SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB 6
MENYIPAT DATAR

Pengajar :
A.Adhe Noor PSH, ST, MT
Definisi
Tujuan :
menentukan beda tinggi antara titik – titik di
atas permukaan bumi secara teliti.

Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi
mengacu pada suatu bidang referensi yaitu
bidang yang ketinggiannya dianggap nol.
Definisi
Bidang ini disebut sebagai bidang geoid, yaitu
bidang ekuipotensial yang berhimpit dengan
permukaan air laut rerata (mean sea level) 
bidang nivo  bidang yang selalu tegak lurus
dengan arah gaya berat dimana saja di
permukaan bumi.
Definisi
B
HB

Permukaan Bumi

A

hAB
HA

Mean Sea Level
atau Geoid

Bidang Nivo

Gambar 1 Bidang referensi ketinggian
Alat Penentu Beda tinggi
Penentuan beda tinggi :
a. Sipat datar (spirit levelling)
b. Takhimetrik (tachymetric levelling)
c. Trigonometrik (trigonometric levelling)
d. Barometrik (barometric levelling)
Komponen Dasar Alat Sipat Datar
Alat sipat datar terdiri atas :
a. statip agar alat tegak berdiri
b. rambu ukur  membaca tinggi garis bidik pada
titik yang akan diukur beda tingginya di lapangan.
Bahan bisa terbuat dari aluminium, besi, kayu atau
invar. Rambu memilki nivo rambu dan statip rambu
agar dapat membantu rambu tegak berdiri.
Panjang rambu 3, 4 atau 5 m.
Konsep Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi antara dua buah titik
1.Konsep Penentuan beda tinggi.
a

b
b

a
HAB = a - b

Gambar 3 Penentuan beda tinggi

Sipat datar merupakan konsep penentuan beda tinggi antar dua buah titik
atau lebih dengan garis bidik mendatar / horisontal yang diarahkan pada
rambu – rambu yang berdiri tegak / vertikal.
Konsep Pengukuran Beda Tinggi
Beda tinggi antar A dan B dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
HAB = a – b ,
dengan
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda
tingginya,
a dan b : bacaan rambu atau tinggi garis mendatar / garis bidik
di titik A dan B
HA dan HB : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi (m)
HAB : beda tinggi antara A dan B (m)
Apabila HAB > 0, maka Posisi titik B lebih tinggi daripada
titik A.
Apabila HAB < 0, maka Posisi titik B lebih rendah daripada
titik A
Tipe Pengukuran Beda Tinggi
2. Tipe pengukuran beda tinggi antara dua buah titik.
Jarak bidik optimum alat penyipat datar berkisar antara
40 – 60 m, sehingga bila jarak antar dua buah titik
yang akan diukur cukup dekat, maka tipe
pengukuran dengan alat penyipat datar dapat
dilakukan dengan beberapa kemungkinan cara
sebagai berikut.
Tipe Pengukuran Beda Tinggi
a

b

b

t

b

b

a

A

B
HAB = a - b

HAB = b - t

A

B
a

b
b

a
B
HAB = a - b
A

Gambar 4 Kemungkinan tipe pengukuran beda tinggi di lapangan
Tipe Pengukuran Beda Tinggi
Slag : jarak antara dua buah rambu, dimana
posisi alat berada di tengahnya, sehingga
terjadi bidikan ke rambu muka dan ke rambu
belakang.
Pengukuran Sipat Datar Berantai
3. Pengukuran sipat datar berantai.
Pengukuran ini dilakukan apabila jarak antara
dua buah titik yang akan diukur berjauhan (melebihi
batas optimum) dan dinamakan differential levelling.
Pengukuran beda tinggi tidak cukup dilakukan
satu kali jalan melainkan dilakukan pengukuran pergipulang dengan pelaksanaan salam satu hari
(dinamakan seksi/section) yang dimulai dan diakhiri
pada titik tetap.
Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
Pengukuran Sipat Datar Berantai

