SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sagu
Pati adalah satu jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati ini
disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan di dalam biji buah (padi,
jagung), didalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, garut) dan pada batang (sagu, aren).
Tanaman sagu termasuk dalam keluarga Palmae dari genus Metroxylon. Potensi
tanaman sagu di Indonesia sangat besar, khususnya di wilayah Indonesia bagian
timur. Tanaman sagu terutama terdapat di Irian Jaya (980.000 ha), Maluku (30.000
ha), Sulawei Selatan (30.000 ha), dan Riau (32.000 ha).
Penggunaan sagu sejauh ini untuk bahan tradisional atau campuran tepung terigu
dalam pembuatan kue yang umumnya diproduksi dalam skala industri kecil.
Kandungan pati yang cukup tinggi dari tepung sagu memungkinkan sagu
dipergunakan sebagai:
a. Bahan baku untuk produksi glukosa
b. Bahan baku high fructose syrup, sorbitol dan lain-lain
c. Bahan baku industri alkohol
d. Bahan baku industri tekstil
e. Bahan baku industri lem untuk plywood
Sagu kering yang ada dipasaran, pada umumnya dengan kandungan sagu yaitu
pati diatas 80% ( syarat mutu tepung sagu menurut SII. 0231-79 adalah kadar pati
minimum 80%, serat kasar maksimum 0,5%, abu maksimum 1,5%, air maksimum
14% dan tidak mengandung logam berbahaya). Pemakaian glukosa dalam negeri,
peningkatannya tiap tahun rata-rata sebesar 7,7% (Jurnal Teknik Kimia Indonesia
Vol.3, Agustus 2004).
Komposisi bahan baku dimana kandubgan patinya sebanyak 84,7% memungkinkan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan glukosa monohidrat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komponen Makronutrien Pati Sagu
Komponen Jumlah ( % )
Pati
Air
Protein
Lemak
Impuritis
84,7 %
14 %
0,7 %
0,2 %
0,4 %
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan R.I (1981)
2.2 Gula – Gula Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang banyak
terdapat di alam yang mempunyai rumus empiris CH2O. Kabohidrat merupakan
sumber energi yang paling utama dalam tubuh makhluk hidup. Disamping sebagai
sumber energi bagi makhluk hidup, karbohidrat memiliki kegunaan yang luas dalam
bidang industi, misalnya industri kertas, industi fermentasi, industri makanan dan
minuman dan sebagainya.
Pada umumnya gula karbohidrat terbagi dalam tiga kelompok :
a. Monosakarida
b. Disakarida
c. Polisakarida
2.3 Glukosa
Glukosa dipergunakan dalam industri makanan dan minuman, terutama
dalam industri permen, selai dan pembuatan buah kaleng.
Tabel 2.2 Syarat mutu Glukosa
KOMPONEN SPESIFIKASI
Gula reduksi dihitung sebagai d-Glukosa
Pati
Sulfur
Pemanis buatan
Maksimum 30%
Tidak nyaa
Untuk kembang gula maksimum 400
ppm, yang lainnya 40 ppm
Negatif
Sumber : SII 0418-81, 2001
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan dalam konversi enzim dapat menghasilkan glukosa dengan kadar
dekstrosa 95%, kadar deksrosa lebih tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan
konsentrasi substrat yang lebih rendah, tetapi ada batas ekonomisnya.
Kadar dekstrosa juga bisa berkurang oleh adanya trans-glukosa karena enzim
yang digunakan tidak murni. Dosis enzim yang tinggi dan waktu konversi yang
terlalu panjang mengakibatkan polimerisasi membentuk karena konversi non ideal.
Pada suhu 600
C kelarutan dekstrosa sama dengan sukrosa. Pada suhu dibawah
600
C kelarutan sukrosa lebih tinggi dibanding dekstrosa lebih tinggi. Suhu transisi
dektrosa adalah pada suhu 500
C, pada suhu dibawah ini monohidrat glukosa
membentuk fasa padat.
Dekstrosa tidak mudah mengkristal seperti sukrosa. Inti kristal tidak terbentuk
sampai larutan dekstrosa mencapai kejenuhan 79%. Tetapi pada suhu tinggi sirup
glukosa dapat mengkristal.
2.4 Sifat-sifat Bahan
1. Pati Sagu
Sifat-sifat fisika :
a. Merupakan sumber karbohidrat (pati) yang dominan pada tanaman
sagu
b. Merupakan butiran atau granula
c. Berwarna putih mengkilap
d. Tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
Sifat-sifat kimia :
a. Pati sagu merupakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4 glukosa
b. Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin
c. Pati tidak larut dalam air dingin
d. Mengalami gelatinitas pada suhu 1050
C
e. Dapat dihidrolisa menjadi glukosa monohidrat
2. NaOH (Natrium Hidroksida)
Sifat-sifat fisika :
a. Berat Molekul : 40 gr/mol
Universitas Sumatera Utara
b. Boiling Point : 139 0
C pada tekanan 1 atm
c. Melting Point : 318,80
C pada tekanan 1 atm
d. Kelarutan dalam air panas : 3470
C
e. Kelarutan dalam air dingin : 400
C
f. Spesifikasi grafity : 2,130
g. Denitas : 0,9824 gr/ml
Sifat-sifat kimia :
a. Menstabilkan kondisi pH
b. Merupakan basa kuat
c. Mudah larut dalam air
d. Berwarna putih dalam keadaan padat
(Sumber : Perrys, 1997)
3. HCL (Asam Klorida)
Sifat-sifat fisika :
a. Berat Molekul : 36,5 gr/mol
