SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Identitas Pasien Nama : Tn. O Umur : 69 th Jenis kelamin : Laki-laki Status :
Menikah Alamat : Kersamenak Suku : Sunda Agama : Islam Med Rek :01628778 Tanggal
masuk RS :19 Agustus 2013 Tanggal Pemeriksaan :23 Agustus 2013 Anamnesis
Dilakukan secara : Autoanamnesis Tanggal : 23 Agustus 2013 Keluhan Utama Sulit
buang air kecil (BAK) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh sulit buang air
kecil sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Buang air kecil selalu terputus-
putus dan terasa nyeri. Pasien merasa tid ak puas mengeluarkan air kencingnya,
seperti masih terdapat sisa sesudah kencin g. Pasien harus mengedan saat buang
air kecil. Pasien selalu merasa ingin buang air kecil dan tidak bisa menahan
pada saat ingin buang air kecil. Riwayat ingin kencing di malam hari diakui
pasien sebanyak 3-4 kali perh ari. Air kencing yang keluar berwarna kuning yang
kadang disertai sedikit darah. Riwayat buang air kecil berpasir diakui. Keluhan
tanpa disertai demam. Riwayat pernah terjatuh atau terbentur pada bagian perut
bawah disangkal pasien. Riwayat penyakit darah tinggi disangkal. Riwayat
Penyakit Dahulu Riwayat menderita penyakit hipertensi diakui, penyakit jantung
disangkal, riwaya t penyakit DM disangkal, riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini di
keluarga. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran :
Compos mentis Status gizi : Cukup Tandi vital : Tekanan Darah 170/100 mmHg Nadi
92 x/menit Respirasi 22 x/menit Suhu 36,8 oc Kepala Mata : Konjungtiva Anemis
-/Sklera ikterik -/Reflek pupil +/+ Hidung : Epistaksis -/Deviasi septum (-)
Krepitasi (-) PCH (-) Mulut : Sianosis peri oral (-), faring tidak hiperemis
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-) Thoraks Inspeksi : Hemitorak
simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan din amis Palpasi : Fremitus
vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, Nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor pada
kedua hemitorak Auskultasi : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/-,
wheezing -/Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur sistolik (+), Ga llop
(-)
Abdomen Inspeksi : Tampak datar, simetris, massa (-), kelainan kulit (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : Timpani di seluruh kuadran
abdomen, Nyeri ketok (-) Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
pembesaran Ekstremitas Superior dex. dan sin. : Tonus otot : baik Gerakan :
aktif / aktif Edema : -/Massa : -/Kekuatan : 5/5 Inferior dex. dan sin. : Tonus
otot Gerakan : Edema : Massa : Kekuatan : : baik aktif/ aktif (-) (-) 5/5
Status Urologis: a/r lumbalis dext et sin : ballottement -/-, nyeri tekan -/-,
nyeri ketok CVA -/a/r Suprapubis : kesan kandung kemih tidak penuh, nyeri tekan
(-) a/r genitalia eksterna : terpasang kateter foley, meatal stenosis (-),
testis d an epididimis dalam batas normal Rectal Toucher Spincter Ani : kuat
Ampula : tidak kolaps Prostat : konsistensi kenyal Mukosa licin, tidak ada nodul
Simetris, berat ± 80 gram Nyeri tekan (-), darah (-), feses (+), lendir (-)
Skor Madsen Iversen : Pancaran : Lemah (3) Mengedan : Ya (2) Harus menunggu : Ya
(3) BAK terputus-putus : Ya (3) Tidak lampias : Berubah-ubah (1) Inkontinensia :
tidak (0) BAK sulit ditunda : Sedang (2) Kencing malam hari : 3-4 (2) Kencing
siang hari : setiap 1-2 jam/x (2) Jumlah skor : 18 (sedang) Pemeriksaan
Penunjang Laboratorium Tgl 25 Juni 2012 Darah rutin -Hb -Ht -Eritrosit -Leukosit
-Trombosit Kimia klinik -Protein total -Albumin -SGOT -SGPT -Ureum : 48
-Kreatinin -GDS
: : : : : : : : :
11,7 36 3,89 11.300 300.000 8.27 3,78 151 156 (15-50)
(12-16 g/dL) (37-47 %) (4,3-6,0 juta/dL) (4400-11500 /uL) (150000-400000 /uL)
(6,6-8,7 g/dL) (3,5-5 mg/dL) (s/d 37 U/L) (s/d 40 U/L) (0,5-1,5 mg/dL) (<140
mg/dL)
: 1.73 : 134
Ro Thorak : dalam Diagnosis Banding Retensio urin e.c Retensio urin e.c Diagnosa
Kerja Retensio urin e.c
batas normal Benign Prostat Hiperplasia Carsinoma Prostat Benign Prostat
Hiperplasia dengan HT GII
Pemeriksaan Penunjang Lab darah rutin + kimia darah ( SGPT, SGOT, Ureum,
Kreatinin, GDS, Na, K) pre-op Thorak foto (pre-op), BNO-IVP EKG PSA USG trans
abdominal Penatalaksanaan Umum : Informed Consent tentang penyakit yang diderita
dan hal-hal yang mungkin dapat m emperburuk keluhan, misalnya: 1. Jangan
mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam 2. Kurangi konsumsi makanan
atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi a tau coklat) 3. Batasi penggunaan
obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin 4. Kurangi makanan asin 5.
Jangan menahan kecing terlalu lama Khusus : Infus RL 20 ggt/mnt DC Asam
mefenamat 3 x 500mg Konsul IPD Rencana Operasi (Prostatektomi) Prognosis: Quo ad
vitam Quo ad functionam : ad bonam : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN BENIGN PROSTATE HYPERTROFIA (BPH) Definisi Benign Prostate
Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenja r periuretral
prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi simpai bedah. Anatomi Prostat Prostat merupakan kelenjar
berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fi bromuskuler, yang terletak
di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bag ian proksimal uretra
(uretra pars prostatika) dan berada di sebelah anterior rek tum. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram,
dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling j auh 4 cm
dengan tebal 2,5 cm. Gambar 1. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : 1. lobus medius 2. lobus lateralis (2
lobus) 3. lobus anterior 4. lobus posterior Selama perkembangannya lobus medius,
lobus anterior, lobus posterior akan menjad i satu dan disebut lobus medius
saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil
dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan
seperti susu, kista ini disebut kelenjar prost at. Mc Neal (1976) membagi
kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transis ional yang
letaknya proximal dari spincter externus di kedua sisi dari verumonta num dan di
zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume
prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona peri fer.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari : 1. Kapsul anatomi 2.
Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler 3.
Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian, a. Bagian luar disebut
kelenjar prostat sebenarnya. b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa,
lapisan ini disebut juga sebag ai adenomatous zone c. Disekitar uretra disebut
periurethral gland Pada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis : 1. Kapsul
anatomis 2. Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat
yang sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul 3. Kapsul yang terbentuk
dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (i nner zone) dan bagian luar
(outer zone) dari kelenjar prostat.
Gambar 2. Penampang kapsul prostat
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung ban
yak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior d
aripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadiny
a perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalam
i hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. Vaskularisasi
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (c
abang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium
inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-caban
g dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. P
enyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1. Kelompok
arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prost atic
junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar
periurethral. 2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi
beberapa cabang yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar
paraurethral). Aliran Limfe Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus
di peri prostat yang kemudia n bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama,
yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan
sakral. Persarafan Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus
simpatikus dari Hip ogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.
Fisiologi Prostat Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang
menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-
32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat
dibawah pengaruh Androg en Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian
Stilbestrol. Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti
penyebab terjadinya hiperplas ia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (m enjadi tua). Beberapa teori atau
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1.
Teori Hormonal Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi
maka tidak terjad i BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi.
Selain androgen (tes tosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH.
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu
antara hormon testoster on dan hormon estrogen, karena produksi testosteron
menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa
di perifer dengan pertolonga n enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan
merangsang terjadinya hiperpla sia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testosteron diperlukan untuk inisi asi terjadinya proliferasi sel tetapi
kemudian estrogenlah yang berperan untuk p erkembangan stroma. Kemungkinan lain
ialah perubahan konsentrasi relatif testost eron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan la in yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat. Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat
diperoleh kesimpulan, bahwa da lam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise
akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol
pertumbuhan prostat. Dengan makin bertamba hnya usia, akan terjadi penurunan
dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang
progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengaki batkan hormon gonadotropin akan
sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari
fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar
uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi
terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan) Peranan dari growth factor ini
sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prosta t. Terdapat empat peptic
growth factor yaitu; basic transforming growth factor, tra nsforming growth
factor ?1, transforming growth factor ?2, dan epidermal growth factor. 3. Teori
Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel yan g Mati 4.
Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) Seperti pada organ lain, prostat dalam hal
ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan
steady state , antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini
disebabkan adanya kadar testosteron tertentu da lam jaringan prostat yang dapat
mempengaruhi sel stem sehingga dapat berprolifer asi. Pada keadaan tertentu
jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat.
Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menye babkan produksi atau
proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi
berlebihan. Teori Dihydro Testosteron (DHT) Testosteron yang dihasilkan oleh sel
leydig pada testis (90%) dan sebagi an dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam
peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding
globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron
bebas inilah yang bisa masuk ke dalam targ et cell yaitu sel prostat melewati
membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron
direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhi dro testosteron yang
kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex .
Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi rese ptor, menjadi
nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin
dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese pr otein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat. Teori Reawakening Mc Neal
tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pa da kelenjar
periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular buddi ng
kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik.
Persamaan epitelial budding dan glandular morphogenesis yang terjadi pada embrio
d engan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya reawakening yaitu
jar ingan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga
jarin gan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya,
sehingga teor i ini terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic
induction potential of prostatic stroma during adult hood. Selain teori-teori di
atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tent ang penyebab terjadinya BPH
seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari
zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan
seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang kesemu anya tersebut masih belum
jelas hubungan sebab-akibatnya. Patofisiologi Pembesaran prostat menyebabkan
penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesik al. Untuk dapat
mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan
itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anat omik dari buli-
buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya s elula, sakula,
dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebu t fase
kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai
keluhan pada sal uran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom
(LUTS) yang dahulu dik enal dengan gejala-gejala prostatismus. 6. 5.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluru
h bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua
muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter at
au terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengak
ibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal g
injal. Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala
yaitu ko mponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan
dengan ada nya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars
prostatika seh ingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal)
sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang
merupakan alpha a drenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor
akan menghasilkan k ontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen
dinamik ini tergant ung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung
dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik. Gambaran Klinis BPH Gejala
hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun k eluhan
di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif d an gejala
iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars
prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot de
trusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terp
utus-putus. Gejalanya ialah : 1. Harus menunggu pada permulaan miksi
(Hesistancy) 2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream) 3. Miksi terputus
(Intermittency) 4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) 5. Rasa belum
puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying) . Manifestasi
klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih terg antung tiga
faktor, yaitu : 1. Volume kelenjar periuretral 2. Elastisitas leher vesika, otot
polos prostat dan kapsul prostat 3. Kekuatan kontraksi otot detrusor Tidak semua
prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga me skipun
volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot
polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensas i
dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum diras
akan. Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang
tidak se mpurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot
detrusor kare na pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga
vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah : 1.
Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) 2. Nokturia 3. Miksi sulit ditahan
(Urgency) 4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi) Gejala-gejala tersebut diatas
sering disebut sindroma prostatismus. Secara klini s derajat berat gejala
prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <
50 ml Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml Grade III: Retensi
urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + si sa urin > 150 ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, W
HO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut S
kor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Sco
re). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 s
ampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi n
ilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam
3 derajat, yaitu: - Ringan : skor 0-7 - Sedang : skor 8-19 - Berat : skor 20-35
Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untu
k mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami ke
payahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dala
m bentuk retensi urin akut. Faktor pencetus Kompensasi Dekompensasi (LUTS)
Retensi urin Inkontinensia paradoksa International Prostatic Symptom Score
Pertanyaan Jawaban dan skor Keluhan pada bulan terakhir Tidak sekali <20% <50%
50% >50% Hampir selalu a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah
berkemih 0 1 2 3 4 5 b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam waktu 2 menit 0 1 2
3 4 5 c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti sewaktu berkemih 0 1 2 3 4 5 d.
Berapa kali anda tidak dapat menahan untuk berkemih 0 1 2 3 4 5 e. Beraapa kali
terjadi arus lemah sewaktu memulai kencing 0 1 2 3 4 5 f. Berapa keli terjadi
bangun tidur anda kesulitan memulai untuk berkemih 0 1 2 3 4 5 g. Berapa kali
anda bangun untuk berkemih di malam hari 0 1 2 3 4 5 Jumlah nilai : 0 = baik
sekali 3 = kurang 1 = baik 4 = buruk 2 = kurang baik 5 = buruk sekali Timbulnya
dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor p encetus,
antara lain: o Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca
dingin, m enahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman
yang mengandu ng diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang
berlebihan o Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas
seks ual atau mengalami infeksi prostat akut o Setelah mengkonsumsi obat-obatan
yang dapat menurunkan kontraksi otot de trusor atau yang dapat mempersempit
leher vesica urinaria, antara lain: golongan antikolinergik atau alfa
adrenergik. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit
hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara
lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupak an tanda dari
hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis. 3.
Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena
mengeluh adanya hernia inguinalis a tau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini
karena sering mengejan pada saat miks i sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intraabdominal.
Tanda a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal
Examination (DRE) sangat penting. Pe meriksaan colok dubur dapat memberikan
gambaran tentang keadaan tonus spingter a ni, reflek bulbo cavernosus, mukosa
rektum, adanya kelainan lain seperti benjola n pada di dalam rektum dan tentu
saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan : a. Konsistensi
prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) b. Adakah asimetris c.
Adakah nodul pada prostate d. Apakah batas atas dapat diraba e. Sulcus medianus
prostate f. Adakah krepitasi Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan
konsistensi prostat kenyal sepe rti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri
simetris dan tidak didapatkan nod ul. Sedangkan pada carcinoma prostat,
konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan di antara lobus prostat
tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat ak an teraba krepitasi.
Gambar 3. Pemeriksaan colok dubur BPH Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi
kelainan pada traktus urinaria bagian at as kadang-kadang ginjal dapat teraba
dan apabila sudah terjadi pielonefritis aka n disertai sakit pinggang dan nyeri
ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat t eraba apabila sudah terjadi retensi
total, daerah inguinal harus mulai diperhati kan untuk mengetahui adanya hernia.
Genitalia eksterna harus pula diperiksa untu k melihat adanya kemungkinan sebab
yang lain yang dapat menyebabkan gangguan mik si seperti batu di fossa
navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretr a, fimosis, condiloma di
daerah meatus. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi
penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan
kadang terdapat ny eri tekan supra simfisis. b. Pemeriksaan laboratorium Darah :
Ureum dan Kreatinin Gula darah Elektrolit Blood urea nitrogen Prostate Specific
Antigen (PSA) Urin : Kultur urin + sensitifitas test Urinalisis dan pemeriksaan
mikroskopik Sedimen C. Pemeriksaan pencitraan Foto polos abdomen (BNO) Dari sini
dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu salu ran
kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk mengeta hui
adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. Pielografi Intravena (IVP)
Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filli ng
defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter m
embelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Mengetahui adanya
kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli abekulasi,
divertikel atau sakulasi buli buli. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya
residu urin
buli yaitu adanya tr
Sistogram retrograd Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi
urin, maka sistogra m retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
Transrektal Ultrasonografi (TRUS) Deteksi pembesaran prostat Mengukur volume
residu urin MRI atau CT jarang dilakukan Digunakan untuk melihat pembesaran
prostat dan dengan bermacam macam potongan.
Gambar 4. Mikroskopis Hiperplasia Prostat Jinak d. Pemeriksaan lain Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
Daya kontraksi otot detrusor Tekanan intravesica Resistensi uretra Angka normal
laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran me ndekati 20
ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml /detik
dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin
lemah pancaran urin yang dihasilkan. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Studies) Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan
uroflowmetri tidak d apat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau
daya kontraksi otot det rusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut
dilakukan pemeriksaan te kanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths
Nomogram. Dengan cara ini mak a sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran
urin dapat diukur. Pemeriksaan Volume Residu Urin Volume residu urin setelah
miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sed erhana dengan memasang
kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal. Pemeriksaan
sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun kurang akurat) de ngan membuat foto
post voiding atau USG. Diagnosis Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan
melalui : 1. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif 2. Pemeriksaan
fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba se bagai prostat yang
membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, asimetri dan me nonjol ke dalam
rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat batas atas sem akin sulit
untuk diraba. 3. Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada
tidaknya kompli kasi. 4. Pemeriksaan pencitraan : Pada pielografi intravena
terlihat adanya lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau ujung
distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Dengan trans rectal
ultra sonography (TRUS), dapat terlihat prostat y ang membesar. 5.
Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang. 6. Mengukur volume residu
urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume re sidu urin yang meningkat
sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml dia nggap sebagai batas
indikasi untuk melakukan intervensi).
Diagnosis Banding 1. Kelemahan detrusor kandung kemih a. kelainan medula
spinalis b. neuropatia diabetes mellitus c. pasca bedah radikal di pelvis d.
farmakologik 2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh : a. kelainan
neurologik b. neuropati perifer c. diabetes mellitus d. alkoholisme e.
farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik) 3. Obstruksi
fungsional : a. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara
kontraksi d etrusor dengan relaksasi sfingter b. ketidakstabilan detrusor 4.
Kekakuan leher kandung kemih : a. fibrosis 5. Resistensi uretra yang meningkat
disebabkan oleh : a. hiperplasia prostat jinak atau ganas b. kelainan yang
menyumbatkan uretra c. uretralitiasis d. uretritis akut atau kronik e. striktur
uretra 6. Prostatitis akut atau kronis Komplikasi Dilihat dari sudut pandang
perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat men imbulkan komplikasi
sebagai berikut : 1. Inkontinensia Paradoks 2. Batu Kandung Kemih 3. Hematuria
4. Sistitis 5. Pielonefritis 6. Retensi Urin Akut Atau Kronik 7. Refluks Vesiko-
Ureter 8. Hidroureter 9. Hidronefrosis 10. Gagal Ginjal Penatalaksanaan
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabka
n penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi emp
at gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Derajat s
atu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjol
an prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. Derajat dua
, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat le
bih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetap
i kurang dari 100 ml. Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prosta
t tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml, sedangkan derajat empat, ap
abila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganj
urkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WH
O prostate symptom score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan p
ertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah
15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi be
dah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi. Di dalam
praktek pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV dig unakan
untuk menentukan cara penanganan. Pada penderita dengan derajat satu bias
anya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan se
cara konservatif. Pada penderita dengan derajat dua sebenarnya sudah ada indikas
i untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap s
ebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat
dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih
bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Pada derajat tiga, TUR masih dapat d
ikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman melakukan TUR oleh karena b
iasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila di
perkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam s
atu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada hiperplasia prostat deraj
at empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderi
ta dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistosto
mi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnost
ik, kemudian terapi definitif dapat dengan TUR P atau operasi terbuka. Terapi
sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan ku alitas
hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Ti ndakan
bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90%
kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa te
rapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan tera
pi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor y
aitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan b
erkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat 2. Mengurangi tonus leher
vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat 3. Melebarkan uretra pars
prostatika, menambah kekuatan detrusor Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi
didalam penatalaksanaan hiperplasia pr ostat benigna yang dapat dibagi kedalam 4
macam golongan tindakan, yaitu : 1. Observasi (Watchful waiting) 2.
Medikamentosa 3. Penghambat adrenergik ? 4. Fitoterapi Hormonal 5. Operatif a.
Prostatektomi terbuka Retropubic infravesika (Terence millin) Suprapubic
transvesica/TVP (Freyer) Transperineal b. Endourologi Trans urethral resection
(TUR) Trans urethral incision of prostate (TUIP) Pembedahan dengan laser (Laser
Prostatectomy): ? Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy
(TULIP) ? Trans urethral evaporation of prostate (TUEP) ? Teknik koagulasi 6.
Invasif minimal Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT) Trans urethral
ballon dilatation (TUBD) Trans urethral needle ablation (TUNA) Stent urethra
dengan prostacath Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah
menghilangkan obstruksi pad a leher buli-buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara
medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.
Mengenai penatalaksanaan konserva tif non operatif akan dibahas pada bab
tersendiri, pada bab ini hanya akan dibah as tentang penatalaksanaan secara
operatif saja yang terbagi dalam prostatektomi terbuka dan prostatektomi
endourologi. 1. Prostatektomi terbuka a. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservik al
Mortaliti rate rendah Langsung melihat fossa prostat Dapat untuk memperbaiki
segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dirawat Tanpa membuka
vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesika
Kerugian : Dapat memotong pleksus santorini Mudah berdarah Dapat terjadi
osteitis pubis Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal Tidak dapat
dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika
Komplikasi : Perdarahan Infeksi Osteitis pubis Trombosis b. Suprapubic
Transvesica/TVP (Freeyer) Keuntungan : Baik untuk kelenjar besar Banyak
dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Operasi banyak dipergunakan pada
hiperplasia prostat dengan penyulit : 1. Batu buli 2. Batu ureter distal 3.
Divertikel 4. Uretrokel 5. Adanya sistsostomi 6. Retropubik sulit karena
kelainan os pubis Kerusakan spingter eksterna minimal Kerugian : Memerlukan
pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh Sulit pada
orang gemuk Sulit untuk kontrol perdarahan Merusak mukosa kulit Mortality rate 1
-5 % Komplikasi : Striktura post operasi (uretra anterior 2 Inkontinensia (<1%)
Perdarahan Epididimo orchitis Recurent (10 20%) Carcinoma Ejakulasi retrograde
Impotensi Fimosis Deep venous thrombosis c. Transperineal Keuntungan : 5 %,
bladder neck stenosis 4%)
-
Dapat langssung pada fossa prostat Pembuluh darah tampak lebih jelas Mudah untuk
pinggul sempit Langsung biopsi untuk karsinoma
