Virologi merupakan sudi mengenai virus. Virus adalah orgaisme terkecil yang berperan dalam penyebaran penyakit dengan menginfeksi sel dan mengakibatkan perubahan yang membahayakan sel sampai mematikan sel. Salah satu jenis virus yang membahayakan adalah Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) yang mampu menginfeksi insecta, salah satunya adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) dalam menginfeksi ulat grayak (Spodoptera litura) dengan perantara pakan buatan yang telah diinfeksi virus Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV). Data yang diperoleh berupa 1. Memperbanyak virus dengan metode infeksi secara in vivo 2. Pemurnian virus dilakukan dengan menghaluskan ulat yang terinfeksi menggunakan mortal kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000× 3. Perhitungan virus dengan menggunakan haemachytometer. Hasil dari penelitian ini adalah dari total 187 ekor ulat, banyaknya ulat yang mati instar 5 sebanyak 8 ekor, instar 6 sebanyak 27 ekor, dan instar 7 sebanyak 30 ekor, sisanya disebabkan karena beberapa hal yakni, mati diinstar karena virus dan bakteri. Jumlah virus yang paling banyak terdapat pada supernata instar ke-6 dan pelet instar ke-7 yaiu sebesar 1,04 x 107.
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
1. Efektivitas Virus SpltMNPV terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Kelas Biologi 2017D
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Virologi merupakan sudi mengenai virus. Virus adalah orgaisme terkecil yang
berperan dalam penyebaran penyakit dengan menginfeksi sel dan mengakibatkan perubahan
yang membahayakan sel sampai mematikan sel. Salah satu jenis virus yang membahayakan
adalah Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) yang mampu
menginfeksi insecta, salah satunya adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keefektifan Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis
virus (SpltMNPV) dalam menginfeksi ulat grayak (Spodoptera litura) dengan perantara
pakan buatan yang telah diinfeksi virus Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis
virus (SpltMNPV). Data yang diperoleh berupa 1. Memperbanyak virus dengan metode
infeksi secara in vivo 2. Pemurnian virus dilakukan dengan menghaluskan ulat yang
terinfeksi menggunakan mortal kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
1000× 3. Perhitungan virus dengan menggunakan haemachytometer. Hasil dari penelitian ini
adalah dari total 187 ekor ulat, banyaknya ulat yang mati instar 5 sebanyak 8 ekor, instar 6
sebanyak 27 ekor, dan instar 7 sebanyak 30 ekor, sisanya disebabkan karena beberapa hal
yakni, mati diinstar karena virus dan bakteri. Jumlah virus yang paling banyak terdapat pada
supernata instar ke-6 dan pelet instar ke-7 yaiu sebesar 1,04 x 107.
Kata kunci: virus SpltMNPV; ulat grayak (Spodoptera litura); pakan
PENDAHULUAN
Ulat grayak (Spodotera litura)
salah satu hama yang menyerang tanaman
khususnya tanaman kacang-kacangan
(kedelai), tersebar hampir diseluruh
Indonesia, khususnya pada bagian daun.
Menurut Tengkano dan Suharsono (2005)
kerusakan yang disebabkan oleh ulat
grayak pada daun tanaman dapat
mengganggu proses fotosintesis pada
tanaman, akibatnya dapat meggangu
proses pertumbuhan pada tanaman.
Kerusakan yang besar dapat berdampak
buruk bagi bidang pertanian. Pasalnya
dapat mengurangi hasil produksi pertanian.
Untuk mencegah hama ulat grayak yang
menyerang tanaman, beberapa penelitian
telah menemukan cara alternatif untuk
mengurangi populasi ulat grayak, yaitu
dengan mengguakan organisme virus.
