SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
Download to read offline
PENATALAKSANAAN TERAPI
DAN REHABILITASI
GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT
dr. Imelda Indriyani, Sp.KJ., Subsp. Ad.(K)
PDSKJI – Kemenkes
POKOK BAHASAN
 Prinsip dan konsep dasar terapi
 Berbagai jenis modalitas terapi GPZ
 Harm reduction
 Rencana terapi
Pokok Bahasan 1
Prinsip Dan Konsep Dasar Terapi
Tujuan Terapi Ketergantungan Napza
Abstinensia
• Sangat ideal dan sulit dicapai sebagian besar orang dg adiksi napza
Pengurangan frekuensi dan keparahan kekambuhan
• Pencegahan kambuh, CBT, terapi rumatan
Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial
• Pengendalian dampak buruk dan bisa meneruskan kebiasaan positif
Konsep Dasar Proses Terapi
 Program terapi menyasar pada masalah pemakaian zat,
kondisi medis penyerta,masalah psikososial
 Pemilihan program TR tergantung taraf penggunaan,
jenis zat, kondisi klien.
 Contoh: Ranap pada intoksikasi stimulan dengan gejala
psikotik, Rajal pada ganja rekreasional
Prinsip Terapi Yang Efektif
1. Adiksi merupakan penyakit kompleks tapi dapat diterapi,
mempengaruhi fungsi otak dan perilaku
2. Tak ada terapi tunggal yg sesuai bagi setiap orang
3. Terapi harus siap sedia
4. Terapi yang efektif melayani banyak kebutuhan seseorang, tak
hanya penyalahgunaan zatnya
5. Bertahan dalam terapi untuk periode waktu yg adekuat adalah
hal yg penting
6. Terapi2 perilaku merupakan bentuk terapi GPZ yg paling umum
Prinsip Dasar Terapi Rehabilitasi (2)
7. Obat merupakan elemen penting terapi bagi banyak pasien
8. Rencana terapi dan layanan individu harus dikaji secara
berkesinambungan dan dimodifikasi seperlunya untuk
memastikan bahwa rencana tersebut memenuhi kebutuhannya
yg berubah2
9. Banyak orang dengan ketergantungan zat juga menderita
gangguan jiwa lainnya
10. Detoksifikasi dengan obat hanya tahap pertama terapi adiksi dan
itu saja berperan kecil untuk mengubah penyalahgunaan zat
jangka panjang
Prinsip Dasar Terapi Rehabilitasi (3)
11. Terapi tidak harus sukarela supaya efektif
12. Penggunaan zat selama terapi harus diawasi secara
berkesinambungan
13. Program2 terapi harus menguji pasien u/ adanya HIV/AIDS,
hepatitis B dan C, TB, dan penyakit menular lainnya, serta
menyediakan konseling pengurangan-risiko, menghubungkan
para pasien kepada terapi bila perlu
Pokok Bahasan 2:
Berbagai Jenis Modalitas Terapi GPZ
Treatment Modalities and Interventions
(WHO, UNODC 2020)
Screening, brief interventions & referral to treatment
Evidence-based psychosocial interventions
Evidence-based pharmacological interventions
Overdose identification & management
Treatment of co-occurring psychiatric & physical health conditions
Recovery management
Jenis Terapi Gangguan Penggunaan Zat
(Napza)
1. Setting Rawat Jalan
 Intervensi medis
a. Detoksifikasi
b. Terapi simptomatik
c. Terapi rumatan
d. Terapi kondisi medis penyerta
 Intervensi psikososial
a. Psikoterapi
b. Edukasi, Konseling
2. Setting Rawat Inap
Meliputi terapi rawat inap, ditambah pendekatan
Komunitas Terapeutik (TC), 12 langkah, dan berbagai
terapi yang sudah teruji secara ilmiah.
Termasuk intervensi medis bagi kegawat-daruratan medis
dan psikiatri.
Terapi Detoksifikasi
Tujuan Terapi Detoksifikasi adalah:
 Untuk mengurangi, meringankan atau meredakan keparahan
gejala putus zat.
 Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien
untuk “mengobati dirinya sendiri” dengan menggunakan zat-
zat ilegal.
 Mempersiapkan untuk proses terapi lanjutan yang dikaitkan
dengan modalitas terapi lainnya, seperti: therapeutic
community, berbagai jenis terapi rumatan atau terapi lain.
 Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta
mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang.
Terapi Simptomatik
 Tidak semua masalah zat perlu detoksifikasi
 Dokter bisa memberikan intervensi medis berdasar
gejala yang menonjol.
 Bisa bagian kedaruratan medis atau psikiatri, misal
depresi dan psikotik.
Kedaruratan Medik Pada Penggunaan
Napza dan Gangguan Mental Lainnya
 Intoksikasi akut
 Keadaan putus zat
 Keadaan putus zat dengan delirium
 Gangguan psikotik
 Gaduh gelisah
 Gangguan cemas/panik
 Depresi berat dengan percobaan bunuh diri
Intoksikasi Akut
 Gejala tergantung pada zat yang dipakai
 Berbahaya karena agresivitas, impulsif, agitatif, kecuali intoksikasi
tembakau
 Intoksikasi akut kokain, amfetamin, halusinogen dapat
menyebabkan kejang, hipertensi, gangguan irama jantung,
hipertermia, dehidrasi.
 Perlu rawat inap untuk memulihkan organobiologik.
Terapi Intoksikasi Opioid
• Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan dan
kesadaran)  oksigen, infus
O Antidotum Nalokson: 0,4-0,8 mg IV atau 0,01 mg/kgBB,
IV/IM. Bila respon (-) dalam 5 menit  diulang sampai
timbul perbaikan kesadaran, hilangnya depresi pernafasan,
dilatasi pupil atau telah mencapai dosis maksimal nalokson
10 mg. Bila tetap tidak ada respon rujuk ke ICU. Respon
(+)  drip Nalokson dalam cairan infus sebanyak 0,4
mg/jam selama 12 jam  observasi ketat min 24 jam.
Terapi Intoksikasi Opioid (2)
O Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi, kalau perlu
pasang sonde lambung (NGT)
O Melalui oral: lakukan kuras lambung berikan Activated
Charchoal (misal: Norit), dosis 50 mg dilarutkan dalam 200
ml cairan, dapat diulang tiap 4 jam, maks 100 gram.
O Pertimbangkan pemasangan pipa trakea (intubasi) bila:
pernafasan tidak adekuat, koma.
O Bila Kejang  diazepam 5-10 mg (iv/im)
Terapi Intoksikasi Amfetamin
 Antipsikotik dosis rendah
 Jika paranoid/perilaku menyerang & membahayakan  AP / benzodiazepin
 Antihipertensi bila diperlukan; Kontrol temperatur.
 Beta receptors blocker dapat mengurangi beberapa gejala katekolaminergik
dan Benzodiazepin dapat mengontrol ansietas
 Kondisi kejang dapat diatasi dgn Benzodiazepin (Diazepam atau Lorazepam)
 Karena ada kemungkinan terjadi aritmia kordis yang dapat mengancam
kehidupan, maka kemungkinan diperlukan cardiac monitoring & dapat
diberikan Propanolol.
Terapi Intoksikasi Kanabis
O Bila Ansietas berat berikan antiansietas golongan
Benzodiazepin, misalnya : lorazepam 1-2 mg oral,
alprazolam 0,5-1 g oral, chlordiazepoxide 10-50 mg oral
O Bila gejala psikotik menonjol dapat diberikan major
tranquilizer, misal: Haloperidol 1 -2 mg oral atau IM dan