b. Boiling Point : 114 0
C pada tekanan 1 atm
c. Densitas : 1,181 gr/ml
d. Temperatur Kritis : 51,450
C
e. Merupakan gas yang tidak berwarna
f. Berbau agak tajam atau khas dan beracun
Sifat-sifat kimia :
a. Merupakan asam kuat
b. Memerahkan kertas lakmus
c. Mudah larut dalam air
d. Sebagai gas yang dapat langung bereaksi dengan amoniak
e. Dalam air akan terionisasi
(Sumber : Perrys, 1997)
4. H2O (Air)
Sifat-sifat fisika :
a. Berat Molekul : 18,016 gr/mol
Universitas Sumatera Utara
b. Indeks bias : 1,33
c. Titik didih : 100 0
C pada tekanan 1 atm
d. Titik beku : 00
C pada tekanan 1 atm
e. Densitas : 1 gr/ml
f. Viskositas : 0,0102 poise
g. Panas laten : -2,418 x105
J/mol
h. Panas penguapan : -2,288 x105
J/mol
i. Tidak berbau dan berasa
Sifat-sifat kimia :
a. Bentuk molekul heksagonal
b. Bersifat polar
c. Pelarut yang baik bagi senyawa organik
d. Merupakan elektrolit lemah
e. Memiliki ikatan hidrogen
(Sumber : Perrys, 1997)
5. Glukosa
Sifat-sifat fisika :
a. Berat Molekul : 180,16 gr/mol
b. Spesifik grafity : 1,544
c. Kelarutan dalam air : 82
d. Berasa manis
e. Berfungsi sebagai sumber energi
f. Termasuk mobosakarida
g. Larut dalam air
Sifat-sifat kimia :
a. Dihidrasi oleh asaam menghasilkan suatu molekul d-glukosa
b. Bereaksi negatif dengan reagen Tollen
(Sumber : Perrys, 1997)
Universitas Sumatera Utara
2.6 Proses yang tersedia
Proses pembuatan glukosa dari pati sagu berdasarkan pada proses hidrolisa
terdiri dari :
a. Proses hidrolisa dengan katalis asam
b. Proses hidrolisa dengan katalis enzim
2.6.1 Proses hidrolisa dengan katalis asam
Slurry mengandung 35% - 40% pati acidief dengan asam (HCl). Tekanan di
konverter mencapai 30 psia dengan pH 4 – 5. Kemudian larutan dinetralisasi dengan
Ca(OH)2 (50 -70) ppm, dimana suhu mencapai 1400
C. hasil hidrolisa menjadi
glukosa diukur sebagai dekstosa-equivalen (gula pereduksi) yang memberikan hasil
95 – 96 De dan 92 – 94 % dekstosa/dry basis. Sirup glukosa kotor disaring untuk
dipisahkan dari inert yang tidak larut, kemudian diikuti dengan penambahan karbon
aktif. sirup glukosa murni diuapkan untuk mendapatkan sirup glukosa yang lebih
pekat. kemudian dilakukan pengkristalan guna membentuk sirup glukosa menjadi
kristal glukosa. Kristal glukosa ini kemudian dipisahkan antara kristal glukosa
dengan mother liquor dan akhirnya dilakukan penyaringan serta pengepakan.
2.6.2 Proses hidrolisa dengan katalis enzim
Setelah mencairkan pati, slurry yang mengandung 35% - 40% pati kemudian
dihidrolisa dengan penambahan katalis enzim guna memecah moleku-molekul pati
yang lebih besar menjadi molekul yang lebih kecil atau pemecahan ikatan rantainya.
Ini dilakukan dengan menambahkan enzim α – amilase dan gluko amilase. Dengan
demikian hirolisa pati dengan katalis enzim dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a. Penambahan enzim α – amilase
b. Penambahan enzim gluko – amilase
Tangki yang mengandung pati 35% – 40% dicampur dengan air. Didalam
tangki ini diberikan enzim α – amilase untuk memecahkan ikatan rantai amilase
menjadi α – glukosidic pati, dan juga dinetralkan dengan penambahan Ca(OH)2.
kemudian dilanjutkan ke tahap liquifikasi yang berlangsung dua tahap yaitu tahap
pertama pada suhu 1050
C dan tahap kedua pada suhu 950
C. Slurry pati yangsudah
disiapkan dalam tangki, dipompa kedalam tangki liquifikasi 1 yang dipanasi dengan
Universitas Sumatera Utara
uap panas sampai suhu 1050
C. suhu tersebut dipertahankan selama 5 menit, sampai
terjadi proses gelitinasi. Kemudian suhu diturunkan menjadi 950
C dan bahan
dialirkan pada alat liquifikasi II. Liquifikasi II berlangsung selama 2 jam dan suhu
dipertahankan pada suhu 950
C sampai terbentuk dekstrin. Dekstrin yang diperoleh
dipompa kedalam tangki sakharifikasi dan suhu diturunkan menjadi 600
C, pH juga
diturunkan menjadi 4,5 dengan menambah HCl 0,1 N, kemudian ditambahkan enzim
gluko – amilase yang memotong ikatan rantai α – 1 – 6 glukosidic pati selama 72 jam
dan tekanan operasi atm. Hasil hidrolisa menjadi gluksa diukur sebagai dekstrose –
equivalen (gula pereduksi) yang memberikan hasil 98 – 99 De dan 97 – 98,5%
dekstrose.
Sirup glukosa kemudian dijernihkan untuk memisahkan inert yang tidak
larutdenga penambahan karbon aktif yang diteruskan pada alat penukar ion untuk
menghilangkan ion-ion. Sirup glukosa bersuh diuapkan pada evaporator guna
memekatkan larutan glukosa. Hasil dari evaporator yaitu 70 – 78% sirup glukosa
yang siap di kristalkan menjadi butir-butir kristal glukosa. Kemudian larutan glukosa
ini dipisahkan dengan mother-liquor yang dikembalikan ke evaporator. dan akhirnya
dilakukan pengeringan serta pengepakan untuk siap dipasarkan.
2.6 Seleksi Proses
Pada pra rancangan pabrik pembuatan glukosa dari pati sagu ini
menggunakan proses hidrolisa dengan katalis asam pada tekanan 3 atm dan
temperatur 1350
C.
