Koleksi puisi ini menceritakan berbagai tema seperti cinta, kerinduan, persahabatan, alam, dan refleksi diri. Puisi-puisi tersebut mengekspresikan berbagai emosi melalui bahasa yang indah dan puitis.
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
Antologi Puisiku :)
1. KERINDUAN
Mekipun sejenak bertemu
Aku bahagia bisa kembali melihatmu
Di batas-batas kerinduan dan kehampaanku
Tak terasa airmata menetes di pipiku
Hati yang mati suri
Tiba-tiba dan berkata, sesungguhnya rasa masih ada di hati
Baru ku sadari
Rasa ini tak pernah pergi
Seperti takkan terganti
Sekeras apapun ku mencoba
Selemah apapun tuk mengingat semuanya
Hati bisa menentukan pilihanya sendiri
Yang tak bisa diatur oleh akal nurani
Kukira....
Aku sudah berhenti berharap disekian waktu yang lalu
Kukira....
Aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu
Kukira....
Aku takkan lagi melihatmu seindah yang dulu
Hingga aku tahu
Satupun tak ada berubah dari mu
Hanya setumpuk pikiranku
Salah mengartikan kerinduanku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 1
2. GEMPA DI PERUTKU
Kini matahari tiga kali memutari siang
Sang bulan pun dua kali memutari malam
Sebutir nasi belum ku makan
ku lahap
ku santap
dan ku nikmati
Tak seperti kau
Yang setiap hari di meja-meja penuh makanan
Hingga tak ada celana seukuran perut
Ikat pinggang pun tak cukup melingkar
Sakit.....
Perih.....
Pedih.....
Ketika gempa melanda di perut ku
Bahkan cacing-cacing menggeliat di perutku
Menutut makan padaku
Dan aku harus menuntut pada siapa
Kau... kau.... kau....
Hanya mata-mata tersorot melihatku saja
Aku tak butuh itu
Hanya sebutir nasi
Untuk meredakan gempa diperutku
Hilang
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 2
3. Sesaat aku termangu
Mengenang kepergian sebuah hal yang sangat indah
Yang dulu menenangkan jiwa
Menyejukkan sukma
Entah kemana pesona itu
Pergi tak bersuara
Selalu hidup di ingatan
Dalam hati sanubari...
Bunyi Mendenggung
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 3
4. Prrtrrrtrrrttttt pet pet...
Dut...
Legah.......
Kumasukkan makanan
Kedalam terowongan penghancur
Dikelola oleh pencernaanku
Membentuk segumpalam angin
Melewati usus besarku
Hingga...
Preeeeet... Duuuuuut... Pret pret preeeet...
Pelangi di Sepanjang Jalan
Ku melewati sepanjang jalan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 4
5. Penuh warna yang menghiasi
Hingga bosan ku rasakan
Apa sesungguhnya arti semua ini
Pelangimu hanyalah semu
Semua berlomba
Ingin meneriakkan suara
Menyerukan isi hati
Tidak perduli kanan kiri
Main terobos saja
Menaburkan berjuta janji
Bagai embun di ujung dedaunan
Pelangi di mataku
Menebarkan virus dalam benakku
Aku harus memilih yang mana
Bali
Pedas terasa memanaskan lidah
Membuat kadar asam dalam perut meningkat
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 5
6. Berputar angin di dalam lambung
Membuat perut semakin melilit
Warnamu membuat mataku tergoda
Menambahkan rasa semangat
Melahap setiap hidangan
PERGILAH KESEDIHAN!!!
Malam ini... air mataku menetes
Mengapa kesediahan datang menghampiriku lagi...
Aku sangat merindukan kehadiran seorang sahabat dalam hidupku...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 6
7. Seseorang yang bisa merangkul aku disaat aku bersedih...
Seseorang yang bisa meraih tanganku saat aku meminta bantuan...
Seseorang yang menemani aku...
Tidak hanya saat aku senang...
Tapi dia juga bersedia menemani aku disaat sedih...
Sayangnya... aku tidak mudah untuk bisa percaya pada orang lain...
Kekecewaanku pada seorang sahabat saat itu, masih sangat melekat dalam hati dan benakku...
Aku seseorang yang tidak mudah untuk memaafkan
Tidak mudah untuk melupakan
Rieswanti, 27 September 2013
23.16 pm
SEMU
Badai menerpa ketenangan jiwaku...
Gemerlap bintang tersapu oleh angin yang sangat kencang...
Senyum sang bulan tak dapat lagi aku lihat...
Gelapnya langit seakan menjadi warna terindah bagiku...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 7
8. Aku bukan batu karang...
Hatiku tak terbuat dari baja...
Air mata ku tak seperti mutiara...
Aku hanya manusia yang tak sempurna...
Sangat berat menerima kenyataan hidup ini...
Namun apa arti kata SABAR jika aku menyerah?
Kebahagiaan...