dapat diulang setiap 20-30 menit
Terapi Intoksikasi Kokain
 Sedative-Hipnotika  anti ansietas
 Mayor Tranquilizer  gejala psikotik
 Bila ada hipertermia diberikan kompres dingin
 Pemberian anti konvulsan bila kejang-kejang
 Anti hipertensi bila ada kenaikan tekanan darah
Terapi Intoksikasi Benzodiazepin
 Flumazenil (Antagonis Benzodiazepin)  oleh dokter anestesi/berpengalaman
 pertahankan jalan nafas & perbaiki gangguan asam basa
 Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian. Kalau tidak, pikirkan Activated
Charcoal. Selama perawatan harus diawasi supaya tidak terjadi aspirasi, kalau
perlu pasang sonde lambung (NGT)
 Perhatikan tanda-tanda vital & depresi pernafasan, aspirasi & edema paru
 Bila sudah terjadi aspirasi, berikan antibiotik
 Bila pasien ada usaha bunuh diri  tempatkan di tempat khusus dengan
pengawasan
Terapi Intoksikasi Alkohol
O Kondisi Hipoglikemi  Dextrose 40%
O Kondisi penurunan kesadaran sampai dengan koma, lakukan
penanganan kegawatdaruratan secara intensif
O Injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy lalu 50 ml Dextrose 50% i.v
O Berikan Naloxon 0.4-2 mg bila ada riwayat kemungkinan pemakaian
opioida
O Antisipasi perilaku agresifitas  buat suasana tenang & berikan
dosis rendah sedatif, misal: lorazepam 1-2 mg oral atau Haloperidol
5 mg oral, bila terlihat agresifitas tinggi berikan Haloperdol 5 mg IM.
Keadaan Putus Zat Dengan Delirium
 kondisi klinis akibat pengurangan atau peghentian penggunaan
narkotika atau zat adiktif setelah penggunaan berulang kali,
lama dan /atau jumlah banyak,
 Delirium merupakan kondisi seseorang kehilangan kemampuan
untuk mengalihkan, memusatkan perhatian, fluktuatif, bisa
disertai agitasi.
Gejala Putus Zat
 Alkohol dan sedativ hipnotika : kejang, agitasi, hipotensi
postural, delirium
 Kokain, stimulan : agitasi dan ide bunuh diri
 Kondisi medik berat  ranap
 Putus tembakau, ganja rajal
 Putus opioid : nyeri, kadang butuh ranap.
Terapi Sindroma Putus Zat Opioid
 Terapi simptomatik sesuai gejala klinis  analgetika
(Tramadol, Asam Mefenamik, Parasetamol), spasmolitik
(Papaverin, Spasmium), dekongestan, sedatif-hipnotik,
antidiare
 Pemberian subtitusi: Metadon, Bufrenorfin yang diberikan
secara tapering off (bila tidak ada tersedia dapat diganti
Kodein).
 Untuk Metadon dan Buprenorfin dapat dilanjutkan terapi
jangka panjang (Rumatan)
Terapi Sindroma Putus Zat Opioid
 Pemberian subtitusi non opioida ; Clonidine dengan dosis
17mcg/Kg.BB dibagi dalam 3-4 dosis diberikan selama 10 hari
dengan tapering off 10%/hari untuk mencegah rebound
hypertension.
 Selama pemberian clonidine lakukan pengawasan tekanan
darah, bila tekanan systole kurang dari 100 mmHg atau tekanan
diastole kurang 70 mmHg pemberian clonidine HARUS
DIHENTIKAN .
 Pemberian Sedatif-Hipnotika, Neuroleptika (yang memberi efek
sedative, misal Clozapine 25 mg) dapat dikombinasikan dengan
obat-obat lain.
Terapi Sindroma Putus Zat Amfetamin
 Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik 
Rawat inap diperlukan bila gejala psikotik berat, gejala depresi
berat atau kecenderungan bunuh diri & komplikasi fisik lain.
 Antipsikotik (Haloperidol 3 x 1,5-5mg, Risperidon 2 x 1,5-3 mg),
Antiansietas (Alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, Diazepam 3 x 5-10
mg, Clobazam 2 x 10 mg) atau Antidepresi golongan SSRI atau
Trisiklik/Tetrasiklik sesuai kondisi klinis
 Terapi suportif : istirahat, olah raga, dan diet sehat.
 Risiko relaps sangat tinggi selama periode awal  intervensi
psikososial (terapi suportif, CBT, relapse prevention).
Terapi Sindroma Putus Zat Benzodiazepin
 Penatalaksanaan dengan Benzodiazepine tapering off :
- Berikan salah satu Benzodiazepine (Valium, Frisium, Ativan)
dalam jumlah cukup; lakukan penurunan dosis (kira-kira 5 mg)
setiap 2 hari
- Berikan hipnotika malam saja (Clozapine 25 mg, Halcion 0,25
mg)
- Berikan vitamin B complex.
- Injeksi Valium intramuskuler/intravena 1 ampul (10 mg) bila
pasien kejang/agitasi, dapat diulangi beberapa kali dgn selang
waktu 30-60 menit.
Terapi Sindroma Putus Zat Kanabis
 Jarang memerlukan terapi medis ataupun psikiatrik.
Pengobatan diperlukan untuk mengurangi risiko relaps pada
klien yang berupaya untuk berhenti.
 Terapi : Antipsikotik (Haloperidol 3 x 1,5-5 mg, Risperidon 2 x
1,5-3 mg), Antiansietas (Alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, Diazepam
3 x 5-10 mg, Clobazam 2 x 10 mg) atau Antidepresi golongan
SSRI atau Trisiklik/Tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
Terapi Sindroma Putus Zat Kokain
 Gejala withdrawal mencapai puncaknya dalam 2-4 hari
 Tidak ada farmakoterapi yang efektif untuk manajemen
withdrawal, terapi yang direkomendasikan 
Benzodiazepin (jangka pendek) & Antidepresan.
Terapi Sindroma Putus Zat Alkohol
 Berikan benzodiazepin (diazepam, khlordiazepoksid, lorazepam):
untuk meredakan kejang, delirium,hipertensi
kecemasan/kegelisahan, takikardia, diaphoresis, tremor
 Klordiasepoksid 50-100 mg setiap 2-4 jam, atau Lorazepam 2-10 mg
setiap 4-6 jam
 Benzodiazepin (diazepam, alprazolam, lorazepam) untuk mengurangi
gejala putus zat & mencegah kejang. Beri dosis rendah sedatif
(Lorazepam) 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg oral, bila gaduh gelisah
berikan parenteral (i.m)
Pengelolaan Pasca Putus Alkohol
 Tetap di dalam terapi, terapi dilanjutkan
 Mencari rujukan.
Farmakoterapi:
 acamprosate
 naltrexone
 disulfiram.
Alkohol
Gangguan Psikotik
 Gejala psikotik yang muncul pada waktu atau dalam 2 minggu
penggunaan narkotika/zat adiktif, berlangsung paling sedikit
48 jam dan tidak lebih 6 bulan.
 Bila disertai agresivitas  ranap
 Terapi : anti psikotik atipikal (risperidon, aripiprazol) atau
tipikal (haloperidol, stelazin)
Gaduh Gelisah Dan Gangguan Cemas/
Panik
 Gaduh gelisah harus rawat inap
 Terapi : antipsikotik atipikal
 Gangguan cemas/panik tidak perlu ranap
 Terapi : benzodiazepin dan antipsikotik tipikal dosis rendah
(trifluoperazin 1 mg, haloperidol 0,5mg)
 Pertimbangan ulang benzodiazepin potensi tinggi.
Depresi Berat Dan Percobaan Bunuh Diri
 Harus rawat inap
 Terapi :antidepresan (fluoxetin, sertralin),
benzodiazepin, antipsikotik
Terapi Rumatan
 Menggunakan zat agonis, penuh atau parsial, atau zat
antagonis, diberikan setelah detoksifikasi.
