Materi Perbandingan MAdzhab sebuah pengatar
disampaikan :
Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA)
Masjid Al-Azhar <depan>
Jln. Dr. Sumarmo Sentra Primer Baru, Kel. Pulogebang Kec. Cakung Jakarta Timur
2. MuqadimahMuqadimah
...ههههههههههههههههههههه(هههههههه)ه
Imam Nawawi () dalam bukunya
ههههههههههههههههههه
“Nasehat bagi hamba Allah yang Saleh”
ههههههههههههههههه ههههههههههههههههههههههههههه
هههههههههه
ههههههههههههههههههههههههههههههههههههههه هههههههههه
هههههههههه
3. Definisi Mazhab, secara etimologiهههههههههه
berasal dari Shigoh Masdar Mimy (kata sifat) dan
isim makan (kata yang menunjukan tempat)
yang diambil dari Fi’il Madhyهههههه yang artinya pergi,
bisa juga berartiهههههههههه artinya pendapat.
4. A. Hasan, yaitu sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat
seorang alim ulam besar dalam urusan agama baik dalm
masalah ibadah maupun masalah lainnya.
Huzaemah Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar
yang digunakan oleh imam Mujtahid dalam memecahkan
masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam.
Secara terminologi ada beberapa pendapat, antara lain:
Said Ramadhany al-Buthy, adalah jalan pikiran (paham /
pendapat) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam
menetapkan suatu hukum Islam dari al-Qur’an dan al-Hadits.
5. Ada 9 peletak Ushul dan Manhaj (metode) Fiqh Al-Ma’ruf
yaitu:
1. Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashry (wafat 110 H).
2. Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabr bin Zauthy
(wafat 150 H).
3. Auza’iy Abu Amr Abd. Rahman bin Amr bin Muhammad
(wafat 175 H).
4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsury (wafat 160 H).
5. al-Laits bin Sa’ad (wafat 175 H).
6. Malik bin Anas al-Ashabahy (wafat 198 H).
7. Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H).
8. Muhammad bin Idris al-Syafi’I (wafat 204 H).
9. Ahmad Ibnu Hanbal (wafat 241 H).
6. Rekomendasi Literatur
BIDAYATUL
MUJTAHID.
Ibnu Rusyd.
AL FIQH ’ALA AL
MADZHAAHIB AL
KHAMSAH.
Muhammad Jawad
Mughniyah
ASBAB IKHTILAF
AL FUQAHA
Dr. Abdullah bin
Abdul Muhsin At
Turky AsbabAsbab
Ikhtilaf al-Ikhtilaf al-
Fuqaha’Fuqaha’
Fiqh 5Fiqh 5
MazhabMazhab
KITAB FIQH
EMPAT MAZHAB.
Abd-ur-Rahman
bin Muhammad
'Awd Al-Jazeeri
Prof.DR.Mahmud
Syaltut & Prof.M.Ali
al-Sayis,
PENGANTAR
PERBNDINGAN
MAZHAB.
Prof.DR. Huzaemah
T.Yanggo
TARIKH TASYRI’.
DR. Rasyad Hasan
KhalilTARIKHTARIKH
TASYRI’TASYRI’
7. DEFINISI HUKUM SYARA’DEFINISI HUKUM SYARA’
ءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءء
ءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءء
ءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءء
ءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءءء
HUKUMHUKUM (al-hukm)(al-hukm) secara bahasa (etimologi) berartisecara bahasa (etimologi) berarti
mencegah, memutuskan.mencegah, memutuskan.
Menurut terminologi ushul fiqh, hukum syar’i adalahMenurut terminologi ushul fiqh, hukum syar’i adalah
khitab (kalam) Allahkhitab (kalam) Allah Swt yang berkaitan dengan semuaSwt yang berkaitan dengan semua
perbuatan mukallafperbuatan mukallaf, baik berupa, baik berupa iqtidha`iqtidha` (perintah,(perintah,
larangan, anjuran untuk melakukan atau meninggalkan),larangan, anjuran untuk melakukan atau meninggalkan),
takhyirtakhyir (memilih antara melakukan dan tidak melakukan),(memilih antara melakukan dan tidak melakukan),
atauatau wadh’iwadh’i (ketentuan yang menetapkan sesuatu(ketentuan yang menetapkan sesuatu
8. Penjelasan Definisi al-HukmPenjelasan Definisi al-Hukm
Yang dimaksud KHITHABULLAH adalah semua bentuk
dalil-dalil hukum, baik Quran, Sunnah, maupun Ijma’ dan
Qiyas.
