Bahan Alat Statif 1 Set Buret 50 ml 1 buah Pipet Gondok 10 ml 1 buah Corong 1 buah Erlemeyer 250 ml 6 buah Pipet 2 buah Labu takar 100 ml 1 buah Bahan Baku Primer (KIO3) 0,1 N Baku Sekunder (Na2S2O3) Sampel yang mengandung methampyron Indikator kanji Serbuk KI Asam Sulfat 10% IV. Prosedur Percobaan 1. Pembuatan indicator kanji ๏ƒ˜ Timbang 500 mg kanji masukkan dalam beker gelas, tambakan air 5 mL sambil diaduk ๏ƒ˜ Didihkan 100 mL air diatas api bebas, setelah mendidih masukan larutan kanji kedalamnya, aduk terus hingga jernih ๏ƒ˜ Setelah jernih dinginkan lalu disaring 2. Pembakuan baku sekunder ๏ƒ˜ isi buret dengan Na2S2O3 ๏ƒ˜ pipet 10,0 mL KIO3, masukan dalam erlemeyer. Tambahakan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL, tambahkan 1 gr serbuk KI. ๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat ๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda. ๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji
  • 54. N N CH3 O3SNa2 CH3 NH CH3 O N NH CH3 CH3 NH CH3 O ๏ƒ˜ Lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali. 3. Penetapan kadar ๏ƒ˜ Pindahkan sampel secara kuantitatif sampel dalam labu takar 100 mL ๏ƒ˜ Tambahkan sedikit air untuk melarutkannya ๏ƒ˜ Tambahkan air hingga 100 mL ๏ƒ˜ Pipet 10,0 mL sampel dari 100 mL sampel diatas, masukan kedalam erlemeyer ๏ƒ˜ Tambahkan asam sulfat 10 % sebanyak 5 mL dan tambahkan 1 gr serbuk KI ๏ƒ˜ Tutup erlemeyer dengan plastic dan ikat ๏ƒ˜ Titrasi dengan Na2S2O3hingga berwarna kuning muda ๏ƒ˜ Tambahkan ยฑ 1 pipet tetes kecil larutan kanji ๏ƒ˜ Lakukan titrasi hingga warna putih susu. Lakukan tritrasi sebanyak 3 kali V. Reaksi , data percobaan dan hasil perhitungan 1. Reaksi pembakuan baku sekunder KIO3 + KI + 6 H+ 2K+ + I2 + 3H2O I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 + KIO3 + KI + 6H+ + Na2S2O3 2K+ + 2NaI + Na2S4O6 + 3 H2O 2. Reaksi penetapan kadar I2 + H2O 2HI + H2O + NaHSO3 3. Data hasil pembakuan sekunder No Volume KIO3 (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata-
  • 55. rata 4. Data penetapan kadar No Volume metampyron (dlm mL) Volume Na2S2O3 (dalam mL) 1 10,0 2 10,0 3 10,0 Rata- rata 5. Perhitungan a. Normalitet Baku Primer (KIO3) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ = ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐’๐’‚๐’• ๐’™ ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ ๐’™ ๐‘ฝ๐’‚๐’๐’†๐’๐’”๐’Š ๐‘ด๐’“ ๐’๐’‚๐’• ๐‘ฟ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’‘๐’†๐’๐’ˆ๐’†๐’๐’„๐’†๐’“๐’‚๐’ b. Normalitet baku sekunder (Na2S2O3) ๐‘ต ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ = ๐‘ฝ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฟ ๐‘ต๐’๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’†๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’‘๐’“๐’Š๐’Ž๐’†๐’“ ๐‘ฝ๐’๐’๐’–๐’Ž๐’† ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’Œ๐’– ๐’”๐’†๐’Œ๐’–๐’๐’…๐’†๐’“ c. Penetapan kadar sampel ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง = ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’Ž. ๐’Ž๐’๐’๐’†๐’Œ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง = ๐‘ฝ. ๐‘น๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐’™ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ด๐’‚๐’”๐’”๐’‚ ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง = ๐‘ฝ. ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ โˆ’ ๐’“๐’‚๐’•๐’‚ ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ต ๐๐š๐Ÿ๐’๐Ÿ๐Ž๐Ÿ‘ ๐‘ฟ ๐‘ฉ๐‘ฌ ๐‚๐ฎ๐’๐Ž๐Ÿ’ Kadar ๐ฆ๐ž๐ญ๐ก๐š๐ฆ๐ฉ๐ข๐ซ๐จ๐ง dalam sampel (b/b) =