b3

b2

b1

m3

m2

m1

B
1

2

A

Gambar 5 Differential Levelling
Pengukuran Sipat Datar Berantai
Pada gambar di atas, titik A dan B adalah titik yang akan
dicari beda tingginya.
Karena jarak cukup jauh, maka dibuat beberapa slag.
Beda tinggi antara A dan B adalah kumulatif dari
beda tinggi setiap slag, yaitu :
hA1 = a1 – b1
dengan,
a
: jumlah pembacaan rambu belakang
hA2 = a2 – b2
b
: jumlah pembacaan rambu muka
hA3 = a3 – b3
h
: beda tinggi setiap slag
- = - hAB =
h= a– b
Perataan Beda Tinggi
4. Perataan beda tinggi ukuran sipat datar
Apabila jarak antara dua buah titik sangat jauh,
dilakukan pengukuran pergi – pulang. Beda tinggi
yang diperoleh pun ada dua yaitu beda tinggi pergi
( hpg) dan beda tinggi pulang ( hpl).
Beda tinggi definitif yang digunakan adalah
rerata antara hpg dan hpl sebagai berikut.
h rerata ( hr) = 0,5 x ( hpg + hpl)
Perataan Beda Tinggi
• Pengukuran pergi – pulang akan menghasilkan beda tinggi
( h) yang tidak sama ( hpg ≠ hpl ), oleh karena dalam
pengukuran di lapangan banyak ketidak sempurnaan. Selisih
antara hasil pengukuran pergi dan pulang serta jarak
antaranya akan menentukan diterima atau tidaknya hasil
pengukuran tersebut.
• Angka penentu diterima atau tidaknya perbedaan hasil
pengukuran pergi dan pulang ( hpg dan hpl) disebut
toleransi. Apabila selisih hpg dan hpl ≤ toleransi 
pengukuran tersebut diterima. Apabila selisih hpg dan hpl >
toleransi  pengukuran tersebut ditolak.
Perataan Beda Tinggi
• Apabila hasil pengukuran diterima (selisih hpg dan
hpl ≤ toleransi ), maka beda tinggi definitif antara A
dan B adalah rerata hpg dan hpl.
• Selisih antara hr dan hpg dinamakan
penyimpangan pengukuran pergi sedangkan selisih
antara hr dan hpl penyimpangan pengukuran
pulang.
• Simbol untuk penyimpangan pengukuran pergi atau
pulang adalah fh.
Perataan Beda Tinggi
Apabila akan dicari beda tinggi antar slag secara definitif
maka hpg atau hpl dikoreksi sebanding dengan jarak
– jaraknya, atau :
i = fH x (di / d)
dengan
i : koreksi beda tinggi slag ke i
fH : kesalahan atau penyimpangan pengukuran
di : jarak slag ke i
d : jumlah jarak dalam seksi
Perataan Beda Tinggi
Apabila pengukuran terdiri atas beberapa seksi dan berbentuk tertutup
(loop/circuit)  persyaratan untuk setiap seksi harus ≤ toleransi.
Pengukuran tertutup (loop/circuit) juga harus ≤ toleransi, selain itu jumlah
beda tinggi rerata loop seksi harus sama dengan nol ( hRS = 0 ).
Apabila hRS ≠ 0  dinamakan fH (kesalahan penutup beda tinggi).
Apabila fh ≤ toleransi  pengukuran tertutup diterima.
Agar dapat memenuhi persyaratan hRS = 0, maka beda tinggi rerata setiap
seksi dikoreksi sebesar berikut.
Hi = fH x ( Di / D )
dengan
Hi : koreksi beda tinggi seksi ke i
fH : kesalahan penutup beda tinggi
Di : jarak seksi ke i (jarak rerata pergi – pulang)
D : jumlah jarak pengukuran tertutup
Sumber Kesalahan yang umumnya terjadi dalam Pengukuran dengan
menggunakan Alat Penyipat Datar di Lapangan
Bersumber dari alat ukur
a.
b.
c.
d.