Penggunaan virus dilakukan untuk
menekan penggunaan insektisida sintetik
pada tanaman. Agen hayati yang sedang
dikembangkan yakni Nuclear Polyhedrosis
Virus atau yang biasa disebut NPV
(Hasnah dkk., 2008). Virus ini merupakan
virus pathogen yang dapat menginfeksi
beberapa jenis hama yang menyerang pada
tanamah, salah satunya hama ulat grayak.
NPV yang menyerang Spodoptera litura
pada tanaman-tanaman tersebut (kedelai)
disebut sebagai Spedoptora litura multiple
Nuclear Polyhedrosis Virus(SpltMNPV)
(NCIPM, 2000).
Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)
adalah virus yang termasuk kedalam
family Baculoviridae, dimana merupakan
kelompok virus pathogen terbesar pada
2. serangga (Adams & MoClintock, 1991).
Sebagian sifat dari family virus ini adalah
inang yang hanya dapat menginfeksi satu
genus atau pada sastu spesies serangga.
Oleh karena itu, pemberian nama pada
virus ini diberikan sesuai dengan inang
dimana diisolasi pertama kali. Menurut
Amico (1997) sifat yang terdapat pada
inang tersebut baik sebagai komponen
pengendali hama terpadu, selain tidak
mengakibatkan pencemaran pada
lingkungan dapat pula untuk melestarikan
musuh alami dari serangga hama.
SpltMNPV memliliki manfaat yang
baik bagi para petani, khususnya petani
kedelai, karena dapat digunakan sebagai
organisme pembasmi hama pada tanaman
kedelai. Hal tersebut yang membuat
peneliti ingin mengetahui keefektifan
Spedoptora litura multiple Nuclear
Polyhedrosis Virus (SpltMNPV) dalam
menginfeksi hama pada tanaman kedelai
yaitu ulat grayak dengan pemberian pakan
yang terinfeksi virus SpltMNPV
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September sampai November 2018
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
MIPA Universitas Negeri Surabaya.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah ulat grayak (Spodoptera
liptura) instar tiga yang digunakan
diperoleh dari BALITAS Malang, virus uji
yang digunakan yaitu Virus SPltMNPV,
pakan buatan, akuades steril, alkohol,
tepung kedelai, maizena, clindamicin,
renouit, nipagia, striptomisin,
quekeroat,natrium benzoat, vitamin c,
kandistatin, formalin 4%. Sedangkan alat
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah botol kapsul, pinset, cawan petri,
pipet tetes, sentrifuse, kain penyaring,
mortal, alu, tabung reaksi, spet, cover
glass.
Pembuatan pakan buatan
Semua bahan meliputi tepung
kedelai 100 gr, maizena 50 gr,
clindamicin, renouit, nipagia 1 gr,
striptomisin 0,2 gr, quekeroat 2 gr, natrium
benzioat 0,2 gr, vit c, kandistatin, dan
formalin 4% dicampur menjadi satu
dengan menggunakan blender sampai
tercampur rata. Kemudian dituang
kedalam nampan plastik dan dimasukkan
kedalam kulkas.
Memperbanyak Virus
Menaruh ulat grayak kedalam botol
kecil. Pakan buatan dicelupkan dalam
suspensi virus. Ulat yang telah
terkontaminasi virus dipelihara dan diberi
makan pakan buatan sampai ulat mati. Ulat
yang mati karena terinfeksi virus akan
diam terlentang dengan tubuh yang lunak
berwarna hitam kecoklatan. Ulat yang
telah mati dipanen, secara hati-hati karena
tubuhnya mudah hancur. Tubuh ulat
dimasukkan kedalam tabung reaksi steril
yang berisi akuades dan disimpan
difreezer.
Pemurnian Virus
Ulat yang telah mati terinfeksi
virus dihaluskan dengan mortal, jika
terlalu pekat ditambahkan akuades.
Kemudian menyaring ulat yang telah
dihaluskan sampai 3 kali penyaringan.