Dasar pemilihan proses tersebut adalah :
Tabel 2.3 Perbandingan proses hidrolisa denga katalis asam dan proses hidrolisa
dengan katalis enzim
No Proses hidrolisa dengan katalis asam Proses hidrolisa dengan katalis enzim
1
2
3
Waktu yang dibutuhkan dalam
mendapatkan produk relatif lebih
singkat
Kemurnian produk yang dihasilkan
lebih besar dari evaporasi
Proses ini tidak mengeluarkan biaya
Waktu yang dibutuhkan dalam
mendapatkan produk relatif lama
Kemurnian produk yang dihasilkan
lebih kecil dari evaporator
Proses ini mengeluarkan biaya yang
Universitas Sumatera Utara
4
yang relatif besar dalam penyaluran
bahan baku
Tidak perlu menambah staff tenaga
ahli biologis dalam menaggulangi
proses produksi
relatif besar dalam penyaluran
Perlu menambah staff tenaga ahli
biologis dalam menaggulangi proses
produksi
2.7 Deskripsi Proses
Pabrik pembuatan glukosa monohidrat ini direncanakan akan dibangun di
Kepulauan Riau, dikarenakan potensi sagu yang cukup besar dibandingkan dengan
Sumatera Utara. Bahan baku pati sagu yang diperoleh dari tanaman sagu yang di
ambil dari kebun sagu yang terdapat di Kepulauan Riau diproses terlebih dahulu
sehingga diperoleh patinya, dengan kandungan sagu yaitu pati diatas 80% ( syarat
mutu tepung sagu menurut SII. 0231-79 adalah kadar pati minimum 80%, serat kasar
maksimum 0,5%, abu maksimum 1,5%, air maksimum 14% dan tidak mengandung
logam berbahaya. Tanaman sagu Bahan baku berupa pati sagu dari gudang bahan
baku (GBB) dimasukkan kedalam Mixer, dimana pati sagu dicampur air dengan
perbandingan volume 9 : 1 (US. Patent No. 6.126.754, 3 Okt 2000 ) untuk
membentuk slurry dengan temperatur 300
C dan tekanan 1 atm. Kemudian slurry
tersebut dimasukan kedalan Reaktor Hydrolizer untuk menghasilkan sirup glukosa
dengan menambahkan katalis asam yaitu HCl dengan perbandingan volume 1 : 10
(Richana et al.1999). Proses ini berlangsung pada suhu 1350
C dan pada tekanan
3,1216 atm. Untuk menjaga kondisi ini tetap stabil maka digunakan sirkulasi
pendingin yang dialirkan melalui shell-shell reaktor dan bersilangan dengan tube-
tube dengan temperatur 250
C dan tekanan 1 atm. Adapun reaksi yang terjadi dalam
Reaktor Hidroylizer adalah sebagai berikut :
C12H22O11 (Pati) + H2O HCl 2C6H12O6 (Glukosa)
Reaksi yang tejadi adalah reaksi endotermis. Pati yang dapat terkonversi
menjadi glukosa adalah sekitar 90% (US. Patent No. 6.126.754, 3 Okt 2000 ).
Artinya pati yang tidak bereaksi sebesar 10% dari jumlah pati yang diumpankan.
Universitas Sumatera Utara
Sirup glukosa kemudian didinginkan dengan Cooler sampai temperatur 500
C
dan tekanan 1 atm, kemudian sirup glukosa dimasukan kedalam Filter Press-01
dengan asumsi banyaknya larutan C6H12O6 yang ikut terbuang pada buangan filter
Press-01 diperkirakan sebanyak 0,1% dari larutan C6H12O6 yang ada dalam umpan
Filter Press-01(BERITA-TEKNOLOGI/berita-iptek.blogspot.com, 2009).
Kemudian sirup glukosa dinetralisasi dengan larutan basa yaitu NaOH 1%
dari jumlah reaktan yang digunakan didalam Reaktor Neutralizer. NaOH ini
bereaksi dengan HCl yang membentuk NaCl. Hasil netralisasi kemudian dipisahkan
lagi dari NaCl yang terbentuk. Pemisahan ini menggunakan Dekanter, banyaknya
keluaran C6H12O6 yang ikut terbuang pada buangan Dekanter diperkirakan 0,1% dari
larutan C6H12O6 yang ada dalam umpan Dekanter (BERITA-TEKNOLOGI/berita-
iptek.blogspot.com, 2009). Sirup glukosa yang diperoleh kemudian dijernihkan
dalam Tangki Decolorizing yang berisi karbon aktif sebanyak 2,2% dari bahan baku
(Jose dkk, 1992) untuk menyerap zat warna yang timbul saat hidrolisasi.
Selanjutnya karbon aktif yang digunakan dipisahkan dengan sirup glukosa
dengan menggunakan Filter Press-02 sehingga diperoleh banyaknya larutan C6H12O6
yang ikut terbuang diperkirakan sebanyak 0,1% lari larutan C6H12O6 yang ada dalam
umpan Filter Press-02 (BERITA-TEKNOLOGI/berita-iptek.blogspot.com, 2009).
Kemudian sirup glukosa diuapkan dalam Evaporator untuk mendapatkan sirup
glukosa yang lebih pekat sampai 78%.
Kemudian dilakukan pengkristalan guna membentuk sirup glukosa menjadi
butiran kristal glukosa dengan jalan mendinginkan sirup glukosa dalam Tangki
Crystallizer pada suhu 300
C dan tekanan 1 atm. Butiran kristal glukosa yang
terbentuk kemudian dimasukkan kedalam Screw Conveyor untuk mendapatkan
ukuran kristal yang seragam.
Setelah itu butiran kristal glukosa dikeringkan dalam Rotary Dryer dengan
temperatur 1100
C dan tekanan 1 atm sampai kandungan air dalam kristal glukosa
berkurang sampai 86% dari kristal glukosa keluaran Crystallizer (Kuswurj, 2009).
Kristal glukosa yang telah dikeringkan kemudian didinginkan dengan Rotary
Cooler dengan temperatur 300
C dan tekaanan 1 atm dan disimpan dalam gudang.
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelLaporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelErnalia Rosita
 
