SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB 6
MENYIPAT DATAR

Pengajar :
A.Adhe Noor PSH, ST, MT
Definisi
Tujuan :
menentukan beda tinggi antara titik – titik di
atas permukaan bumi secara teliti.
Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi
mengacu pada suatu bidang referensi yaitu
bidang yang ketinggiannya dianggap nol.
Definisi
Bidang ini disebut sebagai bidang geoid, yaitu
bidang ekuipotensial yang berhimpit dengan
permukaan air laut rerata (mean sea level) 
bidang nivo  bidang yang selalu tegak lurus
dengan arah gaya berat dimana saja di
permukaan bumi.
Definisi

Gambar 1 Bidang referensi ketinggian
Alat Penentu Beda tinggi
Penentuan beda tinggi :
a. Sipat datar (spirit levelling)
b. Takhimetrik (tachymetric levelling)
c. Trigonometrik (trigonometric levelling)
d. Barometrik (barometric levelling)
Komponen Dasar Alat Sipat Datar
Alat sipat datar terdiri atas :
a. statip agar alat tegak berdiri
b. rambu ukur  membaca tinggi garis bidik pada
titik yang akan diukur beda tingginya di lapangan.
Bahan bisa terbuat dari aluminium, besi, kayu atau
invar. Rambu memilki nivo rambu dan statip rambu
agar dapat membantu rambu tegak berdiri.
Panjang rambu 3, 4 atau 5 m.
Konsep Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi antara dua buah titik
1.Konsep Penentuan beda tinggi.

Gambar 3 Penentuan beda tinggi

Sipat datar merupakan konsep penentuan beda tinggi antar dua buah
titik atau lebih dengan garis bidik mendatar / horisontal yang diarahkan
pada rambu – rambu yang berdiri tegak / vertikal.
Konsep Pengukuran Beda Tinggi
Beda tinggi antar A dan B dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
∆HAB = a – b ,
dengan
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda
tingginya,
a dan b : bacaan rambu atau tinggi garis mendatar / garis bidik
di titik A dan B
HA dan HB
: ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi (m)
∆HAB : beda tinggi antara A dan B (m)
Apabila ∆HAB > 0, maka Posisi titik B lebih tinggi daripada
titik A.
Apabila ∆HAB < 0, maka Posisi titik B lebih rendah daripada
titik A
Tipe Pengukuran Beda Tinggi
2. Tipe pengukuran beda tinggi antara dua buah titik.
Jarak bidik optimum alat penyipat datar berkisar antara
40 – 60 m, sehingga bila jarak antar dua buah titik
yang akan diukur cukup dekat, maka tipe
pengukuran dengan alat penyipat datar dapat
dilakukan dengan beberapa kemungkinan cara
sebagai berikut.
Tipe Pengukuran Beda Tinggi

Gambar 4 Kemungkinan tipe pengukuran beda tinggi di lapangan
Tipe Pengukuran Beda Tinggi
Slag : jarak antara dua buah rambu, dimana
posisi alat berada di tengahnya, sehingga
terjadi bidikan ke rambu muka dan ke rambu
belakang.
Pengukuran Sipat Datar Berantai
3. Pengukuran sipat datar berantai.
Pengukuran ini dilakukan apabila jarak antara
dua buah titik yang akan diukur berjauhan (melebihi
batas optimum) dan dinamakan differential levelling.
Pengukuran beda tinggi tidak cukup dilakukan
satu kali jalan melainkan dilakukan pengukuran pergipulang dengan pelaksanaan salam satu hari
(dinamakan seksi/section) yang dimulai dan diakhiri
pada titik tetap.
Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
Pengukuran Sipat Datar Berantai