3. Lalu dimasukkan kedalam tabung
sentrifuse dan dimurnikan dengan
memutarnya pada kecepatan 3500 rpm
selama 15 menit. Membuang supernata
dan ditambahkan akuades steril serta aduk
sampai homogen. Di putar kembali dengan
cetrifuse pada kecepatan 3500 rpm selama
15 menit sebanyak 2-3 kali.
Penghitungan Virus
Penghitungan virus dilakukan
dengan menggunakan hemositometer.
Membersihkan alat haemachytometer
dengan tissue yang sudah diberi alkohol.
Setelah itu haemachytometer ditutup
dengan cover glass yang sudah
dibersihkan. Mengambil larutan
pengenceran virus dari tabung reaksi
dengan menggunakan spet. Meneteskan
larutan tadi pada alat haemachytometer.
Amati dengan menggunakan mikroskop
dan dihitung berapa jumlah sel dalam satu
kotak.
Rumus penghitungan:
Virus =
𝑇 ×𝐷
𝑁 ×0,25
× 106
Keterngan
N = 80
T = rata-rata total
D = faktor pengenceran
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh hasil, ulat mati virus pada instar 5
menghasilkan virus sebanyak 4 x 106 pada
pemurnian supernatan, dan 9,6 x 106 pada
pemurnian pelet. Ulat mati virus pada instar
6 menghasilkan 1,04 x 107 virus pada
pemurnian supernatan, dan pemurnian pelet
menghasilkan 1,12 x 106. Ulat mati virus
pada instar 7 menghasilkan virus sebanyak
9,6 x 106 pada pemurnian supernatan dan
1,04 x 107 pada pemurnian pelet (Tabel 1.).
Tabel 1. Jumlah virus pada masing-masing
instar
No Instar
ke-
Jumlah virus
Supernatan Pelet
1. 5 4 x 106 9,6 x 106
2. 6 1,04 x 107 1,12 x 106
3. 7 9,6 x 106 1,04 x 107
Suspensi virus diambil dengan pipet
1 ml dan diletakkan pada objek glass
haemocytometer, kemudian diamati dengan
mikroskop. Pengamatan dilakukan tepat
pada garis-garis yang nampak pada lapang
pandang dengan garis membujur serta
melintang membentuk kotak 5x5 dengan
tiap kotaknya berisi 4 x4 kotak. Kotak yang
dihitung virusnya adalah kotak kanan atas.
Perhitungan virus dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu perhitungan hasil pelet dan
supernatan dengan perbesaran mikroskop
100 x 10. Virus yang dilihat melalui
mikroskop dengan perbesaran 100x, akan
tampak bulat bercahaya. Sesungguhnya,
yang terlihat adalah polyhedra dari virus
tersebut yang berbentuk seperti kristal tidak
beraturan. Penyebab kematian ulat dapat
diketahui melalui hasil perhitungan tiap
instar. Umumnya, ulat yang mati karena
virus akan menghasilkan perhitungan virus
sebesar 107. Melalui perhitungan, diketahui
bahwa jumlah virus yang paling banyak
untuk supernata adalah pada instar 6 yaitu
sebanyak 1,04 x 107 dan untuk pelet yaitu
pada instar 7 sebanyak 1,04x107. Berikut
adalah rumus terkait dengan perhitungan
jumlah virus :
4. Untuk mengetahui jumlah virus
dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:
𝑡𝑥𝑑
𝑛 𝑥 0,25
𝑥 106
Keterangan:
t : Rata-rata jumlah virus pada
semua pengulangan
n : 5
d : 106 (tidak ada pengenceran)
Virus merupakan elemen genetik yang
mengandung DNA atau RNA yang dapat
berada di dua kondisi yang berbeda yaitu
secara intrseluler. Virus dapat melakukan
metabolisme hanya pada sel hidup (inang)
untuk menghasilkan genom turunan dan
protein virus yang kemudian dirakit
menjadi virion yang baru. Beberapa
ilmuwan berpendapat bahwa virus
dikategorikan sebagai mikroba sederhana
yang karakteristik virusnya yang sangat
berbedadari mikroorganisme lainnya. Baik
itu ukuran, isi genom, atau reproduksi.
Virus dapat menginfeksi mikroba lainnya
sehingga virus dijuluki sebagai parasit
obligat, yang mungkin atau tidak mungkin
membunuh sel inang setelah replikasi
(Mousir, 2012).
Spodoptera litura multiple
nucleopolyhedrosis virus (SpltMNPV)
merupakan agen biologis yang potensial
sebagai bioinsektisida. SpltMNPV
(Spodoptera litura multipel
nucleopolyhedrosis virus) efektif
mengendalikan Spodoptera litura dengan
mortalitas 80 – 90% pada konsentrasi 107
PIBs/ml di greenhousedan di Laboratorium
efektif pada konsentrasi 106 PIBs/ml (Asri,
2004). SpltMNPV termasuk famili
Baculoviridae dari genus Baculovirus yang
merupakan salah satu patogen serangga
yang menginfeksi ulat grayak sehingga
termasuk musuh alami ulat grayak.
Ulat grayak diberi pakan buatan
berupa komposisi-komposisi tertentu yakni,
tepung kedelai 100 gr, maizena 50 gr,
clindamicin+ renouit, nipagia 1gr,
striptomisin 0,2 gr, guekergoat 2gr, Na
Benzoat 0,2 gr, vitamin C, kondistatin dan
formalin 4%. Setelah itu, memasukkan agar
dan air tersebut ke dalam blender dan
dicampur/ diblender. Hasil blender tersebut
kemudian diletakkan pada nampan dan
menunggunya hingga padat. Pakan yang
telah siap digunakan dibagi menjadi dua
bagian, bagian pertama dicelup dalam
suspensi virus, sedangkan bagian lainnya
menjadi pakan yang diberikan pada hari-
hari selanjutnya.
Pakan ulat buatan diberi bahan
formalin dan dimasukkan kedalam kulkas
penyimpanan guna menghindari
penjamuran dan bakteri yang masuk. Pakan
akan dicelupkan kedalam virus SpLtMNPV
yang akan dimakan ulat grayak, sehingga
ulat grayak akan terinfeksi virus. Setelah
beberapa hari bergantung lama matinya
ulat, maka ulat yang mati disimpan dalam
tabung reaksi aquades.
Ulat grayak yang mati pada instar 5,
instar 6, dan instar 7 baik pelet maupun
supernatan disebabkan oleh virus.
Umumnya, ulat yang mati karena terinfeksi
virus akan menggantung dengan kaki
abdomen sebagai tumpuan seperti huruf
“V” terbalik, atau diam terlentang dengan
tubuh yang lunak berwarna hitam
kecoklatan. Jumlah virus pada instar 5
(pelet) sebanyak 9,6x106 dan instar 5
(supernatan) sebanyak 4x106. Jumlah virus
pada instar 6 (pelet) sebanyak 1,12x107 dan
instar 5 (supernatan) sebanyak 1,04x107.
Pada instar 7 (pelet) dihasilkan jumlah
virus sebanyak 1,04x107 dan pada instar 7
5. (supernatan) diperoleh jumlah virus
sebanyak 9,6x106.