 Tujuan : mencegah relaps.
 Rumatan Opioid  metadon (agonis penuh), buprenorfin
(agonis parsial), nalokson dan naltrekson (antagonis).
 Tembakau : varenicline
Terapi Kondisi Medis Penyulit/ Penyerta
 Gangguan Penggunaan narkotika pada pasien jarang ditemukan berdiri sendiri
melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain (komorbiditas).
 Penggunaan narkotika dengan cara suntik, dapat membuat seseorang menderita
penyakit penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS),
hepatitis B atau C dan lain-lain.
 Sesuai dengan konsep dasar proses terapi, program terapi harus menyediakan
assesmen untuk HIVAIDS, Hepatitis B dan C, Tuberkulosis dan penyakit infeksi
lain
 Perlu dilakukan konseling untuk membantu pasien merubah perilakunya, agar
tidak menyebabkan dirinya atau diri orang lain pada posisi yang berisiko
mendapatkan infeksi.
Terapi Diagnosis Ganda (Dual Diagnosis)
 Dual diagnosis adalah istilah klinis untuk penyebutan
diagnosis ganda atau multiple pada pasien ketergantungan
narkotika dan terdapat bersama-sama dengan gangguan
psikiatri lain secara independen.
 Pasien-pasien dengan kombinasi ketergantungan napza dan
gangguan psikiatri lainnya membutuhkan terapi khusus,
guna mempersiapkan dirinya dalam program pemulihan
yang sesuai dan adekuat.
Incidence of Co-occurring Disorders
SUD
Mental
Disorder
19.7 percent of adults
with a mental disorder
also have an SUD
42.8 percent of adults
with an SUD also have a
mental disorder
Co-occurring SUD and
Mental Disorder
Source: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009
National Survey on Drug Use and Health: Mental Health Findings. Office of Applied Studies, NSDUH Series H-
39, HHS Publication No. SMA 10-4609. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
About 50 percent of those
with an SUD also have at
least 1 mental disorder
47
Kategori Gangguan Penggunaan Napza dan
Gangguan Jiwa Lainnya
OTHER MENTAL DISORDERS
 Schizophrenia
 Bipolar
 Schizoaffective
 Major Depression
 Borderline Personality
 Post Traumatic Stress
 Social Phobia
 etc
Substance Use Disorder
 Alcohol Abuse/Dependence
 Cocaine/ Amphethamine
 Opioids
 Marijuana (Cannabis)
 Hallucinogen
 Inhalant
 Hypnotic-sedative
 Prescription drugs / NPS
Isu-isu Dalam Terapi Komorbiditas
 Tidak mudah untuk menerima treatment
 Membutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama
 Pemenuhan kebutuhan treatment yang sulit ; negosiasi tujuan
dari treatment yang objective, sosial support yang inadekuat,
putus pengobatan
 Kebutuhan support sosial untuk proses abstinent dan
mengurangi distress
 Relapse prevention  klien komorbiditas risiko relaps lebih
tinggi
Dampak Komorbiditas (Dual Diagnosis)
 Meningkatkan kejadian
kekerasan
 Tuna wisma
 Kepatuhan berobat menurun
 Reduksi atau efek potensiasi
medikasi
 Perlambatan kesembuhan dari
masalah penggunaan zat
 Meningkatkan angka bunuh diri.
Evidence-based Psychosocial Interventions
(UNODC-WHO, 2020)
 Cognitive-behavioural therapy
 Motivational interviewing and motivational enhancement
therapy
 Contingency management
 Family orientated treatment approaches
 The community reinforcement approach
 Mutual-help groups
Terapi Dan Rehabilitasi Medis Ranap Berbasis Rumah
Sakit Dan Komunitas
Program terapi berbasis rumah sakit :
a. General Hospital Based Program
RS pemerintah, rehabilitasi medis untuk pemulihan penyakit
komorbid.
b. Psychiatric hospital (RSJ)
RS pemerintah, rehabilitasi mental untuk dual diagnosis
c. Rumah Sakit Khusus
RSKO Jakarta dengan fasilitas IGD, Detoksifikasi, ranap
rehabilitasi (Rehabilitasi Residensial), terapi dual
diagnosa, terapi rumatan Opioid (metadon/buprenorfin)
Berbasis Komunitas di fasilitas rehabilitasi yg
diselenggarakan masyarakat, seperti TC, 12 langkah.
Bersifat Rehab Sosial, tanpa intervensi medis.
Pokok Bahasan 3 :
Harm Reduction
Harm Reduction
 Pengurangan Dampak Buruk
adalah suatu kebijakan atau program yang ditujukan
untuk menurunkan konsekuensi kesehatan, sosial dan
ekonomi yang merugikan sebagai akibat penggunaan
narkotika tanpa kewajiban abstinensia dari penggunaan
narkotika
Beberapa Program Harm Reduction
1. Syringe Exchange Program
Tersedianya tempat penukaran jarum suntik bekas dengan
yang steril. Atau tersedianya jarum suntik steril tanpa
penukaran dengan jarum suntik bekas.
2. Methadone Maintenance Treatment Program (MMTP)
MMTP telah dikembangkan sejak tahun 60an sebagai suatu
cara untuk mengurangi angka kriminalitas, konsekuensi sosial
yang merugikan dan infeksi HIV/AIDS.
3. Education, Outreach Program And Bleach Kits
Ini adalah suatu program edukasi membersihkan jarum suntik
yang sudah dipakai untuk mencuci-hamakan jarum bekas.
4. Tolerance Areas
Tolerance areas adalah suatu tempat yang diperkenankan
untuk melakukan kebiasaan menggunakan heroin melalui
suntikan tanpa mendapatkan hukuman. Cara tersebut
memerlukan koordinasi yang ketat.
5. Kawasan Bebas Asap Rokok
kawasan bebas asap rokok merupakan tempat-tempat atau
gedung-gedung yang tidak diperkenankan orang untuk
merokok.
Pokok Bahasan 4:
Rencana Terapi
Rencana Terapi
 Bekal berhasilnya program terapi
 Disusun berdasarkan hasil assesmen komprehensif, sesuai
kebutuhan klien.
 Disepakati klien, orang tua, wali/keluarga, pimpinan IPWL
 Perlunya rujukan sesuai kebutuhan.
 Melalui IPWL minimal klien mendapat konseling
Pelaksana Program Terapi
A Treatment Team of Professionals:
O Psikiater
O Dokter
O Psikolog
O Perawat
O Konselor
O Pekerja Sosial
dll..
Contoh Rencana Terapi
 Resume masalah:
Nick memiliki riwayat ketergantungan ganja yang saat ini berada pada tahap remisi
awal. Sudah 6 bulan tidak menggunakan ganja, sesekali minum alkohol. Kondisi fisik
tiga bulan terakhir ini batuk-batuk. Pemeriksaan fisik ditemui ronkhi kasar di paru
kanan. Tidak mengalami masalah psikiatris bermakna, belum pernah dihukum, namun
pernah ditangkap krn pemilikan 1 linting ganja. Saat ini masih hidup dengan
pasangan, belum menikah. Pekerjaan tidak tetap, sebagai tour guide
 Rencana Terapi:
 Pemeriksaan radiologi & konsultasi penyakit paru
 Konseling adiksi Napza
 Informasi pengurangan dampak buruk alkohol
 Informasi tentang perilaku seks yang aman
TERIMA KASIH
Kegiatan Orientasi Tatalaksana Penanggulangan
Penyalahgunaan Napza Bagi Nakes Di PKM
Keswa Kemenkes - 2024

