SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
Standar Mikrobiologi dan UjiStandar Mikrobiologi dan Uji
Mikrobiologi untuk BahanMikrobiologi untuk Bahan
dan Produk Farmasidan Produk Farmasi
Marlia Singgih Wibowo
2
Bahan FarmasiBahan Farmasi
• Bahan baku
• Air murni (Purified Water)
• Produk Farmasi Steril (Sterile
Pharmaceuticals)
• Produk Farmasi Non-Steril (Non-Sterile
Pharmaceuticals)
3
4
BAHAN BAKU FARMASI
• Bahan baku untuk produk farmasi dapat
berupa bahan kimia atau bahan yang
berasal dari alam
• Bahan yang berasal dari alam lebih
cenderung terkontaminasi
mikroorganisme lebih berat dibandingkan
bahan sintetik kimia
5
Kategori Bahan Baku Alam
(Grigo, 1976)
1. Bahan baku hasil sintesis atau ekstrak bahan
alam yang sudah dimurnikan (rata-rata 10
cfu/g atau mL)
2. Bahan baku hasil sintesis dan dari bahan alam
(rata-rata 102
cfu/g atau mL)
3. Ekstrak tanaman (rata-rata 103
cfu/g atau mL)
4. Produk hewan atau tanaman yang sedikit
mengalami proses (rata-rata 104
cfu/g atau mL)
5. Produk hewan atau tanaman yang tidak
mengalami proses (rata-rata 105
cfu/g atau mL)
6
Mikroorganisme kontaminan yang
sering dijumpai dalam bahan baku
alam
• Bacillus
• Enterobacteriaceae
• Staphylococcus
• Aspergillus
• Penicillium
• Mucor
• Rhizopus
E.coli
Salmonella
7
AIR
• Air minum (potable water) : tidak boleh ada
Coliform bacilli per 100 ml
• Air untuk injeksi :
– < 0,25 endotoksin unit (EU) per ml.
– Batas mikroba < 10 cfu per 100 ml
– Tidak ada Pseudomonas
• Air untuk sediaan non-steril :
o Kisaran dari <10 sampai < 100 cfu per 100 ml
o Tidak ada Pseudomonas
8
Produk Farmasi Steril
• Untuk produk parenteral, sediaan obat mata,
termasuk larutan lensa kontak , dan produk-produk
yang diberikan pada luka terbuka atau untuk proses
irigasi rongga tubuh.
• Uji sterilitas perlu dilakukan
• Syarat Steril : Sterility Assurance Level dengan
probabilitas sama atau lebih baik dari 10 -6
, artinya
dalam satu juta sediaan steril hanya boleh
maksimum 1 yang tidak steril.
• Analisis sterilitas adalah berdasarkan tidak adanya
pertumbuhan mikroba pada media Fluid
Thioglycollate (FTM) dan Soyabean Casein Digest
(SCD)pada 30-35°C (bakteri) dan 20-25°C (fungi)
selama 7 dan 14 hari.
9
Produk Farmasi Non-Steril
• Tidak ada aturan tunggal yang mengatur,
tergantung pada farmakope negara masing-
masing
• Tidak mengandung mikroba yang dapat
menyebabkan infeksi akibat penggunaan obat
tersebut (medication-borne infection)
• TVC (Total Viable Count) dalam jumlah tertentu
dan tidak adanya patogen enterik dalam bahan
baku nya.
10
Persyaratan Kualitas Mikrobiologi
Sediaan Farmasi versi FIP (1976)
Gol. Jenis Sediaan Persyaratan
1a
1b
Injeksi
Obat mata, sed.utk bgn tubuh
yg bebas mikroba, sed.utk luka
bakar, tukak berat
Steril – Farmakope
Bebas mikroba yang memp.daya hidup/g atau
mL
2 Sed. topikal pada lesi kulit,
hidung, tenggorokan (resiko
tinggi)
Mikroba yg memp.daya hidup maks 102
/g atau
mL, dan tidak mengandung Enterobacteriaceae,
P.aeruginosa, S.aureus
3 Sediaan lain Mikroba yg memp.daya hidup maks 103
– 104
bakteri anaerob, 102
ragi dan kapang /g atau mL,
Batas mikroba spesifik : tdk ada E.coli, dan tidak
mengandung Salmonella, P.aeruginosa,
S.aureus,
Enterobacteriaceae lain maks. 102
/g atau mL
11
Batas kontaminan mikroba pada bahan
dan sediaan obat asal tanaman (versi
UNIDO,1990)
Bahan/
Sediaan
Bakteri Ragi dan
kapang
Baketri
coliform
Salmonella Staphylococcus
Sediaan
obat asal
tanaman
< 104
/g < 102
/g - - -
Bahan
obat asal
tanaman
< 107
/g < 104
/g - - -
Ket.: (-) tidak boleh ada
UNIDO (United Nation Industrial Development Organization)
12
Uji Mikrobiologi yang Tercantum
pada Farmakope Indonesia edisi IV
• Uji secara Mikrobiologi