Kerugian : Impotensi Inkontinensia Bisa terkena rektum Perdarahan hebat Merusak
diagframa urogenital 2. a. Prostatektomi Endourologi Trans urethral resection
(TUR)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruh
nya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bers
ama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ej
akulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terb
aik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan te
rsebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien dengan obstru
ksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan pe
rlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu penelitian menyebutkan bahwa hasil obyektif T
UR meningkat dari 72% menjadi 88% dengan mengikutsertakan evaluasi urodinamik pa
da penilaian pra-bedah dari 152 pasien. Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas
sekitar 8%. Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak
dikerjakan di s eluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra
dengan mempergunak an cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan
direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan
adalah berupa larutan no n ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran
listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah
adalah H2O steril (aquades) . Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya
yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui
pembuluh darah vena yang terbuka p ada saat reseksi. Kelebihan air dapat
menyebabkan terjadinya hiponatremia relati f atau gejala intoksikasi air atau
dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini d itandai dengan pasien yang mulai
gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meni ngkat, dan terdapat bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh
dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TUR P ini adalah seb
esar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan
non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain ad
alah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan me
masang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama
reseksi prostat. Keuntungan : Luka incisi tidak ada Lama perawatan lebih pendek
Morbiditas dan mortalitas rendah Prostat fibrous mudah diangkat Perdarahan mudah
dilihat dan dikontrol Kerugian : Tehnik sulit Resiko merusak uretra Intoksikasi
cairan Trauma spingter eksterna dan trigonum Tidak dianjurkan untuk BPH yang
besar Alat mahal Ketrampilan khusus
b.
Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran p
rostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan
pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau inci
si leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini
juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yan
gg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaru
k, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan haru
s cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan dari metode ini adalah leb
ih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan
dengan cara TUR. c. Pembedahan dengan laser (Laser prostatectomy) Oleh karena
cara operatif (operasi terbuka atau TURP) untuk mengangkat prostat y ang
membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan TUMT dan TURF
belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba cara o
perasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan. Penggunaan laser untuk
operasi prostat pertamakali diusulkan oleh Sander (1984). Untuk mengobati ca
prostat yang masih lokal dengan memakai Nd YAG (Neodymium, Y ttrium Aluminium
Garnet) Solid state Nd YAG ini pertamakali diperkenalkan tahun 1964 tapi baru
tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi untuk mengablasi tumor b uli superficial
(Hoffstetter). Pc Phee menulis mengenai penggunaan YAG laser unt uk photo
irradiasi segmental pada mukosa buli. YAG laser ini mempunyai panjang gelombang
yang cocok untuk pengobatan prostat ol eh karena mempunyai daya penetrasi yang
cukup dalam. Mula-mula laser untuk prost at ini hanya dipakai untuk pengobatan
tambahan setelah TUR P pada ca prostat, ya ng biasanya diberikan 3 minggu
setelah TUR P (Shanberg 1985, Mc Nicholas 1990). Kemudian Shenberg mengajukan
pemakaian Nd YAG ini untuk melaser prostat pada pen derita yang tidak dapat
mentoleransi perdarahan apabila dilakukan TUR. Roth dan Aretz (1991) menjadi
pelopor penggunaan laser Transuretral Ultrasound Guided Las er Induced
Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing dengan pemakaian USG untuk dapa t menembak
prostat yang disempurnakan dengan menggunakan alat pembelok (deflekto r) sinar
laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke a rah
kelenjar prostat yang membesar. Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm
sehingga gelombang ini tidak banyak d iserap oleh air seperti laser CO2 dan
mempunyai sifat divergensi tetapi masih me mpunyai daya penetrasi yang cukup
dalam. Apabila laser Nd YAG ini mengenai jarin gan prostat energinya akan
berubah menjadi energi termal yang dapat menguapkan j aringan dengan Nd YAG
tanpa kontak dengan jaringan mempunyai efek laser maksimal pada kedalaman 3mm
dibawa mukosa dan efek termal dapat mencapai 100?C sehingga pada kekuatan 40 60
watts akan menyebabkan koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi
letusan kecil yang disebut pop corn effect . Nd YAG ini aman untuk pe ngobatan
prostat oleh karena pembuluh darah yang agak besar dan pembuluh darah p ada
kapsul prostat akan menjadi penahan panas (heat sink) sehingga tidak akan te
rjadi penjalaran panas keluar dari prostat. Tahun 1989 Johnson menemukan alat
pembelok Nd YAG sehingga sinar laser tersebut dapat dibelokkan 90? dengan
menggunakan pembelok dari emas yang ditempelkan diuj ung serat laser, sehingga
sinar laser dapat diarahkan ke jaringan prostat dari d alam uretra. Dengan alat
pembelok ini 92% dari energi laser masih dapat mencapai jaringan preostat.
Costello (1992) mempelopori penggunaan laser ini utnuk ablas i pembesaran
prostat jinak menggunakan laser yang dibelokkan 90? melalui sistosk opi. Waktu
yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk mas ing-
masing lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ab
lasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ab
lasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera akan me
njadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang kan
menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil akhir
na nti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi
sehabis T UR. Keuntungan bedah laser ialah : 1. Tidak menyebabkan perdarahan
sehingga tidak mungkin terjadi retensi akib at bekuan darah dan tidak memerlukan
transfusi 2. Teknik lebih sederhana 3. Waktu operasi lebih cepat 4. Lama tinggal
di rumah sakit lebih singkat 5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan 6. Resiko
impotensi tidak ada 7. Resiko ejakulasi retrograd minimal Kerugian : Penggunaan
laser ini masih memerlukan anestesi (regional) TERAPI KONSERVATIF NON OPERATIF
Sampai dengan tahun 1980-an kasus-kasus BPH selalu diatasi dengan operasi. Didor
ong oleh faktor biaya dan morbiditas post operatif yang tidak nyaman maka terus
dicari pendekatan yang lebih aman, nyaman dan bahkan lebih ekonomis. Di dalam pe
natalaksanaan terapi hiperplasia prostat ini terdapat istilah terapi konservatif
yang merupakan terapi non operatif. Untuk penderita yang oleh karena keadaan um
umnya tidak memungkinkan dilakukan operasi dapat diusahakan pengobatan konservat
if.
Terapi konservatif ini masih terbagi lagi ke dalam berbagai kelompok, yaitu : 1.
Observasi (Watchful waiting) Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu
menjalani tindakan medik. K adang-kadang mereka yang mengeluh pada saluran kemih
bagian bawah (LUTS) ringan dapat sembuh sendiri dengan observasi ketat tanpa
mendapatkan terapi apapun. Tet api diantara mereka akhirnya ada yang membutuhkan
terapi medikamentosa atau tind akan medik yang lain karena keluhannya semakin
parah.11 2. a. Medikamentosa Penghambat adrenergik ? Seperti kita ketahui
persyarafan trigonum leher vesika, otot polos prost at dan kapsul prostat
terutama oleh serabut-serabut saraf simpatis, terutama men gandung reseptor
alpha, jadi dengan pemberian obat golongan alpha adrenergik blo ker, terutama
alpha 1 adrenergik bloker maka tonus leher vesika, otot polos pros tat dan
kapsul prostat akan berkurang, sehingga sehingga menghasilkan peningkata n laju
pancaran urin dan memperbaiki gejala miksi. Bila serangan prostatismus me muncak
menjurus kepada retensio urin ini adalah pertanda bahwa tonus otot polos prostat
meningkat atau berkontraksi sehingga pemberian obat ini adalah sangat ra sional.
Episode serangan biasanya cepat teratasi. Contoh obatnya adalah Phenoxy
benzanmine (Dibenyline) dosis 2x10 mg/hari. Sekara ng telah tersedia obat yang
lebih selektif untuk alpha 1 adrenergik bloker yaitu Prazosine, dosisnya adalah
1-5 mg/hari, obat lain selain itu adalah Terazosin d osis 1 mg/hari, Tamzulosin
dan Doxazosin. Pengobatan dengan penghambat alpha ini pertama kali dilakukan
oleh Caine dan kawan-kawan yang dilaporkan pada tahun 19 76. Dengan pengobatan
secara ini ditemukan perbaikan sekitar 30-70% pada symptom skore dan kira-kira
50% pada flow rate. Tetapi kelompok obat ini tidak dapat di gunakan
berkepanjangan karena efek samping obat ini berupa hipotensi ortostatik,
palpitasi, astenia vertigo dan lain-lain yang sangat mengganggu kualitas hidup
kecuali bagi penderita hipertensi. Penelitian terakhir di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa Doxazosin terbukti efek tif dalam pengobatan hiperplasia
prostat jangka panjang pada pasien hipertensi d an normotensi. Prazosine
diketahui lebih selektif sebagai alpha 1 adrenergik blo
ker, sedang phenoxy benzanmine meskipun lebih kuat tetapi tidak selektif untuk r
eseptor alpha 1 dan alpha 2, dan sekarang ditakutkan phenoxy benzanmine bersifat
karsinogenik. Jadi kelompok obat penghambat adrenoreseptor alpha ini hanya dapa
t digunakan untuk jangka pendek dan akan lebih fungsional pada terapi tahap awal
, obat ini mempunyai efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempeng
aruhi proses hiperplasia prostat sedikitpun. Bila respon dari pengobatan ini bai
k maka ini merupakan indikator untuk masuk kedalam tahap perawatan Watch and
wait . 2,3,5,6,7,8,9 b. Fitoterapi Kelompok kemoterapi pada umumnya telah
mempunyai informasi farmakokinetik dan fa rmakodinamik terstandar secara
konvensional dan universal. Kelompok obat ini jug a disebut dengan obat modern .
Tidak semua penyakit dapat diobati secara tuntas den gan kemoterapi ini. Banyak
penyakit kronis, degeneratif, gangguan metabolisme, d an penuaan yang belum ada
obatnya seperti: kanker, hepatitis, HIV, demensia, dll . Banyak pula yang belum
bisa dituntaskan pengobatannya. Termasuk ini adalah: BP H, DM, hipertensi,
rematik, dll. Sehingga diperlukan terapi komplementer atau al ternatif. Kelompok
terapi ini disebut Fitoterapi. Disebut demikian karena berasa l dari tumbuhan.
Bahan aktifnya belum diketahui dengan pasti, masih memerlukan p enelitian yang
panjang. Namun secara empirik, manfaat sudah lama tercatat dan semakin diakui.
Diantara s ekian banyak fitoterapi yang sudah masuk pasaran, diantaranya yang
terkenal adal ah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin seeds yang
digunakan untuk peng obatan BPH. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin
diterima pemakaiannya dala m upaya pengendalian prosatisme BPH dalam kontek
watchfull waiting strategy . Di Je rman 90% kasus BPH di terapi dengan Serenoa
repens tunggal atau kombinasi, dan d i negara-negara Eropa dan Amerika
pemakaiannya terus meningkat dengan cepat. a. Saw Palmetto Berry (SPB) yang
disebut juga Serenoa repens adalah suatu o bat tradisional Indian. Catatan
empiriknya tentang manfaat tumbuhan ini untuk ga ngguan urologis sudah ada sejak
tahun 1900. Isu back to nature memberikan iklim yang kondusif bagi pemakaian
obat ini. Bukti-bukti empirik lapangan dan empirik uji klinik semakin banyak
mencatat efek tifitas dan keamanannya. Dalam Current Medical Diagnosis and
Treatment (2001) di nyatakan bahwa Saw Palmetto Berry (SPB) ini didalam 18 RCT
(Randomized Clinical Trial) dengan 2939 subyek adalah superior terhadap placebo
dan efektifitasnya sa ma dengan finasteride. Efek samping obat berupa disfungsi
ereksi = 1,1% sedangk an finasteride = 4,9%. Dalam Life Extension Update dimuat,
dari sebanyak 32 publ ikasi studi terdapat catatan bahwa extract dari SPB ini
secara signifikan menunj ukan perbaikan klinis dalam hal : a) Frekuensi nokturia
? berkurang b) Aliran kencing ? bertambah lancar c) Volume residu dikandung
kencing ? berkurang d) Gejala kurang enak dalam mekanisme urinoir ? berkurang
Mekanisme kerja obat ini belum dapat dipastikan tetapi diduga kuat ia : a)
Menghambat aktifitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor andr ogen b)
Bersifat anti inflamasi dan anti udem dengan cara menghambat aktifitas e nzim
cycloxygenase dan 5 lipoxygenase. b. Pumpkin seeds (Cucurbitae peponis semen)
Testimoni empirik tradisional bahan ini telah digunakan di Jerman dan Austria se
jak abad 16 untuk gangguan urinoir dan belakangan ini ekstraknya dipakai untuk
men gatasi gejala yang berhubungan dengan BPH didalam konteks farmakoterapi
maupun u ji klinis kombinasi dengan ekstraks serenoa repens. Penelitian di
Jerman melakukan studi terhadap preparat yang mengandung komponen utama beta-
sitosterol dengan sedikit campuran campesterot dan stigmasterol untuk mengobati
hiperplasia prostat. Hasilnya, terjadi perbaikan seperti halnya terap i
menggunakan penghambat reseptor alpha dan 5-alpha reduktase, tetapi dengan efe k
samping yang lebih minimal. Walaupun mekanisme kerja dari preparat campuran fi
tosterol ini belum dapat dibuktikan, penelitian terus dikembangkan untuk keperlu
an di masa depan. c. Hormonal Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH-
RH (super) agonist yaitu obat y ang menjadi kompetitor LH-RH mempunyai afinitas
yang lebih besar dengan reseptor bagi LH-RH, sehingga obat ini akan menghabiskan
reseptor dengan membentuk LH-RH s uper agonist reseptor kompleks. Sehingga mula-
mula oleh karena banyaknya LH-RH s uper agonist yang menangkap reseptor, pada
permulaan justru akan terjadi kenaika n produksi LH oleh hypofisis. Tetapi
setelah reseptor habis maka LH-RH tidak dapat lagi mencari reseptor , maka LH
akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin, deng an dosis minggu I 3dd 500 ?g
s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal spray 200 ? g, 3 kali sehari. Pemberian
obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat hipofisis misaln ya dengan
pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan produksi LH, yang menyebabka n
produksi testosteron oleh sel leydig berkurang. Cara ini tentu saja menyebabka n
penurunan libido oleh karena penurunan kadar testosteron darah. Pada tingkat
infra hipofisis pemberian estrogen dapat memberikan umpan balik den gan menekan
produksi FSH dan LH, sehingga produksi testosteron juga menurun. Con toh
preparatnya ialah Diaethyl Stilbestrol (DES) dosis satu kali 1-5 mg sehari. Pada
tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran prostat jinak h anya
dikenal pada sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk hiperplasia prosta t
telah ditinggalkan. Untuk karsinoma prostat tentu saja orchiectomi masih diker
jakan oleh karena pertimbangan kemungkinan penyebaran ca prostat dan juga biasan
ya penderita telah tua. Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat
anti androgen yang meka nisme kerjanya mencegah hidrolise testosteron menjadi
DHT dengan cara menghambat 5 alpha reduktase, suatu enzim yang diperlukan untuk
mengubah testosteron menja di dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon androgen
yang mempengaruhi pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga jumlah DHT berkurang
tetapi jumlah testosteron tidak berkurang, sehingga libido juga tidak menurun.
Penurunan kadar zat aktif dehidr otestosteron ini menyebabkan mengecilnya ukuran
prostat. Contoh obat tersebut ia lah Finesteride, Proscar dengan dosis 5 mg/hari
dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride mengurangi volume prostat
sampai 30%. Penelitian lain di Kana da menyatakan bahwa Finasteride mengurangi
volume prostat pada 613 pria dengan a ngka rata-rata 21%, mengurangi gejala dan
memperbaiki laju pancaran urin sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan
tidak mempunyai efek samping yang ber makna. Obat anti androgen lain yang juga
bekerja pada tingkat prostat ialah obat yang m empunyai mekanisme kerja sebagai
inhibitor kompetitif terhadap reseptor DHT sehi ngga DHT tidak dapat membentuk
kompleks DHT-Reseptor. Contoh obatnya ialah : Cyp roterone acetate 100 mg 2
kali/hari, Flutamide, medrogestone 15 mg2 kali/hari da n Anandron. Obat ini juga
tidak menurunkan kadar testosteron pada darah, sehingg a libido tidak menurun.
Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini mempun yai khasiat :
mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang berguna untuk me tabolisme
steroid, menekan LH dan FSH, menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase
sehingga DHT tidak terbentuk. Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg
empat kali sehari dan MPA 300-500 mg/hari. Kesulitan pengobatan konservat if ini
adalah menentukan berapa lama obat harus diberikan dan efek samping dari obat.
3. Invasif Minimal a. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT) Cara
memanaskan prostat sampai 44,5?C 47?C ini mulai diperkenalkan dalam tiga ta hun
terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini
dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau
gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat
, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga t
ekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip cara ini ialah memas
ang kateter semacam Foley dimana proximal dari balon dipasang antene pemanas yan
g baru dipanaskan dengan gelombang mikro melalui kabel kecil yang berada didalam
kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3 jam. Dengan cara pengobatan ini dengan
mempergunakan alat THERMEX II diperoleh hasil perbaikan kira-kira 70-80% pada sy
mptom obyektif dan kira-kira 50-60% perbaikan pada flow rate maksimal. Mekanisme
yang pasti mengenai efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu
teori yang masih harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi per
usakan pada reseptor alpha yang berada pada leher vesika dan prostat. Di Jakarta
telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan gelom bang mikro
dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans Urethra l
Microwave Treatment (TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan radio capacit
ive frequency yang dapat memanaskan prostat sampai 44,5?C - 47?C selama 3 jam
( TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah pada 112 kasus yang diobati dengan cara
in i didapatkan hasil : perbaikan symptom score pada 79 penderita (75%) dan
perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%) tetapi perbaikan pada
maximal flow ra te hanya ditemukan pada 55 penderita (50%). Cara pengobatan
hypertermia ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengena i cara kerja
dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin timbul. Cara kerja
TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwav e kedalam
jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu
dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan
proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkura
ng. Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang
radio frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat
juga ar ah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang
ditempel d iluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi
sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat
pemanasnya mempuny ai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama
pemanasan urine tetap da pat mengalir keluar. b. Trans Urethral Ballon
Dilatation (TUBD) Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula
dikerjakan dengan jal an melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan
jalan melalui operasi t erbuka (transvesikal). Pertama kali dikerjakan oleh
Hollingworth 1910 dan Franck 1930. Kemudian Deisting 1956 melakukan dengan
dilator transuretral. Tetapi sebe narnya pelopor penggunaan balon adalah
H.Joachus Burhenne yang mula-mula mencoba pada anjing dan cadaver, akhirnya
dicoba di klinik. Castaneda bersama-sama Reddy dan Hulbert kemudian
menyempurnakan tehnik Burhenne tersebut. Konsep dilatasi dengan balon ini ialah
mengusahakan agar uretra pars prostatika menjadi lebar melalui mekanisme: 1.
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar 2. Kapsul
prostat diregangkan 3. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan
tersebut 4. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars
prostatika d irusak Prosedur ini meskipun bisa dilakukan dengan anestesi
topikal, sebaiknya dilakuka n dengan narkose. Balon mempunyai diameter 30 mm
kemudian dengan alat dikembangk an sampai 4 atm yang sama dengan 58,8 psi atau
3040 mmHg dan kaliber uretra menj adi 30 mm atau 90 F. Kemudian setelah balon
dikempeskan kembali kateter dilepask an dengan menggunakan guide wire dan
kateter dilepas memutar kebalikan dari arah jarum jam sementara dapat dipasang
cystostomi dengan trocard. TUBD ini biasanya memberikan perbaikan yang bersifat
sementara.2,7,8 c. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA) Yaitu dengan
menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan abl asi termal
pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tuju an untuk
menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan meka nisme
ejakulasi dapat dipertahankan.2,7,8 d. Stent Urethra Pada hakekatnya cara ini
sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang pada
uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dib uat dari logam
bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath). Stents ini digunakan
sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan dengan bant
uan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya, panjang uretra pars
prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang panjangnya sesuai, l
alu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah ben
ar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter pe
ndorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal ya
ng juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi pend
erita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. Akhir-akhi
r ini dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan lebih lama, misalnya Por
ges Urospiral (Parker dkk.) atau Wallstent (Nording, A.L. Paulsen). Bentuk lain
ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars prost atika
dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai mesh logam
tersebut melekat pada dinding uretra. VESICOLITHIASIS Definisi Vesicolithiasis
adalah batu yang menghalangi aliran kemih akibat penutupupan leh erkandung
kemih, maka aliran yang tadinya lancar tiba-tiba berhenti dan menetes disertai
rasa nyeri. Batu saluran kemih digolongkan menurut tempatnya menjadi ba tu
ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di
dalam ginjal, dan mengandung komponen Kristal serta matriks organic. Lokasi batu
ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila keluar akan dapat terhenti
di ureter atau di kandung kemih. Jadi berdasarkan asal dari batu di kandung kemi
h itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu yang berasal dari vesika ur
inia atau disebut dengan batu primer dan batu yang berasal dari ginjal atau dise
but dengan batu sekunder B. Etiologi 1. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
2. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra) 3. Neurogenik bladder (lumpuh
kandung kemih karena lesi pada neuron yang mengine rvasi bladder) 4. Benda asing
? misalnya kateter 5. Divertikula ? urin dapat tertampung pada suatu kantung
didinding vesika urina ria 6. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium ?
lesi mengarah keganasan Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan
retensi urin, infeksi, maupun radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah
peristiwa yang saling mempengaruh i. Statis menyebabkan bakteri berkembang ?
sistitis; urin semakin basa ? memberi suasana yang tepat untuk terbentuknya batu
MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Bat u yang terbentuk bisa tunggal ataupun
banyak. Batu buli atau vesicolithiasis digolongkan menjadi 3 macam. Batu
sekunder, Dikatakan batu sekunder jika batu di kandung kencing oleh karena suatu
proses ya ng dapat diketahui atau diterangkan dengan jelas sebab musababnya.
Contohnya bat u saluran kencing karena gangguan aliran kencing karena pembesaran
prostat, peny empitan saluran (striktur uretra). Kencing yang lama tidak
mengalir akan mengend ap. Jika endapan ini berlanjut maka terbentuklah batu
kandung kencing. Contoh la innya: batu kandung kencing karena pembuangan garam
kalsium berlebih seperti pad a kelainan kelenjar tiroid. Pada pasien dengan
kadar asam urat yang tinggi serin g didapatkan kadar asam urat yang tinggi pula
dalam kencingnya. Jika komponen pe mbentuk batu banyak di air kencing maka
kemungkinan untuk menjadi batu akan besa r. Hal yang mungkin dikeluhkan pada
pasien ini antara lain: kencing yang tersendat, pancaran kencing melemah, sering
bangun malam untuk kencing, pancaran kencin ya ng terbelah, pancaran kencing
yang kecil. Ataupun tanda penyakit asam urat seper ti jika makan jeroan jempol
kaki bengkak, sendi badan sakit. Gondok yang membesa r, dengan tangan yang
gemetaran. Riwayat infeksi saluran kencing. Batu migrans/migrating stone
Dikatakan migrating stone jika sebetulnya batu berasal dari ginjal (tepatnya di
tubulus colectivus renalis) dan turun mengikuti aliran kencing. Setelah di kandu
ng kencing batu tersebut membesar oleh karena banyak zat pembentuk batu dari ken
cing yang ikut menempel. Keluhan yang sering dikatakan pasien ini antara lain
pernah merasa nyeri pinggan g atau punggung yang tidak jelas/tidak terlalu
nyeri, nyeri pinggang sangat taja m/menusuk yang kadang menyebar ke perut dan
paha. Batu primer Dikatakan batu primer jika tidak dapat diklasifikasikan dalam
kedua kelompok dia tas. Pada pasien batu kandung kencing menimbulkan beberapa
gejala yang khas. 1. Rasa nyeri di akhir kencing yang kadang diikuti keluarnya
darah. 2. Rasa nyeri di ujung penis. 3. Intermitensi, yaitu kencing berhenti
kencing lagi. Hal ini karena saat kan dung kencing mengosongkan kencing, batu
saluran kencing ikut hanyut dan menutup lubang kencing bagian dalam (orificium
uretra internum). Saat kencing berhenti, batu terlepas lagi sehingga kencing
dapat mengalir lagi. Hal ini terjadi jika ba tu masih kecil. Jika batu sudah
besar mala tidak dapat terjadi. 4. Kencing tiba-tiba terhenti/tidak dapat
kencing yang sebelumnya dapat ken cing lancar tanpa keluhan. Hal ini karena batu
kandung kencing menyumbat dan tid ak terlepas lagi. 5. Dalam buku text mungkin
tertulis kencing terhenti dan mengalir lagi jika berubah posisi. Hal ini sulit
untul dibawa ke penjelasan klinis, karena kita bi asanya tidak berubah posisi
jika kencing, maksudnya tetap saja berdiri atau jong kok. Mungkin tidak pernah
ada yang melakukan saat kencing terhenti terus nunggin g agar mengalir lagi.
Meskipun demikian pernyataan ini tetap kita hormati. 6. Pada anak kecil yang
belum dapat berkomunikasi dengan baik atau pada ret ardasi mental pasien sering
menarik penis. Bahkan pernah dijumpai pasien retarda si datang dengan patahnya
penis (rupture penis) dan saat dilakukan pemeriksaan lanjut ditemukan adanya
batu kandung kencing. Penanganan pasien batu kandung kencing terutama
menghindari terhentinya /tidak dapatnya kencing. Jika kencing terhambat maka
lambat laun akan terjadi gagal gin jal. Hal ini dilaksanakan dengan pemasangan
selang kateter ataupun aspirasi supr a pubik untuk pertolongan pertama. Hal
lainnya adalah kemungkinan infeksi. Batu di saluran kencing dapat menjadi markas
bakteri/kuman penyakit. Hal ini karena bak teri membentuk biofilm yang tidak
dapat ditembus antibiotic di permukaan batu, b akteri bersembunyi dibawah
biofilm. Diberikan antibiotic bertujuan untuk mengura ngi/menghilangkan bakteri
yang tidak terlindungi biofilm sambil menunggu tindaka n operasi. Batu pada
kandung kencing memerlukan terapi bedah jika tidak dapat keluar dengan
sendirinya. Hal ini karena komponen penyusun batu mayoritas berupa struvit (alu
munium magnesium sulfat), oksalat dan kapur. Zat sat ini tidak akan larut dengan
obat pelarut biasa. Terapi bedah dapat berupa bedah terbuka ataupun minimal inv
asif. Operasi terbuka dilaksanakan dengan jalan membuka kandung kencing dan
kemudian m engeluarkan batu dari lubang tersebut. Operasi minimal invasive
dengan jalan mem asukkan alat kedalam kandung kencing melalui lubang kemaluan
(penis). Alat terse but kemudian memecahkan batu. Dengan tehnik ini tidak
didapatkan luka sayatan op erasi. C. Tanda dan gejala 1. Dapat tanpa keluhan 2.
Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing) 3. Lokasi sakit
terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis
(pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita). 4. Terdapat hematuri pada akhir
kencing 5. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing
walaupun VU belum penuh). 6. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup
orificium uretra interna. 7. Bila batu mneyumbat muara ureter à hidrouereter Ã
hidronefrosisà gagal ginjal
D. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a. Darah : ureum/kreatinin,
elektrolit, Ca, Phospat anorganik. Alkali Phospate, Asam urat, Protein, Hb b.
Urin : rutin (Midstream urin) 2. Radiologi a. Foto polos : BNO ? tampak opak
(90%), lebih baik dilanjutkan dengan IVP untuk mengetahui ada atau tidak
kerusakan pada ginjal b. IVP : Dapat untuk melihat batu di lain tempat, anatomi
saluran kencing bagian atas c. PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan
kandung kemih d. USG : Gambaran acustic shadow 3. Sistokopi : Untuk menegakkan
diagnosis batu kandung kencing. 4. Fisik : Kurang berarti, kecuali jika batu
cukup besar E. Penatalaksanaan Tujuan Therapi : membuang batu 1. Secara tertutup
Litotripsi (menghancurkan batu). Tenaga litotripsi bisa berasal dari manusia-mek
anik, LASER, atau elektrohidrolik. 2. Secara terbuka Dengan membuka v.u secara
SECTIO ALTA F. Komplikasi Komplikasi akibat tindakan litotripsi, adalah: 1.
Ruptur v.u 2. Ruptur uretra 3. Prostatitis 4. Pyelonefritis 5. Septikemia 6.
Hematuria Daftar Pustaka Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
revisi, Jakarta : EGC, 19 97. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna,
Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC, 1994. Reksoprodjo S. Prostat
Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, J akarta : Binarupa
Aksara, 1995. Staf Pengajar FK- UI ( Bagian Bedah ), (1995), Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
178117240 case-reprt-nuansa

More Related Content

What's hot

[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx
[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx
[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docxGitaRizky6
 
Mioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanMioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanDavidWyanto
 
Materi pelajaran ipa paket b
Materi pelajaran ipa paket bMateri pelajaran ipa paket b
Materi pelajaran ipa paket bPKBMARRIZKY
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointFatimah Zahra
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 

What's hot (16)

BPH ppt
BPH pptBPH ppt
BPH ppt
 
[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx
[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx
[BEDAH] KEGANASAN TRAKTUS URINARIUS.docx
 
Bph
BphBph
Bph
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Mioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanMioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilan
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Serosis hepatis AKPER PEMKAB MUNA
Serosis hepatis AKPER PEMKAB MUNA Serosis hepatis AKPER PEMKAB MUNA
Serosis hepatis AKPER PEMKAB MUNA
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
PRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu WiwinPRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu Wiwin
 
Materi pelajaran ipa paket b
Materi pelajaran ipa paket bMateri pelajaran ipa paket b
Materi pelajaran ipa paket b
 
Bab III Kelas 8
Bab III Kelas 8Bab III Kelas 8
Bab III Kelas 8
 
Sistem ekskresi hati
Sistem ekskresi hatiSistem ekskresi hati
Sistem ekskresi hati
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Askep Gangguan Perkemihan
Askep Gangguan PerkemihanAskep Gangguan Perkemihan
Askep Gangguan Perkemihan
 

Similar to 178117240 case-reprt-nuansa

Similar to 178117240 case-reprt-nuansa (20)

Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Mini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptxMini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptx
 
tinjauan pustaka
tinjauan pustakatinjauan pustaka
tinjauan pustaka
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
 
CRS-Efusi Pelura (3).pptx
CRS-Efusi Pelura (3).pptxCRS-Efusi Pelura (3).pptx
CRS-Efusi Pelura (3).pptx
 
Penyakit ginjal diabetik case ipd
Penyakit ginjal diabetik case ipdPenyakit ginjal diabetik case ipd
Penyakit ginjal diabetik case ipd
 
Kasus bph
Kasus bphKasus bph
Kasus bph
 
Case Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptxCase Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptx
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
16606301 hipospadia
16606301 hipospadia16606301 hipospadia
16606301 hipospadia
 
bph dan hidronefrosis
bph dan hidronefrosis bph dan hidronefrosis
bph dan hidronefrosis
 
Bph
BphBph
Bph
 
89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervix89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervix
 
Belajar i.pptx
 Belajar i.pptx Belajar i.pptx
Belajar i.pptx
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
Bab iibhb
Bab iibhbBab iibhb
Bab iibhb
 
