2. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Plat KLT
Chumber
a
b
Tempat totolan
sampel diletakkan
(Fase Diam (FD))
a. Tempat sampel
ditotolkan
b. Tempat maksimal
eluen (pelarut)
bergerak/penguji
an dihentikan
Tempat Pelarut/Eluen
(Fase Gerak (FG)) dan
tempat plat KLT (FD)
diletakkan setelah
ditotol sampel
GAMBARAN KERJANYA
8. Prinsip Kerja
• Gas Chromatography
– Pemisahan analit-analit berdasarkan
kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom
(sebagai fasa diam) dan larutan tertentu
sebagai fasa geraknya
– Fase gerak berupa cairan dan fase diam
berupa padatan/Kolom
High Performance Liquid Chromatography
(HPLC)
– pemisahan komponen dalam fasa gas atau
komponen yang mudah menguap dengan
pemanasan tanpa terdegradasi.
– Fase bergerak berupa gas sedangkan fase
diamnya berupa padatan seperti molekular
sieve, chromosob, dan porapak dan berupa
cair yang stabil dan inert
9. SAMPLING
• Gas Chromatography
– Sampel harus dalam bentuk larutan.
– Untuk skala analisis sampel dalam μL,
konsentrasi sampel yang diinjeksikan tidak
boleh terlalu pekat karena dapat
menyumbat kolom. Konsentrasi maksimal
adalah sekitar 40 ppm.
– Fasa gerak (eluen) yang digunakan harus
dalam kualitas p.a ataupun grade HPLC.
Untuk air, digunakan akuabidest.
– Sebelum digunakan, eluen harus disaring
dengan millipore kemudian diawagaskan
(didigest) dengan sonikator sekitar 30
menit untuk menghilangkan udara terlarut.
– Eluen harus dimasukkan ke dalam tabung
eluen sebelum alat dinyalakan, untuk
menghindari adanya gelembung pada
selang penghubung.
– Tabung eluen yang sudah diisi harus diberi
label sesuai dengan eluen yang digunakan.
High Performance Liquid Chromatography
(HPLC)
– Sampel harus dalam bentuk larutan
– Sampel harus bersifat volatil (mudah
menguap dan stabil)
– Jika tidak , perlu dilakukan derivatisasi
(mengubah senyawa sehingga bisa sesuai
syarat untuk diujikan GC)
– Sampel harus bertahan pada suhu tinggi
– Untuk skala analisis sampel dalam μL,
yaitu 1-5 μL
– konsentrasi sampel yang diinjeksikan tidak
boleh terlalu pekat
12. Pemeriksaan Ganja
Prinsip :
Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen tertentu, sehingga
terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda discanning dengan spektrodensitometer,
sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada
pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar
ultraviolet dan warna noda hasil penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap
baku pembanding. (FG : Toluen, Petroleum eter – dietil eter, Sikloheksan–
diisopropileter–dietilamin)
Interprestasi Hasil :
Cuplikan mengandung ganja bila larutan A memberi harga Rf dan
warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan
Tetrahidrokanabiol (B1) (Sekitar 0,5) , kanabinol (B2), kanabidiol
(B3) (Sekitar 0,45-0,55). Bewarna ungu dengan sinar UV 245 nm
dan bewarna ungu kemerahan dengan garam fast blue B
Kromatografi Lapis Tipis
13. Pemeriksaan Ganja
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas,
kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu
retensi baku pembanding
Interprestasi Hasil :
Cuplikan mengandung ganja bila larutan A memberi
spektrum dengan waktu retensi yang sama dengan waktu
retensi larutan Tetrahidrokanabiol (B1), kanabinol (B2),
kanabidiol (B3)
Kromatografi Gas (GC)
15. Pemeriksaan Heroin
FG :
Metanol : amoniak (100 : 1,5)
Amoniak – benzen – dioksan (50 : 40 : 5)
Asam asetat – metanol – air (30 : 60 : 10)
Interprestasi Hasil :
• Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan
harga Rf dan warna noda larutan baku heroin (B) (in
MeOH/NH3 Rf =~0,4).
• Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel sesuai dengan
spektrum serapan ultraviolet noda baku heroin serta panjang
gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku
berimpit.
• Dengan sinar UV noda berwarna ungu, indoplatinat asam
bewarna ungu, Dragendoff noda bewarna jingga
Kromatografi Lapis Tipis
16. Pemeriksaan Heroin
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas,
kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu
retensi baku pembanding
Interprestasi Hasil :
Cuplikan mengandung ganja bila larutan A memberi
spektrum dengan waktu retensi yang sama dengan waktu
retensi larutan Tetrahidrokanabiol (B1), kanabinol (B2),
kanabidiol (B3)
Kromatografi Gas (GC)
18. Pemeriksaan Heroin
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi, kemudian dideteksi dengan detektor menghasilkan
spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan
dengan waktu retensi baku pembanding.
FG : Asetronitril : Air : Trietilamin
Interprestasi Hasil :
Cuplikan mengandung heroin bila larutan A memberikan
waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku
heroin (B). Jika larutan A dan B dicampur dan diinjeksikan ke
sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum
utama yang sama
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
20. Pemeriksaan Morfin
FG :
A : Toluena, Aseton, etanol, amonia pekat
B : Metanol,Etil Asetat, Amonia pekat
C : Metanol, Amonia pekat
Interprestasi Hasil :
Bandingkan nilai Rf ekstrak dengan Rf standar.
Rf x 100 (Values)
Kromatografi Lapis Tipis
21. Pemeriksaan Morfin
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas,
kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu
retensi baku pembanding
Interprestasi Hasil :
Bandingkan rekaman hasil pemeriksaan dengan standar.
Kromatografi Gas (GC)
24. Pemeriksaan Gol Amfetamin
FG :
Metanol-amonia
Etilasetat-metanol-amonia
Interprestasi Hasil :
• Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama
dengan ).
• Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel
bersesuaian harga Rf dan warna noda larutan baku
amfetamin (B1dengan spektrum serapan ultraviolet noda
baku amfetamin serta panjang gelombang serapan
maksimum noda sampel dan baku berimpit.
• Dengan UV bewarna ungu, dengan Ninhidrin bewarna
ungu, dengan fast black K bewarna jingga
Kromatografi Lapis Tipis
25. Pemeriksaan Gol. Amfetamin
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas,
kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu
retensi baku pembanding
Interprestasi Hasil :
• Cuplikan mengandung amfetamin bila larutan A
memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu
retensi larutan baku amfetamin (B1). Jika larutan A dan B
dicampur dan diinjeksikan ke sistem kromatografi maka
akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.
Kromatografi Gas (GC)
27. Pemeriksaan Gol.Amfetamin
Prinsip :
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi,
kemudian dideteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi
tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding.
FG : Asetronitril : Air : Trietilamin
Interprestasi Hasil :
• Cuplikan mengandung amfetamin bila larutan A memberikan waktu
retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku amfetamin (B1).
Jika larutan A dan B dicampur dan diinjeksikan ke sistem kromatografi
maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
29. Pemeriksaan Gol. Amfetamin
Spektroskopi
3,4 methylene dioxyamphetamin (MDA) diekstraksi dari sampel
dengan pelarut kloroform dan kemudian dilarutkan dalam asam
sulfuric 0,1 M diukur pada spektrofotometer pada 340-220 nm
secara kuantitatif.
Intepretasi Hasil :
Absorsikan pada 285 nm dan 234 nm.
Ukur absorban pada panjang gelombang 285 nm.