<51> Uji Batas Mikroba
<61> Uji Efektivitas Pengawet
<71> Uji Sterilitas
• Uji dan Penetapan secara Biologi
<91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12
<121> Penetapan Kadar Kalsium Pantotenat
<131> Penetapan Potensi Antibiotik secara
Mikrobiologi
13
<51> Uji Batas Mikroba
• Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba
aerob viabel di dalam semua jenia perbekalan
farmasi, mulai dari bahan baku hinga sediaan jadi
• Untuk menyatakan bahwa perbekalan farmasi
tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu
• Pengerjaan harus dilakukan secara aseptik
• Jika tidak dinyatakan lain, “inkubasi” adalah
menempatkan wadah di dalam ruang terkendali
secara termostatik pada suhu antara 30 – 35°C
selama 24 – 48 jam
• Istilah “tumbuh” ditujukan untuk pengertian adanya
dan kemungkinan adanya perkembangan mikroba
viabel
14
<61> Uji Efektivitas Pengawet
• Pengertian Pengawet Antimikroba : zat yang
ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi
sediaan terhadap kontaminasi mikroba.
• Pengawet terutama digunakan pada wadah dosis ganda
• Pengawet tidak boleh digunakan semata-mata untuk
menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai pengganti
cara produksi yang tidak baik
• Kadar yang digunakan harus serendah mungkin
• Pengujian dalam farmakope dimaksudkan untuk menguji
efektivitas pengawet yang ditambahkan pada sediaan
dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan
pembawa cairan
• Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk
di dalam wadah asli yang belum dibuka , yang
didistribusikan oleh produsen
15
<71> Uji Sterilitas
• Digunakan untuk menetapkan apakah bahan atau
produk farmasi yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera
pada masing-masing monografi bahan atau produk
• Untuk penggunaan prosedur uji sterilitas sebagai
bagian dari pengawasan mutu di industri, tertera
pada <1371> Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas
Bahan Kompendia
• Mengingat kemungkinan hasil positif dapat
disebabkan oleh pengerjaan yang salah atau
kontaminasi lingkungan, diberlakukan pengujian 2
tahap seperti yang tertera pada bagian :
Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
16
• Prosedur alternatif dapat digunakan asal hasil yang
diperoleh sekurang-kurangnya setara keandalannya
→ Lihat Prosedur pada Uji dan Penetapan dalam
Ketentuan Umum
• Jika timbul perbedaan, dan adanya kontaminasi
terdapat pada hasil dari prosedur Farmakope, maka
hasil harus dinyatakan sebagai tidak memenuhi
syarat.
17
<91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12
• Dilakukan menggunakan bakteri uji
Lactobacillus leichmanii dengan metode
turbidimetri
• Pembanding larutan baku Sianokobalamin BPFI
berkisar antara 0,01 – 0,04 ng per mL. Blanko
menggunakan air.
• Metode spektrofotometri pada panjang
gelombang 530 nm.
• Penetapan kadar dihitung melalui kurva baku
18
<121> Penetapan Kadar Kalsium
Pantotenat
• Dilakukan menggunakan bakteri uji
Lactobacillus plantarum dengan metode
turbidimetri
• Pembanding larutan baku Kalsium pantotenat
BPFI berkisar antara 0,01 – 0,04 µg per mL.
Blanko menggunakan air.
• Metode spektrofotometri pada panjang
gelombang 660 nm.
• Penetapan kadar dihitung melalui kurva baku
19
<131> Penetapan Potensi Antibiotik
secara
Mikrobiologi
• Aktivitas (potensi) suatu antibiotik dapat
ditunjukkan pada kondisi sesuai dengan efek
daya hambatnya terhadap mikroba uji
• Perbedaan kadar dan potensi
• Dua metode umum : cara lempeng dan cara
tabung
• Cara lempeng : menggunakan kertas cakram
atau selinder baja, efek difusi antibiotik pada
medium agar.
• Cara tabung : turbidimetri, efek larutan antibiotik
terhadap turbiditas mikroba

