SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
ANTI
TUSIF
ANTITUSIF
• Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk
dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang
rangsang sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum
berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif
yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di
sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan
narkotik dan non-narkotik. Contoh : Kodein, DMP, Noskapin.
Antitusif yang Bekerja di Perifer
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi
iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada reseptor iritan
perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak
langsung mempengaruhi lendir saluran napas.
Obat-obat anestesi
•Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan garam fenol
digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat
rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk
mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas bawah.
Antitusif yang Bekerja di Perifer
Obat anestesi yang diberikan secara topikal
seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat
bermanfaat dalam menghambat batuk
akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.
Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemakaian obat anestesi
topikal yaitu:
1. Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat.
2. Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi.
3. Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi.
4. Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan
kejang terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.
Antitusif yang Bekerja Sentral
• Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang
rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.
Dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
OPIOID
• Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/
ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan.
• Opioid dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik,
sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan
sesak karena gagal jantung kiri dan anti diare.
• Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan.
OPIOID
• Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-
kadang mual dan muntah, serta efek adiksi.
• Opioid dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan
histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk
antitusif.Di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan
mukosilier dengan menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan
aktivitas silia.
• Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.
OPIOID
• Obat-obat golongan antitusif opioid :
– Morfin
– Dihidromorfinon
– Dihidrokodeinon
– Morfolinil-etilmorfin (Pholcodine)
– Puried Opium Alkaloid (Pantopon)
– Meperidin
– Levorfanol
OPIOID
•Keefektifan antitusif narkotik ini sebagai obat batuk  secara
klinis yang digunakan sebagai antitusif hanya kodein. Narkotik
lain tidak lebih baik dari Kodein dan efektifitas dan
keamanannya sebagai penekan batuk.
•Kebanyakan obat-obat yang mendepresi SSP dapat
mempengaruhi pusat batuk di Medulla Oblongata. Antitusif yang
bekerja sentral juga dapat bekerja melalui serabut saraf di
korteks serebri dan subkorteks, seperti opioid dan sedatif pada
umumnya.
KODEIN
• 7,8 Didehidro- 4,5α-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan 6 α-ol
monohidrat [6059-47-8] C₁₈H₂₁NO₃H₂O Anhidrat
KODEIN
• Kodein atau Metilmorfin masih merupakan antitusif
dengan uji klinik terkontrol dalam batuk eksperimen dan
batuk patologik akut dan kronis.
• Dalam dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesik
ringan dan sedatif.
• Efek Analgetik Kodein ini dapat dimanfaatkan untuk batuk
yang disertai dengan nyeri dan ansietas.
• Untuk dapat menimbulkan ketergantungan fisik, Kodein
harus diberikan dalam dosis tinggi dalam beberapa jam
dengan jangka waktu satu bulan/lebih (lama).
KODEIN
Kodein diserap baik pada pemberian oral dan puncak
efeknya ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung selama 4-6
jam. Metabolisme terutama di hepar, dan diekskresi ke
dalam urin dalam bentuk tidak berubah, diekskresi
komplit setelah 24 jam. Dalam jumlah kecil ditemukan
dalam air susu Ibu.
•Sediaan terdapat dalam bentuk tablet Kodein Sulfat atau
Kodein fosfat berisi 10, 15, dan 20 mg.
•Dosis biasa dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam.
•Dosis yang lebih besar tidak lagi menambah besar efek
secara proporsional.
•Dosis anak: 1-1,5 mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi.
KODEIN
• Kodein dalam dosis kecil (10-30mg) sering digunakan sebagai obat batuk,
jarang ditemukan efek samping.
• Efek samping dapat berupa mual, pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit
kepala. Dosis lebih tinggi (60-80mg) dapat menimbulkan kegelisahan,
hipotensi ortostatik, vertigo, dan midriasis. Dosis lebih besar lagi (100-
500mg) dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi. Jarang-jarang
timbul reaksi alergi seperti: dermatitis, hepatitis, trombopenia, dan
anafilaksis. Depresi pernafasan dapat terlihat pada dosis 60 mg dan depresi
yang nyata terdapat pada dosis 120 mg setiap beberapa jam. Karena itu
dosis tinggi berbahaya pada penderita dengan kelemahan pernafasan,
khususnya pada penderita retensi CO2.
• Dosis fatal kodein ialah 800-1000 mg.
• Dekstrometorfan adalah derifat morfinan sintetik yang bekerja
sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek bentuk
sama seperti kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama
dengan kodein.
NON – OPIOID
DEKSTROMETORFAN ( d-3-metoksin-N-metilmorfinan)
DEKSTROMETORFAN
( d-3-metoksin-N-metilmorfinan)
•Zat ini meningkatkan ambang rangsangan refleks batuk secara
sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Bedanya
dengan kodein, zat ini tidak menimbulkan efek analgesik, sedasi,
atau gangguan saluran cerna, serta tidak mendatangkan
ketergantungan atau adiksi.
•Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas
silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
DEKSTROMETORFAN
( d-3-metoksin-N-metilmorfinan)
• Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin
menimbulkan depresi napas.
• Efek samping yang menonjol adalah gangguan saluran cerna ( terutama
konstipasi ringan ), terlihat sampai 30 % dari pasien yang di teliti.
• Dekestrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan sebagai sirup
dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5mL.
• Dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari. Maksimum 120 mg /
hari. Meninggikan dosis tidak akan menambah kuat efek, tapi dapat
memperpanjang kerjanya sampai 10 – 12 jam, dan ini dapat bermanfaatkan
untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak – anak 1 mg/ kg BB/ hari
dalam dosis terbagi 3 – 4 kali sehari.
NON-OPIOD
NOSKAPIN
• Noskapin adalah alkaloid alam yang bersama dengan papaverin
tergolong derivat benzilisokinolin, yang didapat dari candu (2-
metil-8-metoksi-6,7-metilendioksi-1 (6,7-dimetoksi-3-ftalidil)-
1,2,3,4-tetrahidroisokinoloin).
• Pada dosis terapi, zat ini tidak berefek terhadap SSP dan tidak
memiliki efek adiksi dan ketergantungan, kecuali sebagai antitusif.
• Noskapin merupakan penglepasan histamin yang poten sehingga
dosis besar dapat menyebabkan bronkokonstriksi dan hipotensi
sementara.
• Dosis sampai 90 mg tidak menimbulkan depresi napas.
NOSKAPIN
• Noskapin meghambat kontraksi otot jantung dan otot polos,
tetapi efek ini tidak timbul pada dosis antitusif.
• Dosis toksis menimbulkan konvulsi pada hewan coba.
• Absorpsi oleh usus berlangsung dengan baik.
• Dosis yang dianjurkan 3-4 kali 15-30 mg sehari. Dosis tunggal
60 mg pernah digunakan untuk batuk paroksismal. Noskapin
tersedia dalam bentuk tablet etau sirup.
Dosis Umum Dosis rata - rata
Dekstrometorfan 15 – 30 mg
Noskapin 10 – 30 mg
Karbetapentan 15 – 30 mg
Karamifen 10 – 20 mg
Levopropoksifen 50 – 100 mg
Benzonatat 50 – 100 mg
Dimetoksanat 25 mg
Klorfedianol 25 mg
Pipazetat 20 – 40 mg
Difenhidramin ( benadryl ) 25 – 50 mg
Prometazin 5 – 60 mg
Antitusif

