1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat.
Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang
di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi
orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Hubungan
antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan
mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga
mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.1
Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan orang
dengan berbagai ragam kualitas diri yang tidak berpendidikan sampai dengan
yang berpendidikan. Sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan,
masyarakat disebut lingkungan nonformal yang memberikan pendidikan
secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak
sistematis.
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Namaun pendidikan di Sekolah sering kurang
relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada
mata pelajaran yang tersusun secara logis dan sistematis yang tidak nyata
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari nampaknya
hanya perlu untuk kepentingan Sekolah untuk Ujian dan bukan untuk
membantu anak agar hidup lebih efektif dalam masyarakatnya.
Sekolah yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut
community school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorientasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha
manusia, masalah kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu tenggang
kounikasi,transport,dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar
turut serta dalam kegiatan masyarakat.
1 Nasution.Sosiologi Pendidikan.2004.Ed 2.Cet 3.hal 60
1
2. Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat di turut sertakan.
Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia
perusahaan, pemerintahan, agama, politik,dan sebagainya diminta bekerja
sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab atas
kesejahteraan masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat
dalam hal ini bekerjasama dalam suatu aksi sosial.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara
manusiawi yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
perkembangan zaman.2
Di samping itu pengertian pendidikan menurut
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat berfungsi sebagai penerus
budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai situasi
dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi
sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas pendidikan
sekolah harus benar-benar mendidik anak didiknya agar berguna bagi
masyarakatnya, namun yang harus kita perhatikan disisni adalah :
1. Bagaimanakah hubungan sekolah dan masyarakat ?
2. Bagaimanakah Pendidikan sekolah dan mobilitas sosial ?
3. Bagaimanakah Pendidikan dan perubahan sosial ?
Karena 3 hal di atas merupakan inti persoalan dari antara masyarakat
dan pendidikan sekolah
C. Tujuan penulisan
2 Bambang Marhhiyanto. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Media Centre Surabaya.hal.100
2
3. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas yang diberikan
Dosen adalah untuk lebih memahami lagi tentang masyarakat dan pendidikan
sekolah.
BAB II
3
4. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan Sekolah
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (cultuur dalam
bahasa belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa latin
“colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
maka berkembanglah arti culture yang berarti “segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengubah alam”. Sedangkan dari sudut bahasa Indonesia,
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak
dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. 3
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai
perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari
budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa dan karsa tersebut, dimana pengertian
dari cipta itu sendiri ialah merupakan tenaga-tenaga yang dapat mencipta kan
sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan yang tepat
untuk suatu kegiatan. Rasa meliputi tenaga-tenaga yang memberi sifat pada
kegiatan-kegiatan berupa keharusan , kesenang-senangan, ketidak senangan
dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan jasmaniah seperti rasa sakit,
rasa dingin dan sebagainya. Sedangkan karsa ialah meliputi tenaga-tenaga
yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatau kegiatan, termasuk
didalamnya dorongan-dorongan nafsu atau keinginan-keinginan, hasrat-hasrat
dan kemauan. Kebudayaan sendiri berarti keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan , kepercayaan , kesenangan, social, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan lain seperti kebiasaan-kebiasaan yang diadakan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.4
Dalam istilah “antropologi-budaya”
3 Abu Ahmadi.Sosiologi Pendidikan.1991.hal.58
4 Koentjaraningrat.Pengantar Ilmu Antropologi.2009.cet ix.hal.144
4
5. perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”disini hanya dipakai sebagai suatu
singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.
Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia5
Unsur-unsur kebudayaan terbagi atas :
1. Cultural universal : misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu
pengetahuan, kekerabatan dan sebagainya.
2. Cultural activitis : kegiatan-kegiatan kebudayaan misalnya dari mata
pencarian tadi trdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian,
perdagangan, dan sebagainya. Dalam cultural universal kesnian trdapat
misalnya seni sastra, lukis, tari, musik, drama, film, dan sebagainya.
3. Traits complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activis tadi. Dari
petanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.
4. Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes tadi. Misalnya dari
sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, cangkul, sabit, dan sebagainya.
