1. PENGGUNAAN APD UNTUK KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT
Charolina Pajaitan/181101108
panjaitancharolina@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan : APD harus dianggap sebagai tindakan terakhir dari perlindungan ketika semua metode
lainnya tidak tersedia
Metode : Metode yang digunakan ialah teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan
analisis, eksplorasi, kajian bebas (literatur review) yang relevan yang berfokus pada bagimana
penggunaaan APD untuk keselamatan pasien di rumah sakit dengan menggunakan 14 sumber referensi
dari buku teks, buku referensi, jurnal, e-book yang diterbitkan 10 tahun terakhir.
Hasil : Berdasarkan hasil pencarian analisis, eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan bahwa dengan
penerapan penggunaan APD perlu diterapkan untuk keselamatan pasien dan perawat di rumah sakit.
Pembahasan : Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang
dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di
tempat kerja salah satunya iaalah sarung tangan, apron, dan lain-lainnya.
Penutup : Perawat yang menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tentu memiliki risiko yang
lebih rendah terpajan penyakit dibandingkan dengan perawat yang sama sekali tidak menggunakan APD
sebelum memberikan intervensi kepada klien.
Kata kunci : APD, Perawat, Keselamatan Pasien
2. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum. Peningkatan derajat
kesehatan bukan hanya ditujukan kepada
masyarakat tetapi juga untuk tenaga
kesehatan yang berperan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit
berkewajiban menyehatkan para tenaga
kerjanya. Upaya tersebut dilaksanakan
secara integrasi dan menyeluruh untuk
mengurangi risiko terjadinya penyakit dan
kecelakaan akibat kerja. Hal ini sesuai
dengan Permenkes RI nomor 66 tahun 2016
yang mengatakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja di rumah sakit. Berdasarkan
data dari WHO tahun 2010 menyatakan
bahwa 59 juta petugas kesehatan telah
terpapar dengan berbagai macam bahaya
setiap harinya. Terpaparnya tenaga
kesehatan dengan berbagai potensi yang
berbahaya dapat menimbulkan penyakit
infeksi akibat kecelakaan kerja.
Tempat kerja merupakan tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan di
mana terdapat sumber-sumber bahaya.
Pengurus diwajibkan menyediakan secara
cuma-cuma, semua Alat Perlindungan Diri
(APD) yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja. Bahaya tidak dapat
dihilangkan atau dikontrol secara memadai,
maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat
digunakan pada saat melakukan pekerjaan di
area berbahaya. APD harus dianggap
sebagai tindakan terakhir dari perlindungan
ketika semua metode lainnya tidak tersedia.
Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan
3. APD dapat mengurangi risiko kecelakaan
atau penyakit akibat kerja, yaitu dengan
patuh terhadap peraturan yang telah
disepakati perusahaan dalam mengurangi
risiko kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan
penggunaan APD sangat mempengaruhi
kejadian kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja yang akan
menyebabkan 5 jenis kerugian diantaranya
adalah kerusakan, kekacauan organisasi,
keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat,
kematian
Berdasarkan latar belakang tersebut
adapun tujuan dibuatnya ialah untuk
mengetahui dan memahami penggunaan
APD untuk keselamatan pasien di rumah
sakit.
METODE
Metode yang digunakan ialah teknik
pengumpulan data atau informasi dengan
melakukan analisis, eksplorasi, kajian bebas
(literatur review) yang relevan yang
berfokus pada bagimana penggunaaan APD
untuk keselamatan pasien di rumah sakit
dengan menggunakan 14 sumber referensi
dari buku teks, buku referensi, jurnal, e-
book yang diterbitkan 10 tahun terakhir.
HASIL
Berdasarkan hasil pencarian analisis,
eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan
bahwa dengan penerapan penggunaan APD
perlu diterapkan untuk keselamatan pasien
dan perawat di rumah sakit. Adapun
beberapa jurnal terkait yaitu
Jurnal pertama Hubungan Karakteristik
Pekerja Dengan Kepatuhan Dalam
Pemakaian APD Pada Petugas
Laboratorium Klinik Di Rumah Sakit Baptis
Kota Kediri. Nizar, dkk (2016). Metode
penelitian yang digunakan adalah
Observasional Analitik dengan
menggunakan desain cross sectional study.
Dengan hasil penelitian yaitu petugas
laboratorium klinik yang patuh terhadap
pemakaian APD diantaranya masker,
sarung tangan, baju pelindung/jas, sepatu
dan penutup kepala bagi petugas pemeriksa
sampel pasien.
Jurnal kedua Gambaran Penggunaan
APD Oleh Perawat Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit . Nurmalia, dkk (2019).
Metode penelitian adalah penelitian
deskriptif dengan metode observasi untuk
pengambilan data. Dengan hasil penelitian
adalah APD yang paling sering digunakan
yaitu sarung tangan, masker, dan juga apron
dan tindakan yang dilakukan perawat tidak
sesuai dalam penggunaan sarung tangan.