BPH.pptx
BPH.pptxBPH.pptx
BPH.pptx
 

Recently uploaded

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 

Recently uploaded (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 

178117240 case-reprt-nuansa

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites Identitas Pasien Nama : Tn. O Umur : 69 th Jenis kelamin : Laki-laki Status : Menikah Alamat : Kersamenak Suku : Sunda Agama : Islam Med Rek :01628778 Tanggal masuk RS :19 Agustus 2013 Tanggal Pemeriksaan :23 Agustus 2013 Anamnesis Dilakukan secara : Autoanamnesis Tanggal : 23 Agustus 2013 Keluhan Utama Sulit buang air kecil (BAK) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh sulit buang air kecil sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Buang air kecil selalu terputus- putus dan terasa nyeri. Pasien merasa tid ak puas mengeluarkan air kencingnya, seperti masih terdapat sisa sesudah kencin g. Pasien harus mengedan saat buang air kecil. Pasien selalu merasa ingin buang air kecil dan tidak bisa menahan pada saat ingin buang air kecil. Riwayat ingin kencing di malam hari diakui pasien sebanyak 3-4 kali perh ari. Air kencing yang keluar berwarna kuning yang kadang disertai sedikit darah. Riwayat buang air kecil berpasir diakui. Keluhan tanpa disertai demam. Riwayat pernah terjatuh atau terbentur pada bagian perut bawah disangkal pasien. Riwayat penyakit darah tinggi disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat menderita penyakit hipertensi diakui, penyakit jantung disangkal, riwaya t penyakit DM disangkal, riwayat batuk lama disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini di keluarga. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Status gizi : Cukup Tandi vital : Tekanan Darah 170/100 mmHg Nadi 92 x/menit Respirasi 22 x/menit Suhu 36,8 oc Kepala Mata : Konjungtiva Anemis -/Sklera ikterik -/Reflek pupil +/+ Hidung : Epistaksis -/Deviasi septum (-) Krepitasi (-) PCH (-) Mulut : Sianosis peri oral (-), faring tidak hiperemis Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-) Thoraks Inspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan din amis Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, Nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak Auskultasi : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/-, wheezing -/Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur sistolik (+), Ga llop (-)
  • 2. Abdomen Inspeksi : Tampak datar, simetris, massa (-), kelainan kulit (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen, Nyeri ketok (-) Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran Ekstremitas Superior dex. dan sin. : Tonus otot : baik Gerakan : aktif / aktif Edema : -/Massa : -/Kekuatan : 5/5 Inferior dex. dan sin. : Tonus otot Gerakan : Edema : Massa : Kekuatan : : baik aktif/ aktif (-) (-) 5/5 Status Urologis: a/r lumbalis dext et sin : ballottement -/-, nyeri tekan -/-, nyeri ketok CVA -/a/r Suprapubis : kesan kandung kemih tidak penuh, nyeri tekan (-) a/r genitalia eksterna : terpasang kateter foley, meatal stenosis (-), testis d an epididimis dalam batas normal Rectal Toucher Spincter Ani : kuat Ampula : tidak kolaps Prostat : konsistensi kenyal Mukosa licin, tidak ada nodul Simetris, berat ± 80 gram Nyeri tekan (-), darah (-), feses (+), lendir (-) Skor Madsen Iversen : Pancaran : Lemah (3) Mengedan : Ya (2) Harus menunggu : Ya (3) BAK terputus-putus : Ya (3) Tidak lampias : Berubah-ubah (1) Inkontinensia : tidak (0) BAK sulit ditunda : Sedang (2) Kencing malam hari : 3-4 (2) Kencing siang hari : setiap 1-2 jam/x (2) Jumlah skor : 18 (sedang) Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Tgl 25 Juni 2012 Darah rutin -Hb -Ht -Eritrosit -Leukosit -Trombosit Kimia klinik -Protein total -Albumin -SGOT -SGPT -Ureum : 48 -Kreatinin -GDS : : : : : : : : : 11,7 36 3,89 11.300 300.000 8.27 3,78 151 156 (15-50) (12-16 g/dL) (37-47 %) (4,3-6,0 juta/dL) (4400-11500 /uL) (150000-400000 /uL) (6,6-8,7 g/dL) (3,5-5 mg/dL) (s/d 37 U/L) (s/d 40 U/L) (0,5-1,5 mg/dL) (<140 mg/dL) : 1.73 : 134
  • 3. Ro Thorak : dalam Diagnosis Banding Retensio urin e.c Retensio urin e.c Diagnosa Kerja Retensio urin e.c batas normal Benign Prostat Hiperplasia Carsinoma Prostat Benign Prostat Hiperplasia dengan HT GII Pemeriksaan Penunjang Lab darah rutin + kimia darah ( SGPT, SGOT, Ureum, Kreatinin, GDS, Na, K) pre-op Thorak foto (pre-op), BNO-IVP EKG PSA USG trans abdominal Penatalaksanaan Umum : Informed Consent tentang penyakit yang diderita dan hal-hal yang mungkin dapat m emperburuk keluhan, misalnya: 1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam 2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi a tau coklat) 3. Batasi penggunaan obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin 4. Kurangi makanan asin 5. Jangan menahan kecing terlalu lama Khusus : Infus RL 20 ggt/mnt DC Asam mefenamat 3 x 500mg Konsul IPD Rencana Operasi (Prostatektomi) Prognosis: Quo ad vitam Quo ad functionam : ad bonam : Dubia ad bonam
  • 4. PEMBAHASAN BENIGN PROSTATE HYPERTROFIA (BPH) Definisi Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenja r periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Anatomi Prostat Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fi bromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bag ian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada di sebelah anterior rek tum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling j auh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. Gambar 1. Kelenjar prostat Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : 1. lobus medius 2. lobus lateralis (2 lobus) 3. lobus anterior 4. lobus posterior Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjad i satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prost at. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transis ional yang letaknya proximal dari spincter externus di kedua sisi dari verumonta num dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona peri fer. Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari : 1. Kapsul anatomi 2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler 3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian, a. Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya. b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebag ai adenomatous zone c. Disekitar uretra disebut periurethral gland Pada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis : 1. Kapsul anatomis 2. Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul 3. Kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (i nner zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat. Gambar 2. Penampang kapsul prostat
  • 5. BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung ban yak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior d aripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadiny a perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalam i hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. Vaskularisasi Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (c abang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-caban g dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. P enyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prost atic junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar periurethral. 2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral). Aliran Limfe Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudia n bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral. Persarafan Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hip ogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis. Fisiologi Prostat Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13- 32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androg en Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol. Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplas ia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (m enjadi tua). Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1. Teori Hormonal Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka tidak terjad i BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi. Selain androgen (tes tosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testoster on dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolonga n enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperpla sia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisi asi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk p erkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testost eron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan la in yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa da lam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertamba hnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengaki batkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
  • 6. 2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan) Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prosta t. Terdapat empat peptic growth factor yaitu; basic transforming growth factor, tra nsforming growth factor ?1, transforming growth factor ?2, dan epidermal growth factor. 3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel yan g Mati 4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state , antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu da lam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berprolifer asi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menye babkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan. Teori Dihydro Testosteron (DHT) Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagi an dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam targ et cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhi dro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex . Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi rese ptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese pr otein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat. Teori Reawakening Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pa da kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular buddi ng kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epitelial budding dan glandular morphogenesis yang terjadi pada embrio d engan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya reawakening yaitu jar ingan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga jarin gan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teor i ini terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during adult hood. Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tent ang penyebab terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang kesemu anya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya. Patofisiologi Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesik al. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anat omik dari buli- buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya s elula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebu t fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada sal uran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dik enal dengan gejala-gejala prostatismus. 6. 5.
  • 7. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluru h bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter at au terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengak ibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal g injal. Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu ko mponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan ada nya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika seh ingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha a drenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan k ontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergant ung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik. Gambaran Klinis BPH Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun k eluhan di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif d an gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot de trusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terp utus-putus. Gejalanya ialah : 1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy) 2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream) 3. Miksi terputus (Intermittency) 4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) 5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying) . Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih terg antung tiga faktor, yaitu : 1. Volume kelenjar periuretral 2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat 3. Kekuatan kontraksi otot detrusor Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga me skipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensas i dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum diras akan. Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak se mpurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor kare na pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah : 1. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) 2. Nokturia 3. Miksi sulit ditahan (Urgency) 4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi) Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klini s derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + si sa urin > 150 ml. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, W HO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut S
  • 8. kor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Sco re). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 s ampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi n ilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan : skor 0-7 - Sedang : skor 8-19 - Berat : skor 20-35 Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untu k mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami ke payahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dala m bentuk retensi urin akut. Faktor pencetus Kompensasi Dekompensasi (LUTS) Retensi urin Inkontinensia paradoksa International Prostatic Symptom Score Pertanyaan Jawaban dan skor Keluhan pada bulan terakhir Tidak sekali <20% <50% 50% >50% Hampir selalu a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah berkemih 0 1 2 3 4 5 b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam waktu 2 menit 0 1 2 3 4 5 c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti sewaktu berkemih 0 1 2 3 4 5 d. Berapa kali anda tidak dapat menahan untuk berkemih 0 1 2 3 4 5 e. Beraapa kali terjadi arus lemah sewaktu memulai kencing 0 1 2 3 4 5 f. Berapa keli terjadi bangun tidur anda kesulitan memulai untuk berkemih 0 1 2 3 4 5 g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih di malam hari 0 1 2 3 4 5 Jumlah nilai : 0 = baik sekali 3 = kurang 1 = baik 4 = buruk 2 = kurang baik 5 = buruk sekali Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor p encetus, antara lain: o Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, m enahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandu ng diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan o Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seks ual atau mengalami infeksi prostat akut o Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot de trusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain: golongan antikolinergik atau alfa adrenergik. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupak an tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis. 3. Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis a tau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miks i sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
  • 9. Tanda a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) sangat penting. Pe meriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter a ni, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjola n pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan : a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) b. Adakah asimetris c. Adakah nodul pada prostate d. Apakah batas atas dapat diraba e. Sulcus medianus prostate f. Adakah krepitasi Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat kenyal sepe rti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nod ul. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan di antara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat ak an teraba krepitasi. Gambar 3. Pemeriksaan colok dubur BPH Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian at as kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis aka n disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat t eraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhati kan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untu k melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan mik si seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretr a, fimosis, condiloma di daerah meatus. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat ny eri tekan supra simfisis. b. Pemeriksaan laboratorium Darah : Ureum dan Kreatinin Gula darah Elektrolit Blood urea nitrogen Prostate Specific Antigen (PSA) Urin : Kultur urin + sensitifitas test Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik Sedimen C. Pemeriksaan pencitraan Foto polos abdomen (BNO) Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu salu ran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk mengeta hui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. Pielografi Intravena (IVP) Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filli ng defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter m embelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