Proses infeksi menggunakan
SpltMNPV yaitu dimulai ketika SpltMNPV
masuk ke dalam tubuh ulat yang tertelan
bersama-sama pakan yang telah
mengandung SpltMNPV, kemudian melalui
alat pencernaan inilah SpltMNPV dapat
menginfeksi nukleus pada sel yang peka
terutama lapisan epitel ventrikulus dan
hemosit yang berada dalam haemocoel ulat
grayak. Infeksi SpltMNPV dalam tubuh
ulat dapat terjadi apabila usus ulat grayak
pada kondisi alkalis (pH > 9). Pada kondisi
alkalis PIB akan melepas virion dari
selubung protein yang kemudian virion
akan menembus jaringan peritrofik, dan
mikrovili, kemudian akan memisahkan sel-
sel kolumnar dan goblet sehingga akan
merusak seluruh jaringan usus dan kondisi
di dalam haemolimfa akan terlihat seperti
cairan keruh penuh SpltMNPV. Cairan
SpltMNPV tersebut adalah replikasi virion
yang baru terbentuk di dalam sel
haemocoel dan jaringan lain seperti sel
lemak, sel epidermis, haemolimfa dan
trakea. Jaringan-jaringan tersebut dipenuhi
oleh virion-virion yang akan
mengakibatkan lisis pada sel. Kemudian
ulat akan mati setelah sebagian besar
jaringan tubuhnya terinfeksi SpltMNPV
(Asri, 2013).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan diperoleh morfologi virus
SpltMNPV dengan bentuk kristal, tak
beraturan serta transparan. Efektivitas virus
tersebut berpengaruh terhadap sebagian ulat
grayak. Jumlah virus terbanyak terdapat
pada instar ke-6 untuk supernata dengan
hasil 1,04 x 107 dan instar ke-7 untuk pelet
dengan hasil 1,04 x 107
DAFTAR PUSTAKA
Adams, J. R. & T. J. McClintock. 1991.
Baculovirdae. Nuclear Polyhedrosis
Virus. Part I. Nuclear Polyhedrosis
of Insects. In Adams, J. R. Bonami
(Eds.). Atlas of Invertebrate Viruses.
CRC Press: Boca Raton, Florida. p.
87-104.
Amico, V. D. 1997. Baculoviruses
(Baculovidae). New York: Cornell
University, (Online),
(http://www.nysaes.cornell.edu),
diakses 19 November 2018.
Asri, M.T. 2004. “Pengembangan Metode
Penginfeksian Spodoptera litura
Multiple Nucleopolyhedrosis virus
(SpltMNPV) pada Sel Primer Epitel
Usus Larva Spodoptera litura” dalam
jurnal Pengembangan Metode
Penginfeksian. Hlm 106-111.
Asri, Mahanani Tri., dkk. 2013.
“Patogenitas Spodoptera litura
Multiple Nucleopolyhedrosis Virus
(SpltMNPV) dengan Bahan Pembawa
Tepung Bengkuang yang Terpapar
Sinar Matahari terhadap Lama Hidup
Larva Spodoptera litura” dalam
LenteraBio. Vol. 2 No. 2. Hlm 137-
141.
Mousir, Kang. 2012. Biologi Sel dan
Molekuler Blog. Karakteristik
Virus.http://www.biologisel.com
/search/label/virusmax-results=5.
(21/11/2018)
National Center for Integrated Pest
Management. 2000. Spodoptera
6. litura nuclear polyhedrosis virus.
Biological Insecttiside. National
Center for Integrated Pest
Management, Lal Bahadur Shastri
Building, Pusa Campus, New Dehli.
110 012, India. (Online),
(http://www.ncipm.org.in), diakses
15 November 2018.
Hasnah, dkk. 2008. “Compability of
Spedoptera Litura Nuclear
Polyhedrosis Virus (SiNPV) with
Tropical Yam (Dioscorea Hispida
Denst) Ekstract on Larvae
Spedoptora litura Feb. Agrista, Vol.
2, No. 1, (Online),
(http://www.media.neliti.com),
diakses 21 November 2018.
Tengkano, Wedanimbi & Suharsono.
2005. “Ulat Grayak Spedoptora
lituraFabricius (Lepidoptera:
Noctuidae) Pada Tanaman Kedelai
dan Pegendaliannya”. Buletin
Palawija, No. 10: 43-52, (Online),
(http://www.ejurnal.litbang.pertania
n.go.id), diakses 21 November 2018.