More Related Content

Similar to PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf

MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,LisaSofitriana
 
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Lautan Jiwa
 
Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiAgung Yihuu
 
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Bagus Utomo
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPutri MpudtEpriani
 
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptx
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptxDT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptx
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptxkontrakaniris
 
skizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akutskizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akutJoni Iswanto
 
psikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofreniapsikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofreniaJoni Iswanto
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
 
Terapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangTerapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangPerdudikes
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 

Similar to PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf (20)

MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
 
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
 
Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag puji
 
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
Obat psikoterapetik
Obat psikoterapetikObat psikoterapetik
Obat psikoterapetik
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan ssp
 
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNAKep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
 
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptx
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptxDT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptx
DT1_Psikofarmaka_Herlangga Chaasndra.pptx
 
skizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akutskizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akut
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
psikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofreniapsikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofrenia
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Praktek cd
Praktek cdPraktek cd
Praktek cd
 
Terapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangTerapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. Anang
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Penatalaksanaan gg-jiwa
Penatalaksanaan gg-jiwaPenatalaksanaan gg-jiwa
Penatalaksanaan gg-jiwa
 

More from Henipuspitasari17

Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napza
Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napzaIntervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napza
Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napzaHenipuspitasari17
 
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdfHenipuspitasari17
 
cara skoring dan assessmen assit pada ipwl
cara skoring dan assessmen assit pada ipwlcara skoring dan assessmen assit pada ipwl
cara skoring dan assessmen assit pada ipwlHenipuspitasari17
 
seminar anak darmawanita.pptx
seminar anak darmawanita.pptxseminar anak darmawanita.pptx
seminar anak darmawanita.pptxHenipuspitasari17
 
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptx
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptxPaparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptx
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptxHenipuspitasari17
 
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.ppt
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.pptdokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.ppt
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.pptHenipuspitasari17
 
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptx
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptxPetunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptx
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptxHenipuspitasari17
 
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptx
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptxPerubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptx
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptxHenipuspitasari17
 
materi P3P kk Heni 2023.pptx
materi P3P kk Heni 2023.pptxmateri P3P kk Heni 2023.pptx
materi P3P kk Heni 2023.pptxHenipuspitasari17
 
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxPSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxHenipuspitasari17
 
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxPSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxHenipuspitasari17
 
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptx
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptxCegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptx
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptxHenipuspitasari17
 