  • 56. Praktikum XXI Penurunan Titik Beku Larutan (โˆ†Tf) I. Tujuan praktikum Menentukan massa molekul relatif suatu sampel menggunakan metode penurunan titik beku II. Dasar teori Titik beku merupakan suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatnya,dengan kata lain titik beku adalah suhu dimana pada suhu tersebut, zat cair berubah menjadi padat. Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat terlarut dan sifat pelarut tersebut, pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0ยบc karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. suatu zat cair adalah suhu di mana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan uap pelarut murninya. Titik beku normal air adalah 0o C yang diukur pada tekanan 1 atm. Adanya zat terlarut mengakibatkan suatu pelarut semakin sulit membeku, akibatnya titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murninya. Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut murninya disebut penurunan titik beku larutan. โˆ†Tf = Tf o โ€“ Tf Keterangan : โˆ†Tf : Penurunan titik beku Tf : Titik beku larutan Tfยบ : Titik beku pelarut murni Titik beku tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi tergantung pada konsentrasi atau jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka semakin besar penurunan titik bekunya. โˆ†Tf ~ m
  • 57. Untuk larutan nonelektrolit berlaku persamaan : โˆ†Tf = Kf . m โˆ†Tf = penurunan titik beku larutan Kf = tetapan penurunan titik beku zat pelarut m = molal larutan Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan : โˆ†Tf = Kf . m . i = Kf . m . [ 1 + (n โ€“ 1) ฮฑ ] Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat terlarut dan sifat pelarut tersebut. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0ยฐ karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Keberadaan zat terlarut dalam suatu larutan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap jenuh pelarutnya dalam larutan tersebut dan hal ini menyebabkan titik beku larutan berkurang. Besarnya pengurangan titik beku suatu pelarut dalam larutannya tersebut kemudian dikenal sebagai penurunan titik beku. Jika zat terlarutnya merupakan zat non elektrolit, maka penurunan titik bekunya sebanding dengan molalitas larutan. Titik beku pelarut murni lebih tinggi dari pada titik beku larutan. Ini diakibatkan karena sebagian partikel air dan sebagian partikel-artikel terlarut membentuk ikatan baru. Sehingga ketika membeku, yang memilili titik beku paling tinggi yaitu air akan membeku terlebih dahulu kemudian diikuti oleh molekul larutan. Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya. Jadi, makin besar molaritas larutan, makin tinggi kenaikan titik didih larutan dan semakin tinggi pula penurunan titik beku larutan. Jumlah partikel yang lebih banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar membeku, sehingga membutuhkan suhu yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal inilah yang membuat titik beku larutan elektrolit lebih rendah. III. Alat dan Bahan 1) Alat yang dipakai : a. Termometer b. kertas timbang c. tabung reaksi d. sendok plastik e. becker gelas
  • 58. f. spatula g. gabus h. gelas ukur i. Timbangan analitik 2) Bahan yang digunakan : a. Es Batu b. Garam dapur c. Aquades d. Zat X (1,5 gr dalam 100 mL) IV. Prosedur Percobaan ddddsf Menimbang zat X sebanyak 1,5 gr, larutkan dengan aquades 100 mL Memasukkan ke dalam tabung reaksi sampai ยฝ volumenya beri termometer lalu tutup dengan gabus Menyiapkan becker gelas 500 ml, yang di isi dengan es batu Memasukkan tabung reaksi dan termometer ke dalam tabung Tentukanlah Senyawa X tersebut dengan melihat nilai Mr dari Senyawa tersebut, kemudian hitung % Kesalahannya Amatilah suhu yang tercapai ketika terjadi proses pembekuan zat tersebut
  • 59. PRAKTIKUM XXII Pengukuran Massa Jenis Suatu Larutan 1. Tujuan ๏ƒ˜ Praktikan dapat menghitung massa jenis air ๏ƒ˜ Praktikan dapat menghitung massa jenis urine 2. Dasar teori Massa jenis merupakan banyaknya massa tiap satuan volume. Suatu larutan memiliki massa jenis tertentu. Massa jenis bergantung pada jenis larutan dan kepekatan yang dimiliki masing-masing larutan. Massa jenis bernilai tetap meskipun dalam volume yang berbeda. Rumus untuk menghitung massa jenis suatu larutan adalah : V m ๏€ฝ๏ฒ Dengan diketahui : m = massa ฯ = massa jenis V = volume Urine adalah larutan hasil ekskresi sistem perkemihan. Urine diproduksi di ginjal dan disimpan dalam kandung kemih. Urine merupakan sisa-sisa dari penyaringan plasma di ginjal. Urine mengandung komponen-komponen tertentu antara lain : Komposisi Gram/24 jam Air 12,00 - 14,00 Urea 25,00 - 28,50 Asam urat 0,60 Kreatin 1,50 Amonia 0,70 Asam kipurat 0,60 Allantoin 0,01 Hidrat arang 0,90 Asam oksalat 0,02