garis bidik tidak sejajar garis arah nivo
kesalahan titik nol rambu
rambu tidak betul - betul vertikal
penyinaran pada alat tidak merata

Bersumber dari si pengukur
a.
b.
c.
d.

kurang paham tentang pembacaan rambu
mata cacat atau lelah
kondisi fisik yang lemah
pendengaran yang kurang

Bersumber dari alam
a.
b.
c.

kelengkungan permukaan bumi
refraksi sinar
Undulasi

Kondisi tanah tidak stabil
Sekian Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanahyulika usman
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)afifsalim12
 
Pengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupPengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupAmilia Tiara
 
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Mario Yuven
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahLaboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahReski Aprilia
 
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGanisa Elsina Salamena
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pasbond
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2tekpal14
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Agus Saputra
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 

What's hot (20)

Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6
 
Bab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatikaBab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatika
 
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur TanahPengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
Pengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupPengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutup
 
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan keempat.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Bab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygonBab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygon
 
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis TanahLaboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Berat Jenis Tanah
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Prinsip mekanika tanah
Prinsip mekanika tanahPrinsip mekanika tanah
Prinsip mekanika tanah
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 

Similar to Bab 6 menyipat datarasdfgh

Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahyonolino
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxNanaPkun
 
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxBAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxazizahsiti6
 
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptxSupriyadiBinPurhan
 
edu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaedu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaEdu Gai-jien
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahDevita Anjani
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptxALFIANSYAHYOGAREZASA
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Mario Yuven
 

Similar to Bab 6 menyipat datarasdfgh (19)

Bab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datarBab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datar
 
Pig
PigPig
Pig
 
Iuw 7v beda tinggi
Iuw   7v beda tinggiIuw   7v beda tinggi
Iuw 7v beda tinggi
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
Xii dimensi tiga
Xii dimensi tigaXii dimensi tiga
Xii dimensi tiga
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Besar sudut
Besar sudutBesar sudut
Besar sudut
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptx
 
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptxBAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
BAB 1 ANALISIS BANGUN RUANG.pptx
 
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
01. PPT MTK (Wajib) XII - www.ilmuguru.org.pptx
 
edu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke mukaedu Metode pengikatan ke muka
edu Metode pengikatan ke muka
 
Dimensi tiga
Dimensi tigaDimensi tiga
Dimensi tiga
 
Iuw 6v beda tinggi
Iuw   6v beda tinggiIuw   6v beda tinggi
Iuw 6v beda tinggi
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanah
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
 
dimensi tiga
dimensi tigadimensi tiga
dimensi tiga
 

More from Hendra Supriyanto

Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahHendra Supriyanto
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonHendra Supriyanto
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaHendra Supriyanto
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailHendra Supriyanto
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixHendra Supriyanto
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanHendra Supriyanto
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailHendra Supriyanto
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixHendra Supriyanto
 
matakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanmatakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanHendra Supriyanto
 

More from Hendra Supriyanto (12)

Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanahBuku petunjuk praktikum mekanika tanah
Buku petunjuk praktikum mekanika tanah
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 
Bab 7 menyipat datar 2
Bab 7 menyipat datar 2Bab 7 menyipat datar 2
Bab 7 menyipat datar 2
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
 
Bab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygonBab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygon
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detail
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fix
 
Bab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunanBab iv perhitungan galian timbunan
Bab iv perhitungan galian timbunan
 
Bab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detailBab ii pengukuran titik detail
Bab ii pengukuran titik detail
 
Bab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fixBab i alat ukur theodolit fix
Bab i alat ukur theodolit fix
 
matakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanmatakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunan
 
Infokom
InfokomInfokom
Infokom
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

