5. 11/14/2022 5
Angka kejadian stroke
Menurut American Heart
Association dalam World
Stroke Organization (2017)
satu orang menderita stroke
setiap 2 detik di seluruh
dunia,
.
Persentase orang yang
meninggal akibat kejadian
stroke pertama kali adalah
18% hingga 37% dan 62%
untuk kejadian stroke
berulang (Siswanto Y., 2010).
Pada 2018 prevalensi stroke
naik dari 7% menjadi 10,9%.
(WHO, 2018)
.
6. 6
Data Kemenkes RI (2014) stroke menjadi
penyebab tertinggi kematian dan kecacatan
secara nasional.
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi
Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan
jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013,
antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi..
Dari total penduduk Indonesia sebanyak 254
juta orang, 12 dari 1.000 orang menderita
stroke.
Angka kejadian Stroke di Indonesia
7. STROKE = Brain Attack
• Kematian ……… no 3
• Kecacatan ……… no 1
(Stroke is the champion)
8. Definisi stroke
• suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda
dan gejala klinik, baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24
jam atau dapat menimbulkan kematian
yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak (WHO, 2010)
• Stroke termasuk penyakit
serebrovaskular yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral)
yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak.
Dyah Untari, 2019 8
9. Apa yang terjadi pada stroke
•O T A K
PERLU MAKANAN YANG CUKUP
DAN TERATUR
TIAP MENIT : 800 CC OKSIGEN
100 MGR GLUKOSA
TERHENTI
30 DETIK
TERHENTI
3 MENIT
TERHENTI
8 MENIT
SEL
TERGANGGU
KECACATAN
MENINGGAL
SEL MATI
BERAT :
1.200 - 1.400 GRAM (2 % BB)
16. etiologi
• Perdarahan dari arteri atau vena intrakranial
seperti yang terjadi karena hipertensi,
• ruptur aneurisma,
• malformasi arteriovenosa,
• trauma
• gangguan hemoragik.
17. Tindakan pembedahan pada kasus ICH
terjadi bila :
• Pasien dengan Pasien dengan perdarahan serebelar
(diameter> 3 cm) yang memburuk secara neurologis atau
yang memiliki tanda-tanda kerusakan batang otak harus
menjalani kraniektomi suboksipital dan evakuasi
hematoma dengan pembedahan
• Pasien dengan ICH supratentorial yang menyebabkan
pergeseran garis tengah dan / atau herniasi dengan
gangguan kesadaran atau memburuk secara neurologis
harus menjalani evakuasi bedah hematoma dalam waktu
72 jam setelah timbulnya gejala, kecuali mereka
bergantung pada orang lain untuk aktivitas sehari-hari
sebelum acara atau GCS mereka <6 (kecuali ini karena
hidrosefalus).
• Pasien dengan hidrosefalus yang bergejala dari obstruksi
ventrikel harus menjalani.
18. Pathway stroke
Herniasi falk
serebri dan ke
foramen magnum
Kompresi batang
otak
Kematian
Kegagalan
kardiovaskuler dan
pernafasan
Kerusakan fungsi
kognitif dan efek
psikologis
- Perubahan
persepsi
sensori
- Gangguan
harga diri
- Kurang
penetahuan
b.d
ketrbatasan
kognitf
Penuruna
n perfusi
jarinagan
serebral
Hemiplegic
dan
hemiparise
Resiko
peningkatan TIK
Kerusakan terjadi
pada lobus frontal
Disfungsi
bahasa dan
komunikasi
Kehilangan
control volunter
Infark
serebral
Disatria,disf
agia/afasia,a
fraksia
Kerusakan
komunikasi
verbal
Aterosklerosis,
hiperkoagulasi, artesis
Aneurisma, malformasi,
arteriveneus
Thrombosis serebral
Pembuluh darah oklusi
Iskemik jaringan otak
Edema dan kongesti
jaringan sekitar
Perembesan darah ke otak
Penekanan jaringan otak
Infark otak, edema dan
herniasi otakssss
Pendarahan
intraserebral
Faktor-faktor resiko stroke
Katup jantung rusak,
miokart, fibrilasi,
endokarditis
Pyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara
DARAH LEMAK DAN
UDARA
Emboli serebral
stroke
Deficit neurologist
Kerusakan
mobilitas
fisik Defresi saraf
kardiovaskule
r dan saraf
Koma
Kelemahan
fisik umum
Kurang
perawatan
diri:ADL
Price, 2006
19. Terapi umum
• • Penatalaksanaan di ruang gawat darurat
• • Monitoring
• • Pulmonary and airway care
• • Fluid balance
• • Blood pressure
• • Glucose metabolism
• • Body temperature
20. monitoring
• Pemantauan terus-menerus dalam 72 jam
HR, RR , MAP, SaO2
• Pemantauan BP, Blood glucose,(GCS),
pupils, Neurological status (e.g. NIHSS),
• Pemantauan jantung (cardiac monitoring)
harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelah serangan stroke iskemik
21. Discharge Planning
• Discharge planning harus dimulai saat
kondisi pasien stabil
• Pasien dan keluarga harus mau terlibat
didalamnya
• Care giver harus mendapatkan pelatihan
dalam melakukan perawatan pada pasien
stroke
• Pasien atau caregiver harus diberikan
penjelasan tetang masalah kepulangan dan
menjelaskan kebutuhan dan waktu rawat
jalan setelah pulang dari rumah sakit.