Kata yang semu bagiku
Rieswanti, 28 September 2013
20.39 pm
Hujan
Ketika langit mulai gelap
Pepohonan menyuarakan dedaunannya
Seiring angin berhembus
Meneteslah air mata dari langit
Sumber dari segala mata air
Kegembiraan menyerbu semua makhluk
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 8
9. Flora... Fauna...
Semua aktifitas terancam terhenti
Matahari
Indah sinarnya mulai memancar
Menerangi kehidupan
Memberikan energi
Semangat baru
Pikiran sehat
Tenaga kuat
Menembus mimpi yang tenggi
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 9
10. Bekal masa depan
Menuju kebahagian
Hidup
Nikmati saja kehidupan
Walapun diterpa banyak ujian
Tiada batas untuk kesabaran
Meski hati menjerit meronta
Ingat selalu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 10
11. Dia ada dimmanapun kamu
Ikhlas salah satu kuncinya
Jadikan semua penguat kehidupan
Malam Itu
Gemerlap lampu kota
Cahaya bintang dan bulan di langit
Menjadi penerang
Sepanjang jalan yang ku lalui
Panggilan memori jangka panjang
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 11
12. Menguji kedalaman ilmu
Mendebarkan detak jantung
Dihibur nyanyian binatang malam
Cengkrama aku, dia, dan mereka
Diselimuti oleh angin malam
Canda dan tawa bersama
Tak terbatasi oleh waktu
Cinta
Tiada kata mampu bercerita
Tentang indahnya
Tetang pedihnya
Tentang rindunya
Tentang pengorbanannya
Tentang kasih sayangnya
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 12
13. Tentang gundahnya
Tentang bencinya
Tentang marahnya
Tentang apapun yang dirasa...
Hampa
Habis sudah tenaga
Tekuras oleh problematika
Hanya tersisa kertas bera
Dan coretan tinta tak bermakna
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 13
14. Kasih Ibu
Letih ini mulai melemahkan
Kepalaku pecah tak sanggup membendung
Lalu berkobar semangatku
Dalam sekejap hilang lagi
Seberapa besar kekuatanku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 14
15. Masih terkalahkan oleh lemahku
Tiada kasih yang lebih indah
Selain kasih sayang Ibu...
Hilang
Kau telah meninggalkannya
Menanggap aku tiada
Air mata telah menjadi permata
Kebimbangan jua yang terjaga
Saat sepi kau meninggalkanku
Tersenyum bahagia tanpa aku disisimu
Meski hatiku menjerit
Kau tetap tak melihat aku
Kemanakah kamu yang dulu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 15
16. Yang selalu menemani aku
Membuatku mengerti arti sebuah kebersamaan
Yang akan abadi hingga akhir waktu
Hati ini...
Heningnya malam
Mengisyaratkan hatiku
Walau diam
Hatiku menjerit!!!
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 16
17. SEMANGAT PAGI
Dingin udara pagi
Menusuk pori-pori
Melintasi jalan yang sunyi
Di iringi semangat api
Tiba saat untuk berperang tanpa henti
Mengukur besarnya dedikasi
Kejujuran dan profesionalitas yang pasti
Sebagai ukuran setiap pribadi
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 17
18. MENUNGGU TERANG
Aroma ampuh menusuk hidungku
Saat air mulai membasahi bumi
Suasana sendu
Hening dan tentram
Ada aku dan mereka
Bersama-sama tertawa bahagia
Berbagi rasa di ruang yang sederhana
Sampai hujan ini meredah
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 18
19. DUKA LUKA
Hujan ini mengingatkan aku
Memanggil kenanganku
Yang dulu sangat indah
Namun kini menjadi duka
Duka membuat luka
Luka...
Duka....
Du....lu.....
Duka....
Du.....lu.....
Luka...
Duka....luka.....
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 19
20. TINGGAL JEJAK
Saat kita bersama
Saat yang paling bahagia
Saat kita tersenyum
Saat aku melihat senyummu
Saat aku memandangmu
Saat rindu membaur
Saat kasih sayang melebur
Saat waktu menjadi saksi kita
Namun saat kau pergi
Hanya ada aku sendiri
Berteman dengan kesedihan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 20
21. TAK SEPERTI DULU
Dulu kau begitu sempurna
Kau selalu ada
Kau selalu buatku bahagia
Kau selalu temani aku
Kau selalu sayangi aku
Kau selalu buatku tersenyum
Tapi semua itu tak lagi kurasakan
Setelah kau menjauh dariku...
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 21
22. AKU INGIN SEPERTIMU
Andaikan engkau disini
Tak akan ada rasa sedih
Andaikan engkau bukan jodohku
Mengapa aku bertemu denganmu
Masih terselip keraguan
Dalam relung hati yang terdalam
Ajari aku untuk bisa sepertimu
Yang selalu kuat meski ujian menerpamu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 22
24. YANG TERINDAH
Rasaku kini terbelenggu
Dalam sunyi aku menangis
Diamku kini menjadi hal yang terbaik
Berselimut angin malam
Aku termenung mengenangmu
Masih ada rindu dalam lubuk hatiku
Untuk dirimu yang terindah
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 24
25. MESIN TENAGA DUNIA
Globalisasi tahun serba mesin
Demi kemajuan
Di atas kerusakan
Di ujung penghancuran
Globalisasi mesin
Sawah ditanami mesin
Laut berdirikan mesin
Gunung dipanjat mesin
Angin menghembuskan mesin
Bahkan manusia pun menjadi mesin
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 25
26. KTP ISLAM
Sahadat diujung lidah saja
Solat formalitas saja
Puasa mengeringkan bibir saja
Zakat untuk pujian saja
Haji atau mobil atau hanya panggilan saja
Kartu Tanda Pemeluk Islam saja
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 26
27. SARJANA MUDA
Empat tahun kau teteskan kerangat
Empat tahun kau mangarung ilmu
Empat tahun kau habiskan rupiah
Empat tahun kau bermimpi
Empat tahun kau berhasil
Mendapatkan gelar
Gelar sarjana
Akhlak
Kau dapatkan?