  • 60. Asam laktat 0,01 Keton (aseton) 0,01 Asam amino 3,00 Klorida 12,00 Asam fosfat 2,30 Asam sulfat 1,80 K+ 2,00 Na+ 6,00 Ca+ 0,20 Mg2- 0,20 Fe3+ 0,01 Kurnadi (2008) menyatakan bahwa komposisi, pH, dan volume urin seseorang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh (homeostatis) akan zat-zat tertentu, pengeluaran racun, dan pengeluaran asam tubuh yang tergantung jenis makanan dan volume air yang diminum. Menurut Sasmita (1986), urin normal biasanya berwarna jernih, atau sedikit kuning yang disebabkan oleh pigmen urokrom (bilirubin dan biliverdin). Massa jenis urin yaitu ยฑ 1,005-1,04. Lebih lanjut Kurnadi (2008) menjelaskan bahwa semakin pekat urin yang ditunjukkan dengan warna makin kuning hingga coklat berarti makin tinggi berat jenisnya. Urin yang keruh biasanya menunjukkan adanya kristal-kristal garam atau lendir. Berat jenis lendir yang normal yaitu antara 1,002-1,035. Bila dibiarkan beberapa lama urin akan berbau pesing karena terbentuk amoniak (NH3 ) dari urin atau dari amonium. Volume urin yang normal pada manusia dewasa adalah 900-2100 cc per hari dengan pH normal antara 4,50-8,00. Menurut Kurnadi (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi volume urine yakni: 1. Kekentalan cairan tubuh 2. Suhu udara 3. Obat-obatan diuretika 4. Kondisi stress 5. Konsumsi alkohol, kopi, aminophyllin (obat asthma) dan digitalis (obat jantung) dapat meningkatkan volume urin.
  • 61. 3. Alat dan Bahan a. Alat ๏ƒ˜ Piknometer ๏ƒ˜ Neraca Analitik ๏ƒ˜ Dry Heat Oven ๏ƒ˜ Wadah sampel(Pot Urine) ๏ƒ˜ Corong b. Bahan ๏ƒ˜ Aquades ๏ƒ˜ Urine A ๏ƒ˜ Urine B 4. Prosedur Praktikum 1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan 2. Lakukan penimbangan piknometer sebanyak 3 kali 3. Mengisi piknometer dengan aquades sampai penuh kemudian menghangatkannya dengan suhu 310 C selama 10 menit 4. Lakukan penimbangan pikonometer yang berisi aquades sebanyak 3 kali 5. Hitunglah selisih berat aquades, berat aquades deugunakan untuk mencari massa jenis aquades 6. Melakukan hal yang sama untuk menghitung massa jenis urine A dan urine B 5. Tabel Data Percobaan No Berat Piknometer Kosong Berat Aquades + Piknometer ๏ฒ Aquades Berat Urine A + Piknometer ๏ฒ Urine A Berat Urine B + Piknometer ๏ฒ Urine B 1 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ 2 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ 3 ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ Jumlah ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ Rata- rata ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ Volume Piknometer adalah 50 ml
  • 62. PRAKTIKUM XXIII Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi I. Tujuan Percobaan Mempelajari Pengaruh Perubahan Suhu Pada Laju Reaksi II. Dasar Teori Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat reaksi-reaksi kimia dengan kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti petasanyang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti pengkaratan besi. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat reaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah pereaksinya akan semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi per satuan waktu. Waktu yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, maupun tahun, tergantung pada lamanya reaksi berlangsung. Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu konsentrasi, suhu, luas permukaan, tekanan dan katalis. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu. Laju reaksi = Perubahan konsentrasi Satuan waktu Laju reaksi juga dapat di percepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Ketika suhunya dinaikkan maka laju reaksi akan meningkat pula. Sebagai perkiraan kasar, sebagai perkiraan besar, sebagai reaksi berlangsung dengan suhu ruangan maka laju reaksi akan berlipat ganda setiap kenaikan 100 C Perkiraan ini bukan keadaan yang mutlak dan tidak bisa diterapkan pada seluruh reaksi. Bahkan bila pun mendekati benar, laju reaksi akan berlipat ganda setiap 90 C atau 110 C atau setiap suhu tertentu. Angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipat gandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya suhu. Beberapa reaksi pada hakikatnya sangat cepat, sebagai contoh reaksi perpanasan melibatkan ion yang terlarut menjadi zat padat yang tidak larut, atau reaksi ion hidrogen dengan asam dan ion hidroksi dari Alkali didalam larutan, sehingga memanaskan salah satu dari contoh ini tidak memperoleh perbedaan laju reaksi yang baik di laboratorium maupun industri akan berlangsung lebih cepat apabila di panaskan. Percobaan ini bersifat semi kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi. Reaksi yang diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang diperlukan agar koloid
  • 63. belerang mencapai intensitas tertentu. Reaksi pengendapan belerang dapat ditulis sebagai berikut: S2O3 2- (aq) + 2H+ (aq) H2O(I) + SO2(g) + S(s) Pengaruh suhu adalah dengan bertambahnya suhu, bila suhu dinaikkan maka semakin cepat laju reaksi kimianya. Karena dengan bertambahnya suhu maka partikel zat reaktan akan semakin cepat bergerak atau dengan kata lain kemungkinan terjadi tumbukan antar partikel semakin besar. V =k.[A]x .[B]y k = tetapan laju reaksi x = orde reaksi untuk A y = orde reaksi untuk B Laju Reaksi (v)Relatif = 1/waktu III. Alat dan Bahan Alat yang dipakai : a) Tabung reaksi b) Beker glas c) Kertas d) Alat pemanas e) Spatula f) Penjepit g) Termometer Bahan yang digunakan : a) Na-tiosulfat b) HCL IV. Prosedur Percobaan 1. Tempatkan 25 ml natrium tiosulfat x M dalam gelas ukur yang mempunyai alas rata. 2. Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih tepat diatas tanda silang hitam yang dibuat pada kertas putih tsb, sehingga ketika dilihat dari atas melalui larutan tiosulfat, tanda silang itu jelas terlihat. 3. Tambahkan 25 ml x M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan stop watch. Larutan diaduk agar pencampuran menjadi merata, sementara pengamatan dari atas tetap dilakukan. 4. Catat waktu yanag diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari atas.
  • 64. V. Data Hasil Percobaan : Kelompok 25 mL Na2S2O3 25 mL HCl t (Waktu) detik 1 0,1 M 0,1 M ... 2 0,1 M 0,2 M ... 3 0,2 M 0,2 M ... 4 0,4 M 0,2 M ... 5 0,4 M 0,4 M ... 6 0,5 M 0,4 M TUGAS PERHITUNGAN 1. Perkirakanlah waktu yang dibutuhkan pada proses pencampuran 25 ml Na2S2O3 0,6 M dengan 25 mL HCl 0,4 M !
  • 65. PRAKTIKUM XXIV Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan I. TUJUAN : a. Percobaan I Mengamati pergeseran kesetimbangan pada senyawa Fe3SCN dengan penambahan salah satu komponennya Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan asas Le Chatelier b. Percobaan II Untuk membuktikan adanya reaksi dapat balik. c. Percobaan III Mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap sistem kesetimbangan. II. DASAR TEORI: a. Asas La Chatelier Asas La Chatelier menyatakan: โ€œBila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil- kecilnya.โ€ Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. b. Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan Apabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. c. Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan. Pengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh pada zat yang berwujud gas. Dan jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil reaksi. Jika tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil.