  • 10. ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli abekulasi, divertikel atau sakulasi buli buli. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin buli yaitu adanya tr Sistogram retrograd Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogra m retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi. Transrektal Ultrasonografi (TRUS) Deteksi pembesaran prostat Mengukur volume residu urin MRI atau CT jarang dilakukan Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan. Gambar 4. Mikroskopis Hiperplasia Prostat Jinak d. Pemeriksaan lain Uroflowmetri Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh : Daya kontraksi otot detrusor Tekanan intravesica Resistensi uretra Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran me ndekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml /detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak d apat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot det rusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan te kanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini mak a sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur. Pemeriksaan Volume Residu Urin Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sed erhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal. Pemeriksaan sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun kurang akurat) de ngan membuat foto post voiding atau USG. Diagnosis Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan melalui : 1. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif 2. Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba se bagai prostat yang membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, asimetri dan me nonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat batas atas sem akin sulit untuk diraba. 3. Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada tidaknya kompli kasi. 4. Pemeriksaan pencitraan : Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Dengan trans rectal ultra sonography (TRUS), dapat terlihat prostat y ang membesar. 5. Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang. 6. Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume re sidu urin yang meningkat sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml dia nggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi).
  • 11. Diagnosis Banding 1. Kelemahan detrusor kandung kemih a. kelainan medula spinalis b. neuropatia diabetes mellitus c. pasca bedah radikal di pelvis d. farmakologik 2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh : a. kelainan neurologik b. neuropati perifer c. diabetes mellitus d. alkoholisme e. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik) 3. Obstruksi fungsional : a. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi d etrusor dengan relaksasi sfingter b. ketidakstabilan detrusor 4. Kekakuan leher kandung kemih : a. fibrosis 5. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh : a. hiperplasia prostat jinak atau ganas b. kelainan yang menyumbatkan uretra c. uretralitiasis d. uretritis akut atau kronik e. striktur uretra 6. Prostatitis akut atau kronis Komplikasi Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat men imbulkan komplikasi sebagai berikut : 1. Inkontinensia Paradoks 2. Batu Kandung Kemih 3. Hematuria 4. Sistitis 5. Pielonefritis 6. Retensi Urin Akut Atau Kronik 7. Refluks Vesiko- Ureter 8. Hidroureter 9. Hidronefrosis 10. Gagal Ginjal Penatalaksanaan Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabka n penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi emp at gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Derajat s atu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjol an prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. Derajat dua , apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat le bih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetap i kurang dari 100 ml. Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prosta t tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml, sedangkan derajat empat, ap abila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganj urkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WH O prostate symptom score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan p ertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi be dah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi. Di dalam praktek pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV dig unakan untuk menentukan cara penanganan. Pada penderita dengan derajat satu bias
  • 12. anya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan se cara konservatif. Pada penderita dengan derajat dua sebenarnya sudah ada indikas i untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap s ebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Pada derajat tiga, TUR masih dapat d ikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman melakukan TUR oleh karena b iasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila di perkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam s atu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada hiperplasia prostat deraj at empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderi ta dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistosto mi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnost ik, kemudian terapi definitif dapat dengan TUR P atau operasi terbuka. Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan ku alitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Ti ndakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa te rapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan tera pi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor y aitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan b erkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk : 1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat 2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat 3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan hiperplasia pr ostat benigna yang dapat dibagi kedalam 4 macam golongan tindakan, yaitu : 1. Observasi (Watchful waiting) 2. Medikamentosa 3. Penghambat adrenergik ? 4. Fitoterapi Hormonal 5. Operatif a. Prostatektomi terbuka Retropubic infravesika (Terence millin) Suprapubic transvesica/TVP (Freyer) Transperineal b. Endourologi Trans urethral resection (TUR) Trans urethral incision of prostate (TUIP) Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy): ? Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP) ? Trans urethral evaporation of prostate (TUEP) ? Teknik koagulasi 6. Invasif minimal Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT) Trans urethral ballon dilatation (TUBD) Trans urethral needle ablation (TUNA) Stent urethra dengan prostacath Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pad a leher buli-buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif. Mengenai penatalaksanaan konserva tif non operatif akan dibahas pada bab tersendiri, pada bab ini hanya akan dibah as tentang penatalaksanaan secara operatif saja yang terbagi dalam prostatektomi terbuka dan prostatektomi endourologi. 1. Prostatektomi terbuka a. Retropubic infravesica (Terence Millin) Keuntungan :
  • 13. Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservik al Mortaliti rate rendah Langsung melihat fossa prostat Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dirawat Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesika Kerugian : Dapat memotong pleksus santorini Mudah berdarah Dapat terjadi osteitis pubis Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika Komplikasi : Perdarahan Infeksi Osteitis pubis Trombosis b. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer) Keuntungan : Baik untuk kelenjar besar Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit : 1. Batu buli 2. Batu ureter distal 3. Divertikel 4. Uretrokel 5. Adanya sistsostomi 6. Retropubik sulit karena kelainan os pubis Kerusakan spingter eksterna minimal Kerugian : Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh Sulit pada orang gemuk Sulit untuk kontrol perdarahan Merusak mukosa kulit Mortality rate 1 -5 % Komplikasi : Striktura post operasi (uretra anterior 2 Inkontinensia (<1%) Perdarahan Epididimo orchitis Recurent (10 20%) Carcinoma Ejakulasi retrograde Impotensi Fimosis Deep venous thrombosis c. Transperineal Keuntungan : 5 %, bladder neck stenosis 4%)
  • 14. - Dapat langssung pada fossa prostat Pembuluh darah tampak lebih jelas Mudah untuk pinggul sempit Langsung biopsi untuk karsinoma Kerugian : Impotensi Inkontinensia Bisa terkena rektum Perdarahan hebat Merusak diagframa urogenital 2. a. Prostatektomi Endourologi Trans urethral resection (TUR) Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruh nya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bers ama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ej akulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terb aik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan te rsebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien dengan obstru ksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan pe rlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu penelitian menyebutkan bahwa hasil obyektif T UR meningkat dari 72% menjadi 88% dengan mengikutsertakan evaluasi urodinamik pa da penilaian pra-bedah dari 152 pasien. Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di s eluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunak an cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan no n ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O steril (aquades) . Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka p ada saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relati f atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini d itandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meni ngkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TUR P ini adalah seb esar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain ad alah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan me masang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat. Keuntungan : Luka incisi tidak ada Lama perawatan lebih pendek Morbiditas dan mortalitas rendah Prostat fibrous mudah diangkat Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol Kerugian : Tehnik sulit Resiko merusak uretra Intoksikasi cairan Trauma spingter eksterna dan trigonum Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar Alat mahal Ketrampilan khusus
  • 15. b. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP) Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran p rostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau inci si leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yan gg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaru k, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan haru s cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan dari metode ini adalah leb ih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR. c. Pembedahan dengan laser (Laser prostatectomy) Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TURP) untuk mengangkat prostat y ang membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan TUMT dan TURF belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba cara o perasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan. Penggunaan laser untuk operasi prostat pertamakali diusulkan oleh Sander (1984). Untuk mengobati ca prostat yang masih lokal dengan memakai Nd YAG (Neodymium, Y ttrium Aluminium Garnet) Solid state Nd YAG ini pertamakali diperkenalkan tahun 1964 tapi baru tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi untuk mengablasi tumor b uli superficial (Hoffstetter). Pc Phee menulis mengenai penggunaan YAG laser unt uk photo irradiasi segmental pada mukosa buli. YAG laser ini mempunyai panjang gelombang yang cocok untuk pengobatan prostat ol eh karena mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Mula-mula laser untuk prost at ini hanya dipakai untuk pengobatan tambahan setelah TUR P pada ca prostat, ya ng biasanya diberikan 3 minggu setelah TUR P (Shanberg 1985, Mc Nicholas 1990). Kemudian Shenberg mengajukan pemakaian Nd YAG ini untuk melaser prostat pada pen derita yang tidak dapat mentoleransi perdarahan apabila dilakukan TUR. Roth dan Aretz (1991) menjadi pelopor penggunaan laser Transuretral Ultrasound Guided Las er Induced Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing dengan pemakaian USG untuk dapa t menembak prostat yang disempurnakan dengan menggunakan alat pembelok (deflekto r) sinar laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke a rah kelenjar prostat yang membesar. Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm sehingga gelombang ini tidak banyak d iserap oleh air seperti laser CO2 dan mempunyai sifat divergensi tetapi masih me mpunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Apabila laser Nd YAG ini mengenai jarin gan prostat energinya akan berubah menjadi energi termal yang dapat menguapkan j aringan dengan Nd YAG tanpa kontak dengan jaringan mempunyai efek laser maksimal pada kedalaman 3mm dibawa mukosa dan efek termal dapat mencapai 100?C sehingga pada kekuatan 40 60 watts akan menyebabkan koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi letusan kecil yang disebut pop corn effect . Nd YAG ini aman untuk pe ngobatan prostat oleh karena pembuluh darah yang agak besar dan pembuluh darah p ada kapsul prostat akan menjadi penahan panas (heat sink) sehingga tidak akan te rjadi penjalaran panas keluar dari prostat. Tahun 1989 Johnson menemukan alat pembelok Nd YAG sehingga sinar laser tersebut dapat dibelokkan 90? dengan menggunakan pembelok dari emas yang ditempelkan diuj ung serat laser, sehingga sinar laser dapat diarahkan ke jaringan prostat dari d alam uretra. Dengan alat pembelok ini 92% dari energi laser masih dapat mencapai jaringan preostat. Costello (1992) mempelopori penggunaan laser ini utnuk ablas i pembesaran prostat jinak menggunakan laser yang dibelokkan 90? melalui sistosk opi. Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk mas ing- masing lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ab lasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ab lasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera akan me njadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang kan
  • 16. menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil akhir na nti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis T UR. Keuntungan bedah laser ialah : 1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akib at bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi 2. Teknik lebih sederhana 3. Waktu operasi lebih cepat 4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat 5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan 6. Resiko impotensi tidak ada 7. Resiko ejakulasi retrograd minimal Kerugian : Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional) TERAPI KONSERVATIF NON OPERATIF Sampai dengan tahun 1980-an kasus-kasus BPH selalu diatasi dengan operasi. Didor ong oleh faktor biaya dan morbiditas post operatif yang tidak nyaman maka terus dicari pendekatan yang lebih aman, nyaman dan bahkan lebih ekonomis. Di dalam pe natalaksanaan terapi hiperplasia prostat ini terdapat istilah terapi konservatif yang merupakan terapi non operatif. Untuk penderita yang oleh karena keadaan um umnya tidak memungkinkan dilakukan operasi dapat diusahakan pengobatan konservat if. Terapi konservatif ini masih terbagi lagi ke dalam berbagai kelompok, yaitu : 1. Observasi (Watchful waiting) Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. K adang-kadang mereka yang mengeluh pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) ringan dapat sembuh sendiri dengan observasi ketat tanpa mendapatkan terapi apapun. Tet api diantara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tind akan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.11 2. a. Medikamentosa Penghambat adrenergik ? Seperti kita ketahui persyarafan trigonum leher vesika, otot polos prost at dan kapsul prostat terutama oleh serabut-serabut saraf simpatis, terutama men gandung reseptor alpha, jadi dengan pemberian obat golongan alpha adrenergik blo ker, terutama alpha 1 adrenergik bloker maka tonus leher vesika, otot polos pros tat dan kapsul prostat akan berkurang, sehingga sehingga menghasilkan peningkata n laju pancaran urin dan memperbaiki gejala miksi. Bila serangan prostatismus me muncak menjurus kepada retensio urin ini adalah pertanda bahwa tonus otot polos prostat meningkat atau berkontraksi sehingga pemberian obat ini adalah sangat ra sional. Episode serangan biasanya cepat teratasi. Contoh obatnya adalah Phenoxy benzanmine (Dibenyline) dosis 2x10 mg/hari. Sekara ng telah tersedia obat yang lebih selektif untuk alpha 1 adrenergik bloker yaitu Prazosine, dosisnya adalah 1-5 mg/hari, obat lain selain itu adalah Terazosin d osis 1 mg/hari, Tamzulosin dan Doxazosin. Pengobatan dengan penghambat alpha ini pertama kali dilakukan oleh Caine dan kawan-kawan yang dilaporkan pada tahun 19 76. Dengan pengobatan secara ini ditemukan perbaikan sekitar 30-70% pada symptom skore dan kira-kira 50% pada flow rate. Tetapi kelompok obat ini tidak dapat di gunakan berkepanjangan karena efek samping obat ini berupa hipotensi ortostatik, palpitasi, astenia vertigo dan lain-lain yang sangat mengganggu kualitas hidup kecuali bagi penderita hipertensi. Penelitian terakhir di Amerika Serikat menyebutkan bahwa Doxazosin terbukti efek tif dalam pengobatan hiperplasia prostat jangka panjang pada pasien hipertensi d an normotensi. Prazosine diketahui lebih selektif sebagai alpha 1 adrenergik blo