More Related Content

What's hot (20)

endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi Analgetik
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
sitostatika
sitostatikasitostatika
sitostatika
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintah
 
Farmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika AminoglikosidaFarmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika Aminoglikosida
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
 
Dosis efek
Dosis efekDosis efek
Dosis efek
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan Larutan
 
transdermal farmasi
transdermal farmasitransdermal farmasi
transdermal farmasi
 
Singkatan bahasa latin
Singkatan bahasa latinSingkatan bahasa latin
Singkatan bahasa latin
 
Antibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannya
 
Farmasi praktis - Anak-farmasi.com
Farmasi praktis - Anak-farmasi.comFarmasi praktis - Anak-farmasi.com
Farmasi praktis - Anak-farmasi.com
 
Asma ppt (2)
Asma ppt (2)Asma ppt (2)
Asma ppt (2)
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 

Viewers also liked

Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obatpjj_kemenkes
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainPutri Cavaluna
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Dedi Kun
 
Pengetahuan produk biosir hpai
Pengetahuan produk biosir hpaiPengetahuan produk biosir hpai
Pengetahuan produk biosir hpairadhiani
 
Pengantar farmakologi
Pengantar farmakologiPengantar farmakologi
Pengantar farmakologiSofie Via
 
Batuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannyaBatuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannyarula25
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batukbaroezd
 
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanMJM Networks
 
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)Utami Irawati
 
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)Lidya Dalovya
 

Viewers also liked (20)