Bab 6 menyipat datarasdfgh

  • 1. BAB 6 MENYIPAT DATAR Pengajar : A.Adhe Noor PSH, ST, MT
  • 2. Definisi Tujuan : menentukan beda tinggi antara titik – titik di atas permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi mengacu pada suatu bidang referensi yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol.
  • 3. Definisi Bidang ini disebut sebagai bidang geoid, yaitu bidang ekuipotensial yang berhimpit dengan permukaan air laut rerata (mean sea level)  bidang nivo  bidang yang selalu tegak lurus dengan arah gaya berat dimana saja di permukaan bumi.
  • 4. Definisi B HB Permukaan Bumi A hAB HA Mean Sea Level atau Geoid Bidang Nivo Gambar 1 Bidang referensi ketinggian
  • 5. Alat Penentu Beda tinggi Penentuan beda tinggi : a. Sipat datar (spirit levelling) b. Takhimetrik (tachymetric levelling) c. Trigonometrik (trigonometric levelling) d. Barometrik (barometric levelling)
  • 6. Komponen Dasar Alat Sipat Datar Alat sipat datar terdiri atas : a. statip agar alat tegak berdiri b. rambu ukur  membaca tinggi garis bidik pada titik yang akan diukur beda tingginya di lapangan. Bahan bisa terbuat dari aluminium, besi, kayu atau invar. Rambu memilki nivo rambu dan statip rambu agar dapat membantu rambu tegak berdiri. Panjang rambu 3, 4 atau 5 m.
  • 7. Konsep Pengukuran Beda Tinggi Pengukuran beda tinggi antara dua buah titik 1.Konsep Penentuan beda tinggi. a b b a HAB = a - b Gambar 3 Penentuan beda tinggi Sipat datar merupakan konsep penentuan beda tinggi antar dua buah titik atau lebih dengan garis bidik mendatar / horisontal yang diarahkan pada rambu – rambu yang berdiri tegak / vertikal.
  • 8. Konsep Pengukuran Beda Tinggi Beda tinggi antar A dan B dapat dirumuskan sebagai berikut ini. HAB = a – b , dengan A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya, a dan b : bacaan rambu atau tinggi garis mendatar / garis bidik di titik A dan B HA dan HB : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi (m) HAB : beda tinggi antara A dan B (m) Apabila HAB > 0, maka Posisi titik B lebih tinggi daripada titik A. Apabila HAB < 0, maka Posisi titik B lebih rendah daripada titik A
  • 9. Tipe Pengukuran Beda Tinggi 2. Tipe pengukuran beda tinggi antara dua buah titik. Jarak bidik optimum alat penyipat datar berkisar antara 40 – 60 m, sehingga bila jarak antar dua buah titik yang akan diukur cukup dekat, maka tipe pengukuran dengan alat penyipat datar dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan cara sebagai berikut.
  • 10. Tipe Pengukuran Beda Tinggi a b b t b b a A B HAB = a - b HAB = b - t A B a b b a B HAB = a - b A Gambar 4 Kemungkinan tipe pengukuran beda tinggi di lapangan
  • 11. Tipe Pengukuran Beda Tinggi Slag : jarak antara dua buah rambu, dimana posisi alat berada di tengahnya, sehingga terjadi bidikan ke rambu muka dan ke rambu belakang.
  • 12. Pengukuran Sipat Datar Berantai 3. Pengukuran sipat datar berantai. Pengukuran ini dilakukan apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur berjauhan (melebihi batas optimum) dan dinamakan differential levelling. Pengukuran beda tinggi tidak cukup dilakukan satu kali jalan melainkan dilakukan pengukuran pergipulang dengan pelaksanaan salam satu hari (dinamakan seksi/section) yang dimulai dan diakhiri pada titik tetap. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
  • 13. Pengukuran Sipat Datar Berantai b3 b2 b1 m3 m2 m1 B 1 2 A Gambar 5 Differential Levelling