Abdul Wahab Khalaf berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan dalil hanya Quran dan Sunnah,
adapun ijma’ dan qiyas sebagai metode menyingkapkan
hukum dari Quran dan sunnah. Al-Quran dianggap sebagai
kalam Allah secara langsung, dan sunnah sebagai kalam
Allah secara tidak langsung karena Rasulullah Saw tidak
mengucapkan sesuatu dibidang hukum kecuali
berdasarkan wahyu, sesuai firman Allah:
22--33((
Demikian pula dengan ijma’ harus mempunyai sandaran
kepada al-Quran dan sunnah.
Yang dimaksud perbuatan mukallaf adalah perbuatan yang
dilakukan oleh manusia dewasa, berakal sehat, termasuk
perbuatan hati (seperti niat), dan perbuatan ucapan
(seperti ghibah).
9.
10. Hukum Taklifi dan Wadh’iHukum Taklifi dan Wadh’i
HUKUM TAKLIFI adalah hukum yang mengandung perintah,
larangan, atau memberi pilihan terhadap seorang mukallaf
untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat.
Misalnya, hukum taklifi menjelaskan bahwa shalat 5 waktu
wajib, khamar haram, riba haram, makan-minum mubah.
HUKUM WADH’I adalah ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur tentang sebab, syarat, dan māni’ (sesuatu yang
menjadi penghalang kecakapan untuk melakukan hukum
taklifi).
Misalnya, hukum wadh’i menjelaskan bahwa waktu matahari
tergelincir di tengah hari menjadi sebab tanda bagi wajibnya
mukallaf menunaikan shalat zuhur. Wudhu’ menjadi syarat
sahnya shalat. Atau, kedatangan haid menjadi
penghalang/māni’ seorang wanita melakukan kewajiban
shalat dan puasa.
11. Bentuk-bentukBentuk-bentuk HukumHukum TaklifiTaklifi
WAJIB. Secara etimologi berarti tetap atau pasti. Secara terminologi, sesuatu
yang diperintahkan Allah dan RasulNya untuk dilaksanakan oleh mukallaf, jika
dilaksanakan mendapat pahala, jika tidak dilaksanakan diancam dengan dosa.
MANDUB. secara bahasa berarti sesuatu yang dianjurkan. Secara istilah, suatu
perbuatan yang dianjurkan oleh Allah dan RasulNya dimana akan diberi pahala
orang yang melaksanakannya, namun tidak dicela orang yang tidak
melaksanakannya. Mandub atau nadb disebut juga sunnah, nafilah, mustahab,
tathawwu’, ihsan, dan fadhilah.
HARAM. Secara bahasa berarti sesuatu yang dilarang mengerjakannya. Secara
istilah, sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya, dimana orang yang
melanggarnya diancam dengan dosa, dan orang yang meninggalkannyakarena
menaati Allah akan diberi pahala. Misal: larangan zina.
MAKRUH. Secara bahasa berarti sesuatu yang dibenci. Secara istilah, sesuatu
yang dianjurkan syariat untuk meninggalkannya, dimana jika ditinggalkan akan
mendapat pujian dan pahala, dan jika dilanggar tidak berdosa. Misal, dalam
mazhab Hanbali makruh berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung ()
secara berlebihan ketika wudhu di siang hari Ramadhan.
MUBAH. Secara bahasa berarti sesuatu yang dibolehkan atau diizinkan.
Secara istilah, sesuatu yang diberi pilihan oleh syariat kepada mukallaf untuk
melakukan atau tidak, dan tidak ada hubungannya dengan dosa serta
pahala. Misal: jika terjadi puncak cekcok suami-istri, maka boleh
(mubah) bagi istri membayar sejumlah uang kepada suami dan
meminta suami menceraikannya (QS. Al-Baqarah: 229).
12. SELAMAT BELAJAR
Selamat membaca, menulis, searching,Selamat membaca, menulis, searching,
Googling, diskusi, dan presentasi.Googling, diskusi, dan presentasi.
Keaktifan dan kesungguhan Anda adalahKeaktifan dan kesungguhan Anda adalah
kunci kesuksesan studi. Mau?kunci kesuksesan studi. Mau?