Ekspektoran
EkspektoranEkspektoran
Ekspektoran
 
Antitusif & Agen Mukolitik
Antitusif & Agen MukolitikAntitusif & Agen Mukolitik
Antitusif & Agen Mukolitik
 
Farmakologi Anti tusiv akper pemkot tegal
Farmakologi Anti tusiv akper pemkot tegalFarmakologi Anti tusiv akper pemkot tegal
Farmakologi Anti tusiv akper pemkot tegal
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lain
 
Batuk
BatukBatuk
Batuk
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
 
Pengetahuan produk biosir hpai
Pengetahuan produk biosir hpaiPengetahuan produk biosir hpai
Pengetahuan produk biosir hpai
 
Pengantar farmakologi
Pengantar farmakologiPengantar farmakologi
Pengantar farmakologi
 
Batuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannyaBatuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannya
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batuk
 
Etika batuk
Etika batukEtika batuk
Etika batuk
 
TOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGITOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGI
 
Anti Diabetik Oral
Anti Diabetik OralAnti Diabetik Oral
Anti Diabetik Oral
 
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Pertusis
PertusisPertusis
Pertusis
 
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
 
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)
1. definisi dan klasifikasi batuk (lidya mar'athus sholihah)
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 

Similar to Antitusif

PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfHenipuspitasari17
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafDedi Kun
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropikaYadhi Muqsith
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPutri MpudtEpriani
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxAuliaPutri98
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
 
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptxOBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptxSyarifahNurulMaulida1
 
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptxNurAlfiahIrfayanti
 
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfObat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfpapahku123
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atasakbardaus88
 

Similar to Antitusif (20)

PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
 
Farmakologi analgetik final
Farmakologi analgetik finalFarmakologi analgetik final
Farmakologi analgetik final
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem Saraf
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropika
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan ssp
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
Dipenhidramin
DipenhidraminDipenhidramin
Dipenhidramin
 
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptxOBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
 
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
 
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfObat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Praktek cd
Praktek cdPraktek cd
Praktek cd
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
 
Obat sistem saraf
Obat sistem sarafObat sistem saraf
Obat sistem saraf
 
psikofarma4.pptx
psikofarma4.pptxpsikofarma4.pptx
psikofarma4.pptx
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 