  • 14. Pengukuran Sipat Datar Berantai Pada gambar di atas, titik A dan B adalah titik yang akan dicari beda tingginya. Karena jarak cukup jauh, maka dibuat beberapa slag. Beda tinggi antara A dan B adalah kumulatif dari beda tinggi setiap slag, yaitu : hA1 = a1 – b1 dengan, a : jumlah pembacaan rambu belakang hA2 = a2 – b2 b : jumlah pembacaan rambu muka hA3 = a3 – b3 h : beda tinggi setiap slag - = - hAB = h= a– b
  • 15. Perataan Beda Tinggi 4. Perataan beda tinggi ukuran sipat datar Apabila jarak antara dua buah titik sangat jauh, dilakukan pengukuran pergi – pulang. Beda tinggi yang diperoleh pun ada dua yaitu beda tinggi pergi ( hpg) dan beda tinggi pulang ( hpl). Beda tinggi definitif yang digunakan adalah rerata antara hpg dan hpl sebagai berikut. h rerata ( hr) = 0,5 x ( hpg + hpl)
  • 16. Perataan Beda Tinggi • Pengukuran pergi – pulang akan menghasilkan beda tinggi ( h) yang tidak sama ( hpg ≠ hpl ), oleh karena dalam pengukuran di lapangan banyak ketidak sempurnaan. Selisih antara hasil pengukuran pergi dan pulang serta jarak antaranya akan menentukan diterima atau tidaknya hasil pengukuran tersebut. • Angka penentu diterima atau tidaknya perbedaan hasil pengukuran pergi dan pulang ( hpg dan hpl) disebut toleransi. Apabila selisih hpg dan hpl ≤ toleransi  pengukuran tersebut diterima. Apabila selisih hpg dan hpl > toleransi  pengukuran tersebut ditolak.
  • 17. Perataan Beda Tinggi • Apabila hasil pengukuran diterima (selisih hpg dan hpl ≤ toleransi ), maka beda tinggi definitif antara A dan B adalah rerata hpg dan hpl. • Selisih antara hr dan hpg dinamakan penyimpangan pengukuran pergi sedangkan selisih antara hr dan hpl penyimpangan pengukuran pulang. • Simbol untuk penyimpangan pengukuran pergi atau pulang adalah fh.
  • 18. Perataan Beda Tinggi Apabila akan dicari beda tinggi antar slag secara definitif maka hpg atau hpl dikoreksi sebanding dengan jarak – jaraknya, atau : i = fH x (di / d) dengan i : koreksi beda tinggi slag ke i fH : kesalahan atau penyimpangan pengukuran di : jarak slag ke i d : jumlah jarak dalam seksi
  • 19. Perataan Beda Tinggi Apabila pengukuran terdiri atas beberapa seksi dan berbentuk tertutup (loop/circuit)  persyaratan untuk setiap seksi harus ≤ toleransi. Pengukuran tertutup (loop/circuit) juga harus ≤ toleransi, selain itu jumlah beda tinggi rerata loop seksi harus sama dengan nol ( hRS = 0 ). Apabila hRS ≠ 0  dinamakan fH (kesalahan penutup beda tinggi). Apabila fh ≤ toleransi  pengukuran tertutup diterima. Agar dapat memenuhi persyaratan hRS = 0, maka beda tinggi rerata setiap seksi dikoreksi sebesar berikut. Hi = fH x ( Di / D ) dengan Hi : koreksi beda tinggi seksi ke i fH : kesalahan penutup beda tinggi Di : jarak seksi ke i (jarak rerata pergi – pulang) D : jumlah jarak pengukuran tertutup
  • 20. Sumber Kesalahan yang umumnya terjadi dalam Pengukuran dengan menggunakan Alat Penyipat Datar di Lapangan Bersumber dari alat ukur a. b. c. d. garis bidik tidak sejajar garis arah nivo kesalahan titik nol rambu rambu tidak betul - betul vertikal penyinaran pada alat tidak merata Bersumber dari si pengukur a. b. c. d. kurang paham tentang pembacaan rambu mata cacat atau lelah kondisi fisik yang lemah pendengaran yang kurang Bersumber dari alam a. b. c. kelengkungan permukaan bumi refraksi sinar Undulasi Kondisi tanah tidak stabil