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)aufia w
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosispanal1
 
9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptxadaptifakhlak
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamSiti Zulaikhah
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Filania Kanja
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Mina Audina
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Sapan Nada
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 

What's hot (20)

Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
GRANULASI BASAH
GRANULASI BASAHGRANULASI BASAH
GRANULASI BASAH
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 

Similar to STANDAR MIKROBIOLOGI

UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfPedroDaSilvaTL
 
Validasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiValidasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiIndana Mufidah
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...UmmilKhair2
 
good manufacturing practice
good manufacturing practicegood manufacturing practice
good manufacturing practiceagus rianto
 
Definisi dalam CPOB 2006
Definisi dalam CPOB 2006Definisi dalam CPOB 2006
Definisi dalam CPOB 2006Ivan Isroni
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxHerlindamn
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBNesha Mutiara
 
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdf
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdfBPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdf
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdfBayuWinata3
 
Stabilitas_Obat (Alam).pptx
Stabilitas_Obat (Alam).pptxStabilitas_Obat (Alam).pptx
Stabilitas_Obat (Alam).pptxUghaUnpacti
 
Pemahaman Good Manufacturing Process
Pemahaman Good Manufacturing ProcessPemahaman Good Manufacturing Process
Pemahaman Good Manufacturing ProcessAli Fuad R
 
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices IndustriPenerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices IndustriMeilanyAstining
 
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOM
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOMCara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOM
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOMindah784916
 
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan pangan
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan panganKonsep dasar uji mikrobiologi bahan pangan
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan panganAgnescia Sera
 
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasicara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasihanifael
 
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdf
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdfSTABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdf
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdfameliafebriani15
 

Similar to STANDAR MIKROBIOLOGI (20)

2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
 
peremajaan
peremajaanperemajaan
peremajaan
 
Validasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiValidasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasi
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
 
GMP
GMPGMP
GMP
 
good manufacturing practice
good manufacturing practicegood manufacturing practice
good manufacturing practice
 
Definisi dalam CPOB 2006
Definisi dalam CPOB 2006Definisi dalam CPOB 2006
Definisi dalam CPOB 2006
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
 
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdf
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdfBPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdf
BPOM - Stem Cell Research to the Clinical Application-converted.pdf
 
Analisis Bahan Pangan
Analisis Bahan PanganAnalisis Bahan Pangan
Analisis Bahan Pangan
 
Analisis Bahan Pangan
Analisis Bahan PanganAnalisis Bahan Pangan
Analisis Bahan Pangan
 
Stabilitas_Obat (Alam).pptx
Stabilitas_Obat (Alam).pptxStabilitas_Obat (Alam).pptx
Stabilitas_Obat (Alam).pptx
 
Pemahaman Good Manufacturing Process
Pemahaman Good Manufacturing ProcessPemahaman Good Manufacturing Process
Pemahaman Good Manufacturing Process
 
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices IndustriPenerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
 
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOM
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOMCara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOM
Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik BPPOM
 
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan pangan
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan panganKonsep dasar uji mikrobiologi bahan pangan
Konsep dasar uji mikrobiologi bahan pangan
 
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasicara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
 
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdf
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdfSTABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdf
STABILITAS DAN EFEK SAMPING KOSMETIKA (6).pdf
 

Recently uploaded

Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 

Recently uploaded (7)

Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 

STANDAR MIKROBIOLOGI

  • 1. 1 Standar Mikrobiologi dan UjiStandar Mikrobiologi dan Uji Mikrobiologi untuk BahanMikrobiologi untuk Bahan dan Produk Farmasidan Produk Farmasi Marlia Singgih Wibowo
  • 2. 2 Bahan FarmasiBahan Farmasi • Bahan baku • Air murni (Purified Water) • Produk Farmasi Steril (Sterile Pharmaceuticals) • Produk Farmasi Non-Steril (Non-Sterile Pharmaceuticals)
  • 3. 3
  • 4. 4 BAHAN BAKU FARMASI • Bahan baku untuk produk farmasi dapat berupa bahan kimia atau bahan yang berasal dari alam • Bahan yang berasal dari alam lebih cenderung terkontaminasi mikroorganisme lebih berat dibandingkan bahan sintetik kimia
  • 5. 5 Kategori Bahan Baku Alam (Grigo, 1976) 1. Bahan baku hasil sintesis atau ekstrak bahan alam yang sudah dimurnikan (rata-rata 10 cfu/g atau mL) 2. Bahan baku hasil sintesis dan dari bahan alam (rata-rata 102 cfu/g atau mL) 3. Ekstrak tanaman (rata-rata 103 cfu/g atau mL) 4. Produk hewan atau tanaman yang sedikit mengalami proses (rata-rata 104 cfu/g atau mL) 5. Produk hewan atau tanaman yang tidak mengalami proses (rata-rata 105 cfu/g atau mL)
  • 6. 6 Mikroorganisme kontaminan yang sering dijumpai dalam bahan baku alam • Bacillus • Enterobacteriaceae • Staphylococcus • Aspergillus • Penicillium • Mucor • Rhizopus E.coli Salmonella
  • 7. 7 AIR • Air minum (potable water) : tidak boleh ada Coliform bacilli per 100 ml • Air untuk injeksi : – < 0,25 endotoksin unit (EU) per ml. – Batas mikroba < 10 cfu per 100 ml – Tidak ada Pseudomonas • Air untuk sediaan non-steril : o Kisaran dari <10 sampai < 100 cfu per 100 ml o Tidak ada Pseudomonas
  • 8. 8 Produk Farmasi Steril • Untuk produk parenteral, sediaan obat mata, termasuk larutan lensa kontak , dan produk-produk yang diberikan pada luka terbuka atau untuk proses irigasi rongga tubuh. • Uji sterilitas perlu dilakukan • Syarat Steril : Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama atau lebih baik dari 10 -6 , artinya dalam satu juta sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak steril. • Analisis sterilitas adalah berdasarkan tidak adanya pertumbuhan mikroba pada media Fluid Thioglycollate (FTM) dan Soyabean Casein Digest (SCD)pada 30-35°C (bakteri) dan 20-25°C (fungi) selama 7 dan 14 hari.
  • 9. 9 Produk Farmasi Non-Steril • Tidak ada aturan tunggal yang mengatur, tergantung pada farmakope negara masing- masing • Tidak mengandung mikroba yang dapat menyebabkan infeksi akibat penggunaan obat tersebut (medication-borne infection) • TVC (Total Viable Count) dalam jumlah tertentu dan tidak adanya patogen enterik dalam bahan baku nya.
  • 10. 10 Persyaratan Kualitas Mikrobiologi Sediaan Farmasi versi FIP (1976) Gol. Jenis Sediaan Persyaratan 1a 1b Injeksi Obat mata, sed.utk bgn tubuh yg bebas mikroba, sed.utk luka bakar, tukak berat Steril – Farmakope Bebas mikroba yang memp.daya hidup/g atau mL 2 Sed. topikal pada lesi kulit, hidung, tenggorokan (resiko tinggi) Mikroba yg memp.daya hidup maks 102 /g atau mL, dan tidak mengandung Enterobacteriaceae, P.aeruginosa, S.aureus 3 Sediaan lain Mikroba yg memp.daya hidup maks 103 – 104 bakteri anaerob, 102 ragi dan kapang /g atau mL, Batas mikroba spesifik : tdk ada E.coli, dan tidak mengandung Salmonella, P.aeruginosa, S.aureus, Enterobacteriaceae lain maks. 102 /g atau mL
  • 11. 11 Batas kontaminan mikroba pada bahan dan sediaan obat asal tanaman (versi UNIDO,1990) Bahan/ Sediaan Bakteri Ragi dan kapang Baketri coliform Salmonella Staphylococcus Sediaan obat asal tanaman < 104 /g < 102 /g - - - Bahan obat asal tanaman < 107 /g < 104 /g - - - Ket.: (-) tidak boleh ada UNIDO (United Nation Industrial Development Organization)