More from Henipuspitasari17 (20)

Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napza
Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napzaIntervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napza
Intervensi Singkat pada penanganan rujukan penggunaan napza
 
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf
19 Feb 24 Upaya Takel Gangguan Penggunaan NAPZA 2024.pdf
 
cara skoring dan assessmen assit pada ipwl
cara skoring dan assessmen assit pada ipwlcara skoring dan assessmen assit pada ipwl
cara skoring dan assessmen assit pada ipwl
 
seminar anak darmawanita.pptx
seminar anak darmawanita.pptxseminar anak darmawanita.pptx
seminar anak darmawanita.pptx
 
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptx
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptxPaparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptx
Paparan-Pola-Asuh-Daring-edit-1 (1).pptx
 
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.ppt
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.pptdokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.ppt
dokumen.tips_stimulasi-tumbuh-kembangppt.ppt
 
jIWA.pdf
jIWA.pdfjIWA.pdf
jIWA.pdf
 
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptx
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptxPetunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptx
Petunjuk penggunaan SImkeswa v2.pptx
 
Manajemen_stress.pptx
Manajemen_stress.pptxManajemen_stress.pptx
Manajemen_stress.pptx
 
PSIKOLOGI_IBU_DAN_ANAK.pptx
PSIKOLOGI_IBU_DAN_ANAK.pptxPSIKOLOGI_IBU_DAN_ANAK.pptx
PSIKOLOGI_IBU_DAN_ANAK.pptx
 
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptx
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptxPerubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptx
Perubahan_dan_Adaptasi_Psikologis.pptx
 
dpa di aud.pptx
dpa di aud.pptxdpa di aud.pptx
dpa di aud.pptx
 
Pubertas_pptx.pptx
Pubertas_pptx.pptxPubertas_pptx.pptx
Pubertas_pptx.pptx
 
dpa di aud.pptx
dpa di aud.pptxdpa di aud.pptx
dpa di aud.pptx
 
materi P3P kk Heni 2023.pptx
materi P3P kk Heni 2023.pptxmateri P3P kk Heni 2023.pptx
materi P3P kk Heni 2023.pptx
 
PPT dinsos 2017.pptx
PPT dinsos 2017.pptxPPT dinsos 2017.pptx
PPT dinsos 2017.pptx
 
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxPSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
 
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptxPSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
PSIKOLOGI ANAK DALAM PERAWATAN GIGI.pptx
 
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptx
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptxCegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptx
Cegah Stunting Dengan Memperbaiki Pola Asuh Dalam Keluarga.pptx
 
keswa 2019.pptx
keswa 2019.pptxkeswa 2019.pptx
keswa 2019.pptx
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 

PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf

  • 1. PENATALAKSANAAN TERAPI DAN REHABILITASI GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT dr. Imelda Indriyani, Sp.KJ., Subsp. Ad.(K) PDSKJI – Kemenkes
  • 2. POKOK BAHASAN  Prinsip dan konsep dasar terapi  Berbagai jenis modalitas terapi GPZ  Harm reduction  Rencana terapi
  • 3. Pokok Bahasan 1 Prinsip Dan Konsep Dasar Terapi
  • 4. Tujuan Terapi Ketergantungan Napza Abstinensia • Sangat ideal dan sulit dicapai sebagian besar orang dg adiksi napza Pengurangan frekuensi dan keparahan kekambuhan • Pencegahan kambuh, CBT, terapi rumatan Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial • Pengendalian dampak buruk dan bisa meneruskan kebiasaan positif
  • 5. Konsep Dasar Proses Terapi  Program terapi menyasar pada masalah pemakaian zat, kondisi medis penyerta,masalah psikososial  Pemilihan program TR tergantung taraf penggunaan, jenis zat, kondisi klien.  Contoh: Ranap pada intoksikasi stimulan dengan gejala psikotik, Rajal pada ganja rekreasional
  • 6.
  • 7. Prinsip Terapi Yang Efektif 1. Adiksi merupakan penyakit kompleks tapi dapat diterapi, mempengaruhi fungsi otak dan perilaku 2. Tak ada terapi tunggal yg sesuai bagi setiap orang 3. Terapi harus siap sedia 4. Terapi yang efektif melayani banyak kebutuhan seseorang, tak hanya penyalahgunaan zatnya 5. Bertahan dalam terapi untuk periode waktu yg adekuat adalah hal yg penting 6. Terapi2 perilaku merupakan bentuk terapi GPZ yg paling umum
  • 8. Prinsip Dasar Terapi Rehabilitasi (2) 7. Obat merupakan elemen penting terapi bagi banyak pasien 8. Rencana terapi dan layanan individu harus dikaji secara berkesinambungan dan dimodifikasi seperlunya untuk memastikan bahwa rencana tersebut memenuhi kebutuhannya yg berubah2 9. Banyak orang dengan ketergantungan zat juga menderita gangguan jiwa lainnya 10. Detoksifikasi dengan obat hanya tahap pertama terapi adiksi dan itu saja berperan kecil untuk mengubah penyalahgunaan zat jangka panjang
  • 9. Prinsip Dasar Terapi Rehabilitasi (3) 11. Terapi tidak harus sukarela supaya efektif 12. Penggunaan zat selama terapi harus diawasi secara berkesinambungan 13. Program2 terapi harus menguji pasien u/ adanya HIV/AIDS, hepatitis B dan C, TB, dan penyakit menular lainnya, serta menyediakan konseling pengurangan-risiko, menghubungkan para pasien kepada terapi bila perlu
  • 10. Pokok Bahasan 2: Berbagai Jenis Modalitas Terapi GPZ
  • 11. Treatment Modalities and Interventions (WHO, UNODC 2020) Screening, brief interventions & referral to treatment Evidence-based psychosocial interventions Evidence-based pharmacological interventions Overdose identification & management Treatment of co-occurring psychiatric & physical health conditions Recovery management
  • 12.
  • 13. Jenis Terapi Gangguan Penggunaan Zat (Napza) 1. Setting Rawat Jalan  Intervensi medis a. Detoksifikasi b. Terapi simptomatik c. Terapi rumatan d. Terapi kondisi medis penyerta  Intervensi psikososial a. Psikoterapi b. Edukasi, Konseling
  • 14. 2. Setting Rawat Inap Meliputi terapi rawat inap, ditambah pendekatan Komunitas Terapeutik (TC), 12 langkah, dan berbagai terapi yang sudah teruji secara ilmiah. Termasuk intervensi medis bagi kegawat-daruratan medis dan psikiatri.
  • 15. Terapi Detoksifikasi Tujuan Terapi Detoksifikasi adalah:  Untuk mengurangi, meringankan atau meredakan keparahan gejala putus zat.  Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk “mengobati dirinya sendiri” dengan menggunakan zat- zat ilegal.  Mempersiapkan untuk proses terapi lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas terapi lainnya, seperti: therapeutic community, berbagai jenis terapi rumatan atau terapi lain.  Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang.
  • 16. Terapi Simptomatik  Tidak semua masalah zat perlu detoksifikasi  Dokter bisa memberikan intervensi medis berdasar gejala yang menonjol.  Bisa bagian kedaruratan medis atau psikiatri, misal depresi dan psikotik.
  • 17. Kedaruratan Medik Pada Penggunaan Napza dan Gangguan Mental Lainnya  Intoksikasi akut  Keadaan putus zat  Keadaan putus zat dengan delirium  Gangguan psikotik  Gaduh gelisah  Gangguan cemas/panik  Depresi berat dengan percobaan bunuh diri
  • 18. Intoksikasi Akut  Gejala tergantung pada zat yang dipakai  Berbahaya karena agresivitas, impulsif, agitatif, kecuali intoksikasi tembakau  Intoksikasi akut kokain, amfetamin, halusinogen dapat menyebabkan kejang, hipertensi, gangguan irama jantung, hipertermia, dehidrasi.  Perlu rawat inap untuk memulihkan organobiologik.
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23. Terapi Intoksikasi Opioid • Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan dan kesadaran)  oksigen, infus O Antidotum Nalokson: 0,4-0,8 mg IV atau 0,01 mg/kgBB, IV/IM. Bila respon (-) dalam 5 menit  diulang sampai timbul perbaikan kesadaran, hilangnya depresi pernafasan, dilatasi pupil atau telah mencapai dosis maksimal nalokson 10 mg. Bila tetap tidak ada respon rujuk ke ICU. Respon (+)  drip Nalokson dalam cairan infus sebanyak 0,4 mg/jam selama 12 jam  observasi ketat min 24 jam.
  • 24. Terapi Intoksikasi Opioid (2) O Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi, kalau perlu pasang sonde lambung (NGT) O Melalui oral: lakukan kuras lambung berikan Activated Charchoal (misal: Norit), dosis 50 mg dilarutkan dalam 200 ml cairan, dapat diulang tiap 4 jam, maks 100 gram. O Pertimbangkan pemasangan pipa trakea (intubasi) bila: pernafasan tidak adekuat, koma. O Bila Kejang  diazepam 5-10 mg (iv/im)
  • 25. Terapi Intoksikasi Amfetamin  Antipsikotik dosis rendah  Jika paranoid/perilaku menyerang & membahayakan  AP / benzodiazepin  Antihipertensi bila diperlukan; Kontrol temperatur.  Beta receptors blocker dapat mengurangi beberapa gejala katekolaminergik dan Benzodiazepin dapat mengontrol ansietas  Kondisi kejang dapat diatasi dgn Benzodiazepin (Diazepam atau Lorazepam)  Karena ada kemungkinan terjadi aritmia kordis yang dapat mengancam kehidupan, maka kemungkinan diperlukan cardiac monitoring & dapat diberikan Propanolol.
  • 26. Terapi Intoksikasi Kanabis O Bila Ansietas berat berikan antiansietas golongan Benzodiazepin, misalnya : lorazepam 1-2 mg oral, alprazolam 0,5-1 g oral, chlordiazepoxide 10-50 mg oral O Bila gejala psikotik menonjol dapat diberikan major tranquilizer, misal: Haloperidol 1 -2 mg oral atau IM dan dapat diulang setiap 20-30 menit