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Arum Setyorini
 
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaEco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaAgung Firdausi Ahsan
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnalyulina096
 
Teknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCOTeknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCONuruliswati
 
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susanti
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susantiBiotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susanti
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susantiawarisusanti
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitMuhammad Yuswani
 
Laporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherLaporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganErnalia Rosita
 
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitPemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitTaufik Habibie
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...brawijaya university
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Dasar-dasar Teknik Fermentasi
Dasar-dasar Teknik FermentasiDasar-dasar Teknik Fermentasi
Dasar-dasar Teknik Fermentasiyuliartiramli
 
Paper industri pabrik sabun
Paper industri pabrik sabunPaper industri pabrik sabun
Paper industri pabrik sabunGeby Otivriyanti
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuErnalia Rosita
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelLaporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka Apel
 
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
 
Minyak nabati
Minyak nabatiMinyak nabati
Minyak nabati
 
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri KelapaEco Industrial dalam Industri Kelapa
Eco Industrial dalam Industri Kelapa
 
Saponifikasi
SaponifikasiSaponifikasi
Saponifikasi
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Teknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCOTeknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCO
 
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susanti
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susantiBiotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susanti
Biotek_Fermtasi Kopi_ppt_ s22014 awari susanti
 
Fix laporan sementara cuka apel
Fix laporan sementara cuka apelFix laporan sementara cuka apel
Fix laporan sementara cuka apel
 
Minuman Umbi Garut
Minuman Umbi GarutMinuman Umbi Garut
Minuman Umbi Garut
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawit
 
Laporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherLaporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit Leather
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitPemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
 
Dasar-dasar Teknik Fermentasi
Dasar-dasar Teknik FermentasiDasar-dasar Teknik Fermentasi
Dasar-dasar Teknik Fermentasi
 
Paper industri pabrik sabun
Paper industri pabrik sabunPaper industri pabrik sabun
Paper industri pabrik sabun
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
 