  • 17. ker, sedang phenoxy benzanmine meskipun lebih kuat tetapi tidak selektif untuk r eseptor alpha 1 dan alpha 2, dan sekarang ditakutkan phenoxy benzanmine bersifat karsinogenik. Jadi kelompok obat penghambat adrenoreseptor alpha ini hanya dapa t digunakan untuk jangka pendek dan akan lebih fungsional pada terapi tahap awal , obat ini mempunyai efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempeng aruhi proses hiperplasia prostat sedikitpun. Bila respon dari pengobatan ini bai k maka ini merupakan indikator untuk masuk kedalam tahap perawatan Watch and wait . 2,3,5,6,7,8,9 b. Fitoterapi Kelompok kemoterapi pada umumnya telah mempunyai informasi farmakokinetik dan fa rmakodinamik terstandar secara konvensional dan universal. Kelompok obat ini jug a disebut dengan obat modern . Tidak semua penyakit dapat diobati secara tuntas den gan kemoterapi ini. Banyak penyakit kronis, degeneratif, gangguan metabolisme, d an penuaan yang belum ada obatnya seperti: kanker, hepatitis, HIV, demensia, dll . Banyak pula yang belum bisa dituntaskan pengobatannya. Termasuk ini adalah: BP H, DM, hipertensi, rematik, dll. Sehingga diperlukan terapi komplementer atau al ternatif. Kelompok terapi ini disebut Fitoterapi. Disebut demikian karena berasa l dari tumbuhan. Bahan aktifnya belum diketahui dengan pasti, masih memerlukan p enelitian yang panjang. Namun secara empirik, manfaat sudah lama tercatat dan semakin diakui. Diantara s ekian banyak fitoterapi yang sudah masuk pasaran, diantaranya yang terkenal adal ah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin seeds yang digunakan untuk peng obatan BPH. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dala m upaya pengendalian prosatisme BPH dalam kontek watchfull waiting strategy . Di Je rman 90% kasus BPH di terapi dengan Serenoa repens tunggal atau kombinasi, dan d i negara-negara Eropa dan Amerika pemakaiannya terus meningkat dengan cepat. a. Saw Palmetto Berry (SPB) yang disebut juga Serenoa repens adalah suatu o bat tradisional Indian. Catatan empiriknya tentang manfaat tumbuhan ini untuk ga ngguan urologis sudah ada sejak tahun 1900. Isu back to nature memberikan iklim yang kondusif bagi pemakaian obat ini. Bukti-bukti empirik lapangan dan empirik uji klinik semakin banyak mencatat efek tifitas dan keamanannya. Dalam Current Medical Diagnosis and Treatment (2001) di nyatakan bahwa Saw Palmetto Berry (SPB) ini didalam 18 RCT (Randomized Clinical Trial) dengan 2939 subyek adalah superior terhadap placebo dan efektifitasnya sa ma dengan finasteride. Efek samping obat berupa disfungsi ereksi = 1,1% sedangk an finasteride = 4,9%. Dalam Life Extension Update dimuat, dari sebanyak 32 publ ikasi studi terdapat catatan bahwa extract dari SPB ini secara signifikan menunj ukan perbaikan klinis dalam hal : a) Frekuensi nokturia ? berkurang b) Aliran kencing ? bertambah lancar c) Volume residu dikandung kencing ? berkurang d) Gejala kurang enak dalam mekanisme urinoir ? berkurang Mekanisme kerja obat ini belum dapat dipastikan tetapi diduga kuat ia : a) Menghambat aktifitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor andr ogen b) Bersifat anti inflamasi dan anti udem dengan cara menghambat aktifitas e nzim cycloxygenase dan 5 lipoxygenase. b. Pumpkin seeds (Cucurbitae peponis semen) Testimoni empirik tradisional bahan ini telah digunakan di Jerman dan Austria se jak abad 16 untuk gangguan urinoir dan belakangan ini ekstraknya dipakai untuk men gatasi gejala yang berhubungan dengan BPH didalam konteks farmakoterapi maupun u ji klinis kombinasi dengan ekstraks serenoa repens. Penelitian di Jerman melakukan studi terhadap preparat yang mengandung komponen utama beta- sitosterol dengan sedikit campuran campesterot dan stigmasterol untuk mengobati hiperplasia prostat. Hasilnya, terjadi perbaikan seperti halnya terap i menggunakan penghambat reseptor alpha dan 5-alpha reduktase, tetapi dengan efe k samping yang lebih minimal. Walaupun mekanisme kerja dari preparat campuran fi tosterol ini belum dapat dibuktikan, penelitian terus dikembangkan untuk keperlu
  • 18. an di masa depan. c. Hormonal Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH- RH (super) agonist yaitu obat y ang menjadi kompetitor LH-RH mempunyai afinitas yang lebih besar dengan reseptor bagi LH-RH, sehingga obat ini akan menghabiskan reseptor dengan membentuk LH-RH s uper agonist reseptor kompleks. Sehingga mula- mula oleh karena banyaknya LH-RH s uper agonist yang menangkap reseptor, pada permulaan justru akan terjadi kenaika n produksi LH oleh hypofisis. Tetapi setelah reseptor habis maka LH-RH tidak dapat lagi mencari reseptor , maka LH akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin, deng an dosis minggu I 3dd 500 ?g s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal spray 200 ? g, 3 kali sehari. Pemberian obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat hipofisis misaln ya dengan pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan produksi LH, yang menyebabka n produksi testosteron oleh sel leydig berkurang. Cara ini tentu saja menyebabka n penurunan libido oleh karena penurunan kadar testosteron darah. Pada tingkat infra hipofisis pemberian estrogen dapat memberikan umpan balik den gan menekan produksi FSH dan LH, sehingga produksi testosteron juga menurun. Con toh preparatnya ialah Diaethyl Stilbestrol (DES) dosis satu kali 1-5 mg sehari. Pada tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran prostat jinak h anya dikenal pada sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk hiperplasia prosta t telah ditinggalkan. Untuk karsinoma prostat tentu saja orchiectomi masih diker jakan oleh karena pertimbangan kemungkinan penyebaran ca prostat dan juga biasan ya penderita telah tua. Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen yang meka nisme kerjanya mencegah hidrolise testosteron menjadi DHT dengan cara menghambat 5 alpha reduktase, suatu enzim yang diperlukan untuk mengubah testosteron menja di dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon androgen yang mempengaruhi pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga jumlah DHT berkurang tetapi jumlah testosteron tidak berkurang, sehingga libido juga tidak menurun. Penurunan kadar zat aktif dehidr otestosteron ini menyebabkan mengecilnya ukuran prostat. Contoh obat tersebut ia lah Finesteride, Proscar dengan dosis 5 mg/hari dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride mengurangi volume prostat sampai 30%. Penelitian lain di Kana da menyatakan bahwa Finasteride mengurangi volume prostat pada 613 pria dengan a ngka rata-rata 21%, mengurangi gejala dan memperbaiki laju pancaran urin sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan tidak mempunyai efek samping yang ber makna. Obat anti androgen lain yang juga bekerja pada tingkat prostat ialah obat yang m empunyai mekanisme kerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap reseptor DHT sehi ngga DHT tidak dapat membentuk kompleks DHT-Reseptor. Contoh obatnya ialah : Cyp roterone acetate 100 mg 2 kali/hari, Flutamide, medrogestone 15 mg2 kali/hari da n Anandron. Obat ini juga tidak menurunkan kadar testosteron pada darah, sehingg a libido tidak menurun. Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini mempun yai khasiat : mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang berguna untuk me tabolisme steroid, menekan LH dan FSH, menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase sehingga DHT tidak terbentuk. Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg empat kali sehari dan MPA 300-500 mg/hari. Kesulitan pengobatan konservat if ini adalah menentukan berapa lama obat harus diberikan dan efek samping dari obat. 3. Invasif Minimal a. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT) Cara memanaskan prostat sampai 44,5?C 47?C ini mulai diperkenalkan dalam tiga ta hun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat , selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga t ekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip cara ini ialah memas ang kateter semacam Foley dimana proximal dari balon dipasang antene pemanas yan g baru dipanaskan dengan gelombang mikro melalui kabel kecil yang berada didalam kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3 jam. Dengan cara pengobatan ini dengan
  • 19. mempergunakan alat THERMEX II diperoleh hasil perbaikan kira-kira 70-80% pada sy mptom obyektif dan kira-kira 50-60% perbaikan pada flow rate maksimal. Mekanisme yang pasti mengenai efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu teori yang masih harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi per usakan pada reseptor alpha yang berada pada leher vesika dan prostat. Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan gelom bang mikro dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans Urethra l Microwave Treatment (TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan radio capacit ive frequency yang dapat memanaskan prostat sampai 44,5?C - 47?C selama 3 jam ( TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah pada 112 kasus yang diobati dengan cara in i didapatkan hasil : perbaikan symptom score pada 79 penderita (75%) dan perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%) tetapi perbaikan pada maximal flow ra te hanya ditemukan pada 55 penderita (50%). Cara pengobatan hypertermia ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengena i cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin timbul. Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwav e kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkura ng. Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang radio frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat juga ar ah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel d iluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat pemanasnya mempuny ai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama pemanasan urine tetap da pat mengalir keluar. b. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD) Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jal an melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi t erbuka (transvesikal). Pertama kali dikerjakan oleh Hollingworth 1910 dan Franck 1930. Kemudian Deisting 1956 melakukan dengan dilator transuretral. Tetapi sebe narnya pelopor penggunaan balon adalah H.Joachus Burhenne yang mula-mula mencoba pada anjing dan cadaver, akhirnya dicoba di klinik. Castaneda bersama-sama Reddy dan Hulbert kemudian menyempurnakan tehnik Burhenne tersebut. Konsep dilatasi dengan balon ini ialah mengusahakan agar uretra pars prostatika menjadi lebar melalui mekanisme: 1. Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar 2. Kapsul prostat diregangkan 3. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut 4. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika d irusak Prosedur ini meskipun bisa dilakukan dengan anestesi topikal, sebaiknya dilakuka n dengan narkose. Balon mempunyai diameter 30 mm kemudian dengan alat dikembangk an sampai 4 atm yang sama dengan 58,8 psi atau 3040 mmHg dan kaliber uretra menj adi 30 mm atau 90 F. Kemudian setelah balon dikempeskan kembali kateter dilepask an dengan menggunakan guide wire dan kateter dilepas memutar kebalikan dari arah jarum jam sementara dapat dipasang cystostomi dengan trocard. TUBD ini biasanya memberikan perbaikan yang bersifat sementara.2,7,8 c. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA) Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan abl asi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tuju an untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan meka nisme ejakulasi dapat dipertahankan.2,7,8 d. Stent Urethra Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dib uat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath). Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan dengan bant
  • 20. uan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya, panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang panjangnya sesuai, l alu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah ben ar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter pe ndorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal ya ng juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi pend erita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. Akhir-akhi r ini dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan lebih lama, misalnya Por ges Urospiral (Parker dkk.) atau Wallstent (Nording, A.L. Paulsen). Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars prost atika dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut melekat pada dinding uretra. VESICOLITHIASIS Definisi Vesicolithiasis adalah batu yang menghalangi aliran kemih akibat penutupupan leh erkandung kemih, maka aliran yang tadinya lancar tiba-tiba berhenti dan menetes disertai rasa nyeri. Batu saluran kemih digolongkan menurut tempatnya menjadi ba tu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung komponen Kristal serta matriks organic. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila keluar akan dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. Jadi berdasarkan asal dari batu di kandung kemi h itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu yang berasal dari vesika ur inia atau disebut dengan batu primer dan batu yang berasal dari ginjal atau dise but dengan batu sekunder B. Etiologi 1. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar 2. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra) 3. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang mengine rvasi bladder) 4. Benda asing ? misalnya kateter 5. Divertikula ? urin dapat tertampung pada suatu kantung didinding vesika urina ria 6. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium ? lesi mengarah keganasan Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa yang saling mempengaruh i. Statis menyebabkan bakteri berkembang ? sistitis; urin semakin basa ? memberi suasana yang tepat untuk terbentuknya batu MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Bat u yang terbentuk bisa tunggal ataupun banyak. Batu buli atau vesicolithiasis digolongkan menjadi 3 macam. Batu sekunder, Dikatakan batu sekunder jika batu di kandung kencing oleh karena suatu proses ya ng dapat diketahui atau diterangkan dengan jelas sebab musababnya. Contohnya bat u saluran kencing karena gangguan aliran kencing karena pembesaran prostat, peny empitan saluran (striktur uretra). Kencing yang lama tidak mengalir akan mengend ap. Jika endapan ini berlanjut maka terbentuklah batu kandung kencing. Contoh la innya: batu kandung kencing karena pembuangan garam kalsium berlebih seperti pad a kelainan kelenjar tiroid. Pada pasien dengan kadar asam urat yang tinggi serin g didapatkan kadar asam urat yang tinggi pula dalam kencingnya. Jika komponen pe mbentuk batu banyak di air kencing maka kemungkinan untuk menjadi batu akan besa r. Hal yang mungkin dikeluhkan pada pasien ini antara lain: kencing yang tersendat, pancaran kencing melemah, sering bangun malam untuk kencing, pancaran kencin ya ng terbelah, pancaran kencing yang kecil. Ataupun tanda penyakit asam urat seper ti jika makan jeroan jempol kaki bengkak, sendi badan sakit. Gondok yang membesa r, dengan tangan yang gemetaran. Riwayat infeksi saluran kencing. Batu migrans/migrating stone Dikatakan migrating stone jika sebetulnya batu berasal dari ginjal (tepatnya di
  • 21. tubulus colectivus renalis) dan turun mengikuti aliran kencing. Setelah di kandu ng kencing batu tersebut membesar oleh karena banyak zat pembentuk batu dari ken cing yang ikut menempel. Keluhan yang sering dikatakan pasien ini antara lain pernah merasa nyeri pinggan g atau punggung yang tidak jelas/tidak terlalu nyeri, nyeri pinggang sangat taja m/menusuk yang kadang menyebar ke perut dan paha. Batu primer Dikatakan batu primer jika tidak dapat diklasifikasikan dalam kedua kelompok dia tas. Pada pasien batu kandung kencing menimbulkan beberapa gejala yang khas. 1. Rasa nyeri di akhir kencing yang kadang diikuti keluarnya darah. 2. Rasa nyeri di ujung penis. 3. Intermitensi, yaitu kencing berhenti kencing lagi. Hal ini karena saat kan dung kencing mengosongkan kencing, batu saluran kencing ikut hanyut dan menutup lubang kencing bagian dalam (orificium uretra internum). Saat kencing berhenti, batu terlepas lagi sehingga kencing dapat mengalir lagi. Hal ini terjadi jika ba tu masih kecil. Jika batu sudah besar mala tidak dapat terjadi. 4. Kencing tiba-tiba terhenti/tidak dapat kencing yang sebelumnya dapat ken cing lancar tanpa keluhan. Hal ini karena batu kandung kencing menyumbat dan tid ak terlepas lagi. 5. Dalam buku text mungkin tertulis kencing terhenti dan mengalir lagi jika berubah posisi. Hal ini sulit untul dibawa ke penjelasan klinis, karena kita bi asanya tidak berubah posisi jika kencing, maksudnya tetap saja berdiri atau jong kok. Mungkin tidak pernah ada yang melakukan saat kencing terhenti terus nunggin g agar mengalir lagi. Meskipun demikian pernyataan ini tetap kita hormati. 6. Pada anak kecil yang belum dapat berkomunikasi dengan baik atau pada ret ardasi mental pasien sering menarik penis. Bahkan pernah dijumpai pasien retarda si datang dengan patahnya penis (rupture penis) dan saat dilakukan pemeriksaan lanjut ditemukan adanya batu kandung kencing. Penanganan pasien batu kandung kencing terutama menghindari terhentinya /tidak dapatnya kencing. Jika kencing terhambat maka lambat laun akan terjadi gagal gin jal. Hal ini dilaksanakan dengan pemasangan selang kateter ataupun aspirasi supr a pubik untuk pertolongan pertama. Hal lainnya adalah kemungkinan infeksi. Batu di saluran kencing dapat menjadi markas bakteri/kuman penyakit. Hal ini karena bak teri membentuk biofilm yang tidak dapat ditembus antibiotic di permukaan batu, b akteri bersembunyi dibawah biofilm. Diberikan antibiotic bertujuan untuk mengura ngi/menghilangkan bakteri yang tidak terlindungi biofilm sambil menunggu tindaka n operasi. Batu pada kandung kencing memerlukan terapi bedah jika tidak dapat keluar dengan sendirinya. Hal ini karena komponen penyusun batu mayoritas berupa struvit (alu munium magnesium sulfat), oksalat dan kapur. Zat sat ini tidak akan larut dengan obat pelarut biasa. Terapi bedah dapat berupa bedah terbuka ataupun minimal inv asif. Operasi terbuka dilaksanakan dengan jalan membuka kandung kencing dan kemudian m engeluarkan batu dari lubang tersebut. Operasi minimal invasive dengan jalan mem asukkan alat kedalam kandung kencing melalui lubang kemaluan (penis). Alat terse but kemudian memecahkan batu. Dengan tehnik ini tidak didapatkan luka sayatan op erasi. C. Tanda dan gejala 1. Dapat tanpa keluhan 2. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing) 3. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita). 4. Terdapat hematuri pada akhir kencing 5. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh). 6. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna. 7. Bila batu mneyumbat muara ureter à hidrouereter à hidronefrosisà gagal ginjal
  • 22. D. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a. Darah : ureum/kreatinin, elektrolit, Ca, Phospat anorganik. Alkali Phospate, Asam urat, Protein, Hb b. Urin : rutin (Midstream urin) 2. Radiologi a. Foto polos : BNO ? tampak opak (90%), lebih baik dilanjutkan dengan IVP untuk mengetahui ada atau tidak kerusakan pada ginjal b. IVP : Dapat untuk melihat batu di lain tempat, anatomi saluran kencing bagian atas c. PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih d. USG : Gambaran acustic shadow 3. Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing. 4. Fisik : Kurang berarti, kecuali jika batu cukup besar E. Penatalaksanaan Tujuan Therapi : membuang batu 1. Secara tertutup Litotripsi (menghancurkan batu). Tenaga litotripsi bisa berasal dari manusia-mek anik, LASER, atau elektrohidrolik. 2. Secara terbuka Dengan membuka v.u secara SECTIO ALTA F. Komplikasi Komplikasi akibat tindakan litotripsi, adalah: 1. Ruptur v.u 2. Ruptur uretra 3. Prostatitis 4. Pyelonefritis 5. Septikemia 6. Hematuria Daftar Pustaka Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 19 97. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC, 1994. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, J akarta : Binarupa Aksara, 1995. Staf Pengajar FK- UI ( Bagian Bedah ), (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.