Gambar 5 Differential Levelling
Pengukuran Sipat Datar Berantai
Pada gambar di atas, titik A dan B adalah titik yang
akan dicari beda tingginya.
Karena jarak cukup jauh, maka dibuat beberapa slag.
Beda tinggi antara A dan B adalah kumulatif dari
beda tinggi setiap slag, yaitu :
∆hA1 = a1 – b1
dengan,
Σa
: jumlah pembacaan rambu belakang
∆hA2 = a2 – b2
Σb
: jumlah pembacaan rambu muka
∆hA3 = a3 – b3
Σ ∆h
: beda tinggi setiap slag
- = - ∆hAB = Σ ∆ h = Σ a – Σ b
Perataan Beda Tinggi
4. Perataan beda tinggi ukuran sipat datar
Apabila jarak antara dua buah titik sangat jauh,
dilakukan pengukuran pergi – pulang. Beda tinggi
yang diperoleh pun ada dua yaitu beda tinggi pergi
(∆hpg) dan beda tinggi pulang (∆hpl).
Beda tinggi definitif yang digunakan adalah
rerata antara ∆hpg dan ∆hpl sebagai berikut.
∆h rerata (∆hr) = 0,5 x (∆hpg + ∆hpl)
Perataan Beda Tinggi
• Pengukuran pergi – pulang akan menghasilkan beda tinggi
(∆h) yang tidak sama (∆hpg ≠ ∆hpl ), oleh karena dalam
pengukuran di lapangan banyak ketidak sempurnaan. Selisih
antara hasil pengukuran pergi dan pulang serta jarak
antaranya akan menentukan diterima atau tidaknya hasil
pengukuran tersebut.
• Angka penentu diterima atau tidaknya perbedaan hasil
pengukuran pergi dan pulang (∆hpg dan ∆hpl) disebut toleransi.
Apabila selisih ∆hpg dan ∆hpl ≤ toleransi  pengukuran
tersebut diterima. Apabila selisih ∆hpg dan ∆hpl > toleransi 
pengukuran tersebut ditolak.
Perataan Beda Tinggi
• Apabila hasil pengukuran diterima (selisih ∆hpg dan
∆hpl ≤ toleransi ), maka beda tinggi definitif antara A
dan B adalah rerata ∆hpg dan ∆hpl.
• Selisih antara ∆hr dan ∆hpg dinamakan penyimpangan
pengukuran pergi sedangkan selisih antara ∆hr dan
∆hpl penyimpangan pengukuran pulang.
• Simbol untuk penyimpangan pengukuran pergi atau
pulang adalah fh.
Perataan Beda Tinggi
Apabila akan dicari beda tinggi antar slag secara definitif
maka ∆hpg atau ∆hpl dikoreksi sebanding dengan jarak –
jaraknya, atau :
εΗi = fH x (di / Σd)
dengan
εΗi : koreksi beda tinggi slag ke i
fH : kesalahan atau penyimpangan pengukuran
di : jarak slag ke i
Σd : jumlah jarak dalam seksi
Perataan Beda Tinggi
Apabila pengukuran terdiri atas beberapa seksi dan berbentuk tertutup
(loop/circuit)  persyaratan untuk setiap seksi harus ≤ toleransi.
Pengukuran tertutup (loop/circuit) juga harus ≤ toleransi, selain itu jumlah
beda tinggi rerata loop seksi harus sama dengan nol (Σ∆hRS = 0 ).
Apabila Σ∆hRS ≠ 0  dinamakan fH (kesalahan penutup beda tinggi).
Apabila fh ≤ toleransi  pengukuran tertutup diterima.
Agar dapat memenuhi persyaratan Σ∆hRS = 0, maka beda tinggi rerata setiap
seksi dikoreksi sebesar berikut.
εHi = fH x ( Di / ΣD )
dengan
εHi : koreksi beda tinggi seksi ke i
fH : kesalahan penutup beda tinggi
Di : jarak seksi ke i (jarak rerata pergi – pulang)
ΣD : jumlah jarak pengukuran tertutup
Sumber Kesalahan yang umumnya terjadi dalam Pengukuran dengan
menggunakan Alat Penyipat Datar di Lapangan
Bersumber dari alat ukur
a.
b.
c.
d.

garis bidik tidak sejajar garis arah nivo
kesalahan titik nol rambu
rambu tidak betul - betul vertikal
penyinaran pada alat tidak merata

a.
b.
c.
d.

kurang paham tentang pembacaan rambu
mata cacat atau lelah
kondisi fisik yang lemah
pendengaran yang kurang

a.
b.
c.

kelengkungan permukaan bumi
refraksi sinar
Undulasi

Bersumber dari si pengukur

Bersumber dari alam

Kondisi tanah tidak stabil
Sekian Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Iqrimha Lairung
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basicbramantiyo marjuki
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingMgs Zulfikar Rasyidi
 
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Mario Yuven
 
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)Ahmad Dani
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanahyulika usman
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMRega Surveyor
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonHendra Supriyanto
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanHendra Supriyanto
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapRetno Pratiwi
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhAlrezPahlevi
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialFaisal Widodo Bancin
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangafadliansyah
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luasKharistya Amaru
 

What's hot (20)

Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
Transformasi Datum
Transformasi DatumTransformasi Datum
Transformasi Datum
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
 
DIGITASI
DIGITASIDIGITASI
DIGITASI
 
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)
Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG)
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunan
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkap
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
 

Similar to MENYIPAT DATAR

Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pasbond
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahDevita Anjani
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahyonolino
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxNanaPkun
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptxALFIANSYAHYOGAREZASA
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Mario Yuven
 
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxBAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxazizahsiti6
 
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptxSupriyadiBinPurhan
 
edu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaedu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaEdu Gai-jien
 

Similar to MENYIPAT DATAR (20)

Bab 6 menyipat datarasdfgh
Bab 6 menyipat datarasdfghBab 6 menyipat datarasdfgh
Bab 6 menyipat datarasdfgh
 