Similar to SAGU-GLUKOSA

Acara i karbohidrat
Acara i karbohidratAcara i karbohidrat
Acara i karbohidratUfi Ufy
 
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptx
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptxISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptx
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptxSwariTirtania
 
Karbohidrat revisi
Karbohidrat revisiKarbohidrat revisi
Karbohidrat revisiQadrina Sufy
 
46959540 gula-singkongq
46959540 gula-singkongq46959540 gula-singkongq
46959540 gula-singkongqIndra S
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptholisha
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptArdiKa9
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdfXINYOUWANZ
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020afif Prabowo
 
1 flour and powder technology
1 flour and powder technology1 flour and powder technology
1 flour and powder technologyNur Aini Mahmudah
 
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptxvivianleviana0
 

Similar to SAGU-GLUKOSA (20)

Acara i karbohidrat
Acara i karbohidratAcara i karbohidrat
Acara i karbohidrat
 
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptx
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptxISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptx
ISOLASI LIGNIN DARI JERAMI PADI DENGAN METODA KLASON.pptx
 
Copy of i. karbohidrat(1)
Copy of i. karbohidrat(1)Copy of i. karbohidrat(1)
Copy of i. karbohidrat(1)
 
Karbohidrat revisi
Karbohidrat revisiKarbohidrat revisi
Karbohidrat revisi
 
4 karbohidrat
4 karbohidrat4 karbohidrat
4 karbohidrat
 
Evaporator
EvaporatorEvaporator
Evaporator
 
46959540 gula-singkongq
46959540 gula-singkongq46959540 gula-singkongq
46959540 gula-singkongq
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.ppt
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.ppt
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdf
 
7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
7.-Kimia-Karbohidrat.pdf7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Praktikum 1
Praktikum 1Praktikum 1
Praktikum 1
 
2 sifat fisika kimia pati
2 sifat fisika kimia pati2 sifat fisika kimia pati
2 sifat fisika kimia pati
 
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
peper karya ilmiah energi terbarukan pada masa kini 2020
 
Essai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasiEssai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasi
 
Proses Gula Kelapa 2007
Proses Gula Kelapa 2007Proses Gula Kelapa 2007
Proses Gula Kelapa 2007
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
1 flour and powder technology
1 flour and powder technology1 flour and powder technology
1 flour and powder technology
 
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx
1Polisakarida dan klaisifikasi pati.pptx
 