22. Tim Stroke
• Minimal seorang dokter spesialis, dokter umum
dan profesional perawatan kesehatan lainnya
(mis., Perawat, dokter). Selain itu, fisioterapis
sangat penting untuk rehabilitasi.
• Personel tim harus memiliki pengalaman,
keahlian dan minat khusus dalam diagnosis dan
pengobatan pasien stroke.
• Tim harus siap sedia 24x7 dan anggota tim harus
berada di samping tempat tidur pasien dalam
waktu 15 menit setelah dipanggil.
23. Layanan Pendukung
Neuroimaging: Semua tingkat fasilitas perawatan stroke harus memiliki
kemampuan untuk melakukan atau mengakses pemindaian tomografi
kranial (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) dalam waktu 30
menit sejak pesanan ditulis dengan dokter berpengalaman atau ahli
radiologi untuk menafsirkan laporan pencitraan.
Pelayanan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan koagulasi, EKG dan rontgen dada dengan pelayanan 24 jam.
Hasil lab harus tersedia dalam waktu 45 menit setelah dipesan.
Program pendidikan secara berkala dan program tahunan untuk tim stroke
harus dilembagakan dan pendidikan publik tentang pencegahan,
pengenalan dan penatalaksanaan stroke harus dilakukan.
26. ANAMNESIS
1. Anamnesis ALLO/ AUTO
• Data statistik
• Keluhan utama
• Riwayat perjalanan penyakit
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit dalam keluarga
• Riwayat sosial
• Kebiasaan, hobi, gizi
FORM pengkajian pasien unit stroke
27. Pemeriksaan Fisik
1.Tingkat kesadaran
2. Tanda-tanda vital
3. Status generalis
4. Status neurologis:
a. Nervus kranialis
b. Tanda rangsangan meningeal
c. Motorik: tonus, trophi, kekuatan, reflek, gerakan
abnormal
d. Sensibilitas
e. Koordinasi
F. Fungsi luhur
29. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
b/d edema serebral, peningkatan tekanan vena serebral
Gangguan komunikasi verbal
b/d penurunan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler
Risiko syok
d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b/d hipersekresi jalan napas, proses infeksi
30. Resiko perfusi serebral tidak efektif
d/d embolisme, hiperkolesteronemia, hipertensi, koagulopati
Gangguan mobilitas fisik
b/d penurunan kekuatan otot, kontraktur, gangguan kognitif, kekakuan sendi
Gangguan menelan
b/d gangguan serebrovaskular, gangguan saraf kranialis, paralisis serebral
Risiko jatuh
d/d penurunan tingkat kesadaran, perubahan fungsi kognitif, kekuatan otot menurun,
gangguan keseimbangan
31. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnosis. (Cetakan 2). J akarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasilkeperawatan (Cetakan 2). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia .(Cetakan 2). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Prasad, K., Kaul, S., Padma, M. V., Gorthi, S. P., Khurana, D., & Bakshi, A. (2011). Stroke management. Annals of Indian
Academy of Neurology, 14(Suppl 1), S82–S96. https://doi.org/10.4103/0972-2327.83084
Albers GW, Bates VE, Clark WM, Bell R, Verro P, Hamilton SA. Intravenous tissue-type plasminogen activator for
treatment of acute stroke: The Standard Treatment with Alteplase to Reverse Stroke study. JAMA. 2000;283:1145–
50. [PubMed] [Google Scholar]
Referensi