Iuw 7v beda tinggi
Iuw   7v beda tinggiIuw   7v beda tinggi
Iuw 7v beda tinggi
 
Pig
PigPig
Pig
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanah
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
Iuw 6v beda tinggi
Iuw   6v beda tinggiIuw   6v beda tinggi
Iuw 6v beda tinggi
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptx
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
 
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxBAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
 
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
 
Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur TanahIlmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Tanah
 
Pengukuran mendatar 3
Pengukuran mendatar 3Pengukuran mendatar 3
Pengukuran mendatar 3
 
edu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaedu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke muka
 
Xii dimensi tiga
Xii dimensi tigaXii dimensi tiga
Xii dimensi tiga
 

More from Hendra Supriyanto

Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahHendra Supriyanto
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaHendra Supriyanto
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailHendra Supriyanto
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixHendra Supriyanto
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanHendra Supriyanto
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailHendra Supriyanto
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixHendra Supriyanto
 
matakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanmatakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanHendra Supriyanto
 

More from Hendra Supriyanto (11)

Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
 
Bab 7 menyipat datar 2
Bab 7 menyipat datar 2Bab 7 menyipat datar 2
Bab 7 menyipat datar 2
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
 
Bab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygonBab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygon
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detail
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fix
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunan
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detail
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fix
 
matakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanmatakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunan
 
Infokom
InfokomInfokom
Infokom
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 