SAGU-GLUKOSA

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sagu Pati adalah satu jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati ini disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan di dalam biji buah (padi, jagung), didalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, garut) dan pada batang (sagu, aren). Tanaman sagu termasuk dalam keluarga Palmae dari genus Metroxylon. Potensi tanaman sagu di Indonesia sangat besar, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. Tanaman sagu terutama terdapat di Irian Jaya (980.000 ha), Maluku (30.000 ha), Sulawei Selatan (30.000 ha), dan Riau (32.000 ha). Penggunaan sagu sejauh ini untuk bahan tradisional atau campuran tepung terigu dalam pembuatan kue yang umumnya diproduksi dalam skala industri kecil. Kandungan pati yang cukup tinggi dari tepung sagu memungkinkan sagu dipergunakan sebagai: a. Bahan baku untuk produksi glukosa b. Bahan baku high fructose syrup, sorbitol dan lain-lain c. Bahan baku industri alkohol d. Bahan baku industri tekstil e. Bahan baku industri lem untuk plywood Sagu kering yang ada dipasaran, pada umumnya dengan kandungan sagu yaitu pati diatas 80% ( syarat mutu tepung sagu menurut SII. 0231-79 adalah kadar pati minimum 80%, serat kasar maksimum 0,5%, abu maksimum 1,5%, air maksimum 14% dan tidak mengandung logam berbahaya). Pemakaian glukosa dalam negeri, peningkatannya tiap tahun rata-rata sebesar 7,7% (Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.3, Agustus 2004). Komposisi bahan baku dimana kandubgan patinya sebanyak 84,7% memungkinkan digunakan sebagai bahan baku pembuatan glukosa monohidrat. Universitas Sumatera Utara
  • 2. Tabel 2.1 Komponen Makronutrien Pati Sagu Komponen Jumlah ( % ) Pati Air Protein Lemak Impuritis 84,7 % 14 % 0,7 % 0,2 % 0,4 % Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan R.I (1981) 2.2 Gula – Gula Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang banyak terdapat di alam yang mempunyai rumus empiris CH2O. Kabohidrat merupakan sumber energi yang paling utama dalam tubuh makhluk hidup. Disamping sebagai sumber energi bagi makhluk hidup, karbohidrat memiliki kegunaan yang luas dalam bidang industi, misalnya industri kertas, industi fermentasi, industri makanan dan minuman dan sebagainya. Pada umumnya gula karbohidrat terbagi dalam tiga kelompok : a. Monosakarida b. Disakarida c. Polisakarida 2.3 Glukosa Glukosa dipergunakan dalam industri makanan dan minuman, terutama dalam industri permen, selai dan pembuatan buah kaleng. Tabel 2.2 Syarat mutu Glukosa KOMPONEN SPESIFIKASI Gula reduksi dihitung sebagai d-Glukosa Pati Sulfur Pemanis buatan Maksimum 30% Tidak nyaa Untuk kembang gula maksimum 400 ppm, yang lainnya 40 ppm Negatif Sumber : SII 0418-81, 2001 Universitas Sumatera Utara
  • 3. Kemajuan dalam konversi enzim dapat menghasilkan glukosa dengan kadar dekstrosa 95%, kadar deksrosa lebih tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan konsentrasi substrat yang lebih rendah, tetapi ada batas ekonomisnya. Kadar dekstrosa juga bisa berkurang oleh adanya trans-glukosa karena enzim yang digunakan tidak murni. Dosis enzim yang tinggi dan waktu konversi yang terlalu panjang mengakibatkan polimerisasi membentuk karena konversi non ideal. Pada suhu 600 C kelarutan dekstrosa sama dengan sukrosa. Pada suhu dibawah 600 C kelarutan sukrosa lebih tinggi dibanding dekstrosa lebih tinggi. Suhu transisi dektrosa adalah pada suhu 500 C, pada suhu dibawah ini monohidrat glukosa membentuk fasa padat. Dekstrosa tidak mudah mengkristal seperti sukrosa. Inti kristal tidak terbentuk sampai larutan dekstrosa mencapai kejenuhan 79%. Tetapi pada suhu tinggi sirup glukosa dapat mengkristal. 2.4 Sifat-sifat Bahan 1. Pati Sagu Sifat-sifat fisika : a. Merupakan sumber karbohidrat (pati) yang dominan pada tanaman sagu b. Merupakan butiran atau granula c. Berwarna putih mengkilap d. Tidak berbau dan tidak mempunyai rasa Sifat-sifat kimia : a. Pati sagu merupakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4 glukosa b. Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin c. Pati tidak larut dalam air dingin d. Mengalami gelatinitas pada suhu 1050 C e. Dapat dihidrolisa menjadi glukosa monohidrat 2. NaOH (Natrium Hidroksida) Sifat-sifat fisika : a. Berat Molekul : 40 gr/mol Universitas Sumatera Utara