Penggunaan masker dan apron di antara
4. perawat sudah hampir seluruhnya benar,
hanya ditemukan satu kesalahan pemakaian
masker
PEMBAHASAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah
seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat
Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya
dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan, yaitu :
1. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat
memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alatnya hendaknya seringan
mungkin, dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang
berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian
yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya
tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau
karena salah dalam penggunaanya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar
yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan
dan presepsi sensoris pemakainya dan suku
cadangnya mudah didapat guna
mempermudah pemeliharaannya.
Pemakaian APD yang tidak tepat dapat
mencelakakan tenaga kerja yang
memakainya, bahkan mungkin lebih
membahayakan dibandingkan tanpa
memakai APD. Oleh karena itu agar dapat
memilih APD yang tepat, maka perusahaan
harus mampu mengidentifikasi bahaya
potensial yang ada, khususnya yang tidak
dapat dihilangkan ataupun dikendalikan.
a. Macam-macam Alat Pelindung Diri
(APD). Alat Pelindung Diri (APD) ada
berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di
tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada
beberapa macam APD yang digunakan oleh
tenaga kerja di rumah sakit, antara lain :
5. 1. Baju Pelindung (Body Potrection). Baju
pelindung digunakan untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuh dari percikan
api, suhu panas atau dingin, cairan bahan
kimia, dll. Contoh : Apron, merupakan
pelindung pakaian yang terbuat dari bahan
timbal yang dapat menyerap radiasi pengion.
2. Sepatu steril. Sepatu khusus yang
digunakan oleh petugas yang bekerja di
ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang
isolasi, ruang otopsi.
3. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection).
Alat pelindung tangan digunakan untuk
melindungi tangan dan bagian lainnya dari
benda tajam atau goresan, bahan kimia,
benda panas dan dingin, kontak dengan arus
listrik. Jenis alat pelindung tangan antara
lain: sarung tangan bersih, sarung tangan
bersih adalah sarung tangan yang di
disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan
sebelum tindakan rutin pada kulit dan
selaput lendir misalnya tindakan medik
pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.
Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk
tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan
steril. Dan ada juga arung tangan steril,
sarung tangan steril adalah sarung tangan
yang disterilkan dan harus digunakan pada
tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung
tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.
Ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakaiannya dapat memberikan
perlindungan yang maksimal. Ada beberapa
kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh
semua jenis peralatan pelindung, maka
hanya dua yang terpenting yaitu:
1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan
atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.
2) Peralatan atau pakaian harus ringan
dipakainya dan awet dan membuat rasa
kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi
memungkinkan mobilitas, penglihatan dan
sebagainya yang maksimum.
KESIMPULAN
APD merupakan suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri atau tubuh
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja,
dimana secara teknis dapat mengurangi
tingkat keparahan dari kecelakaan kerja
yang terjadi. Peralatan pelindung diri tidak
menghilangkan atau mengurangi bahaya
yang ada, peralatan ini hanya mengurangi
jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
penempatan penghalang antara tenaga kerja
dengan bahaya. Perawat yang menerapkan
6. penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
tentu memiliki risiko yang lebih rendah
terpajan penyakit dibandingkan dengan
perawat yang sama sekali tidak
menggunakan APD sebelum memberikan
intervensi kepada klien. Kesadaran yang
tinggi akan keselamatan diri turut
memotivasi perawat untuk memperlengkapi
diri dengan APD sebelum bersentuhan
dengan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arruum,D.,Salbiah.,Manik,M.
(2015).Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Dalam Sasaran Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara:
Idea Nursing Journal.6,(2):1-4.
Bawelle,S.C.(2013).Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun
Kendage Tahuna. E-Journal Keperawatan.1,
(10):1-7.
Cahyono, S.B.(2008). Membangun
Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius
Dewi,Mursidah.(2012).Pengaruh
Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap
Penerapan Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Pelaksana Di RSUD Raden
Mattaher Jambi..5,(3):647:652.
Firawati.,Pabuty,A.,Putra,A.S.
(2012).Pelaksanaan Program Keselamatan
Pasien Di RSUD Solok.Jurnal
kesehatan masyarakat.6,(2):73-78.
Hakim,L.,Pudjirahardjo,W.J.
(2014).Optimalisasi Proses Koordinasi
Program Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. 2,
(3):199-208.
Laranova, A., Afriandi, I., &
Pratiwi, Y. S. (2018). Persepsi Tenaga
Kesehatan Terhadap Penggunaan APD Dan
Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja Di Salah
Satu Rumah Sakit di Kota Bandung. JSK.
3(4), 189-197.
Nivalinda,D.,Hartini,M.C.I.,Santoso,
A.(2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang
Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah
Sakit Pemerintah Di Semarang. Jurnal
Managemen Keperawatan.1,(2):138-145.
Nugroho,SriH.P.,Sujianto,U.
(2014).Supervisi Kepala Ruang Model
Proctor Untuk Meningkatkan Pelaksanaan
Keselamatan Pasien. Jurnal Keperawatan
Indonesia Jurnal Health & Suport.20,(1):56-
64.
Potter & Perry.(2010). Fundamental
ofNursing(Fundamental
7. Keperawatan).Buku 2.Edisi 7. Indonesia :
Salemba Medika.
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar
Keselamatan Pasien Melalui Timbang
Terima Berbasis Komunikasi Efektif:SBAR.