  • 27. Terapi Intoksikasi Kokain  Sedative-Hipnotika  anti ansietas  Mayor Tranquilizer  gejala psikotik  Bila ada hipertermia diberikan kompres dingin  Pemberian anti konvulsan bila kejang-kejang  Anti hipertensi bila ada kenaikan tekanan darah
  • 28. Terapi Intoksikasi Benzodiazepin  Flumazenil (Antagonis Benzodiazepin)  oleh dokter anestesi/berpengalaman  pertahankan jalan nafas & perbaiki gangguan asam basa  Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian. Kalau tidak, pikirkan Activated Charcoal. Selama perawatan harus diawasi supaya tidak terjadi aspirasi, kalau perlu pasang sonde lambung (NGT)  Perhatikan tanda-tanda vital & depresi pernafasan, aspirasi & edema paru  Bila sudah terjadi aspirasi, berikan antibiotik  Bila pasien ada usaha bunuh diri  tempatkan di tempat khusus dengan pengawasan
  • 29. Terapi Intoksikasi Alkohol O Kondisi Hipoglikemi  Dextrose 40% O Kondisi penurunan kesadaran sampai dengan koma, lakukan penanganan kegawatdaruratan secara intensif O Injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopathy lalu 50 ml Dextrose 50% i.v O Berikan Naloxon 0.4-2 mg bila ada riwayat kemungkinan pemakaian opioida O Antisipasi perilaku agresifitas  buat suasana tenang & berikan dosis rendah sedatif, misal: lorazepam 1-2 mg oral atau Haloperidol 5 mg oral, bila terlihat agresifitas tinggi berikan Haloperdol 5 mg IM.
  • 30. Keadaan Putus Zat Dengan Delirium  kondisi klinis akibat pengurangan atau peghentian penggunaan narkotika atau zat adiktif setelah penggunaan berulang kali, lama dan /atau jumlah banyak,  Delirium merupakan kondisi seseorang kehilangan kemampuan untuk mengalihkan, memusatkan perhatian, fluktuatif, bisa disertai agitasi.
  • 31. Gejala Putus Zat  Alkohol dan sedativ hipnotika : kejang, agitasi, hipotensi postural, delirium  Kokain, stimulan : agitasi dan ide bunuh diri  Kondisi medik berat  ranap  Putus tembakau, ganja rajal  Putus opioid : nyeri, kadang butuh ranap.
  • 32. Terapi Sindroma Putus Zat Opioid  Terapi simptomatik sesuai gejala klinis  analgetika (Tramadol, Asam Mefenamik, Parasetamol), spasmolitik (Papaverin, Spasmium), dekongestan, sedatif-hipnotik, antidiare  Pemberian subtitusi: Metadon, Bufrenorfin yang diberikan secara tapering off (bila tidak ada tersedia dapat diganti Kodein).  Untuk Metadon dan Buprenorfin dapat dilanjutkan terapi jangka panjang (Rumatan)
  • 33. Terapi Sindroma Putus Zat Opioid  Pemberian subtitusi non opioida ; Clonidine dengan dosis 17mcg/Kg.BB dibagi dalam 3-4 dosis diberikan selama 10 hari dengan tapering off 10%/hari untuk mencegah rebound hypertension.  Selama pemberian clonidine lakukan pengawasan tekanan darah, bila tekanan systole kurang dari 100 mmHg atau tekanan diastole kurang 70 mmHg pemberian clonidine HARUS DIHENTIKAN .  Pemberian Sedatif-Hipnotika, Neuroleptika (yang memberi efek sedative, misal Clozapine 25 mg) dapat dikombinasikan dengan obat-obat lain.
  • 34. Terapi Sindroma Putus Zat Amfetamin  Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik  Rawat inap diperlukan bila gejala psikotik berat, gejala depresi berat atau kecenderungan bunuh diri & komplikasi fisik lain.  Antipsikotik (Haloperidol 3 x 1,5-5mg, Risperidon 2 x 1,5-3 mg), Antiansietas (Alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, Diazepam 3 x 5-10 mg, Clobazam 2 x 10 mg) atau Antidepresi golongan SSRI atau Trisiklik/Tetrasiklik sesuai kondisi klinis  Terapi suportif : istirahat, olah raga, dan diet sehat.  Risiko relaps sangat tinggi selama periode awal  intervensi psikososial (terapi suportif, CBT, relapse prevention).
  • 35. Terapi Sindroma Putus Zat Benzodiazepin  Penatalaksanaan dengan Benzodiazepine tapering off : - Berikan salah satu Benzodiazepine (Valium, Frisium, Ativan) dalam jumlah cukup; lakukan penurunan dosis (kira-kira 5 mg) setiap 2 hari - Berikan hipnotika malam saja (Clozapine 25 mg, Halcion 0,25 mg) - Berikan vitamin B complex. - Injeksi Valium intramuskuler/intravena 1 ampul (10 mg) bila pasien kejang/agitasi, dapat diulangi beberapa kali dgn selang waktu 30-60 menit.
  • 36. Terapi Sindroma Putus Zat Kanabis  Jarang memerlukan terapi medis ataupun psikiatrik. Pengobatan diperlukan untuk mengurangi risiko relaps pada klien yang berupaya untuk berhenti.  Terapi : Antipsikotik (Haloperidol 3 x 1,5-5 mg, Risperidon 2 x 1,5-3 mg), Antiansietas (Alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, Diazepam 3 x 5-10 mg, Clobazam 2 x 10 mg) atau Antidepresi golongan SSRI atau Trisiklik/Tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
  • 37. Terapi Sindroma Putus Zat Kokain  Gejala withdrawal mencapai puncaknya dalam 2-4 hari  Tidak ada farmakoterapi yang efektif untuk manajemen withdrawal, terapi yang direkomendasikan  Benzodiazepin (jangka pendek) & Antidepresan.
  • 38. Terapi Sindroma Putus Zat Alkohol  Berikan benzodiazepin (diazepam, khlordiazepoksid, lorazepam): untuk meredakan kejang, delirium,hipertensi kecemasan/kegelisahan, takikardia, diaphoresis, tremor  Klordiasepoksid 50-100 mg setiap 2-4 jam, atau Lorazepam 2-10 mg setiap 4-6 jam  Benzodiazepin (diazepam, alprazolam, lorazepam) untuk mengurangi gejala putus zat & mencegah kejang. Beri dosis rendah sedatif (Lorazepam) 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg oral, bila gaduh gelisah berikan parenteral (i.m)
  • 39. Pengelolaan Pasca Putus Alkohol  Tetap di dalam terapi, terapi dilanjutkan  Mencari rujukan. Farmakoterapi:  acamprosate  naltrexone  disulfiram. Alkohol
  • 40. Gangguan Psikotik  Gejala psikotik yang muncul pada waktu atau dalam 2 minggu penggunaan narkotika/zat adiktif, berlangsung paling sedikit 48 jam dan tidak lebih 6 bulan.  Bila disertai agresivitas  ranap  Terapi : anti psikotik atipikal (risperidon, aripiprazol) atau tipikal (haloperidol, stelazin)
  • 41. Gaduh Gelisah Dan Gangguan Cemas/ Panik  Gaduh gelisah harus rawat inap  Terapi : antipsikotik atipikal  Gangguan cemas/panik tidak perlu ranap  Terapi : benzodiazepin dan antipsikotik tipikal dosis rendah (trifluoperazin 1 mg, haloperidol 0,5mg)  Pertimbangan ulang benzodiazepin potensi tinggi.
  • 42. Depresi Berat Dan Percobaan Bunuh Diri  Harus rawat inap  Terapi :antidepresan (fluoxetin, sertralin), benzodiazepin, antipsikotik
