2. Anatomi fisiologi tyroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi
cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang
tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. hormon ini akan
disekresikan ke sirkulasi darah
3.
4. Fungsi kelenjar tiroid
• Hormon tiroid merangsang penggunaan O2 pada
kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme
lemak dan hidrat arang, dan sangat diperlukan untuk
pertumbuhan serta maturasi normal.
• Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, orang tidak akan tahan
dingin, akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada
anak-anak terjadi retardasi mental. Sebaliknya, sekresi tiroid
yang berlebihan meninbulkan penyusutan tubuh, gugup,
takikardi, tremor, dan terjadi produksi panas yang
berlebihan.
5. etiologi
Kegagalan tiroid dapat
disebabkan oleh:
1. Penyakit pada kelenjer tiroid (hipotiroidisme
primer)
2. kelenjer hipofisis (hipotiroidisme sekunder),
3. hipotalamus (hipotiroidisme tersier)
6. Menurut gejala gangguan tiroid
dibagi menjadi
1.kurangnya
atau
berhentinya
produksi
hormone
tiroid)
Hipertiroid
1.merupakan
kumpulan
manifestasi
akibat
kelebihan
hormone
tiroid
Hipotiroid
keadaan
tiroid yang
tidak normal
tapi
fungsinya
normal
Eutiroid
9. hipotiroid
• Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok.
Hipotiroidisme adalah sindroma klinik yang terjadi akibat kadar T3
dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan
menurunkan dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat
dermis sehingga tampak gambaran wajah miksedema yang khas
• hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan
menimbulkan kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang
sering bersifat ireversibel; keadaan ini disebut kretinisme.
Kretinisme dapat timbul endemik pada suatu daerah geografik yang
dietnya kekurangan yodium yang berguna untuk sintesis hormon
tiroid
10.
11. etiologi
hipotiroid dapat bersifat kongiental, penyabab-penyebab penting pada
orang dewasa adalah (Medicine at a Glance, 2003) :
1.Autoimun .
2.pascaterapi tirotoksikosis : radio-iodin, operasi, obat-obatan antitiroid.
3.Difisiensi iodin : strauma endemik (misalnya leher Derby-shire)
adalah penyebab paling hipotiroidisme paling umum diseluruh dunia.
4.Kelebihan iodin : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau
amiodaron) dapat menyebabkan hipotiroidisme.
12. Tanda dan gejala
1. Perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung
(jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan
di pergelangan kaki.
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran
cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang
tipis dan rapuh
13. Patofisiologi
membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior
mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid
mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 danTetraiodothyronin = T4 =
Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon
lain
Hipotalamus
Hipofisis
antrior
Kelenjar
tiroid
14. • Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT (hormone tiroid)
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH
(tirotropin stimulating hormone) dan TRH (thyrotropin
releasing hormone) karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus
• Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar
TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid
yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
15. Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid
dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid
sentral.
• Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada
kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat
penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid,
• sedangkan hipotiroid sentral berhubungan dengan
penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi
hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh
hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh
hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004)
16. Komplikasi
1. Koma miksedema stadium akhir dari
hipotiroidisme yang tidak diobati. Ditandai oleh
kelemahan progresif, stupor, hipotermia,
hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia,
intoksikasi air, syok dan meninggal
2. Miksedema dan Penyakit Jantung khususnya
penyakit arteri koronaria,
3. Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang
mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi, pasien
dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau
bahkan maniak ("myxedema madness")
17. Pemeriksaan diagnostic
.
A. Lab darah :
1.free triiodothyronine (fT3)
2.free levothyroxine (fT4)
3.total T3
4.total T4
5.24 hour urine free T3
6.TSH
B. USG kelenjar
c. CT CSAN atau MRI
19. Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Pengalaman perubahan status sosial/ mental
2. Mengalami sakit dada atau palpitasi
3. Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4. Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6. Perubahan asupan makanan dan berat badan
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
8. Intoleransi terhadap cuaca panas
9. Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua
aktivitas hidup
10. Perubahan menstruasi atau libido
11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan
efek samping obat (Barddero, Marry, dkk. 2009)
20. B. Data Objektif
1.Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia
2.Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat,
tekanan diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat,
disritmia dan murmur
3. Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4.Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5.Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan
kabur
6.Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu
makan dan asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida
serum menurun
7.Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan
sulit berdiri dari posisi duduk
8.Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan
T3 dan T4 serum dan penurunan TSH serum(Barddero, Marry, dkk.
2009)
21. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup
akibat brakikardi
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan
kecepatan metabolisme
5. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor
menurun
22.
23. Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan
dengan volume sekuncup akibat brakikardi
24.
25. Implementasi
• Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
(Hidayat, 2004).
• Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami
tingkat perkembangan pasien.
26. Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).
27. Evaluasi
• Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat, 2004).
• Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu
evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan
evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan
yang telah dilakukan.
• evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah
evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai
keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini
lazimnya menggunakan format “SOAP”.
28. • Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan
kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai
serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)
30. hipertiroid
• Menurut American Thyroid Association dan American
Association of Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme
didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar
hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
• Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada
wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara
20- 40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah
Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian
produsi hormon tiroid
31. Etiologi
1. autoimun pada penyakit graves, hiperplasia,
2. genetik,
3. neoplastik atau karena penyakit sistemik
akut.
4. Faktor pencetusnya adalah Tindakan
operasi, infeksi, trauma dan penyakit akut
kardiovaskuler
32. Tanda dan gejala
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan
baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak taahan panas
9. Cepat lelah
10.Pembesaran kelenjar tiroid
11.Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat
penimbunan xat dalam orbit mata.
35. komplikasi
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal
ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian
belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam
tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan
ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus.
36. Klasifikasi
• Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu :
Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid
itu sendiri,
contohnya : Penyakit grave, Functioning adenoma, Toxic multinodular
goiter, Tiroiditis
• Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar
tiroid,contohnya : Tumor hipofisis, Pemberian hormone tiroid dalam jumlah
besar, Pemasukan iodium berlebihan Klasifikasi struma Pembesaran
kelenjar tiroid (kecuali keganasan)
37. Kalsifikasi
Menurut American society for Study of
Goiter membagi :
1.Struma Non Toxic Diffusa
2.Struma Non Toxic Nodusa
3.Struma Toxic Diffusa
4.Struma Toxic Nodus
38. • Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma
diffusa toksik dan struma nodusa toksik.
• Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana strumadiffusa toksik
akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan
tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
• Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan
hipermetabolisme karena jaringan tubuhdipengaruhi oleh
hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
39. • Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik
yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan
struma nodusa non toksik.
• Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan
yodium yang kronik
• Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloidyang sering ditemukan di
daerah yang air minumya kurang sekali mengandung
yodium dangoitrogen yang menghambat sintesa
hormon oleh zat kimia.
40. Tata laksana
• tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid
keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan
harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50
dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon
tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,
nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang pertama kali
diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-
45mg/hari.
41. 2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif
secara bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk
kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3. Bedah Tiroid Pembedahan dan pengangkatan total atau
parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien
dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan
saraf kelenjar tiroid.
42.
43.
44.
45. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan metabolik
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas
saraf simpatik
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
produksi panas meningkat
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi