SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
GIZI PADA REMAJA
Dosen: Tri Ayu Lestari, SKM,M.KM
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan makanan yang
beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam
pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang
mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi
kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan
yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-
sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin
dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-
organ tubuh.
B. Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan
anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan
normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk
berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada
beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status
nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey menunjukkan
bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10
tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja
mengalami obesitas. Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang
berusia dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai
akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup.
Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka
butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup
seperti yang direkomendasikan. Salah satu keprihatinan utama
mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat,
magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang
buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari
berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada
remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga
kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh,
kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosis saat mereka dewasa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari
pati makanan. Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan
tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya
masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan
gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan
gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup
lama.Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal,
maupun gizi lebih.Kekurangan salah satu zat gizi dapat
menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi, dan bila
kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan
yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan
fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan
badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan
prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh
terhadap penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta
senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan
remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.
D. Keadaan Gizi Remaja Saat Ini
Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap
kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa
sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta
hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja.
Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal
pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan,
membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75%
menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo
menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi
kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang,
ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia;
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5%
dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang
(10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia
kekurangan besi.
Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh
memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol
dan obat, meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di
samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan
dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih
tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja
(89%) yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka
yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah
melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan.
Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali
mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu
makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh
remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut
makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama
sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan
C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi.
Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang
terkandung dalam makanan itu.
E.Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan
pada Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA
disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan.
Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak
berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai
secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan
klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table
RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy
ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera membutuhkan
sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19
tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550
kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan
usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi
badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan
energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm,
sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan
pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya
kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri
hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat.
Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua
mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot.
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200
mg remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan
tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin,
riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy.
Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari
karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan
asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan
dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak
cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping
vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin
C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok
F. Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode
puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi
karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan
pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak
dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan
pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan
gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering
sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri
tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena
remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang
yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna
meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak
ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka
dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image
kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia
nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin
kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan
yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja
merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada
remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan
pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh
yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik,
peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya
jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat
kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat
pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam
lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh
cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan
terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan
sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah
memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja
yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan
kacang, lebih mungkin untuk terserang asma.
Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit
asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan
pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah
anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan
sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai
pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh
seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara
zat besi yang masuk sedikit.
G. Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia
Remaja
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan
penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di
sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami
pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa
balita.
b. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada
keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat
gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan
terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil
besi dan vitamin A.
C .Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam
bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari
defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang
ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di
Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak
dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun
fortifikasi besi pada tepung.
Terimakasih

More Related Content

Similar to GIZI PADA REMAJA.pptx

CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
sugiartysoepardi
 
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
toniarifin1
 
Gizi remaja
Gizi remajaGizi remaja
Gizi remaja
mbanarti
 
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptxDETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
HajrinPajri1
 

Similar to GIZI PADA REMAJA.pptx (20)

Peran Zat Gizi Pada Remaja
Peran Zat Gizi Pada RemajaPeran Zat Gizi Pada Remaja
Peran Zat Gizi Pada Remaja
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
 
Penilaian Status Gizi.pptx
Penilaian Status Gizi.pptxPenilaian Status Gizi.pptx
Penilaian Status Gizi.pptx
 
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Pentingnya Status Gizi Masa Prakonsepsi.pptx
Pentingnya Status Gizi Masa Prakonsepsi.pptxPentingnya Status Gizi Masa Prakonsepsi.pptx
Pentingnya Status Gizi Masa Prakonsepsi.pptx
 
Makanan sehat
Makanan sehatMakanan sehat
Makanan sehat
 
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
123 slide.org makalah gizi balita bayi.doc
 
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Cegah Stunting Gizi Remaja.ppt.pptx
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Cegah Stunting Gizi Remaja.ppt.pptxGerakan Masyarakat Hidup Sehat Cegah Stunting Gizi Remaja.ppt.pptx
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Cegah Stunting Gizi Remaja.ppt.pptx
 
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIAKEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
 
Materi Stunting.pptx
Materi Stunting.pptxMateri Stunting.pptx
Materi Stunting.pptx
 
5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt
 
Gizi 1
Gizi 1Gizi 1
Gizi 1
 
Gizi remaja
Gizi remajaGizi remaja
Gizi remaja
 
GIZI_PADA_REMAJA.pptx
GIZI_PADA_REMAJA.pptxGIZI_PADA_REMAJA.pptx
GIZI_PADA_REMAJA.pptx
 
KONSEP DAN PRINSIP GIZI PADA ANAK SEKOLAH DAN REMAJA
KONSEP DAN PRINSIP GIZI PADA ANAK SEKOLAH DAN REMAJAKONSEP DAN PRINSIP GIZI PADA ANAK SEKOLAH DAN REMAJA
KONSEP DAN PRINSIP GIZI PADA ANAK SEKOLAH DAN REMAJA
 
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASAKEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
KEBUTUHAN GIZI PADA USIA REMAJA DAN DEWASA
 
GIZI dan Makanan
GIZI dan MakananGIZI dan Makanan
GIZI dan Makanan
 
Kebutuhan gizi
Kebutuhan giziKebutuhan gizi
Kebutuhan gizi
 
Kadarzi pkm lumbang
Kadarzi pkm lumbangKadarzi pkm lumbang
Kadarzi pkm lumbang
 
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptxDETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
DETEKSI GANGGUAN GIZI PADA BAYI DAN ANAK UNTUK.pptx
 

Recently uploaded

DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 

GIZI PADA REMAJA.pptx

  • 1. GIZI PADA REMAJA Dosen: Tri Ayu Lestari, SKM,M.KM
  • 2. A. Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur- sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ- organ tubuh.
  • 3. B. Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas. Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
  • 4. Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja. Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko osteoporosis saat mereka dewasa.
  • 5. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.
  • 6. Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja: 1. Psikologis. 2. Lingkungan sekolah. 3. Konsumsi makanan tidak cukup. 4. Pilihan terhadap makanan. 5. Tidak ada nafsu makan.
  • 7. D. Keadaan Gizi Remaja Saat Ini Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi.
  • 8. Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan: 1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak. 2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi. 3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
  • 9. Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
  • 10. E.Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial. Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
  • 11. Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja. Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986), terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok
  • 12. F. Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
  • 13. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
  • 14. Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal. Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.
  • 15. G. Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain: a. Program Edukasi Gizi Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita. b. Program Suplementasi Gizi Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya. Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A.
  • 16. C .Program Fortifikasi Bahan Makanan Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut. Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.