  • 4. b. Boiling Point : 139 0 C pada tekanan 1 atm c. Melting Point : 318,80 C pada tekanan 1 atm d. Kelarutan dalam air panas : 3470 C e. Kelarutan dalam air dingin : 400 C f. Spesifikasi grafity : 2,130 g. Denitas : 0,9824 gr/ml Sifat-sifat kimia : a. Menstabilkan kondisi pH b. Merupakan basa kuat c. Mudah larut dalam air d. Berwarna putih dalam keadaan padat (Sumber : Perrys, 1997) 3. HCL (Asam Klorida) Sifat-sifat fisika : a. Berat Molekul : 36,5 gr/mol b. Boiling Point : 114 0 C pada tekanan 1 atm c. Densitas : 1,181 gr/ml d. Temperatur Kritis : 51,450 C e. Merupakan gas yang tidak berwarna f. Berbau agak tajam atau khas dan beracun Sifat-sifat kimia : a. Merupakan asam kuat b. Memerahkan kertas lakmus c. Mudah larut dalam air d. Sebagai gas yang dapat langung bereaksi dengan amoniak e. Dalam air akan terionisasi (Sumber : Perrys, 1997) 4. H2O (Air) Sifat-sifat fisika : a. Berat Molekul : 18,016 gr/mol Universitas Sumatera Utara
  • 5. b. Indeks bias : 1,33 c. Titik didih : 100 0 C pada tekanan 1 atm d. Titik beku : 00 C pada tekanan 1 atm e. Densitas : 1 gr/ml f. Viskositas : 0,0102 poise g. Panas laten : -2,418 x105 J/mol h. Panas penguapan : -2,288 x105 J/mol i. Tidak berbau dan berasa Sifat-sifat kimia : a. Bentuk molekul heksagonal b. Bersifat polar c. Pelarut yang baik bagi senyawa organik d. Merupakan elektrolit lemah e. Memiliki ikatan hidrogen (Sumber : Perrys, 1997) 5. Glukosa Sifat-sifat fisika : a. Berat Molekul : 180,16 gr/mol b. Spesifik grafity : 1,544 c. Kelarutan dalam air : 82 d. Berasa manis e. Berfungsi sebagai sumber energi f. Termasuk mobosakarida g. Larut dalam air Sifat-sifat kimia : a. Dihidrasi oleh asaam menghasilkan suatu molekul d-glukosa b. Bereaksi negatif dengan reagen Tollen (Sumber : Perrys, 1997) Universitas Sumatera Utara
  • 6. 2.6 Proses yang tersedia Proses pembuatan glukosa dari pati sagu berdasarkan pada proses hidrolisa terdiri dari : a. Proses hidrolisa dengan katalis asam b. Proses hidrolisa dengan katalis enzim 2.6.1 Proses hidrolisa dengan katalis asam Slurry mengandung 35% - 40% pati acidief dengan asam (HCl). Tekanan di konverter mencapai 30 psia dengan pH 4 – 5. Kemudian larutan dinetralisasi dengan Ca(OH)2 (50 -70) ppm, dimana suhu mencapai 1400 C. hasil hidrolisa menjadi glukosa diukur sebagai dekstosa-equivalen (gula pereduksi) yang memberikan hasil 95 – 96 De dan 92 – 94 % dekstosa/dry basis. Sirup glukosa kotor disaring untuk dipisahkan dari inert yang tidak larut, kemudian diikuti dengan penambahan karbon aktif. sirup glukosa murni diuapkan untuk mendapatkan sirup glukosa yang lebih pekat. kemudian dilakukan pengkristalan guna membentuk sirup glukosa menjadi kristal glukosa. Kristal glukosa ini kemudian dipisahkan antara kristal glukosa dengan mother liquor dan akhirnya dilakukan penyaringan serta pengepakan. 2.6.2 Proses hidrolisa dengan katalis enzim Setelah mencairkan pati, slurry yang mengandung 35% - 40% pati kemudian dihidrolisa dengan penambahan katalis enzim guna memecah moleku-molekul pati yang lebih besar menjadi molekul yang lebih kecil atau pemecahan ikatan rantainya. Ini dilakukan dengan menambahkan enzim α – amilase dan gluko amilase. Dengan demikian hirolisa pati dengan katalis enzim dilakukan dengan dua tahap, yaitu : a. Penambahan enzim α – amilase b. Penambahan enzim gluko – amilase Tangki yang mengandung pati 35% – 40% dicampur dengan air. Didalam tangki ini diberikan enzim α – amilase untuk memecahkan ikatan rantai amilase menjadi α – glukosidic pati, dan juga dinetralkan dengan penambahan Ca(OH)2. kemudian dilanjutkan ke tahap liquifikasi yang berlangsung dua tahap yaitu tahap pertama pada suhu 1050 C dan tahap kedua pada suhu 950 C. Slurry pati yangsudah disiapkan dalam tangki, dipompa kedalam tangki liquifikasi 1 yang dipanasi dengan Universitas Sumatera Utara
  • 7. uap panas sampai suhu 1050 C. suhu tersebut dipertahankan selama 5 menit, sampai terjadi proses gelitinasi. Kemudian suhu diturunkan menjadi 950 C dan bahan dialirkan pada alat liquifikasi II. Liquifikasi II berlangsung selama 2 jam dan suhu dipertahankan pada suhu 950 C sampai terbentuk dekstrin. Dekstrin yang diperoleh dipompa kedalam tangki sakharifikasi dan suhu diturunkan menjadi 600 C, pH juga diturunkan menjadi 4,5 dengan menambah HCl 0,1 N, kemudian ditambahkan enzim gluko – amilase yang memotong ikatan rantai α – 1 – 6 glukosidic pati selama 72 jam dan tekanan operasi atm. Hasil hidrolisa menjadi gluksa diukur sebagai dekstrose – equivalen (gula pereduksi) yang memberikan hasil 98 – 99 De dan 97 – 98,5% dekstrose. Sirup glukosa kemudian dijernihkan untuk memisahkan inert yang tidak larutdenga penambahan karbon aktif yang diteruskan pada alat penukar ion untuk menghilangkan ion-ion. Sirup glukosa bersuh diuapkan pada evaporator guna memekatkan larutan glukosa. Hasil dari evaporator yaitu 70 – 78% sirup glukosa yang siap di kristalkan menjadi butir-butir kristal glukosa. Kemudian larutan glukosa ini dipisahkan dengan mother-liquor yang dikembalikan ke evaporator. dan akhirnya dilakukan pengeringan serta pengepakan untuk siap dipasarkan. 2.6 Seleksi Proses Pada pra rancangan pabrik pembuatan glukosa dari pati sagu ini menggunakan proses hidrolisa dengan katalis asam pada tekanan 3 atm dan temperatur 1350 C. Dasar pemilihan proses tersebut adalah : Tabel 2.3 Perbandingan proses hidrolisa denga katalis asam dan proses hidrolisa dengan katalis enzim No Proses hidrolisa dengan katalis asam Proses hidrolisa dengan katalis enzim 1 2 3 Waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan produk relatif lebih singkat Kemurnian produk yang dihasilkan lebih besar dari evaporasi Proses ini tidak mengeluarkan biaya Waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan produk relatif lama Kemurnian produk yang dihasilkan lebih kecil dari evaporator Proses ini mengeluarkan biaya yang Universitas Sumatera Utara