5. Items, adalah bagian-bagian dari traits kebudayaan. Dari bajak masih
terdapat bagian-bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, kendali, dan
sebagainya. Dari cangkul terdapat doran (tangkai cangkul), bajak,
cangkulnya.6
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, masyarakat adalah
sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan
yang berbudaya.7
Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin
antar beberapa kelompok orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Dengan kata lain masyarakat adalah wadah atau segenap hubungan
social sekelompok orang yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok
5Ibid, hal. 150
6Abu Ahmadi.Sosiologi Pendidikan.1991.hal.62
7 Bambang Marhhiyanto.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Media Centre Surabaya.hal.392
5
6. dantiap-tiap kelompok memiliki kelompok kecil atau sub kelompok, dengan
demikian individu atau penduduk adalah bagian dari masyarakat. Jika
diartikan lebih rinci masyarakat dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Yang tinggal pada suatu daerah atau wilayah tertentu (ikatan geografis)
2. Hidup bersama dalam arti luas
3. Yang mengadakan hubungan atau interaksi satu sama lain yang teratus dan
tetap
4. Sebagai akibat antar hubungan atau interaksi antar manusia
5. Mereka akan terikat satu sama lainya karena mereka memiliki kepentingan
bersama
6. Memepunyai tujuan bersama, dan oleh karenanya mereka memiliki
kepentingan bersama
7. Mengadakan ikatan/kesatuan atas dasar unsure-unsur sebelumnya
8. Atas dasar pengalaman mereka mempunyai perasaan solidaritas perasaan
untuk membagi sesuatu secara bersama
9. Sadar akan ketergantungan (interpendensi) satu sama lainya
10. Berdasarkan system yang terbentuk mereka dengan sendirinya membentuk
norma-normanya.
11. Atas dasar unsur-unsur di atas akhirnya membentuk kebudayaan bersama
dari hubungan antar manusia.8
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat luas. Namun mempunyai cirri-ciri yang khas. Sekolah bertugas
untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan harus selalu
memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi disekolah itu
sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai
kedudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan.
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi social lainya
sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak .
Sekolah merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi yang
8Mahfudh Shahuddin,Abd.Kadir.Ilmu Sosial Dasar.1991.cet i.hal 59
6
7. unik dan pola relasi diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini
dikarenakan tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata tertib , kebiasaan, upacara-
upacara, mars/hymne sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang
lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan.
Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian
yang cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa.
Dalam situasi serupa ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi
anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan
serta upacara-upacara.sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas
sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah
pengetahuan, sikap, terampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode
dan teknik control tertentu yang berlaku disekolah itu.9
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di
sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan
Kebudayaan Sekolah. Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-
nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah
yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan
siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah10
Walaupun kebudayaan sekolah
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas. Namun mempunyai
cirri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”.Sekolah bertugas untuk
menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan arena itu harus selalu
memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum.Akan tetapi disekolah itu
sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai
kedudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan. Sebagaimana
halnya dengan keluarga dan institusi social lainya sekolah merupakan salah
satu institusi social yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi
mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak . Sekolah merupakan suatu
9S. Nasution, Sosiologi Pendidikan ,... Ibid hal: 65
10Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2003), hal. 149
7
8. system social yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi diantara
para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap sekolah
memiliki aturan tata tertib , kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne
sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan
corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959)
pada beberapa sekolah menengah menunjukan bahwa ethos suatu sekolah
memiliki pengaruh prestasi akademik dan aspirasi pada siswa mengenai
pekerjaan. Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab
sebagian yang cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang
dewasa.Dalam situasi serupa ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas
bagi anak muda yang tampak dari pakaian,bahasa,kebiasaan kegiatan-
kegiatan serta upacara-upacara.sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah
ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan
sejumlah pengetahuan, sikap, terampilan yang sesuai dengan kurikulum
dengan metode dan teknik control tertentu yang berlaku disekolah itu.
Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra kurikulum berkembang
sejumlah pola kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang
terdapat pada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat.Tiap kebudayaan
mengandung bentuk kelakuan yang yang diharapkan dari anggotanya.Di
sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan
guru.Itulah yang menjadi norma bagi setiap muriddan guru.Norma ini nyata
dalam kelakuan murid dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam
tindakan dan hukuman terhadap pelnggaran, juga dlam berbagai kegiatan
seperti upacara-upacara.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di
sekolah seta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan
Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki beberapa unsur-
unsur penting yaitu:
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah(gedung sekolah dan
perlengkapan lainnya).
8
9. 2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-
guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching specialist.
4. Nilai-nilai norma , system peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.11
B. Unsur-Unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan
menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang
dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan
yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Kebudayaan sekolah itu
memiliki beberapa unsur-unsur penting yaitu:12
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan
perlengkapan lainnya).
