2.
Latar Belakang
• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas
Mansjoer,
2007
• lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat
yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua
pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah
laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
wanita, lebih dari setengah semua pasien cedera
kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera
bagian tubuh lainya.
Smeltzer
& Bare,
2012
3.
Latar Belakang
• Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi
kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital.
Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi
ringan segera ditentukan saat pasien tiba di
rumah sakit
Sjahrir,
2014
• Angka kejadian cedera kepala yang dirawat di
rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab
kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke,
dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10
penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit
di Indonesia
Depkes
RI,
2016
5.
Tujuan
Khusus
Melakukan pengkajian pada Tn “S” dengan gangguan
sistem neurologi : cedera kepala berat.
Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn “S” dengan
gangguan sistem neurologi :cedera kepala berat.
Merencanakan tindakan asuhan keperawatan pada Tn
“S” dengan gangguan sistem neurologi:cedera kepala
berat.
Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn “S”
dengan Gangguan sistem Neurologi: cedera kepala berat.
Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada Tn “S dengan gangguan sistem neurologi
: cedera kepala berat.
7.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Identitas Pasien
Pasien Tn. S umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki,
alamat Mesuji, agama islam, pekerjaan Petani
No. rekam medis 70 01 23
Pasien masuk UGD RSUD Ragab Begawe Caram, Mesuji
pada tanggal 28 Januari 2023 Pukul 22.05 WIB.
10.
Riwayat penyakit atau
pembedahan terdahulu
Pasien sebelumnya tidak
mengalami penyakit kronis dan
menular
Riwayat
Alergi
Alergi
obat (-)
Alergi
makanan (-)
11.
•Sumbatan : adanya perdarahan dari Hidung,
•Gurgling (+)
Airways
•Pasien dilakukan pemasangan OPA, RR 30x/i, irreguler,
auskultasi paru vesikuler, ekspansi dada simetris
Breathing
•TD: 90/70 mmHg, N: 104x/i, SPO2 80 % CRT ≤ 2 detik,
pucat
Circulation
•Pasien dengan kesadaran koma dengan GCS E3M2V3,
pupil unisokor
Disability
Primary Survey
12.
• Tidak terdapat jejas, tedapat luka lecet, perdarahan
aktif dihidung dan luka robek ditangan ±10 cm (D),
haematoma difrontalis, pelipis & mata (D)
Exposure
• Terpasang folley cateter ukuran no 16, frekuensi
output urine 50cc/jam, karakteristik urine normal
berwarna kuning.
Folley
Chateter
• Terpasang NGT ukuran 14
Gastric
Tube
• HR: 104x/i reguler SpO2 80%, EKG awal tidak
dilakukan
Heart
Monitor
Primary Survey
13.
Pemeriksaan Head to Toe
Secondary Survey
Kepala
• haematoma
frontalis,
Pelipis (D),
Mata (D)
Leher
• Pembesaran
kelenjar tiroid
(-), pembesaran
kelenjar getah
bening (-),
distensi vena
jugularis (-)
Wajah
• simetris, pupil
unisokor, sklera
normal, mulut
terpasang OPA
ukuran 2,
perdarahan idung,
telinga normal.
15.
Secondary Survey
Punggung
• Normal
Ekstremitas
• Luka
robek
ditangan
±10 cm (D)
Genetalia
• Normal,
tidak
terdapat
lesi/kemer
ahan
TTV
• (28/1/23)
22.05 WIB
• TD:
90/70mmHg
• HR: 104x/i,
• RR 30x/i,
• T 36,5 0C,
• SpO2 80%
• Skala nyeri 7
(GCS 8
E3M2V3)
16.
Penatalaksanaan
Farmakologis
Nama Obat Dosis Rute Pemberian
Nacl 0,9 % 20 tpm IV
O2 Nasal kanul 4 Lt/jam
Ceftriaxone 1gr/12j IV
Asam Tranexamat 500mg/12j IV
Ketorolac 30gr/8 j IV
Omeprazol 40 mg IV
17.
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Gol Darah O
Hemoglobin 10 12,0-15,0 g/dL
Hematokrit 35 37-47 %
Leukosit 11 4,5-10,5 10³/mm³
Trombosit 250 150-450 10³/mm³
18.
Pemeriksaan radiologi : Tidak dilakukan
Pemeriksaan EKG : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
19.
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif :
-
Data Objektif
Adanya perdarahan
dari hidung
Suara napas
gurling
GCS 8
Adanya kodisi klinis
terkait : Cidera
Kepala Berat dapat
menyebabkan
disfungsi
neuromuskuler dan
tertahannya yang
pada akhirnya
menimbulkan
bersihan jalan napas
tidak efektif.
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Analisa Data
20.
No Data Etiologi Masalah
2 Data Subjektif :
-
Data Objektif
Klien
menggunakan otot
bantu pernapasan
Saturasi SPO2 80 %
Dispnea,sesak
RR 30x/mnt
Gangguan neurologis
: CKB menyebabkan
perubahan sirkulasi
CSS sehingga difusi
O2 terhambat.
Ketidakefektifan
Pola napas
Analisa Data
21.
No Data Etiologi Masalah
3 Data Subjektif :
-
Data Objektif
GCS Klien 8
Ada haematoma di
frontalis
Ada haematoma di
pelipis kanan
Ada haematoma di
mata sebelah
kanan
CKB mengakibatkan
gangguan suplai
darah, Iskemi,
Hipoksia.