MENYIPAT DATAR

  • 1. BAB 6 MENYIPAT DATAR Pengajar : A.Adhe Noor PSH, ST, MT
  • 2. Definisi Tujuan : menentukan beda tinggi antara titik – titik di atas permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi mengacu pada suatu bidang referensi yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol.
  • 3. Definisi Bidang ini disebut sebagai bidang geoid, yaitu bidang ekuipotensial yang berhimpit dengan permukaan air laut rerata (mean sea level)  bidang nivo  bidang yang selalu tegak lurus dengan arah gaya berat dimana saja di permukaan bumi.
  • 4. Definisi Gambar 1 Bidang referensi ketinggian
  • 5. Alat Penentu Beda tinggi Penentuan beda tinggi : a. Sipat datar (spirit levelling) b. Takhimetrik (tachymetric levelling) c. Trigonometrik (trigonometric levelling) d. Barometrik (barometric levelling)
  • 6. Komponen Dasar Alat Sipat Datar Alat sipat datar terdiri atas : a. statip agar alat tegak berdiri b. rambu ukur  membaca tinggi garis bidik pada titik yang akan diukur beda tingginya di lapangan. Bahan bisa terbuat dari aluminium, besi, kayu atau invar. Rambu memilki nivo rambu dan statip rambu agar dapat membantu rambu tegak berdiri. Panjang rambu 3, 4 atau 5 m.
  • 7. Konsep Pengukuran Beda Tinggi Pengukuran beda tinggi antara dua buah titik 1.Konsep Penentuan beda tinggi. Gambar 3 Penentuan beda tinggi Sipat datar merupakan konsep penentuan beda tinggi antar dua buah titik atau lebih dengan garis bidik mendatar / horisontal yang diarahkan pada rambu – rambu yang berdiri tegak / vertikal.
  • 8. Konsep Pengukuran Beda Tinggi Beda tinggi antar A dan B dapat dirumuskan sebagai berikut ini. ∆HAB = a – b , dengan A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya, a dan b : bacaan rambu atau tinggi garis mendatar / garis bidik di titik A dan B HA dan HB : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi (m) ∆HAB : beda tinggi antara A dan B (m) Apabila ∆HAB > 0, maka Posisi titik B lebih tinggi daripada titik A. Apabila ∆HAB < 0, maka Posisi titik B lebih rendah daripada titik A
  • 9. Tipe Pengukuran Beda Tinggi 2. Tipe pengukuran beda tinggi antara dua buah titik. Jarak bidik optimum alat penyipat datar berkisar antara 40 – 60 m, sehingga bila jarak antar dua buah titik yang akan diukur cukup dekat, maka tipe pengukuran dengan alat penyipat datar dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan cara sebagai berikut.
  • 10. Tipe Pengukuran Beda Tinggi Gambar 4 Kemungkinan tipe pengukuran beda tinggi di lapangan
  • 11. Tipe Pengukuran Beda Tinggi Slag : jarak antara dua buah rambu, dimana posisi alat berada di tengahnya, sehingga terjadi bidikan ke rambu muka dan ke rambu belakang.
  • 12. Pengukuran Sipat Datar Berantai 3. Pengukuran sipat datar berantai. Pengukuran ini dilakukan apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur berjauhan (melebihi batas optimum) dan dinamakan differential levelling. Pengukuran beda tinggi tidak cukup dilakukan satu kali jalan melainkan dilakukan pengukuran pergipulang dengan pelaksanaan salam satu hari (dinamakan seksi/section) yang dimulai dan diakhiri pada titik tetap. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
  • 13. Pengukuran Sipat Datar Berantai Gambar 5 Differential Levelling
  • 14. Pengukuran Sipat Datar Berantai Pada gambar di atas, titik A dan B adalah titik yang akan dicari beda tingginya. Karena jarak cukup jauh, maka dibuat beberapa slag. Beda tinggi antara A dan B adalah kumulatif dari beda tinggi setiap slag, yaitu : ∆hA1 = a1 – b1 dengan, Σa : jumlah pembacaan rambu belakang ∆hA2 = a2 – b2 Σb : jumlah pembacaan rambu muka ∆hA3 = a3 – b3 Σ ∆h : beda tinggi setiap slag - = - ∆hAB = Σ ∆ h = Σ a – Σ b
  • 15. Perataan Beda Tinggi 4. Perataan beda tinggi ukuran sipat datar Apabila jarak antara dua buah titik sangat jauh, dilakukan pengukuran pergi – pulang. Beda tinggi yang diperoleh pun ada dua yaitu beda tinggi pergi (∆hpg) dan beda tinggi pulang (∆hpl). Beda tinggi definitif yang digunakan adalah rerata antara ∆hpg dan ∆hpl sebagai berikut. ∆h rerata (∆hr) = 0,5 x (∆hpg + ∆hpl)
  • 16. Perataan Beda Tinggi • Pengukuran pergi – pulang akan menghasilkan beda tinggi (∆h) yang tidak sama (∆hpg ≠ ∆hpl ), oleh karena dalam pengukuran di lapangan banyak ketidak sempurnaan. Selisih antara hasil pengukuran pergi dan pulang serta jarak antaranya akan menentukan diterima atau tidaknya hasil pengukuran tersebut. • Angka penentu diterima atau tidaknya perbedaan hasil pengukuran pergi dan pulang (∆hpg dan ∆hpl) disebut toleransi. Apabila selisih ∆hpg dan ∆hpl ≤ toleransi  pengukuran tersebut diterima. Apabila selisih ∆hpg dan ∆hpl > toleransi  pengukuran tersebut ditolak.
  • 17. Perataan Beda Tinggi • Apabila hasil pengukuran diterima (selisih ∆hpg dan ∆hpl ≤ toleransi ), maka beda tinggi definitif antara A dan B adalah rerata ∆hpg dan ∆hpl. • Selisih antara ∆hr dan ∆hpg dinamakan penyimpangan pengukuran pergi sedangkan selisih antara ∆hr dan ∆hpl penyimpangan pengukuran pulang. • Simbol untuk penyimpangan pengukuran pergi atau pulang adalah fh.
  • 18. Perataan Beda Tinggi Apabila akan dicari beda tinggi antar slag secara definitif maka ∆hpg atau ∆hpl dikoreksi sebanding dengan jarak – jaraknya, atau : εΗi = fH x (di / Σd) dengan εΗi : koreksi beda tinggi slag ke i fH : kesalahan atau penyimpangan pengukuran di : jarak slag ke i Σd : jumlah jarak dalam seksi
  • 19. Perataan Beda Tinggi Apabila pengukuran terdiri atas beberapa seksi dan berbentuk tertutup (loop/circuit)  persyaratan untuk setiap seksi harus ≤ toleransi. Pengukuran tertutup (loop/circuit) juga harus ≤ toleransi, selain itu jumlah beda tinggi rerata loop seksi harus sama dengan nol (Σ∆hRS = 0 ). Apabila Σ∆hRS ≠ 0  dinamakan fH (kesalahan penutup beda tinggi). Apabila fh ≤ toleransi  pengukuran tertutup diterima. Agar dapat memenuhi persyaratan Σ∆hRS = 0, maka beda tinggi rerata setiap seksi dikoreksi sebesar berikut. εHi = fH x ( Di / ΣD ) dengan εHi : koreksi beda tinggi seksi ke i fH : kesalahan penutup beda tinggi Di : jarak seksi ke i (jarak rerata pergi – pulang) ΣD : jumlah jarak pengukuran tertutup
  • 20. Sumber Kesalahan yang umumnya terjadi dalam Pengukuran dengan menggunakan Alat Penyipat Datar di Lapangan Bersumber dari alat ukur a. b. c. d. garis bidik tidak sejajar garis arah nivo kesalahan titik nol rambu rambu tidak betul - betul vertikal penyinaran pada alat tidak merata a. b. c. d. kurang paham tentang pembacaan rambu mata cacat atau lelah kondisi fisik yang lemah pendengaran yang kurang a. b. c. kelengkungan permukaan bumi refraksi sinar Undulasi Bersumber dari si pengukur Bersumber dari alam Kondisi tanah tidak stabil