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-
guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching specialist.
4. Nilai-nilai norma , sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam
dua kategori:13
1. Unsur yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar
sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap
penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan
secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih
kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
2. Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual meliputi :
a. Visi,misi, tujuan dan sasaran,
b. Kurikulum,
11 Nasution.Sosiologi Pendidikan.2004.Ed 2.Cet 3.hal 64
12 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan ,... Ibid hal: 65
13 http://blog.umy.ac.id/wiwinsundari/2014/06/05/budaya-sekolah-school-culture/
9
10. c. Bahasa komunikasi,
d. Narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
e. Struktur organisasi
f. Ritual, dan upacara,
g. Prosedur belajar mengajar,
h. Peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
i. Layanan psikologi sosial,
j. Pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil
dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta
pakaian seragam.
Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan
kualitas pendidikan sebagai berikut :14
1. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang
mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam
mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap
belajar.
2. Kultur sekolah yang negative
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan,
misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa
jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
3. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat
memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru,
seragam siswa dan lain-lain.
C. Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
14Djemari Mardapi, Pola Induk Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar SMU:
Pedoman Umum (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum, 2003), hal 28.
10
11. Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam
bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial
yang di dalamnya berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik
dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan,
norma juga kebiasaan yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai yang
mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses
pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai
keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan
mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini
karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan
menjadi tiga yakni :15
1. Bernilai Strategis
Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah
secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk
bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik
kolektif bukan milik perorangan, sehingga budaya sekolah dapat
dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga
sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa
akan tumbuh bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya
yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat
meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang
cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan
meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang
memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang
memadai.
3. Berpeluang Sukses
15http://kikyuno.blogspot.com/2012/05/makalah-budaya-sekolah.html
11
12. Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki
daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa
akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam
persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi
guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat
pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan
kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan
seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka di dapatkan peran
kultur sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun
komitmen warga sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi,
ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak
mudah mengeluh dan suasana batin yang menyenangkan di antara warga
sekolah.
D. Pengaruh Kebudayaan Sekolah Terhadap Masyarakat
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut
Community school atau sekolah masyarakat.Sekolah ini berorentasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia
melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah
kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi,
transport, dan sebagainya.Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta
dalam kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok.
Dengan sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke
sekolah,dari tahun ke tahun dan tidak dapat ditentukan secara uniform.murid-
murid mempelajari lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-
maslah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran.Khususnya yang
memberi kesempatan kepada murid-murid untuk meningkatkan mutu
kehidupan dalam masyarakat sekitarnya.
12
13. Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan.
Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia
perusahaan, pemerintah, agama, politik, dan sebagainya.diminta bekerja sama
dengan sekolah dalam peroyek perbaikan masyarakat.Untuk itu diperlukan
masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan
pendidikan anak.Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam
suatu aksi social.
Bayak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalan kan sekolah
seperti itu.Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu
proyekpelajaran sekolah akan bayank menemui rintangan.Demikian pula bila
anak ingin mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaandan
sebagainya.Kurikulum sekolah sepenuh nya di dasarkanatas maslah-maslah
masyarakat yang mendapat kencamanyang pedasdari golongan yang
menginginkan kurikulum akademis berdasarkan disiplin ilmu.Setelah
peluncuran sputnik kurikulum yang subject-contered berupa mata
pelajaranatau bidang setudi kembali mendapat peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang sepenuhnya
pada prinsip-prinsip community school. Akan tetapi walaupun kurikulum
bersifat subject-centered, perlu juga berorientasi pada anak dan
masyarakat.Tak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak dan
tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap
sekolah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan
oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka kerena
itu guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.16
E. Sekolah dan Mobilitas Sosial
Pada zaman dahulu menurut S. Nasution, orang yang menyelesaikan
pelajarannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan
menjadi pegawai dan mendapat kedudukan sosial yang terhormat. Apalagi
kalau ia lulus MULO, AMS atau Perguruan Tinggi maka makin besarlah
kesempatannya untuk mendapat kedudukan yang baik dan dengan demikian
16 Nasution.Sosiologi Pendidikan.2004.Ed 2.Cet 3.hal 149
13
14. masuk golongan sosial menengah atas. Kini pendidikan SD bahkan SMA
menurutnya hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial. S. Nasution
bependapat ijazah SMA ini tidak ada asrtinya mencari kedudukan yang tinggi
justru sekarang ini perguruan tinggi dianggap suatu syarat mobilitas sosial
bahkan bagi lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk
memperoleh kedudukan yang empuk.17
Asumsi bahwa tingginya tingkat pendidikan makin besar peluang bagi
golongan rendah dan menengah untuk mobilitas sosial. Asumsi ini menurut S.