  • 8. 4 yang relatif besar dalam penyaluran bahan baku Tidak perlu menambah staff tenaga ahli biologis dalam menaggulangi proses produksi relatif besar dalam penyaluran Perlu menambah staff tenaga ahli biologis dalam menaggulangi proses produksi 2.7 Deskripsi Proses Pabrik pembuatan glukosa monohidrat ini direncanakan akan dibangun di Kepulauan Riau, dikarenakan potensi sagu yang cukup besar dibandingkan dengan Sumatera Utara. Bahan baku pati sagu yang diperoleh dari tanaman sagu yang di ambil dari kebun sagu yang terdapat di Kepulauan Riau diproses terlebih dahulu sehingga diperoleh patinya, dengan kandungan sagu yaitu pati diatas 80% ( syarat mutu tepung sagu menurut SII. 0231-79 adalah kadar pati minimum 80%, serat kasar maksimum 0,5%, abu maksimum 1,5%, air maksimum 14% dan tidak mengandung logam berbahaya. Tanaman sagu Bahan baku berupa pati sagu dari gudang bahan baku (GBB) dimasukkan kedalam Mixer, dimana pati sagu dicampur air dengan perbandingan volume 9 : 1 (US. Patent No. 6.126.754, 3 Okt 2000 ) untuk membentuk slurry dengan temperatur 300 C dan tekanan 1 atm. Kemudian slurry tersebut dimasukan kedalan Reaktor Hydrolizer untuk menghasilkan sirup glukosa dengan menambahkan katalis asam yaitu HCl dengan perbandingan volume 1 : 10 (Richana et al.1999). Proses ini berlangsung pada suhu 1350 C dan pada tekanan 3,1216 atm. Untuk menjaga kondisi ini tetap stabil maka digunakan sirkulasi pendingin yang dialirkan melalui shell-shell reaktor dan bersilangan dengan tube- tube dengan temperatur 250 C dan tekanan 1 atm. Adapun reaksi yang terjadi dalam Reaktor Hidroylizer adalah sebagai berikut : C12H22O11 (Pati) + H2O HCl 2C6H12O6 (Glukosa) Reaksi yang tejadi adalah reaksi endotermis. Pati yang dapat terkonversi menjadi glukosa adalah sekitar 90% (US. Patent No. 6.126.754, 3 Okt 2000 ). Artinya pati yang tidak bereaksi sebesar 10% dari jumlah pati yang diumpankan. Universitas Sumatera Utara
  • 9. Sirup glukosa kemudian didinginkan dengan Cooler sampai temperatur 500 C dan tekanan 1 atm, kemudian sirup glukosa dimasukan kedalam Filter Press-01 dengan asumsi banyaknya larutan C6H12O6 yang ikut terbuang pada buangan filter Press-01 diperkirakan sebanyak 0,1% dari larutan C6H12O6 yang ada dalam umpan Filter Press-01(BERITA-TEKNOLOGI/berita-iptek.blogspot.com, 2009). Kemudian sirup glukosa dinetralisasi dengan larutan basa yaitu NaOH 1% dari jumlah reaktan yang digunakan didalam Reaktor Neutralizer. NaOH ini bereaksi dengan HCl yang membentuk NaCl. Hasil netralisasi kemudian dipisahkan lagi dari NaCl yang terbentuk. Pemisahan ini menggunakan Dekanter, banyaknya keluaran C6H12O6 yang ikut terbuang pada buangan Dekanter diperkirakan 0,1% dari larutan C6H12O6 yang ada dalam umpan Dekanter (BERITA-TEKNOLOGI/berita- iptek.blogspot.com, 2009). Sirup glukosa yang diperoleh kemudian dijernihkan dalam Tangki Decolorizing yang berisi karbon aktif sebanyak 2,2% dari bahan baku (Jose dkk, 1992) untuk menyerap zat warna yang timbul saat hidrolisasi. Selanjutnya karbon aktif yang digunakan dipisahkan dengan sirup glukosa dengan menggunakan Filter Press-02 sehingga diperoleh banyaknya larutan C6H12O6 yang ikut terbuang diperkirakan sebanyak 0,1% lari larutan C6H12O6 yang ada dalam umpan Filter Press-02 (BERITA-TEKNOLOGI/berita-iptek.blogspot.com, 2009). Kemudian sirup glukosa diuapkan dalam Evaporator untuk mendapatkan sirup glukosa yang lebih pekat sampai 78%. Kemudian dilakukan pengkristalan guna membentuk sirup glukosa menjadi butiran kristal glukosa dengan jalan mendinginkan sirup glukosa dalam Tangki Crystallizer pada suhu 300 C dan tekanan 1 atm. Butiran kristal glukosa yang terbentuk kemudian dimasukkan kedalam Screw Conveyor untuk mendapatkan ukuran kristal yang seragam. Setelah itu butiran kristal glukosa dikeringkan dalam Rotary Dryer dengan temperatur 1100 C dan tekanan 1 atm sampai kandungan air dalam kristal glukosa berkurang sampai 86% dari kristal glukosa keluaran Crystallizer (Kuswurj, 2009). Kristal glukosa yang telah dikeringkan kemudian didinginkan dengan Rotary Cooler dengan temperatur 300 C dan tekaanan 1 atm dan disimpan dalam gudang. Universitas Sumatera Utara