  • 66. Jika tekanan di perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang besar. d. Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan. Menurut Vant Haff, Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). Bila suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm). III. ALAT DAN BAHAN 1. Percobaan I ALAT: 1. Gelas ukur 25 ml 2. Gelas kimia 100 ml 3. Pengaduk 4. Tabung reaksi 5. Pipa tetes BAHAN: 1. KSCN I M 2. FeCl3 1 M 3. FeCl3 pekat 4. KSCN pekat 5. Kristal dinatrium hydrogen fosfat (Na2HPO4) 2. Percobaan II Alat 1. Tabung reaksi + rak 2. Spatula 3. Pipa tetes 4. Silinder ukur 5. Neraca Bahan
  • 67. 1. Aquadest 2. PbSO4 padat 3. Larutan KI 1 M 4. Larutan K2SO4 1 M 3. Percobaan III Alat 1. Cawan Penguap 2. Bunsen, kaki tiga, kawat kasa 3. Gabus 4. Neraca Bahan 1. Padatan CuSO45H2O 2. Air IV. PROSEDUR KERJA 1. Percobaan I a. Masukkan 25 ml air ke dalam gelas kimia. Tambahkan 2 tetes larutan KSCN 1 M dan 2 tetes larutan FeCl3 1 M. Aduk larutan, kemudian bagi larutan sama banyak ke dalam 5 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai pembanding. b. Tambahkan kedalam 4 tabung reaksi, masing-masing : ๏‚ท 1 tetes larutan pekat KSCN pada tabung reaksi 2 ๏‚ท 1 tetes larutan pekat FeCl3 pada tabung reaksi 3 ๏‚ท Sedikit Kristal Na2HPO4 pada tabung reaksi 4 ๏‚ท 5 ml air pada tabung reaksi 5 c. Guncangkan tabung reaksi-tabung reaksi tersebut dan bandingkan warna larutan dari tiap-tiap tabung reaksi dengan tabung reaksi 1 (lihat dari atas tabung reaksi ke bawah) 2. Percobaan II a. Masukkan 1 spatula PbSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5 mL larutan KI 1 M. Aduk campuran dan catat hasil pengamatan anda
  • 68. b. Dekantasi (mengendapkan larutan kemudian membuangnya), kemudian cuci endapan dengan aquades dan endapkan kemudian buang larutannya sebanyak 10 kali c. Kemudian tambahkan larutan K2SO4 1 M sebanyak 5 mL,kemudian aduk dan hasil pengamatan d. Dekantasi lagi larutannya,dan cuci dengan aquades kemudian tambahkan dengan larutan Kl 1 M 3. Percobaan III a. Panaskan 10 gr CuSO45H2O dalam cawan penguap. Amati perubahan warna yang terjadi. b. Biarkan padatan mendingin, setelah dingin, tetesi dengan air. Amati perubahan yang terjadi. c. Tuliskan pengamatan anda dalam bentuk table.
  • 69. PERCOBAAN XXV DAN XXVI UJI KINERJA, KALIBRASI DAN PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS MINI 1240 I. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat melakukn uji kinerja dan mengkalibrasi spektrofotometer sebelum digunakan untuk praktikum selanjutnya 2. Mahasiswa mahir menggunakan spektrofotometer II. Dasar teori Dalam bidang kimia, pengukuran analitik memiliki peranan yang sangat penting .Tujuan dari pengukuran analitik ini adalah untuk menentukan โ€œnilai sebenarnyaโ€dari suatu parameter kuantitas kimia, seperti konsentrasi, pH, nilai absorbansi maupun transmittance dari pengukuran dengan spektrofotometer UV-VIS. โ€œNilai sebenarnyaโ€ adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar dan didefenisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut diukur. Beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik adalah konsentrasi, pH, temperature, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain-lain. Dalam pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari factor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut ini hanya bias diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain adalah ๏‚ท factor bahan kimia, ๏‚ท peralatan, analis, ๏‚ท kondisi pengukuran dan lain-lain. . Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi
  • 70. Apa perbedaan Validasi, Verifikasi dan Kalibrasi? Salah satu hal yang dilakukan setelah membuat suatu metode analisis baru adalah melakukan validasi. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misalnya dari AOAC, ASTM dan lainnya) , namun baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu , biasanya tidak perlu dilakukan validasi, hanya verifikasi.Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi. Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam metode validasi adalah : 1. Akurasi ( kecermatan ) 2. Presisi ( keseksamaan ) 3. Selektivitas 4. Lineanitas dan rentang 5. Batas deteksi dan batas kuantitasi 6. Ketangguhan metode ( ruggedness ) 7. Kekuatan (robustness ) Sedangkan pengertian kalibrasi menurut ISO / EC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM ) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang di tunjukkan oleh instrumen ukur atau system pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah di ketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur ( traceable ) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau di telusur sampai ke standar yang lebih tinggi atau teliti ( standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
  • 71. Manfaat kalibrasi adalah : 1. Mendukung system mutu yang di terapkan di berbagai industry pada peralatan laboratorium dan produksi yang di miliki. 2. Mengetahui seberapa jauh perbedaan ( penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. Prinsip Dasar Kalibrasi 1. Obyek ukur ( Unit Under test) 2. Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur/ Metode standar ( Mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah teruji (diverifikasi) ) 3. Operator /teknisi ( Dipersyaratkan operator / teknisi yang mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat) ) 4. Lingkungan yang dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, gangguan factor lingkungan luar selalu diminimalkanโ€”-sumber ketidakpastian pengukuran) Sementara internal kalibrasi adalah : 1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodic 2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian dan pemeliharaan 3. Bisa dinyatakan dalam berbagai cara yaitu : dengan waktu kalender dan dengan waktu pemakaian kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu tercapai. Bagaimana mengkalibrasi Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometer UV-VIS banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi senyawa- senyawa yang dapat menyerap radiiasi pada daerah ultraviolet (200 โ€“ 400 nm) atau daerah sinar tampak ( 400 โ€“ 800 nm) (Sastromidjojo,1991). Analisis dengan instrument ini dilakukan dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah aplikasi dari hukum Lambert-Beer, yaitu :
  • 72. A = - log T = - log I / I = x. b. C Dimana : A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur x = Koefisien ekstingsi T = Transmitansi b = Tebal kuvet yang digunakan I = Intensitas sinar masuk I = Intensitas sinar yang diteruskan C = konsentrasi dari sampel Faktor penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan spectrophotometer adalah : 1. Adanya serapan oleh pelarut Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain komponen yang akan dianalisis. 2. Serapan oleh kuvet Kuvet yang dapat digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini dapat diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran dan bahan kuvet yang sama untuk tempat blanko dan sample. 3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi , sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan ) III. Alat dan bahan Alat Spektrofotometer UV-VIS mini 1240 Bahan Larutan H2SO4 0,005 M 1 liter
  • 73. Larutan K2Cr2O7 Larutan H2SO4 1 % 1 liter Larutan CuSO4 0,08 M 1 liter IV. Prosedur percobaan PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM III PEMBUATAN REAGENSIA ๏ƒ˜ H2SO4 0,005 M Ukur 0,05 ml H2SO4 pekat, encerkan dengan aquades hingga 1 liter. ๏ƒ˜ Larutan K2Cr2O7 Timbang 60 mg ยฑ 0,25 mg K2Cr2O7 kemudian larutkan dalam 1000 ml H2SO4 0,005 M. ๏ƒ˜ H2SO4 1 % Ukur 10 ml H2SO4 pekat, encerkan dengan aquades dalam 1000 ml aquades. ๏ƒ˜ Larutan CuSO4 Timbang 20,0 gram CuSO4.5H2O, kemudian larutkan dalam 1000 ml H2SO4 1 %. PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS MINI UV PHOTOMETRIC fungsi : untuk mengukur absorban atau % transmittan pada panjang gelombang tertentu Prosedur : 1) Tekan [1] PHOTOMETRIC pada keypad 2) Tekan [GO TO WL] ๏ƒ  masukkan numeric panjang gelombang yang diinginkan ๏ƒ  [ENTER] 3) Tekan [F1] untuk mengubah mode pengukuran dari ABS ke %T dan sebaliknya 4) Masukkan kuvet yang berisi larutan blangko ke dalam kompartemen sampel 5) Tekan [AUTOZERO] untuk mengenolkan sinyal 6) Ganti kuvet yang berisi larutan blangko dengan kuvet yang berisi sampel yang akan dianalisa 7) Tekan [START] untuk membaca nilai absorban (ABS) atau transmittannya (%T) 8) Ulangi langkah 6 โ€“ 7 untuk sampel berikutnya SPECTRUM fungsi : scanning sampel pada range panjang gelombang tertentu untuk mengukur besarnya panjang gelombang dimana absorban atau % transmittan maksimal dari sampel