Ilmu pengetahuan
Kau miliki?
Ijasah
Jelas kau bawa kesana-kesini
Agar nama dan geklar tak tertulis
Di buku pengangguran
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 27
28. MANUSIA BERKAKI EMPAT
Sombong sakali kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau lewat saja
Tak lihat kiri kana
Angkuh sekali kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau pepet saja
Hingga aku terjatuh
Tak punya hati kau
Mentang-mentang kaki empat
Kau trobos genangan air
Hingga percikannya menyirami tubuhku
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 28
29. Manusia dan Bumi
Kau tak bersahabat lagi
Hingga ujung kemarahanku
Banjir
Stunami
Angin gila
Gempa bumi
Hutan gundul
Gunung meletus
Ketika kau
Apa aku salah
Ketika kau bertanya aku tak bersahabat lagi?
Angin
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 29
30. Kau ada setiap waktu
Dapat kurasa
Namun tak dapat ku lihat
Kehadiranmu membuatku merasa sejuk
Meski terkadang kau membuatku kedinginan
Nenek
Kulitmu sudah tak lembut lagi
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 30
31. Kecantikan parasmu tak dapat terlihat lagi
Keindahan tubuhmu tak tampak lagi
Kamu sudah tak sedap lagi
Tapi kebaikanmu senantiasa menemani
Meski usiamu tak semuda yang dulu
Guruku Yang Setia
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 31
32. Guru…
Kau telah mengajariku semuanya
Apa yang belum aku ketahui
Dari yang tidak bisa menjadi bisa S
etiap hari kau datang ke sekolah
Membawa Ilmu untuk Bangsa dan Negeriku
Kesetiaanmu, pengorbanananmu terhadap bumi ini
Mencoba bersabar untuk mengorbankan semua ilmu
Guru tetaplah kau mengajarkan semua yang kau miliki
Untuk Kami, Kita muridmu tercinta
Sedikit Namun pasti
Rindu untuk Ayah
Meski suaramu
Tak semerdu nyanyian lembut seorang ibu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 32
33. Kau membingkaiku dengan nada nada ketulusan
Yang mengantarkan hatiku
Menuju lembah tinggi
Bernama kedamaian
Meski sentuhanmu tak selembut belaian suci seorang ibu
Namun dengan dekapanmu
Ku terhangatkan dengan kasihmu
Ku terlenakan
Dengan cintamu
Semangat Sang Petani
Pagi dingin kau tinggalkan desa
Kau bawa segenggam perbekalan
Pagi cerah engkau pergi
Hanya untuk mengejar satu cita-cita
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 33
34. Kau gantungkan hidup dibawah terik matahari
Kau pikul beban yang berat
tapi kau tempuh dengan sabar
Ingin rasanya menyerah
Tapi kau tak bisa
Ingin terus berjuang
Tapi ini terlalu berat
Petani
Jasamu sungguh sangat mulia
Tanpa mu
Takkan ada hari esok
Orang Pinggiran
Diantara mereka
Ada kurus tak terurus
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 34
35. Hitam dan dekil
Coba-coba bertahan keras
Di dunia si penguasa buta
Sayang sayang
Tak seorang memandang
Hanya gumpalan debu aspal
Yang setia di sisinya
Denganmu Nenekku
Nenekku sayang
Kusayangmu tak dapat terungkap memlalui kata
Kurindumu sepanjang masa
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 35
36. Segala budimu kuingat hingga kini
Lucu kerenahmu menghiburkan hatiku
Nasihatmu bagaikan mutiara
Kenangan bersamamu sangatlah indah
Surga Alam
Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 36
37. Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga
Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna
Malam yang Beku
Malam minggu kelabu
Semua kegiatan terasa beku
Hanya karena kamu
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 37
38. Tak ada disampingku
Tak habis pikir
Ada apa dengan diriku
Kesendirian masih menyelimutiku
Dari jalan gelap sampai jalan lurus
Galau
Ku tak sanggup berkata kata
Walau ku tau rasa sakitnya
Namun ku terus mencoba
Untuk tak memikirkannya
Namun
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 38
39. Mulut bisa berdusta
Tapi rasa sakit dihati ini
Membuat semuanya nyata
Aku tak sanggup kehilangan mu
Aku tak rela melepas mu
Namun kau memilih dirinya
Bukan diriku…
Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 39