  • 12. 12 Uji Mikrobiologi yang Tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV • Uji secara Mikrobiologi <51> Uji Batas Mikroba <61> Uji Efektivitas Pengawet <71> Uji Sterilitas • Uji dan Penetapan secara Biologi <91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12 <121> Penetapan Kadar Kalsium Pantotenat <131> Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
  • 13. 13 <51> Uji Batas Mikroba • Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam semua jenia perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hinga sediaan jadi • Untuk menyatakan bahwa perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu • Pengerjaan harus dilakukan secara aseptik • Jika tidak dinyatakan lain, “inkubasi” adalah menempatkan wadah di dalam ruang terkendali secara termostatik pada suhu antara 30 – 35°C selama 24 – 48 jam • Istilah “tumbuh” ditujukan untuk pengertian adanya dan kemungkinan adanya perkembangan mikroba viabel
  • 14. 14 <61> Uji Efektivitas Pengawet • Pengertian Pengawet Antimikroba : zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. • Pengawet terutama digunakan pada wadah dosis ganda • Pengawet tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai pengganti cara produksi yang tidak baik • Kadar yang digunakan harus serendah mungkin • Pengujian dalam farmakope dimaksudkan untuk menguji efektivitas pengawet yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa cairan • Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk di dalam wadah asli yang belum dibuka , yang didistribusikan oleh produsen
  • 15. 15 <71> Uji Sterilitas • Digunakan untuk menetapkan apakah bahan atau produk farmasi yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi bahan atau produk • Untuk penggunaan prosedur uji sterilitas sebagai bagian dari pengawasan mutu di industri, tertera pada <1371> Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan Kompendia • Mengingat kemungkinan hasil positif dapat disebabkan oleh pengerjaan yang salah atau kontaminasi lingkungan, diberlakukan pengujian 2 tahap seperti yang tertera pada bagian : Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
  • 16. 16 • Prosedur alternatif dapat digunakan asal hasil yang diperoleh sekurang-kurangnya setara keandalannya → Lihat Prosedur pada Uji dan Penetapan dalam Ketentuan Umum • Jika timbul perbedaan, dan adanya kontaminasi terdapat pada hasil dari prosedur Farmakope, maka hasil harus dinyatakan sebagai tidak memenuhi syarat.
  • 17. 17 <91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12 • Dilakukan menggunakan bakteri uji Lactobacillus leichmanii dengan metode turbidimetri • Pembanding larutan baku Sianokobalamin BPFI berkisar antara 0,01 – 0,04 ng per mL. Blanko menggunakan air. • Metode spektrofotometri pada panjang gelombang 530 nm. • Penetapan kadar dihitung melalui kurva baku
  • 18. 18 <121> Penetapan Kadar Kalsium Pantotenat • Dilakukan menggunakan bakteri uji Lactobacillus plantarum dengan metode turbidimetri • Pembanding larutan baku Kalsium pantotenat BPFI berkisar antara 0,01 – 0,04 µg per mL. Blanko menggunakan air. • Metode spektrofotometri pada panjang gelombang 660 nm. • Penetapan kadar dihitung melalui kurva baku
  • 19. 19 <131> Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi • Aktivitas (potensi) suatu antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba uji • Perbedaan kadar dan potensi • Dua metode umum : cara lempeng dan cara tabung • Cara lempeng : menggunakan kertas cakram atau selinder baja, efek difusi antibiotik pada medium agar. • Cara tabung : turbidimetri, efek larutan antibiotik terhadap turbiditas mikroba