  • 74. Prosedur : 1) Tekan [2] SPECTRUM pada keypad 2) Ganti parameter sesuai kebutuhan : 1. Meas Mode : untuk memilih mode pengukuran (ABS, %T, atau E) Tekan [1] ๏ƒ  Pilih dengan menekan tombol โ†‘ atau โ†“ ๏ƒ  [ENTER] 2. ๏ฌ Range : Tekan [2] ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur range panjang gelombang tertinggi ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur panjang gelombang terendah ๏ƒ [ENTER] 3. Rec Range : untuk mengatur skala sumbu y (ABS, %T, atau E) yang akan ditampilkan. Tekan [3] ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur range terendah ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  atur range tertinggi ๏ƒ  [ENTER] 4. Scan Speed : Tekan [4] ๏ƒ  Pilih kecepatan scan (very slow โ€“ very fast) dengan menekan tombol โ†‘ atau โ†“ ๏ƒ  [ENTER] 5. No. Of Scan : untuk mengatur banyaknya pengukuran yang akan dilakukan. Tekan [5] ๏ƒ  [1] / [2] / [3], dst ๏ƒ  [ENTER] 6. Display Mode : untuk mengatur macam tampilan pada layar. Tekan [6] ๏ƒ  Sequential / Overlay 3) Masukkan kuvet yang berisi larutan blangko ke dalam kompartemen sampel 4) Tekan [F1] (BassCorr) untuk melakukan koreksi baseline ๏ƒ  tunggu hingga selesai 5) Ganti kuvet dengan kuvet yang berisi larutan sampel ๏ƒ  [START] 6) Untuk mencetak spektrum tekan [PRINT] 7) Untuk melihat puncak spektrum hasil analisa tekan [F2] PEAK 8) Untuk mengubah ke tabel lembah tekan [F4] VALLEY QUANTITATIVE fungsi : digunakan untuk analisa kuantitatif sampel dengan cara : a) membandingkan sampel terhadap satu konsentrasi standar (single point calibration curve method) b) membandingkan sampel dengan kurva standar yang dibuat dengan lebih dari satu konsentrasi standar ( multi point calibration method) c) membandingkan standar dengan suatu kurva yang telah diketahui nilai K dan B-nya terlebih dahulu (K-Faktor Method) Prosedur :
  • 75. 1) Tekan [3] QUANTITATIVE pada keypad 2) Ubah parameter analisa : 1. MEAS : Tekan [1] ๏ƒ tekan [1] 1 ๏ฌ / [2] 2 ๏ฌ / [3] 3 ๏ฌ ๏ƒ  masukkan numeric panjang gelombang ๏ƒ  [ENTER] 2. METHOD : Tekan [2] ๏ƒ  pilih metode yang diinginkan a. K-Faktor ( C = K*ABS + B ) Tekan [1] ๏ƒ  isi nilai K ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  isi nilai B ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  masukkan kuvet berisi larutan blangko ๏ƒ  [AUTOZERO] ๏ƒ  lanjut ke prosedur 3) b. Single Point (C = K*ABS, K diperoleh dari satu konsentrasi standar) Tekan [2] ๏ƒ  isi konsentrasi standar ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  bila nilai absorbansi standar sudah diketahui tekan [1] (Key In) ๏ƒ  masukkan nilai absorbansi ๏ƒ  [ENTER]; bila nilai absorbansi belum diketahui tekan [2] (Measure) ๏ƒ masukkan kuvet berisi larutan blangko ๏ƒ  [AUTOZERO] ๏ƒ  masukkan kuvet berisi larutan standar ๏ƒ  [START] ๏ƒ  lanjut ke prosedur 3) c. Multi Point Tekan [3] ๏ƒ  isi jumlah konsentrasi standar yang akan digunakan ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  [1] (order) ๏ƒ  [ENTER] ๏ƒ  pilih melewati nol (zero intercept) atau tidak ๏ƒ  [START] ๏ƒ  isi konsentrasi standar yang digunakan ๏ƒ  isi nilai absorban dengan menekan [1] bila nilainya sudah diketahui atau [2] bila belum diketahui ๏ƒ  lanjut ke prosedur 3) 3. No of Meas : Tekan [3] ๏ƒ  isi banyaknya pengulangan yang akan dilakukan ๏ƒ  [ENTER] 4. Unit : Tekan [4] ๏ƒ  pilih unit pengukuran yang diinginkan dengan menekan numeriknya ๏ƒ  [ENTER] 5. Data Print : Tekan [5] ๏ƒ  YES (bila hasil langsung diprint) / NO (bila hasil tidak diprint) Langkah 3) โ€“ 4) hanya untuk multipoint method, untuk K-faktor dan single point langsung langsung ke 5)