Resiko perfusi
cerebral tidak
efektif
Analisa Data
22.
Bersihan jalan napas tidak efektif ( D.0001)
berhubungan dengan adanya kondisi klinis terkait :
CKB
Ketidakefektifan Pola napas ( D.0005) Berhubungan
dengan Gangguan Neurologis : CKB
Resiko perfusi perifer tidak efektif (
D.0015)berhubungan dengan adanya cidera kepala
berat
Diagnosa Keperawatan
23.
TUJUAN INTERVENSI
Bersihan jalan nafas
(L.01001)
setelah dilakukan intervensi
selama 2 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas
meningkat dengan kriteria
hasil :
Produksi sputum menurun
Mengi menurun
Wheezing menurun
Dispneaa meurun
Ortopnea menurun
Sianosis menurun
Gelisah menurun
Frekwensi napas membaik
Pola napas membaik
Manajemen jalan nafas (I.01011)
Observasi:
• Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
• Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi
wheezing, ronkhi kering)
• Monitor sputum (jumlah warna aroma)
Terapeutik:
• Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt chin lift
(jawthrust jika curiga trauma servical)
• Posisikan semifowler/fowlee
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep mcgill
• Berikan oksigen bila perlu
Edukasi:
• Anjurkan asupan 2000 ml perhari, jika tidak kontraindikasi
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Intervensi Dx 1
24.
TUJUAN INTERVENSI
Pola napas membaik (L.01004)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 jam
diharapkan ventilasi spontan
meningkat dengan
kriteria hasil :
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas
menurun
Pemanjangan fase eskpirasi
menurun
Kedalaman napas membaik
Frekuensi napas membaik.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi:
• Monitor
frekuensiiramakedalamandanupayanafas
• Monitor polanafas (sepertibradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik.
• Monitor kemampuanbatukefektif
• Monitor adanyaproduksi sputum
• Monitor adanya sumbatan jalan napas
• Monitor saturasioksigen
• Monitor nilai AGD
• Auskultasi bunyi napas
Terapeutik:
• Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Intervensi Dx 2
25.
TUJUAN INTERVENSI
Perfusi perifer(L.02011)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 jam
diharapkan perfusi perifer
meningkat dengan kriteria
hasil :
Kekuatan nadi perifer
meningkat
Warna kulit pucat
menurun
Pengisian kapiler membaik
Akral membaik
Turgor kulit membaik
Pencegahan syok (I.02068)
Observasi :
• Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
• Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
• Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
• Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
• Periksa Riwayat alergi
Terapeutik :
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
• Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
• Pasang jalur IV, jika perlu
• Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
• Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alerg
Edukasi :
• Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
• Jelaskan tanda dan gejala awal syok
• Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
• Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
• Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Intervensi Dx 3
26.
CAKEM DX 1
TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
28/01/23
22.10
Wib
22.40 wib
Manajemen jalan nafas (I.01011)
Observasi:
1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
R : Dipsnea, Klien Sesak
H : RR 30 x/mnt
2. Memonitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi wheezing,
ronkhi kering)
R : Suara napas gurgling
H : Gurling
3. Memonitor sumbatan jalan napas
R : Tampak perdarahan dari hidung
H : Hidung ada perdarahan aktif dari 2 lubang hidung ±100 cc.
Terapeutik:
1.Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt chin lift
(jawthrust jika curiga trauma servical)
2.Memposisikan semifowler/fowlee
3.Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
4.Memberikan oksigen bila perlu
Edukasi:
-
Kolaborasi
Klien di Rujuk
27.
CAKEM DX 2
TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
28/01/23
22.15
Wib
22.40 wib
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi:
1. Memonitor frekuensi irama kedalaman dan upaya nafas
R :-
H : 30 x/mnt
2. Memonitor pola nafas (sepertibradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik.
R : Sesak
H : Sesak, pola napas tidak teratur.
3. Memonitor adanya sumbatan jalan napas
R : adanya perdarahan dari hidung.
H : adanya perdarahan dari hidung ± 100 cc
4. Memonitor saturasi oksigen
R :-
H : 80%
5. Melakukan Auskultasi bunyi napas
R :-
H :Gurgling
Terapeutik:
a.Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b.Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
Klien Dirujuk
28.
CAKEM DX 3
TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
28/01/23
22.15 Wib
22.40 wib
Pencegahan syok (I.02068)
Observasi :
1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD)
R :
H : TD 90/70 mmhg, HR 104x/mnt, denyut nadi kuat, RR 30x/mnt
2. Memonitor status oksigenasi (oksimetri nadi )
R :
H : 80%
3. Memonitor status cairan (masukan&haluaran, turgor kulit, CRT)
R :
H :
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil
R :
H : GCS 8, Unisokor
5. Memeriksa Riwayat alergi
R :
H : Tidak ada alergi
Terapeutik :
1. Memberikan O2 untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
2. Memasang jalur IV, jika perlu
3. Memasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
Edukasi :
Kolaborasi :
Berkolaborasi pemberian IVFD Nacl 0,9 % 20 tts/mnt.
29.
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai
atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm
substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas
otak. (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271)
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma
pada kepala meliputi trauma oleh benda/serpihan
tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek
percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi)
pada otak.
KESIMPULAN