Nasution tidak selalu benar pendidikan tidak akan menjadi alat mobilitas sosial
bagi golongan rendah dan menengah apabila tingkat pendidikannya hampai
sampai taraf menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai
SLTA masih menjadi pertanyaan apakah mobilitas sosial dengan sendirinya
akan meningkat.18
Di negara demokrasi adalah haram apabila ada pembedaan-pembedaan
berdasarkan golongan. Namun dalam kenyataannya menurut S. Nasution,
adanya pembedaan sosial itu tidak dapat disangkal. Ini dapat dilihat dari sikap
rakyat terhadap pembesar atau dari simbol-simbol status seperti mobil mewah
dan sebagainya.19
Seperti yang telah diketahui bahwasannya pendidikan tidak terlepas
dari masyarakat maka dari itu sekolah sendiri menurut S. Nasution tidak
mampu meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu. Yang menjadi
pertanyaannya adalah apakah sekolah harus mempertimbangkan perbedaan itu
dalam kurikulumnya maksudnya memberikan pendidikan sesuai golongan-
golongannya?20
Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya
mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak
selalu benar bila pendidikan itu hanya terbatas apada pendidikan tingkat
menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditinggatkan sampai SMTA masih
17[5] Prof. Dr. S. Nasution. M.A. “Sosiologi Pendidikan,” hal. 39.
18[6] Ibid, hal. 40-41
19[7] Ibid, hal 41
20[8] Ibid, hal. 42.
14
15. menjadi pertanyaan apakah mobilitas social dengan sendirinya akan
meningkat.mungkin sekali tidak terjadi perluasan mobilitas social.Seperti
dikemukakan diatas ijazah SMA tidak lagi memberi mobilitas yang lebih besar
kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapt memberikan
mobilitas itu walaupun bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin
berkurang jaminan ijazah untuk meningkat status social.
Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua
mampu membiayai studi anaknya di peguruan tinggi. Dengan mnggunakan
computer untuk menilai tes seleksi masuk menjadi obyektif artinya tidak lagi
dipengaruhi kedudukan orang tua atau orang yang memberikan rekomendasi.
Cara itu membuka kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak golongan
rendah dan menengah memasuki perguruan tinggi atas dasar prestasinya dalam
tes masuk itu. Biaya yang cukup banyak tentu selalu merupakan hambatan
bagi golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas.
Beasiswa dari pemerintah dan kesempatan untuk mengadakan pinjaman dari
bank untuk studi dapat memperluas kesempatan belajar bagi mereka yang
berbakat akan tetapi ekonomi lemah.
15
16. BAB III
PENUTUP
Stratifikasi sosial merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan
atau strata dalam heirarki secara vertical. Adapun pengertian kelas sosial
sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas
sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi
sosial. Menurut Barger Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi.
Namun lebih penting dalam stratifikasi social, mereka memiliki sikap, nilai-nilai
dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam
pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan
sosialnya.
Adapun Hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial antara lain: 1.
Tingkat pendidikan dan tingkat golongan social, 2. Golongan sosial dan jenis
pendidikan, 3. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma,
ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang
bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar
mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di
sekolah
Dalam kebudayaan sekolah ada beberapa unsur yang secara garis besar
yaitu: Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah, Kurikulum sekolah, Pribadi-
pribadi Nilai-nilai norma , sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Sedangkan menurut Hedley Beare 1. Unsur yang tidak kasat mata, 2. Unsur yang
kasat mata
Pendidikan adalah suatu proses budaya. Sekolah menjadi tempat dalam
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai
keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan
mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini karakteristik peran
kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni: 1.
Bernilai Strategis, 2. Memiliki Daya Ungkit. 3. Berpeluang Sukses
16
17. DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Rineka Cipta:Jakarta
Nasution.2004.Sosiologi Pendidikan.Bumi Aksara:Bandung
Abu Ahmadi.1991.Sosiologi Pendidikan.Rineka Cipta:jakarta
Mahfudh Salahuddin.Abd.Kadir.1991.Ilmu Sosial Dasar.Bina Ilmu:Surabaya
Bambang Marhiyanto.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Media Centre:Surabaya
17