  • 43. Terapi Rumatan  Menggunakan zat agonis, penuh atau parsial, atau zat antagonis, diberikan setelah detoksifikasi.  Tujuan : mencegah relaps.  Rumatan Opioid  metadon (agonis penuh), buprenorfin (agonis parsial), nalokson dan naltrekson (antagonis).  Tembakau : varenicline
  • 44. Terapi Kondisi Medis Penyulit/ Penyerta  Gangguan Penggunaan narkotika pada pasien jarang ditemukan berdiri sendiri melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain (komorbiditas).  Penggunaan narkotika dengan cara suntik, dapat membuat seseorang menderita penyakit penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), hepatitis B atau C dan lain-lain.  Sesuai dengan konsep dasar proses terapi, program terapi harus menyediakan assesmen untuk HIVAIDS, Hepatitis B dan C, Tuberkulosis dan penyakit infeksi lain  Perlu dilakukan konseling untuk membantu pasien merubah perilakunya, agar tidak menyebabkan dirinya atau diri orang lain pada posisi yang berisiko mendapatkan infeksi.
  • 45. Terapi Diagnosis Ganda (Dual Diagnosis)  Dual diagnosis adalah istilah klinis untuk penyebutan diagnosis ganda atau multiple pada pasien ketergantungan narkotika dan terdapat bersama-sama dengan gangguan psikiatri lain secara independen.  Pasien-pasien dengan kombinasi ketergantungan napza dan gangguan psikiatri lainnya membutuhkan terapi khusus, guna mempersiapkan dirinya dalam program pemulihan yang sesuai dan adekuat.
  • 46. Incidence of Co-occurring Disorders SUD Mental Disorder 19.7 percent of adults with a mental disorder also have an SUD 42.8 percent of adults with an SUD also have a mental disorder Co-occurring SUD and Mental Disorder Source: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009 National Survey on Drug Use and Health: Mental Health Findings. Office of Applied Studies, NSDUH Series H- 39, HHS Publication No. SMA 10-4609. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services. About 50 percent of those with an SUD also have at least 1 mental disorder
  • 47. 47 Kategori Gangguan Penggunaan Napza dan Gangguan Jiwa Lainnya OTHER MENTAL DISORDERS  Schizophrenia  Bipolar  Schizoaffective  Major Depression  Borderline Personality  Post Traumatic Stress  Social Phobia  etc Substance Use Disorder  Alcohol Abuse/Dependence  Cocaine/ Amphethamine  Opioids  Marijuana (Cannabis)  Hallucinogen  Inhalant  Hypnotic-sedative  Prescription drugs / NPS
  • 48. Isu-isu Dalam Terapi Komorbiditas  Tidak mudah untuk menerima treatment  Membutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama  Pemenuhan kebutuhan treatment yang sulit ; negosiasi tujuan dari treatment yang objective, sosial support yang inadekuat, putus pengobatan  Kebutuhan support sosial untuk proses abstinent dan mengurangi distress  Relapse prevention  klien komorbiditas risiko relaps lebih tinggi
  • 49. Dampak Komorbiditas (Dual Diagnosis)  Meningkatkan kejadian kekerasan  Tuna wisma  Kepatuhan berobat menurun  Reduksi atau efek potensiasi medikasi  Perlambatan kesembuhan dari masalah penggunaan zat  Meningkatkan angka bunuh diri.
  • 50.
  • 51.
  • 52. Evidence-based Psychosocial Interventions (UNODC-WHO, 2020)  Cognitive-behavioural therapy  Motivational interviewing and motivational enhancement therapy  Contingency management  Family orientated treatment approaches  The community reinforcement approach  Mutual-help groups
  • 53. Terapi Dan Rehabilitasi Medis Ranap Berbasis Rumah Sakit Dan Komunitas Program terapi berbasis rumah sakit : a. General Hospital Based Program RS pemerintah, rehabilitasi medis untuk pemulihan penyakit komorbid. b. Psychiatric hospital (RSJ) RS pemerintah, rehabilitasi mental untuk dual diagnosis
  • 54. c. Rumah Sakit Khusus RSKO Jakarta dengan fasilitas IGD, Detoksifikasi, ranap rehabilitasi (Rehabilitasi Residensial), terapi dual diagnosa, terapi rumatan Opioid (metadon/buprenorfin) Berbasis Komunitas di fasilitas rehabilitasi yg diselenggarakan masyarakat, seperti TC, 12 langkah. Bersifat Rehab Sosial, tanpa intervensi medis.
  • 55. Pokok Bahasan 3 : Harm Reduction
  • 56. Harm Reduction  Pengurangan Dampak Buruk adalah suatu kebijakan atau program yang ditujukan untuk menurunkan konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang merugikan sebagai akibat penggunaan narkotika tanpa kewajiban abstinensia dari penggunaan narkotika
  • 57. Beberapa Program Harm Reduction 1. Syringe Exchange Program Tersedianya tempat penukaran jarum suntik bekas dengan yang steril. Atau tersedianya jarum suntik steril tanpa penukaran dengan jarum suntik bekas. 2. Methadone Maintenance Treatment Program (MMTP) MMTP telah dikembangkan sejak tahun 60an sebagai suatu cara untuk mengurangi angka kriminalitas, konsekuensi sosial yang merugikan dan infeksi HIV/AIDS. 3. Education, Outreach Program And Bleach Kits Ini adalah suatu program edukasi membersihkan jarum suntik yang sudah dipakai untuk mencuci-hamakan jarum bekas.
  • 58. 4. Tolerance Areas Tolerance areas adalah suatu tempat yang diperkenankan untuk melakukan kebiasaan menggunakan heroin melalui suntikan tanpa mendapatkan hukuman. Cara tersebut memerlukan koordinasi yang ketat. 5. Kawasan Bebas Asap Rokok kawasan bebas asap rokok merupakan tempat-tempat atau gedung-gedung yang tidak diperkenankan orang untuk merokok.
  • 60. Rencana Terapi  Bekal berhasilnya program terapi  Disusun berdasarkan hasil assesmen komprehensif, sesuai kebutuhan klien.  Disepakati klien, orang tua, wali/keluarga, pimpinan IPWL  Perlunya rujukan sesuai kebutuhan.  Melalui IPWL minimal klien mendapat konseling
  • 61.
  • 62. Pelaksana Program Terapi A Treatment Team of Professionals: O Psikiater O Dokter O Psikolog O Perawat O Konselor O Pekerja Sosial dll..
  • 63. Contoh Rencana Terapi  Resume masalah: Nick memiliki riwayat ketergantungan ganja yang saat ini berada pada tahap remisi awal. Sudah 6 bulan tidak menggunakan ganja, sesekali minum alkohol. Kondisi fisik tiga bulan terakhir ini batuk-batuk. Pemeriksaan fisik ditemui ronkhi kasar di paru kanan. Tidak mengalami masalah psikiatris bermakna, belum pernah dihukum, namun pernah ditangkap krn pemilikan 1 linting ganja. Saat ini masih hidup dengan pasangan, belum menikah. Pekerjaan tidak tetap, sebagai tour guide  Rencana Terapi:  Pemeriksaan radiologi & konsultasi penyakit paru  Konseling adiksi Napza  Informasi pengurangan dampak buruk alkohol  Informasi tentang perilaku seks yang aman
  • 64.
  • 65.
  • 66. TERIMA KASIH Kegiatan Orientasi Tatalaksana Penanggulangan Penyalahgunaan Napza Bagi Nakes Di PKM Keswa Kemenkes - 2024