Recently uploaded (19)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 

Antitusif

  • 2.
  • 3. ANTITUSIF • Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik. Contoh : Kodein, DMP, Noskapin.
  • 4. Antitusif yang Bekerja di Perifer Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran napas. Obat-obat anestesi •Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas bawah.
  • 5. Antitusif yang Bekerja di Perifer Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemakaian obat anestesi topikal yaitu: 1. Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat. 2. Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi. 3. Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi. 4. Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan kejang terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.
  • 6. Antitusif yang Bekerja Sentral • Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk. Dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
  • 7. OPIOID • Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/ ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan. • Opioid dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan anti diare. • Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan.
  • 8. OPIOID • Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang- kadang mual dan muntah, serta efek adiksi. • Opioid dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif.Di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia. • Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.
  • 9. OPIOID • Obat-obat golongan antitusif opioid : – Morfin – Dihidromorfinon – Dihidrokodeinon – Morfolinil-etilmorfin (Pholcodine) – Puried Opium Alkaloid (Pantopon) – Meperidin – Levorfanol
  • 10. OPIOID •Keefektifan antitusif narkotik ini sebagai obat batuk  secara klinis yang digunakan sebagai antitusif hanya kodein. Narkotik lain tidak lebih baik dari Kodein dan efektifitas dan keamanannya sebagai penekan batuk. •Kebanyakan obat-obat yang mendepresi SSP dapat mempengaruhi pusat batuk di Medulla Oblongata. Antitusif yang bekerja sentral juga dapat bekerja melalui serabut saraf di korteks serebri dan subkorteks, seperti opioid dan sedatif pada umumnya.
  • 11. KODEIN • 7,8 Didehidro- 4,5α-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan 6 α-ol monohidrat [6059-47-8] C₁₈H₂₁NO₃H₂O Anhidrat
  • 12. KODEIN • Kodein atau Metilmorfin masih merupakan antitusif dengan uji klinik terkontrol dalam batuk eksperimen dan batuk patologik akut dan kronis. • Dalam dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesik ringan dan sedatif. • Efek Analgetik Kodein ini dapat dimanfaatkan untuk batuk yang disertai dengan nyeri dan ansietas. • Untuk dapat menimbulkan ketergantungan fisik, Kodein harus diberikan dalam dosis tinggi dalam beberapa jam dengan jangka waktu satu bulan/lebih (lama).
  • 13. KODEIN Kodein diserap baik pada pemberian oral dan puncak efeknya ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung selama 4-6 jam. Metabolisme terutama di hepar, dan diekskresi ke dalam urin dalam bentuk tidak berubah, diekskresi komplit setelah 24 jam. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam air susu Ibu. •Sediaan terdapat dalam bentuk tablet Kodein Sulfat atau Kodein fosfat berisi 10, 15, dan 20 mg. •Dosis biasa dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam. •Dosis yang lebih besar tidak lagi menambah besar efek secara proporsional. •Dosis anak: 1-1,5 mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi.
  • 14. KODEIN • Kodein dalam dosis kecil (10-30mg) sering digunakan sebagai obat batuk, jarang ditemukan efek samping. • Efek samping dapat berupa mual, pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit kepala. Dosis lebih tinggi (60-80mg) dapat menimbulkan kegelisahan, hipotensi ortostatik, vertigo, dan midriasis. Dosis lebih besar lagi (100- 500mg) dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi. Jarang-jarang timbul reaksi alergi seperti: dermatitis, hepatitis, trombopenia, dan anafilaksis. Depresi pernafasan dapat terlihat pada dosis 60 mg dan depresi yang nyata terdapat pada dosis 120 mg setiap beberapa jam. Karena itu dosis tinggi berbahaya pada penderita dengan kelemahan pernafasan, khususnya pada penderita retensi CO2. • Dosis fatal kodein ialah 800-1000 mg.
  • 15. • Dekstrometorfan adalah derifat morfinan sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek bentuk sama seperti kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan kodein. NON – OPIOID DEKSTROMETORFAN ( d-3-metoksin-N-metilmorfinan)
  • 16. DEKSTROMETORFAN ( d-3-metoksin-N-metilmorfinan) •Zat ini meningkatkan ambang rangsangan refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Bedanya dengan kodein, zat ini tidak menimbulkan efek analgesik, sedasi, atau gangguan saluran cerna, serta tidak mendatangkan ketergantungan atau adiksi. •Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
  • 17. DEKSTROMETORFAN ( d-3-metoksin-N-metilmorfinan) • Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi napas. • Efek samping yang menonjol adalah gangguan saluran cerna ( terutama konstipasi ringan ), terlihat sampai 30 % dari pasien yang di teliti. • Dekestrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan sebagai sirup dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5mL. • Dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari. Maksimum 120 mg / hari. Meninggikan dosis tidak akan menambah kuat efek, tapi dapat memperpanjang kerjanya sampai 10 – 12 jam, dan ini dapat bermanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak – anak 1 mg/ kg BB/ hari dalam dosis terbagi 3 – 4 kali sehari.
  • 18. NON-OPIOD NOSKAPIN • Noskapin adalah alkaloid alam yang bersama dengan papaverin tergolong derivat benzilisokinolin, yang didapat dari candu (2- metil-8-metoksi-6,7-metilendioksi-1 (6,7-dimetoksi-3-ftalidil)- 1,2,3,4-tetrahidroisokinoloin). • Pada dosis terapi, zat ini tidak berefek terhadap SSP dan tidak memiliki efek adiksi dan ketergantungan, kecuali sebagai antitusif. • Noskapin merupakan penglepasan histamin yang poten sehingga dosis besar dapat menyebabkan bronkokonstriksi dan hipotensi sementara. • Dosis sampai 90 mg tidak menimbulkan depresi napas.
  • 19. NOSKAPIN • Noskapin meghambat kontraksi otot jantung dan otot polos, tetapi efek ini tidak timbul pada dosis antitusif. • Dosis toksis menimbulkan konvulsi pada hewan coba. • Absorpsi oleh usus berlangsung dengan baik. • Dosis yang dianjurkan 3-4 kali 15-30 mg sehari. Dosis tunggal 60 mg pernah digunakan untuk batuk paroksismal. Noskapin tersedia dalam bentuk tablet etau sirup.
  • 20. Dosis Umum Dosis rata - rata Dekstrometorfan 15 – 30 mg Noskapin 10 – 30 mg Karbetapentan 15 – 30 mg Karamifen 10 – 20 mg Levopropoksifen 50 – 100 mg Benzonatat 50 – 100 mg Dimetoksanat 25 mg Klorfedianol 25 mg Pipazetat 20 – 40 mg Difenhidramin ( benadryl ) 25 – 50 mg Prometazin 5 – 60 mg