1. ILMU UKUR TANAH
MATERI
PENGUKURAN SIPAT DATAR
MEMANJANG
Oleh
HUTAMI SHINTYA P
2. Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran Sipat Datar adalah menentukan beda
tinggi berdasarkan garis bidik yang telah mendatar
dari alat ukur sipat datar.
Dan garis bidik yang telah mendatar tersebut
diarahkan ke rambu yang didirikan di suatu titik
yang hendak ditentukan beda tingginya dengan
titik lain dimana juga didirikan rambu.
Dengan mengetahui perbedaan bacaan rambu di
suatu titik dengan rambu di titik lain merupakan
perbedaan tinggi kedua titik yang diukur.
3. Metoda Pengukuran Sipat Datar
Sipat Datar Memanjang (Differential
Levelling)
Sipat Datar Profil (Profile Levelling)
Sipat Datar Luas (Spot Levelling)
Sipat Datar Penyebrangan (Reciprocal
Levelling)
Sipat Datar Teliti (Precise Levelling)
5. Sipat datar memanjang dilakukan apabila
jarak antara 2 buah titik yang akan
ditentukan beda tingginya terlalu
jauh, sehingga rambu tidak dapat langsung
dibaca dengan jelas dan teliti atau keadaan
lapangan sedemikian rupa sehingga garis
bidik tidak dapat memotong garis skala
rambu ukur.
6. Syarat-Syarat Pengukuran
Sipat Datar Memanjang
Banyaknya slag tiap seksi harus benar, slag
adalah jarak antara 2 tempat dimana
didirikan rambu ukur. Seksi adalah jarak
antara 2 titik yang akan ditentukan beda
tingginya.
7. Syarat-Syarat Pengukuran
Sipat Datar Memanjang
Masing-masing pengukuran tiap slag
dilakukan”double stand” (diubah alatnya ke
kiri ke kanan atau ke muka ke belakang).
Pengukuran satu seksi harus diselesaikan
dalam satu hari.
Diusahakan tiap seksi memenuhi syarat
jumlah jarak belakang sama dengan jumlah
jarak muka.
8. Syarat-Syarat Pengukuran
Sipat Datar Memanjang
Rambu harus diletakkan tegak lurus
diatas titik atau pilar atau tatakan
rambu ukur.
Pembacaan selalu dilakukan ke
rambu belakang baru ke rambu
muka, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kekeliruan tanda beda
tinggi (+) atau (-).
9. Syarat-Syarat Pengukuran
Sipat Datar Memanjang
Setiap pindah slag rambu muka menjadi
rambu belakang, sedang rambu belakang
menjadi rambu muka slag berikutnya. Hal
ini dimaksudkan untuk mengeliminasi
pengaruh kesalahan sistematis dari rambu
ukur.
Selisih stand 1 dan stand 2 tidak boleh lebih
dari 2 mm atau masih dalam satuan mm.
10. Rumus Menghitung
Jarak Optis dan Beda
Tinggi
Jarak antara rambu dengan alat ukur
dihitung secara optis, yaitu:
Jarak belakang: Db = 100 (BA.blk – BB.blk)
Jarak muka : Dm= 100 (BA.mk – BB.mk)
Beda tinggi dihitung dengan rumus :
∆H = BT.blk – BT.mk
11. Kesalahan-Kesalahan Pada
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
a. Kesalahan Petugas
Disebabkan oleh surveyor
Disebabkan oleh pemegang rambu
Disebabkan oleh pencatat data
b. Kesalahan Alat
Lensa yang sudah buram, nivo yang tidak
stabil, dan lain-lain
12. Kesalahan-Kesalahan Pada
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
c. Kesalahan Alam
Disebabkan pengaruh sinar matahari
langsung.
Pengaruh refraksi cahaya.
Pengaruh lengkung bumi.
Disebabkan pengaruh posisi instrument
sifat datar dan rambu.